Anda di halaman 1dari 5

Laporan Baca Teologi Calvin STT Amanat Agung

Bab 1

Of the Knowledge of God

Menurut Calvin, hikmat manusia, jika dipikirkan dengan sungguh, terdiri dari dua bagian:
pengenalan akan Allah dan pengenalan akan diri sendiri. Keduanya terkait erat sehingga tidak
mudah untuk menyatakan yang mana harus muncul terlebih dahulu. Calvin berkeyakinan bahwa
seseorang harus mulai dari pengenalan akan Allah. Pengenalan akan Allah seharusnya menjadi
awal pemikiran manusia sebab manusia tidak dapat ada tanpa Allah. Bagi Calvin, adalah sangat
jelas bahwa segala sesuatu yang dimiliki manusia tidak mungkin berasal dari dirinya sendiri dan
hakikat manusia jelas ditopang oleh Allah semata.

Kedua, pengenalan akan Allah meletakan standar ukur kebaikan dan kesalehan manusia.
Ketika seseorang menyadari sifat atau kualitas Allah, maka ia akan melihat segala cacat celanya
sendiri. Dengan demikian, pengenalan akan Allah seharusnya menjadi standar bagi manusia
untuk mengenal dirinya sendiri.

Pengenalan akan Allah seharusnya menyadarkan manusia akan kebodohannya, kesia-


siaanya, kebutuhannya, kelemahannya dan kejatuhannya secara total. Dengan demikian,
seharusnya muncul suatu kebutuhan dan ketergantungan yang besar akan Allah. Seseorang tidak
mungkin mencari Allah dengan sungguh sebelum ia mulai putus asa dengan dirinya sendiri.
Inilah sebabnya, mengapa pengenalan akan Allah berkaitan dengan pengenalan akan diri.
Sekalipun demikian, adalah tepat jika pengenalan akan Allah didahulukan daripada pengenalan
akan diri.

Pengenalan akan Allah seharusnya menjadi sesuatu yang bersifat pribadi. Artinya,
seseorang bukan hanya menyadari adanya Allah, namun juga merangkul apa artinya hal tersebut
bagi dirinya secara pribadi, memimpinnya untuk memuliakan Allah.

Calvin berkeyakinan bahwa di dalam roh manusia adalah kecenderungan alamiah, suatu
perasaan tentang sesuatu yang ilahi. Allah telah menafaskan ke dalam diri setiap orang akan
kemahakuasaan-Nya, sehingga setiap orang memiliki “perasaan akan yang ilahi” terukir di dalam
hati mereka. Dengan demikian, munculah benih-benih agama. Tujuan keberadaannya adalah

1
Laporan Baca Teologi Calvin STT Amanat Agung

untuk mengajar manusia untuk takut akan dan menghormati Dia; dan untuk mengajar manusia
mencari apa yang baik di dalam Dia dan mengucap syukur untuk kebaikan-Nya itu.

Sayangnya, Calvin mendapati bahwa agama-agama yang ada gagal membawa manusia
untuk mengenal Allah dengan benar. Agama kemudian menjadi tidak lebih daripada buah
pemikiran manusia. Penyebabnya adalah kecenderungan untuk “mengukur” Allah dari standar
manusia yang lemah dan rasa takut yang keliru, dimana rasa takut itu adalah rasa takut pada
penghakiman Allah, bukan rasa takut yang muncul dari rasa hormat pada kemahaan-Nya. Hal
ini menyebabkan agama bisa menjadi instrumen yang sangat manipulatif sebagai upaya untuk
lari dari penghakiman Allah.

Di dalam dan melalui agama, tampaknya Calvin menyatakan bahwa pengenalan manusia
akan Allah bersifat umum dan telah terkontaminasi oleh keberdosaan manusia. Itulah sebabnya,
pengenalan yang benar akan Allah adalah anugerah yang dinafaskan Allah ke dalam hati orang
percaya. Hati orang percaya tidak “merekonstruksi” Allah semaunya sendiri. Secara sederhana,
hati orang percaya mengenali Allah.

