Anda di halaman 1dari 10

Katanya Beda, Koq Sama?

Yohanes 17:15-19
(KKR Paskah PO. Binus)
Intro.
Paijo adalah seorang majelis di sebuah gereja. Ia
selalu mengajarkan anaknya untuk berani tampil beda
sebagai orang Kristen. Istrinya mendukung ajaran Paijo
kepada anak-anaknya dengan bangga, dan menjadikan
Berani Tampil Beda sebagai filosofi keluarganya.
Suatu kali, istri Paijo pergi ke pasar burung di
Pramuka. Disana ia melihat seekor burung beo yang
bisa menirukan suara manusia, dijual dengan harga
murah, kira-kira Rp 25.000,00.
Si ibu sangat kaget, dan menanyakan ke penjual
burung tersebut.
Mas, ini burung beo, koq harganya murah
sekali? tanya istri Paijo.
ini loh Bu, burung ini pernah tinggal di rumah
bordil. Jadi sukanya ngomong jorok. Saya kesel,
makanya saya jual dengan harga murah, jawab si
penjual. Istri Paijo berpikir-pikir sejenak. Kemudian ia
pun memutuskan untuk membeli burung beo itu. Ia
pikir, ia akan melatih burung beo ini pelan-pelan.
Singkat cerita, burung tersebut dibawa pulang
dan digantung di teras rumahnya. Si burung beo
melihat ke sekeliling rumah dan si ibu. Kemudian
burung itu berkata, Rumah bordil baru, germo baru...
Si ibu kaget sekali! Tapi kemudian, ia pun bisa maklum.
Ia bertekad untuk melatih burung ini agar bisa
menggambarkan filosofi keluarga: Berani Tampil
Beda.
Agak siang, anak perempuannya yang SMA
pulang sekolah. Si burung melihat dan berkata, Rumah
bordil baru, germo baru, perek baru... Si anak juga
kaget sekali. Namun sang ibu pun menceritakan asal
usul si beo, dan menjelaskan tekadnya untuk melatih
beo ini agar bisa menggambarkan filosofi keluarga:
Berani Tampil Beda.
Sore hari, waktu ibu dan anak sedang duduk
bersama sambil mengamati burung beo barunya, Paijo,

sang kepala rumah tangga pulang kerja. Si burung beo


melihat dan berkata, Hai Paijo, ketemu lagi...
Paijo mengajarkan keluarganya untuk Berani
tampil Beda sebagai orang Kristen.
Namun
kenyataannya, ia tidak tampil beda ketika ia berada di
luar rumah. Katanya beda, koq sama?
Prop.
Sebagai orang Kristen, kita harus berani tampil
beda.
Quest.
Mengapa kita harus tampil beda?
Trans.
Sedikitnya ada dua alasan mengapa kita harus
tampil beda.
1) Kita harus tampil beda sebab kita memiliki asal usul
yang berbeda (17:15-16).
Asal usul kita bukan dari dunia ini. Tuhan Yesus
menyatakan bahwa kita bukan dari dunia, sama seperti
Ia bukan dari dunia ini. Dengan kata lain, kita memiliki
asal usul yang sama dengan Tuhan Yesus. Namun kita
semua tahu bahwa asal usul Tuhan Yesus adalah dari
surga. Suatu tempat yang indah dan penuh dengan
kemuliaan. Sebaliknya, kita dilahirkan di dunia. Dalam
bahasa aslinya, kata dunia berasal dari kata kosmos,
suatu kata yang berarti dekorasi atau kosmetik belaka.
Dengan kata lain, dunia tempat kita tinggal adalah suatu
tempat yang penuh dengan kebohongan atau kepalsuan.
Bagaimana kita dapat menjadi orang-orang dengan asal
usul yang sama dengan Yesus, suatu asal usul surgawi?
Semula kita bukan berasal dari atas, kita berasal
dari dunia. Namun melalui pengorbanan Yesus, kita
bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan
sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota
keluarga Allah. Salib Yesus menghancurkan tembok
pemisah antara kita dengan Allah. Melalui salib, kita
diadopsi menjadi anak-anak Allah. Melalui karya Roh
Kudus, kita dilahirkan kembali sehingga kita
mendapatkan hak untuk memiliki asal usul baru, yaitu
Kerajaan Surga.

