Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan jaringan
interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling umum adalah
Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat refluks
vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau infeksi, trauma,
infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau gangguan metabolik
(Sandra M. Nettina,2001). Penyebab pielonefritis yang paling sering adalah Escherichia Coli.
Tanda dan gejalanya adalah demam timbul mendadak, menggigil, malaise, nyeri tekan daerah
kostovertebral, leukositosis, dan bakteriuria (Sylvia A. Price dan M. Willson, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian glomerulonefritis dan pielonefritis lebih sering terjadi pada
anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Karena bentuk uretranya yang lebih
pendek dan letaknya berdekatan dengan anus. Studi epidemiologi menunjukkan adanya
bakteriuria yang bermakna pada 1% sampai 4% gadis pelajar. 5%-10% pada perempuan usia
subur, dan sekitar 10% perempuan yang usianya telah melebihi 60 tahun. Pada hampir 90%
kasus, pasien adalah perempuan. Perbandingannya penyakit ini pada perempuan dan laki-laki
adalah 2 : 1.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa pengertian pada pielonefritis dan Uretritis ?


Apa etiologi pada pielonefritis dan Uretritis ?
Apa manifestasi pada pielonefritis dan Uretritis ?
Apa patofisiologi pada pielonefritis dan Uretritis ?
Apa pencegahan dan penataaksanalan pada Pielonefritis dan Uretritis ?
Apa ASKEP pada pielonefritis dan Uretritis ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian pada pielonefritis dan Uretritis ?
2. Untuk mengetahui apa itu etiologi pada pielonefritis dan Uretritis ?
3. Untuk mengetahui apa itu manifestasi pada pielonefritis dan Uretritis ?
4. Untuk mengetahui apa itu patofisiologi pada pielonefritis dan Uretritis ?
5. Untuk mengetahui apa itu pencegahan dan penataaksanalan pada Pielonefritis dan
Uretritis ?
6. Untuk mengetahui apa itu ASKEP pada pielonefritis dan Uretritis ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan
interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
2

Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara
hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan jaringan
interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling umum adalah
Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat
refluks vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau infeksi,
trauma, infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau
gangguan metabolik (Sandra M. Nettina, 2001).
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulangkarena terapi
tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yangberulang terjadi setelah dua
minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteridari saluran kemih bagian bawah ke arah
ginjal, hal ini akanmempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas
dikaitkandengan selimut antibodi bakteri dalam urin.Ginjal biasanya membesar disertai
infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.Abses dapat dijumpai padakapsul ginjal dan pada
taut kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dankerusakan tubulus serta glomerulus
terjadi.Pyelonefritis akut merupakansalah satu penyakit ginjal yang sering
ditemui.Gangguan ini tidak dapatdilepaskan dari infeksi saluran kemih.Infeksi ginjal
lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya (uretra)
lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya terletak berdekatandengan
vagina dan anus, sehingga lebih cepat mencapai kandung kemihdan menyebar ke ginjal.
Insiden penyakit ini juga akan bertambah padawanita hamil dan pada usia di atas 40
tahun. Demikian pula, penderitakencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal
lainnya lebih mudahterkena infeksi ginjal dan saluran kemih.

2. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat jugakarena faktor
lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak
jaringan ginjal secara permanenakibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut
dan dapatmenyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun
membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses
3

perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksiginjal yang berulang-ulang


berlangsung beberapa tahun atau setelahinfeksi yang gawat. Pembagian Pielonefritis akut
seringditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidroureter
danhidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.

B. Etiologi
1. Bakteri
a. Escherichis colli
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan diusus besar)
merupakan penyebab infeksi yang sering ditemukan pada pielonefritis akut tanpa
komplikasi
b. Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa.
Pseudomonas juga merupakan patogen pada manusia dan merupakan penyebab
infeksi pada saluran kemih.
c. Klebsiella enterobacter
Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen menular yangumumnya
menyebabkan infeksi pernapasan, tetapi juga dapatmenyebabkan infeksi saluran
kemih
d. Species proteus
Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran cerna, menjadi patogenik
ketika berada di dalam saluran kemih.
e. Enterococus
Mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami salurancerna dan
bersifat patogen di dalam saluran kemih
f. Lactobacillus
Lactobacillus dalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan
vagina,dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran kemih. Apabiladitemukan
lebih dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut harusdipertimbangkan
terkontaminasi. Hampir semua gambaran klinisdisebaban oleh endotoksemia.
Tidak semua bakteri bersifat patogen disaluran perkemihan, tetapi semua bakteri
tersebut ditemukan dalamsampel biakan urine. Namun, bakteri-bakteri tersebut
tetap merupakankontaminan.
2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih Kembali
kedalam ureter.
4. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasmaefektif ke ginjal
dan saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomerulus dan fungsi tubuler meningkat 3050%. Dibawah keadaan yang normal peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi
4