Hal ini berkaitan erat dengan pewahyuan khusus Allah melalui Alkitab. Calvin
menggunakan argumentasi yang kurang lebih sama mengenai otoritas Alkitab yang dikanonisasi,
yaitu bahwa gereja tidak “merekonstruksi” Alkitab berdasarkan standarnya sendiri. Secara
sederhana, gereja hanyalah mengenali Alkitab, sehingga di satu sisi Alkitab berbicara bagi
dirinya sendiri; dan di sisi lain, orang percaya memetraikan otoritasnya melalui kesaksian iman
dan pengorbanan mereka. Melalui Alkitab, orang percaya dapat mengenal Allah sebagaimana
Allah ingin dikenal atau sebagaimana Ia menyatakan diri-Nya.

2
Laporan Baca Teologi Calvin STT Amanat Agung

Bab 2

Of the Knowledge of Man and of Free Will

Di dalam bab ini, Calvin berupaya untuk membawa pembacanya pada kerendahan hati di
hadapan Allah dengan melepaskan semua anggapan awal manusia mengenai kekuatannya
sendiri. Ketika berbicara mengenai pengenalan diri, Calvin berbeda dari para filosof di
zamannya. Ketika berbicara mengenai pengenalan diri, yang para filosof maksudkan adalah
mengenal posisi dan kegemilangan manusia. Bagi Calvin, ini adalah rasa percaya diri yang
keliru dan sombong. Calvin mengingatkan bahwa manusia ada karena Allah. Tanpa topangan
Allah, manusia celaka.

Di sisi lain, jika manusia melihat dirinya dari sudut pandang kejatuhan Adam, semua rasa
percaya diri dan kesombongan mencair; manusia merasa malu dan merasa sungguh rendah. Di
satu sisi, manusia memang diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Namun kejatuhan umat
manusia melalui kejatuhan Adam seharusnya menjadikan manusia tidak puas dengan dirinya
sendiri dan menjadi rendah hati. Dengan demikian, manusia terdorong oleh semangat untuk
mencari Allah.

Calvin setuju dengan Agustinus bahwa karunia-karunia alami manusia telah tercemar
dosa, dan karunia-karunia supranaturalnya telah tenggelam. Yang dimaksudkan dengan karunia
supranatural adalah kebenaran dan iman yang memampukan manusia untuk mendapatkan tempat
di surga dan kebahagiaan kekal. Ketika manusia mengkhianati Allah, ia kehilangan karunia
rohani yang akan mengangkatnya pada pengharapan keselamatan kekal. Ia terbuang dari
kerajaan Allah dan segala hal yang berasal dari kehidupan rohani ditiadakan, sampai ia
mendapatkannya kembali melalui kelahiran baru.

Bagi Calvin, kejatuhan juga berarti kejelasan pikiran dan integritas jiwa manusia
mengalami kemunduran sehingga karunia-karunia alamiahnya pun tercemar. Sekalipun ada sisa-
sisa kecerdasan, penilaian dan kehendak, pikiran yang lemah dan gelap tidak dapat disebut benar
dan utuh. Dengan demikian, kehendak bebas manusia juga telah mengalami kejatuhan.

Menyatakan hal ini tidak berarti bahwa Calvin menyatakan tidak ada sesuatu apapun
yang baik di dalam diri manusia. Ia mengakui bahwa ada orang-orang yang hidup dengan

3
Laporan Baca Teologi Calvin STT Amanat Agung

integritas seumur hidup mereka. Namun ia melihat hal ini sebagai cara Allah untuk mengekang
kejahatan dan anugerah Allah atas umat manusia. Hal ini disebut sebagai anugerah karena baik
mereka yang baik atau mereka yang jahat adalah sama-sama orang berdosa. Mereka yang hidup
di dalam integritas dan memiliki semangat kepahlawanan menerimanya sebagai anugerah Allah
karena kebutuhan umat manusia akan kepemimpinan.