PL. Perubahan asal usul inilah yang membuat


Abraham tinggal di tanah perjanjian seperti orang asing.
Abraham mengerti asal usulnya. Ia menyadari bahwa ia
bukan dari dunia ini. Abraham taat ketika ia dipanggil
untuk menerima Kanaan. Ia tinggal di Kanaan, namun
tinggalnya seperti orang asing. Sebab sekalipun Kanaan
memang adalah tanah yang dijanjikan, namun ia
menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang
direncanakan dan dibangun oleh Allah. Ia menyadari
bahwa ia adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
Ia merindukan suatu tanah air yang lebih baik, yaitu
satu tanah air sorgawi. Itulah sebabnya Abraham hidup
dengan resah di dunia ini (Ibr. 11:8-16).
PB.
Perubahan asal usul ini pulalah yang
membuat Paulus ingin segera meninggalkan kemah
dunianya dan segera mengenakan kemah surgawinya.
Paulus mengerti asal usulnya. Ia menyadari bahwa ia
bukan dari dunia ini. Itulah sebabnya ia merasa tidak
nyaman dengan kemah tubuhnya. Selama kita di dalam
kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu
mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat
kediaman kita yang sekarang ini, sebab dengan
demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang.
Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita
mengeluh oleh beratnya tekanan. Paulus tahu, bahwa
jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar,
Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di
sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang
tidak dibuat oleh tangan manusia. Itulah sebabnya
Paulus
rindu meninggalkan
kemah tubuhnya.
Kerinduan Paulus untuk meninggalkan kemah tubuhnya
menunjukkan kesadarannya akan asal usulnya, suatu
asal usul surgawi.
Yesus menjanjikan surga bagi mereka yang
percaya kepada-Nya. Ia menjanjikan sebuah tanah air
yang baru dan kemah yang baru. Ia menjanjikan asal
usul yang baru bagi kita. Kita memang belum menerima
apa yang Ia janjikan. Namun kehadiran Roh Kudus
dalam hidup kita telah memetraikan perjanjian itu.
Artinya, sekalipun kita belum menginjak surga, namun

Ia akan mengingatkan kita terus menerus tentang asal


usul kita.
kalah dari kucing
Budi tidak menyukai kucing. Ia semakin benci
kepada kucing ketika istrinya, Tika memelihara seekor
kucing di rumah mereka. Budi merasa istrinya jadi lebih
perhatian pada kucing itu daripada kepada dirinya.
Suatu hari Budi memutuskan untuk membuang
kucing itu secara diam-diam. Ketika istrinya sedang
mandi, ia pamit sebentar dan dibawanya kucing itu.
Setelah Budi bermobil sekitar 10 km dari rumah, ia pun
membuang kucing tersebut. Anehnya, sesampainya di
rumah, si kucing sudah ada di sana. Tentu saja Budi
heran bercampur geram.
Sore harinya ia pergi lagi. Kali ini kucingnya
dibuang lebih jauh lagi. Namun, tetap saja, sesampainya
di rumah, kucing istrinya tersebut telah berada di sana
kembali. Budi berusaha membuangnya lebih jauh lagi,
tapi tetap saja si kucing bisa kembali ke rumah.
Suatu hari, ia tidak saja membawa si kucing pergi
jauh, tapi juga berputar-putar dulu. Budi belok kanan,
belok kiri, belok kanan, belok kanan lagi, berputar-putar
sebelum akhirnya membuang kucing yang dibawanya.
Beberapa jam kemudian, ia menelepon istrinya.
Tik, kucingmu sudah di rumah? tanya Budi. Ada,
kenapa? Tumben nanya si Manis segala, jawab istrinya
agak heran.
Panggil dia, Tik, aku mau nanya arah pulang.
Aku kesasar...!
Aplikasi
Seperti Budi, kita seringkali lupa rumah kita.
Kita seringkali lupa asal usul kita. Kita telah terlalu lama
berputar dalam kedagingan dan daya tarik dunia
sehingga kita lupa asal usul kita.
Kali pertama kita jatuh dalam dosa, kita selalu
dapat kembali kepada Allah, ke tempat asal kita. Namun
kemudian, kita kembali jatuh dalam dosa. Kita kembali
lagi. Begitu terus, terus dan terus. Jika hal ini terjadi
terus menerus, apakah kita masih bisa kembali kelak?
Masih dapatkah kita kembali ke asal usul kita?