ibu dan janin yang tumbuhtidak membuat ginjal dan uretra bekerja ekstra. Keduanya
menjadidilatasi karena peristaltik uretra menurun. Sebagai akibat, gerakan urin
kekandung kemih lebih lambat. Stasis urin ini meningkatkan
kemungkinan pielonefritis.Estrogen dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi
yang terjadi pada kandung kemih yang akan naik ke ginjal. Bendungan dan atoni
ureter dalam kehamilan mungkin disebabkan oleh progesteron, obstipasi atautekanan
uterus yang membesar pada ureter.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisadicegah oleh
aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di
tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air
kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari
kandung kemih ke dalamureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
ginjal.

C. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococu fecalis, Pseudomonas
aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh
yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah(uretra), merambat ke kandung kemih,
lalu ke ureter (saluran kemih bagianatas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal)
dan tibalah ke ginjal,yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi
dalam waktu24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat
seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat
hambatan atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti
adanya batu atau tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yangtidak lazim.
Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan
berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkanfibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis
muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan
degeneratif dan menjadi kecilserta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat
berkembang menjadi gagal ginjal.

D. Manifestasi Klinis
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudiandapat disertai
menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah.Pada beberapa kasus juga

menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi
berkemih yang meningkat
Dapat terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebatyang desebabkan
oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanyairitasi akibat infeksi atau karena
lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang
juga disertai otot perut berkontraksi kuat. Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali
sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali.
a. Pyelonefritis akut ditandai dengan :
1) Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
2) Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil,nausea
3) Nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahanfisik.
4) Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness
5) Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
6) Ada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau
yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
b. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga kedua ginjal
perlahan-lahan menjadi rusak.
Tanda dan gejala:
1) Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai
gejala yang spesifik
2) Adanya keletihan
3) Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
4) Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria
dan kepekatan urin menurun.
5) Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalamigagal ginjal.
6) Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks
7) Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan
8) Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

E. Pemeriksaan Penunjang
6

a. Urinalisis
b. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih.
a. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
c. Bakteriologis
Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 -103 organisme
koliform / mL urin plus piuria
Biakan bakteri
Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik
d. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
e. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
f. Metode tes
1)
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
2)
3)

untuk pengurangan nitrat).


Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat

urin normal menjadi nitrit.


g. Penyakit Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular secara
seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
h. Tes- tes tambahan :
1)
Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk
menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya
2)

batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.


Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

F. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum
& Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area
medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada
penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.

2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali
dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami
supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam
jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari
hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi,
dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai urea,
yang mangakibatkan terbentuknya batu) (Brunner&Suddarth, 2002: 1437).

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun
2007:
1) Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
2) Monitor Vital Sign
3) Melakukan pemeriksaan fisik
4) Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
5) Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
6) Memantau input dan output cairan.
7) Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
8) Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan.
Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya
yang dapat membuat pasien berkecil hati.
Penatalaksanaan Medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:
Pielonefritis Akut : pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan
memerlukan terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di berikan selama 24-48
jam sampai pasien afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan
kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk
mencegah berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut
biasanya lebih lama daripada sistitis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau
kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program
antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial
sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan
dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya pada terapi jangka panjang.
8

Pielonefritis kronik: agens antimikrobial pilihan di dasarkanpada identifikasi patogen


melalui kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dan
digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika
medikasi potensial toksik.

H. Pencegahan
Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang harus dilakukan:
a. minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan kandung
kemih serta kontaminasi urin.
b. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
c. banyak istirahat di tempat tidur
d. terapi antibiotika
Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak pernah
mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara
membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa
membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal tersebut
untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar agar tidak
masuk melalui vagina dan menyerang uretra. Pada waktu pemasangan kateter harus
diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan infeksi ginjal
mempunyai khasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, menurunkan panas, dan diuretik
(peluruh kemih). Tumbuhan obat yang dapat digunakan, antara lain :
Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)
Meniran (Phyllanthus urinaria)
Sambiloto (Andrographis paniculata)
Pegagan (Centella asiatica)
Daun Sendok (Plantago major)
Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)
Rambut Jagung (Zea mays)
Krokot (Portulaca oleracea)
Jombang (Taraxacum mongolicum)
Rumput mutiara (Hedyotys corymbosa)