Anugerah ini sendiri tidak melepaskan manusia dari fakta bahwa bahkan para pemimpin
yang paling hebat sekalipun dikendalikan oleh ambisi yang kuat bagi dirinya sendiri. Dengan
demikian, sehebat apapun hidup mereka, itu semua tidak ada artinya jika tidak diarahkan demi
kemuliaan Allah, ketika Allah menghakimi mereka kelak.

Singkatnya, kualitas moral terbaik manusia tidak meniadakan fakta kegagalan kehendak
bebas manusia untuk mengalami keselamatan kekal. Kehendak bebas manusia berada di dalam
ketegangan antara kebutuhan (necessity) dengan kesukarelaan (voluntary). Artinya, kehendak
bebas manusia berada di dalam kuasa dosa (necessity) sehingga kesukarelaannya (voluntary) pun
telah tercemar/dikuasai oleh dosa.

Bab 14

Of Christian Liberty

Untuk mengerti apa itu kemerdekaan Kristen, seseorang harus memahami tiga bagian
kemerdekaan Kristen yang Calvin sebutkan di dalam bab ini. Pertama, hati nurani orang
percaya, sementara mencari jaminan akan pembenaran dihadapan Allah, harus berdiri melampaui
Hukum, dan tidak lagi berupaya memperoleh pembenaran dengan melakukan Hukum. Itu berarti
bahwa orang percaya tidak boleh lagi mengandalkan diri atau perbuatannya untuk dibenarkan
oleh Allah. Jika ia berdiri dihadapan Allah sebagai orang yang dibenarkan, maka itu semua
karena imannya kepada apa yang Yesus Kristus telah lakukan bagi pembenarannya.

Kedua, ketaatan hati nurani orang percaya pada Hukum Taurat tidak disebabkan oleh
sebuah keharusan yang mengikat, namun lebih karena kesukarelaan. Artinya, hati nurani orang
percaya mentaati Allah dengan sukarela, tanpa paksaan. Untuk itu, orang percaya harus bebas

4
Laporan Baca Teologi Calvin STT Amanat Agung

dari setiap pemikiran atau perasaan dan hati dibebaskan dari hasratnya yang egois. Seharusnya
ada konsentrasi pada satu tujuan.

Ketiga, orang percaya harus menyadari bahwa mereka tidak terikat untuk mengamati dan
melakukan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak penting. Orang
percaya boleh melakukannya atau tidak melakukannya. Tanpa kebebasan ini, hati nurani orang
percaya tidak bisa menjadi tenang.

Bagaimanapun, yang harus diingat adalah kemerdekaan Kristen adalah hal rohani.
Tujuannya adalah memberikan ketenangan pada hati nurani yang gemetar, entah karena kuatir
akan pengampunan dosa, tindakan-tindakan yang tidak sempurna atau pada saat pengambilan
keputusan.

Refleksi Pribadi

“Institutio is facing the Secret head to head”. Membaca lagi Institutio menyadarkan saya
bahwa teologi Calvin sangat berseberangan dengan pemahaman filosofis masa kini, yang sangat
dipengaruhi oleh postmodernisme atau New Age Movement. Paham filosofis yang berkembang
di Indonesia, khususnya Jakarta saat ini, sangat egosentris dan terpintal rapih dengan
kekristenan. Akibatnya, banyak orang Kristen yang lebih “percaya diri” namun tidak memiliki
ketergantungan yang erat dengan Allah. Atau sebaliknya, begitu lekat dengan “Allah” yang
diharapkan akan memuaskan ego mereka.

Institutio seharusnya dapat membawa kekristenan kembali pada perspektif yang benar
tentang Allah dan tentang manusia, yang pada akhirnya membawa umat Allah pada
kemerdekaan Kristen yang memuliakan Allah dan penuh dengan kerendahan hati.

Anda mungkin juga menyukai