Jangan hidup di dalam dosa teman. Kehidupan


itu tidak sesuai dengan asal usulmu. Kau bukan dari
dunia ini. Jangan lupa asal usulmu. Ingat kau bukan
dari dunia ini. Hiduplah sesuai dengan asal usulmu.
Hiduplah dengan tradisi surgawi. Hiduplah di dalam
terang dan bukan di dalam gelap.
(Kita harus tampil beda sebab kita bukan dari dunia ini.
Namun pertanyaannya, Jika kita bukan berasal dari
dunia ini, lalu mengapa kita berada di dunia ini?
Mengerti alasan mengapa kita berada di dunia ini akan
memberikan alasan lainnya mengapa kita harus tampil
beda)
2) Kita harus tampil beda sebab kita memiliki
panggilan yang berbeda (17:17-19).
Panggilan hidup menentukan arah hidup dan
cara hidup kita.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk pergi
ke dalam dunia. Tuhan Yesus mengutus kita ke dalam
dunia. Kata mengutus berasal dari kata apostellw,
suatu kata yang juga diterjemahkan dengan rasul.
Dengan kata lain, Tuhan Yesus kita mengutus kita untuk
melakukan tugas yang sama seperti yang dilakukan oleh
para rasul.
Bahkan lebih dari itu, Tuhan Yesus
mengutus kita untuk melakukan apa yang Ia lakukan.
Jika Yesus diutus untuk menyelamatkan dunia dengan
darah-Nya, maka kita pun diutus untuk menyelamatkan
dunia dengan darah Yesus.
Untuk dapat memenuhi panggilan ini, kita harus
dipersiapkan secara khusus. Kita harus di latih di dalam
kebenaran; dan sarana pelatihan yang paling baik adalah
Firman Tuhan. Firman Tuhan memang bermanfaat
untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran (II Tim.3:16).
Namun yang lebih penting dari itu adalah kita
harus melalui proses inisiasi untuk memenuhi panggilan
itu. Proses inisiasi ini adalah pembaptisan kita di dalam
Yesus, dimana kita dihisap ke dalam Yesus Kristus