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien pielonefritis menggunakan pendekatan bersifat
menyeluruh yaitu :
1. Identitas Klien
Nama

Usia / Tanggal Lahir

Jenis Kelamin

Suku Bangsa

Status Pernikahan

Agama

Pekerjaan

Diagnosa Medik

Tanggal Masuk

Tanggal Pengkajian

No. RM

2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama

: Pasien mengatakan nyeri punggung bawah dan


disuria

b. Riwayat penyakit sekarang : Riwayat peningkatan suhu tubuh disertai menggigil


biasanya dikeluhkan beberapa hari sebelum klien
meminta pertolongan pada tim kesehatan. Pada
klien pielonefritis biasanya didapatkan keluhan
nyeri. Pengkajian keluhan nyeri sebagai berikut :

10

P : Penyebab nyeri pada kostovertebra akibat respon peradangan pada pileum


dan parenkim ginjal.
Q : Kualitas nyeri seperti tertusuk tusuk
R : Area nyeri pada panggul, nyeri tekan pada sudut kostovertebral, nyeri di
daerah perut dan pinggang.
S : Skala nyeri bervariasi pada rentang sedang sampai berat (2-3) (0-4)
T : Onset nyeri dimulia bersamaan dengan keluhan timbulnya demam.
c. Riwayat penyakit dahulu

: Kaji apakah ada riwayat penyakit sepertiadanya


keluhan obstruksi pada saluran kemih (yang
meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi).
Tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia
prostatik benigna, dan diabetes melitus. Penting
untuk dikaji meliputi riwayat pemkaian obat obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis
obat.

d. Riwayat penyakit keluarga : Mengidentifikasi apakah di keluarga ada riwayat


penyakit menular atau turunan.

3. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital

TD : normal / meningkat
Nadi : normal / meningkat
Respirasi : normal / meningkat
Temperatur : meningkat

a) B1 (Breathing)
Bila tidak melibatkan infeksi sistemik, pola napas dan jalan napas dalam kondisi
efektif walau secara frekuensi mengalami peningkatan.
b) B2 (Blood)
Bila tidakmelibatkan respon sistemik, status kardiovaskuler tidak mengalami
perubahan walau secara frekuensi denyut jantung mengalami peningkatan. Perfusi
perifer dalam batas normal, akral hangat, akral hangat.
c) B3 (Brain)
Pada wajah biasanya tidak didapatkan adanya perubahan konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, mukosa mulut tidak mengalami peradangan. Status neurologis
tidak mengalami perubahan, tingkat kesadaran dalam batas normal dimana orientasi
(tempat, waktu, orang) baik.
11

d) B4 (Bladder)
a. Inspeksi : tidak ada pembesaran pada suprapubis, tidak ada kelaianan pada
genitalia eksterna. Didapatkan disuria, pada pielonefritis yang mengenai kedua
ginjal sering didapatkan penurunan urine output karena terjadi pe nurunan dari
fungsi ginjal.
b. Palpasi : sering didapatkan distensi kandung kemih. Pada palpasi area
kostovertebra sering didapatkan adanya perasaan tidak nyaman dan mungkin
didapatkan adanya massa dari pembesaran ginjal akibat infiltrasi interstisial selsel inflamasi pada palpasi ginjal.
c. Perkusi : perkusi pada sudut kostovertebra memberikan stimulus nyeri lokal
disertai suatu penjalaran ke nyeri ke pinggang dan perut.
d. Auskultasi : tidak didapatkan adanya bruit ginjal
5. B4 (Bowel)
Didapatkan adanya mual, muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan berat badan terutama pada pielonefritis kronik. Penurunan peristaltik
usus sering didapatkan.
6. B6 (Bone)
Didapatkan malaise dan adanya kelemahan fisisk secara umum.

B. Analisa Data
No
1.

Data

Penyebab
Pielonefritis

DS :

Masalah Keperawatan
Nyeri akut

Pasien mengatakan nyeri


punggung bawah, nyeri saat

Infeksi pada pieleum

berkemih

dan parenkim ginjal

DO :
1. Ekspresi wajah meringis /

Reaksi infeksi

menyeringai
2. Gelisah
3. Skala nyeri 1-10
4. TD : 160/100 mmHg

inflamasi
Nyeri pada pinggang,
nyeri perut

2.

DS :

Peradangan/ infeksi
Pasien mengatakan tubuhnya

ginjal

terasa panas
proses demam,

DO :

menggigil

1. Kulit teraba hangat


12

Hipertermi

2. TD = 160/100 mmHg
3. S = 38,5 C
4. RR = 105 x/menit

peningkatan suhu
tubuh

3.

DS :

Haus berlebih
Pasien mengatakan lemah,

Kekurangan volume
cairan

sering haus, dan cepat lelah

Kelemahan

DO :
1. haus dirasakan siang maupun

Laju metabolik

malam hari,
2. Pasien tampak lelah
3. S : 38,5 c

meningkat
volume cairan

4.

DS :
Pasien mengalami susah

Iritasi pada saluran

Gangguan eliminasi

kemih

urine

berkemih (disuria)
DO :

Disuria

1. Disuria sudah 1 minggu


2. Di dapatkan hasi pemeriksaan

Perubahan eliminasi

protein 2+

urin

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan / infeksi pada ginjal.
2. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan metabolisme yang meningkat, rasa
haus yang berlebih
4. Gangguan eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang
berhubungan dengan infeksi pada ginjal.

D. Intervensi
No.
1.

Diagnosa Keperawatan

NOC (Tujuan dan kriteria

Nyeri akut b/d proses

hasil )
Kriteria hasil:
13

NIC (Intervensi )
Pain Management

peradangan / infeksi
pada ginjal.

1. Mampu mengontrol
nyeri.

1. Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif.

2. Melaporkan nyeri
berkurang dengan
manajemen nyeri.
3. Mampu mengenali
nyeri.

2. Observasi reaksi nonverbal dari


ketidaknyamanan.
3. Gunakan komunikasi terapeutik.
4. Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri.

4. Menyatakan rasa
nyaman setelah yeri
berkurang.

5. Kontrol lingkungan yang dapat


mempengaruhi nyeri.
6. Pilih dan lakukan penangan nyeri.
7. Kaji tipedan sumber nyeri.
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
9. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
10. Tingkatkan istirahat.
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan drajat nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Cekinstruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi.
3. Cekriwayat alergi.
4. Pilih analgesic yang diperlukan
atau kombinasidari analgesikketika
pemberian lebih dari satu.
5. Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan beratnya nyeri.
6. Monitor vital signsebelum dan
setelah pemberian analgesic
pertama kali.
7. Berikan analgesic tepat waktu.
8. Evaluasi efektifitas analgesic,

2.

Hipertermi

Kriteria hasil:

berhubungan dengan

1. Suhu tubuh dalam

14

tanda dan gejala.


Fever Treatment :
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna dan suhu kulit

respon imunologi
terhadap infeksi.

rentang normal
2. Nadi dan RR dalam

3. Monitor tekana darah, nadi dan

rentang normal
3. Tidak ada perubahan

4.
5.
6.
7.
8.

warna kulit dan tidak


ada pusing

RR
Monitor tingkat kesadaran
Monitor WBC, Hb, Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik
Berikan pengobatan untuk

mengatasi penyebab demam


9. Kolaborasi pemberian cairan
3.

Kekurangan volume

Kriteria hasil :

intravena
Fluid managemen

cairan berhubungan

1.

1.

Mempertahan kan

Pertahankan catatan intake dan

dengan mual atau

urin output sesuai

muntah (iritasi syaraf

usia dan berat badan

2.

Monitor TTV

TTV dalam batas

3.

Monitor status nutrisi

normal

4.

Monitor masukan makanan dan

abdominal dan pelpis

2.

ginjal /kolik ureter


,diuresis pasca

3.

obstruksi)

output yang kuat

Tidak ada tanda

cairan dan hitung itake kalori

tanda dehidrasi

harian
5.

Kolaborasi dengan dokter

6.

Monitor adanya tanda tanda ginjal

7.

Monitor respon pasien terhadap


penambahan cairan

4.

Gangguan eliminasi

Kriteria hasil :

Urinari rententin care

urin berhubungan

1.

1.

Intake cairan dalam

Lakukan penilaian kemih yang

dengan obstruksi /

batas normal bebas

komprehensif berfokus pada

edema / proses

dari ISK

inkontenensia misalnya output

Balance cairan

urin ,pola berkemih dan masalah

seimbang

kencing praeksisten

peradangan pada

2.

saluran kemih
3.

Tidak ada spasme

2.

blagder

Merangsang reflek kantung kemih


dengan menerapkan dingin untuk
perut,membelai tinggi air

3.

Sediakan waktu yang cukup untuk


pengosongan kantung kemih (10
mnt)

4.
15

Memantau asupan dan

pengeluaran
5.