(ay.19). Yesus berkata bahwa Ia menguduskan diri-Nya


untuk kita. Itu berarti bahwa Ia mempersiapkan diriNya untuk menyelamatkan kita. Ia melakukannya
dengan mengorbankan diri-Nya sendiri di atas kayu
salib.
Beberapa hari lagi, kita akan merayakan Jumat
Agung. Jumat Agung dirayakan agar kita selalu ingat
siapa Yesus dan mengapa Ia mati untuk kita. Ia adalah
Allah yang menjelma menjadi manusia dan mati di atas
kayu salib untuk kita, agar melalui kematian-Nya kita
yang terhisap ke dalamnya mati bagi dosa.
Ketika kita berada di dalam Yesus, kita tidak
akan pernah menyelesaikan panggilan mulia kita
seorang diri. Kita akan menyelesaikannya bersama
Yesus.
kehidupan rahasia seekor anjing
Tuhan pasti mengasihi anjing, karena Ia
membuat mereka begitu banyak. Dan Ia pasti memiliki
rasa humor, karena Ia kadang-kadang menggunakan
anjing dengan cara-cara yang paling mengesankan.
Di sebuah gereja Afrika yang berada di bawah
penggembalaan misionaris James King, ada seorang ibu
yang datang sendirian ke setiap kebaktian.
Yang
menemaninya adalah seekor anjing tua jelek. Anjing itu
ikut masuk bersama ibu tersebut, dan duduk
disebelahnya sepanjang kebaktian. Ibu itu duduk di
kursi luar, di sebelah lorong; dan pada akhir kebaktian,
ketika pendeta mengundang jemaat untuk berdoa,
anjing itu ikut dan mengambil tempat di sebelah si ibu.
Suami ibu itu adalah seorang pria kejam, dan
melakukan penganiayaan padanya. Kenyataannya, ia
memukuli istrinya begitu hebat, sampai istrinya
meninggal. Setelah kematiannya, hanya si suami dan
anjing itu yang tersisa. Tetapi ia melihat bahwa anjing
itu hilang setiap Rabu malam sekitar pukul 07.00 dan
baru kembali setelah dua jam. Itu teradi lagi Minggu
pagi sekitar jam 09.00. dan hal yang sama kembali
terulang pada Minggu malamnya.
Minggu pagi berikutnya, rasa ingin tahu orang
itu begitu kuat sampai ia memutuskan untuk mengikuti

anjing itu ke gereja kecil sederhana, dan anjing itu


masuk dan duduk di lorong selama kebaktian
berlangsung. Pada penutupan kebaktian, anjing itu
maju dan mengambil tempat di sebelah altar.
Pria itu duduk di belakang gereja, dan ia begitu
terkesan dan rohnya tersentuh, sampai ia maju dan
memberikan hidupnya pada Kristus.
Dan sekarang anjing itu datang ke gereja dengan
majikan barunya.
Aplikasi
Haruskah Allah memakai seekor anjing untuk
menyelamatkan dunia ini? Tidak adakah manusia yang
mau menjawab panggilan Allah untuk pergi demi
keselamatan dunia?
Allah tidak pernah mengurapi seekor anjing atau
seekor binatang pun. Yesus tidak menguduskan diriNya dan mati bagi binatang.
Ia tidak pernah
memberikan Firman-Nya kepada binatang!
Ia
mengurapi kita. Ia menguduskan diri-Nya dan mati bagi
kita.
Ia memberikan Firman-Nya kepada kita.
Mengapa? Sebab Ia ingin mengutus kita ke dalam
dunia. Ia ingin kita pergi ke dalam dunia yang gelap
untuk menjadi terang disana.
Panggilan Allah dalam hidup kita menjadikan
keberadaan kita di dunia ini memiliki nilai tersendiri.
Panggilan Allah dalam hidup kita itu memberi nilai pada
keberadaan kita di kampus ini. Kita bukan orang yang
numpang lewat disini. Kita adalah orang-orang yang
ditempatkan Allah untuk membawa kabar baik kepada
mereka yang terhilang.
Mengapa Allah mau menyibukkan Diri
melakukan hal ini? Sederhana saja. Ia mengasihi dan
menghargai kita. Ia mau agar hidup kita yang sebentar
ini mempunyai nilai dan makna. Namun lebih dari itu,
Ia mengasihi dunia ini. Ia tidak ingin melihat seorang
pun terhilang. Itulah sebabnya, Ia mengutus kita untuk
menjadi terang di tempat ini. Namun jika kita menolak,
kita tahu apa yang akan diutus-Nya; dan jika itu
dilakukan-Nya, bukankah itu berarti bahwa tidak ada
tempat bagi kita?