Memantau tingkat distensi


kantung kemih dengan palpasi dan
perkusi

URETRITIS
A. Defenisi
Uretritis adalah peradangan uretra oleh berbagai penyebab dan merupakan sindrom
yang sering terjadi pada pria. (Sylvia A. Price)
Uretritis adalah inflamsi pada uretra ,keadaan ini kerap kali merupakan gejala
penyakit gonore,dapat pula di sebabkan oleh mikroorganisme (barbara).
Uretritis adalah peradangan yang terjadi pada uretra (Anonym 1997)

B. Etiologi
a.

Kuman Gonorrhoe (Gonokokal uretritis) 80 % disebabkan oleh gonorrhoeae N, yang

merupakan gram negatif intraseluler


b. Kuman Non-Gonorrhoe (nongonokokal Uretritis) NGU disebabkan oleh Trachomatis
C., Urealyticum U., Hominis M., Vaginalis T. Pada beberapa kasus bisa berhubungan
dengan venereum lymphogranuloma, herpes simpleks, sifilis, mikobakteria, atau
c.

infeksi saluran kemih dengan striktur uretra.


Pada pasien blader retraining dengan kateterisasi intermiten, 10 kali lebih mungkin
terjadi uretritis dengan kateter lateks di bandingkan dengan kateter silikon

C. Klasifikasi
16

1) Uretritis Akut
Biasanya terjadi karena asending infeksi, atau sebaliknya oleh karena prostat
mengalami infeksi. Keadaan ini sering diderita oleh kaum pria.
a) Tanda dan gejala :
- Mukosa merah dan edema.
- Terdapat cairan eksudat yang purulent.
- Ada ulserasi pada uretra.
- Ada rasa gatal yang menggelitik,gejala khas pada uretritis G.O
- Pada pria pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra tersumbat oleh
kelompok pus
- Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien menderita
gonorhoe.
- Demam Suhu : 37,5-38,5 C
b) Diagnosa diferential
-uretritis G.O
-amicrobic pyuhria
-prostatitis non spesifik
c) Pemeriksaan Diagnostik :
Dilakukan pemeriksaan terhadap sekret uretra untuk mengetahui kuman
penyebab.
d) Tindakan Pengobatan :
a. Pemberian antibiotika
b. Bila terjadi striktura, dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan bougie.
e) Komplikasi :
1. Prostatitis
2. Periuretral abses yang dapat sembuh, kemudian menimbulkan striktura atau
fistul uretra.
2) Uretritis Kronis
a) Penyebab :
- Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut.
- Prostatitis kronis.
- Striktura uretra.

17

b) Tanda dan gejala :


- Mukosa terlihat granuler dan merah
- Getah uretra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum miksi pertama.
c) Prognosa :
Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter
& ginjal.
d) Tindakan pengobatan :
- Pemberian antibiotik
- Banyak minum untuk melarutkan bakteri (+ 3000 cc/ hari).
e) Komplikasi :
1. Radang dapat menjalar ke prostate
2. Prostatitis
Prostatitis bakterial akut terjadi dengan gejala-gejala infeksi saluran kemih
bagian bawah, nyeri di perineum atau obstruksi. Hasil pemeriksaan
menunjukkan prostat yang membengkak dan lunak. Urinalisis biasanya
menunjukkan piuria dan bakteriuria dengan hasil kultur uropatogen yang
khas.
3) Uretritis Gonokokus
a) Penyebab
Neisseria Gonorhoeoe (gonokokus)
b) Tanda dan Gejala
Sama dengan tanda dan gejala pada uretritis akut, karena uretritis ini adalah
bagian dari uretritis akut
c) Prognosa
Infeksi dapat menyebar ke proksimal uretra.
d) Komplikasi
1. Infeksi yang menyebar ke proksimal uretra menyebabkan peningkatan
frekuensi kencing
2. Gonokokus dapat menebus mukosa uretra yang utuh, mengakibatkan
terjadi infeksi submukosa yang meluas ke korpus spongiosum
3. Infeksi yang menyebabkan kerusakan kelenjar peri uretra akan
menyebabkan terjadinya fibrosis yang dalam beberapa tahun kemudian
mengakibatkan striktura uretra. (underwood,1999)
4) Uretritis Non Gonokokus (Non Spesifik)
18

Uretritis non gonokokus (sinonim dengan uretritis non spesifik) merupakan


penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang paling sering
diketemukan. Pada pria, lender uretra yang mukopurulen dan disuria terjadi dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu setelah melakukan hubungan kelamin
dengan wanita yang terinfeksi. Lendir mengandung sel nanah tetapi gonokokus
tidak dapat di deteksi secara mikroskopis atau kultur. (Underwood,1999)
a) Insiden
Masih merupakan penyakit yang sering terjadi pada banyak bagian dunia,
insiden berhubungan langsung dengan promiskuitas dari populasi
b) Etiologi
Infeksi hamper selalu didapat selama hubungan seksual. Gonokokus
membelah diri pada mukosa yang utuh dari uretra anterior dan setelah itu
menginvasi kelenjar peri uretral, dengan akibat terjadinya bakteremia dan
keterlibatan limfatik.
c) Makroskopik
Peradangan akut dari mukosa uretra, dengan eksudat yang purulenta pada
permukaan; dapat terjadi ulserasi dari mukosa.
d) Rabas
Timbul 3-8 hari setelah infeksi dan kental, kuning serta banyak. Apusan
memperlihatkan sejumlah besar sel sel pus (100%), banyak mengandung
diplokokus gram negative intraseluler yang difagositosis.
e) Perjalanan Penyakit
1. Dapat mengalami resolusi dalam 2-4 minggu, sebagai akibat pengobatan
atau kadang kadang spontan.
2. Menjadi kronik.
f) Penyulit
1. Uretritis posterior, prostatitis, vesikulitis, epididimitis dan sistitis.
2. Abses peri uretral.
3. Penyebaran sistemik arthritis supuratif atau teno sinovitis tidak jarang
ditemukan pada kasus yang terabaikan sementara endokarditis jarang
sekali terjadi. (A.D Thomson,1997)
5) Uretritis Abakterial Penyakit Reiter
a.

Klinik
Uretritis yang berkaitan dengan konjunktivitis dan artritis
19

b. Etiologi
Kemungkinan terdapat organisme dari kelompok chlamydia
c.

Hasil
Kemungkinan terdapat pemulihan spontan, tetapi sering kali terdapat riwayat
yang lama, dengan banyak eksaserbasi klinik. Pada kasus yang berat terdapat
ulserasi dari mukosa bukal, kulit kaki, glans penis, uretra dan kandung kemih.
Iritis dan keraitis dapat menjadi penyulit konjunktivitis.

D. Patofisiologi
Invasi kuman (gonorrhoe, trihomonas vaginalis gram negatif) uretritis
Iritasi (iritasi batu ginjal, iritasi karena tindakan invasif menyebabkan retak dan
permukaan mukosa pintu masuknya kuman proses peradangan uretritis).
Pada kebanyakan kasus organisme penyebab dapat mencapai kandung kemih melalui
uretra. Infeksi ini sebagai sistitis, dapat terbatas di kandung kemih saja / dapat merambat
ke atas melalui uretra ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke ginjal atau melalui darah
/ getah bening, tetapi ini jarang terjadi. Tekanan dari kandung kemih menyebabkan
saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut
sampai menyerang mukosa.
Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih mengakibakan
penimbunan cairan, bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini dapat menyebabkan
atrofi hebat pada parenkim ginjal / hidronefrosis. Disamping itu obstruksi yang terjadi di
bawah kandung kemih sering disertai refluk vesiko ureter dan infeksi pada ginjal.
Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut ginjal dan uretra, batu saluran kemih,
neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan kongenital pada leher kandung kemih dan uretra
serta penyempitan uretra.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis
o

Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih

20

Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.

2. Bakteriologis
o

Mikroskopis

Biakan bakteri

3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik


4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5. Metode tes
o

Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin
normal menjadi nitrit.

Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :


Uretritis akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).

Tes- tes tambahan :


Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.

F. Penatalaksanaan
Antibiotika yang di rekomendasikan untuk N.gonorrheae :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Cefixime 400 mg (oral)


Ceftriaxone 250 mg (IM)
Ciprofloxacine 500 mg (oral)
Ofloxacin 400 mg (oral)
Clotrimazole (Mycelex) Trichomonial
Flukonazole (Diflucan) Monilial
Metronidazole (Flagyl) Trichomonial
Nitrofurantoin bakteri
21

9. Nystatin (Mycostatin) Monilial

G. Pencegahan
Penyakit uretritis bisa dikurangi dengan menghindari hal-hal sebagai berikut :

Iritasi akibat manipulasi manual uretra

Hubungan seks tanpa kondom

Bahan kimia yang bisa mengiritasi urethra, seperti lotion, deterjen, kontrasepsi,atau
spermisida.