Oleh sebab itu, mari jawab panggilan Allah


dengan serius. Mari hidupi hidup ini sebagai orang yang
dipanggil, sekalipun kita harus tampil beda karenanya.
Penutup
Perang saudara meletus di Kongo (Zaire) di
tahun 1960-an, dan diantara para misionaris yang
terjebak dalam pertempuran itu adalah seorang periang
berbadan kecil bernama William McChesney dari
Worldwide Evangelization Crusade (WEC International).
Walaupun tingginya hanya seratus lima puluh lima
sentimeter, beratnya lima puluh kilogram lebih, Bill
memiliki
kepribadian
yang amat
kuat yang
memancarkan kegembiraan ke manapun ia pergi.
Rekan-rekan kerjanya menjulukinya Smiling Bill, Bill
yang selalu tersenyum.
Tanggal 14 November 1964, saat menderita
malaria, Bill yang berumur dua puluh delapan tahun
diculik para pemberontak Kongo.
Terlepas dari
perlakuan buruk, penyakit parah dan ancaman maut
terus menerus, sikap riangnya tidak meninggalkannya
selama ditawan.
Seorang biarawati Katolik yang
melihatnya di masa itu berkata, Pria itu mempunyai
wajah malaikat. Lain berkata ia tampak sepenuhnya
berasal dari dunia lain.
Ia menggunakan setiap
kesempatan untuk bersaksi pada para penawannya.
Tidak lama kemudian ia dipukuli tanpa ampun,
pakaiannya dikoyakkan, dan ia dilemparkan ke dalam
sel penuh sesak dan kotor bersama seorang misionaris
Inggris, Jim Rodger. Para pastor Katolik memberinya
pakaian mereka, karena ia gemetar hebat akibat demam
malaria.
Keesokan harinya, 25 November, Bill dan Jim
diseret dari sel mereka dan dipaksa berdiri di depan
kolonel pemberontak.
Sesuai perintahnya, para
pemberontak memukuli Jim dan Bill dengan gada dan
tombak. Kematian Bill hampir langsung, dan Jim
menangkap tubuhnya saat jatuh ke tanah. Kemudian
para pemberontak menginjak-injak Jim sampai mati
dan jenazah mereka dilemparkan ke Sungai Wamba.

Sebelum berangkat ke Afrika, Bill menulis sebuah puisi


yang menjelaskan keinginannya untuk melakukan misi
ke luar negeri.
Aku ingin sarapanku disajikan jam delapan,
Dengan ham dan telur di atas pinggan;
Steak yang matang kumakan jam satu,
Dan bersantap lagi setelah hari berlalu.
Aku ingin rumah ultramodern
Dan ada telepon di setiap ruangan;
Juga karpet lembut di lantainya;
Dan tirai yang cantik untuk menghias pintunya.
Tempat yang nyaman dengan barang-barang indah
Seperti kursi empuk berpegas di dalam,
Dan kemudian, aku membeli televisi kecil
Tentu saja Aku berhati-hati apa yang kulihat.
Aku juga ingin isi lemari pakaianku,
Dari kualitas terhalus dan tertinggi,
Dengan mode terbaru untuk jas dan rompi:
Mengapa orang Kristen tidak boleh
Memiliki yang terbaik?
Tetapi kemudian dapat kudengar Sang Guru
Dalam suara yang pasti, sangatlah jelas:
Aku memanggilmu untuk mengikut Aku,
Orang rendahan dari Galilea.
Jika Ia yang adalah Allah mati bagiku,
Tidak ada pengorbanan yang terlalu besar
Untuk aku, yang hanya manusia biasa;
Aku akan lakukan semua demi Yesus.
Ya, ku akan susuri jalan yang ditempuhnya,
Tidak ada jalan lain untuk
Menyenangkan Tuhanku;
Jadi karena itulah, ini menjadi pilihanku,
Sepanjang keabadian.

Anda mungkin juga menyukai