22

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama

Usia / Tanggal Lahir

Jenis Kelamin

Suku Bangsa

Status Pernikahan

Agama

Pekerjaan

Diagnosa Medik

Tanggal Masuk

Tanggal Pengkajian

No. RM

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dan panas pada
daerah kelamin terutama pada saat berkemih, kadang juga disertai darah dan
nanah.
b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien biasanya mengatakan adanya luka pada uretra,
rasa gatal yang menggelitik, demam, nyeri saat miksi, dan nyeri pada abdomen
bagian bawah.
c. Riwayat penyakit dahulu : Apakah pasien dulunya pernah mengalami lesi local
yang berlokasi dekat uretra, penyakit kelamin dan DM.
d. Riwayat penyakit keluarga : Apakah keluarga pasien sebelumnyapernah
mengalami penyakit ini sebeumnya
3. Pemeriksaan fisik
a. Observasi Tanda-tanda Vital
o
o
o
o

S :
N :
RR
TD

Suhu meningkat (biasanya antara 37,5-38,5 C)


Nadi meningkat (biasanya >100 x/mnt)
: Pernafasan normal (18-20 x/mnt)
: Tekanan darah normal (110/70-130/90 mmHg)

b. Pola sehat-sakit
1) Pola aktivitas sehari hari
Nutrisi
23

Kaji pola nutrisi klien apakah klien mengalami mual, muntah atau
anoreksia berhubungan dengan adanya rasa nyeri dan adanya inflamasi

uretra.
Eliminasi
Perubahan pola eliminasi berkemih biasanya ; terjadi penurunan

frekuensi / oliguri
Istirahat / tidur
Apakah klien mengalami gangguan tidur, keletihan, kelemasan, malaise

dikarenakan adanya inflamasi uretra dan adanya rasa nyeri.


Apakah klien mengalami gangguan tidur karena ansietas / ketakutan

terhadap penyakitnya
c. Pemeriksaan wajah
Amati apakah klein mengalami konjunktivitis karena dengan adanya
konjunktivitis dapat menunjukkan terjadinya uretritisabakterial penyakit reiter
d. Pemeriksaan abdomen
Inpeksi : Bagaimanakah bentuk abdomen
Palpasi : Adakah nyeri tekan
Auskultasi : Adakah peningkatan bising usus / gangguan kontraksi otot polos
ureter yang menyebabkan gangguan miksi
e. Pemeriksaan Genetalia
Inpeksi :
1) Pada penderita uretritis adanya mukosa merah udematus.
2) Terdapat cairan eksudat purulen.
3) Ada ulserasi diuretra
4) Adanya pus.
5) Peradangan akut uretra
Palpasi
1) Ada nyeri tekan pada genetalia karena adanya inflamasi

Auskultasi
1) Adanya gangguan kontraksi otot polos uretra sehingga terjadi kesulitan
miksi

B. Analisa Data
No
1.

Data

Penyebab

DS :

Uretritis
Pasien mengatakan nyeri dan
panas pada daerah kelamin

Infeksi pada kandung

terutama pada saat berkemih.

kemih
24

Masalah
Keperawatan
Nyeri akut

DO :
1. Ekspresi wajah meringis,

Obstruksi aliran

menahan nyeri
2. Pasien tampak sering

kemih proksimal

memegang kelamin,
3. Pasien sering memegang perut

penimbunan cairan,
bertekanan dalam

bagian bawah, dan


4. Pasien sering menggaruk-garuk

pelvis ginjal dan

daerah kelamin
2.

ureter

DS :

Peradangan/ infeksi
Pasien mengatakan tubuhnya

Hipertermi

kandung kemih

terasa panas
proses demam,

DO :
1. Wajah tampak lesu / lemah
2. Suhu meningkat (biasanya

peningkatan suhu

antara 37,5-38,5 C)
3. Nadi meningkat (biasanya >100

tubuh

x/mnt)
3

DS :

Infeksi pada kandung


Pasien mengatakan waktu

Resiko infeksi

kemih

berkemih disertai darah dan


nanah

Merambat ke ginjal

DO :

4.

atau melalui darah /

1.

Adanya sekret / lendir / pus

2.

pada awal miksi


Mukosa merah dan edema pada

3.

uretra / saluran kemih


Urine berwarna merah

getah bening
Bakteri normal
menyerang mukosa

DS :
Pasien mengatakan kesulitan

Iritasi pada saluran

Gangguan eliminasi

kemih

urin

untuk memulai miksi /


berkemih, dan nyeri saat

Disuria

berkemih
DO :

Perubahan eliminasi

25

1. Mukosa merah pada uretra /

urin

saluran kemih
2. Adanya peradangan pada uretra

C. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.

Nyeri akut b/d obstruksi saluran kemih proksimal


Hipertermi b/d proses patologis
Resiko infeksi b/d penyebaran patogen secara sistemik
Gangguan eliminasi urine b/d obstruksi/edema/proses peradangan pada saluran kemih

D. Intervensi
No

Diagnosa

NOC (Tujuan dan kriteria

Keperawatan

hasil )

1.

Nyeri akut b/d disuria Kriteria hasil:


(nyeri saat

berkemih).

Mampu mengontrol
nyeri.

NIC (Intervensi )

Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri
2.

secara komprehensif.
Observasi reaksi nonverbal

3.

dari ketidaknyamanan.
Gunakan komunikasi

4.

terapeutik.\
Kaji kultur yang

5.

mempengaruhi respon nyeri.


Kontrol lingkungan yang

6.

dapat mempengaruhi nyeri.


Pilih dan lakukan penangan

7.
8.

nyeri.
Kaji tipedan sumber nyeri.
Berikan analgetik untuk

9.

mengurangi nyeri.
Evaluasi keefektifan kontrol

Melaporkan nyeri
berkurang dengan
manajemen nyeri.

Mampu mengenali
nyeri.

Menyatakan rasa
nyaman setelah yeri
berkurang.

nyeri.
10. Tingkatkan istirahat.
26

2.

Hipertermi b/d proses

Kriteria hasil:

peradangan

4. Suhu tubuh dalam


rentang normal
5. Nadi dan RR dalam
rentang normal
6. Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada
pusing

Fever Treatment :
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekana darah, nadi dan
4.
5.
6.
7.
8.

RR
Monitor tingkat kesadaran
Monitor WBC, Hb, Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik
Berikan pengobatan untuk

mengatasi penyebab demam


9. Kolaborasi pemberian cairan
intravena

3.

Resiko infeksi b/d

Kriteria hasil:

penyebaran patogen

1. Klien bebas dari tanda

secara sistemik

dan gejala infeksi


2. Mendeskripsikan proses
penuaran penyakit, factor

Infection Control :
1. Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Intruksikan pada pengunjung

yang mempengaruhi

untuk mencuci tangan saat

penularan serta

berkunjung dan setelah

penatalaksanaanya
3. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbunya
infeksi
4. Jumah leukosit dalam
batas normal
5. Menunjukan perilaku

berkunjung meninggakan pasien


5. Gunakan sabun antimikroba
untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebeum dan
sesudah tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
8. Perhatikan lingkungan aseptic
selama pemsangan alat
9. Berikan terapi antibiotik bila

hidup sehat

perlu (proteksi terhadap infeksi)

27

4.

Gangguan eliminasi
urin berhubungan
dengan obstruksi /
edema / proses
peradangan pada
saluran kemih

Kriteria hasil:

Urinari rententin care

i. Intake cairan dalam


batas normal bebas dari
ISK
ii. Balance cairan
seimbang
iii. Tidak ada spasme
blagder

1. Lakukan penilaian kemih yang


komprehensif berfokus pada
inkontenensia misalnya output
urin ,pola berkemih dan masalah
kencing praeksisten
2. Merangsang reflek kantung
kemih dengan menerapkan dingin
untuk perut,membelai tinggi air
3. Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan kantung
kemih (10 mnt)
4. Memantau asupan dan
pengeluaran
5. Memantau tingkat distensi
kantung kemih dengan palpasi
dan perkusi.

BAB III
28

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal yang sifatnya akut
maupun kronis. Penyebab pielonefritis ini adalah berbagai. uropatogen adalah agen
bakteri yang meliputi Escherichia coli, klebsilla, proteus, dan staphylococcus aureus.
Infeksi saluran kemih terutama pada kondisi statis kemih akibat batu saluran kemih,
refluks vesikoureter dan penurunan imunitas pada proses penuaan. Dari kasus diatas dapat
dilakuakan pengkajian. Gejala pada klien dengan pielonefritis biasanya timbul secara
tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual, muntah.
Uretritis adalah peradangan uretra oleh berbagai penyebab dan merupakan sindrom
yang sering terjadi pada pria. (Sylvia A. Price)

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam tulisan maupun penyusunannya, karena selain penulis masih dalam tahap
belajar,penulis juga manusia biasa yang tidak akan lepas dari salah dan dosa. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran konstruktif pembaca demi perbaikan penyusunan
makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2008 Askep Pada Pasien Sistem Perkemihan, jakarta : Salemba Medika
29

Underwood. JCE. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. EGC. Jakarta


Anonim, 1997. Perawatan VB. Akademi Keperawatan Soepraon Malang
Herdman, TH. & Kamitsuru. 2014. Nursing Diagnoses, Definitions and classification 20152017. Oxford : Wiley Blackwell

30

Anda mungkin juga menyukai