Anda di halaman 1dari 4

ASPERGILLOSIS

Aspergillosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh moulds saprophyte


dari genus aspergillus , dapat ditemukan di tanah , air dan tumbuhan yang
mengalami pembusukan dan spesies aspergillus yang sering menyebabkan
infeksi pada manusia yaitu Aspergillus fumigatus
Manifestasi klinis dari aspergilosis dapat berupa respon alergik, kolonisasi
aspergillus spesies, invasif aspergillosis dan diseminated aspergillosis .
Setelah candidiasis, aspergillosis merupakan infeksi jamur oportunistik
kedua yang sering dijumpai pada pasien imunokompromais
Pada individu imunokompromais , inhalasi spora jamur aspergillus dapat
menyebabkan infeksi invasisf pada paru maupun sinus dan sering diikuti
perluasan infeksi secara hematogen ke organ lain. Pada individu non
imunokompromais , inhalasi spora aspergillus dapat menyebabkan infeksi yang
terlokalisir pada paru, sinus ataupun pada tempat lain .

ETIOLOGI
Spesies aspergillus merupakan moulds saprophyte yang sering dijumpai
di tanah, air , dan tumbuhan yang membusuk. Lebih dari 200 spesies aspergillus
telah diidentifikasi dan Aspergillus fumigatus merupakan penyebab infeksi pada
manusia terbanyak dimana >90% menyebabkan invasif dan non invasif
aspergillos . Aspergillus flavus menyebabkan invasif aspergillos sebanyak 10 %
sedangkan aspergilus niger dan aspergillus tereus sebanyak 2 % .
Primary cutaneous aspergillos pada umumnya disebabkan oleh
Aspergillus flavus sedangkan Aspergillus niger dan aspergillus ustusdari hasil
pemeriksaan kultur dilaporkan juga dapat sebagai penyebab primary cutaneous
aspergillosis.

EPIDEMIOLOGI
Masuknya spora jamur aspergillus pada manusia umumnya melalui
inhalasi dan masa inkubasi nya tidak diketahui.
Aspergillos dapat mengenai semua ras dan kedua jenis kelamin dengan
perbandingan yang sama dan dapat mengenai semua usia .
Insiden invasif pada pasien aspergillus imunokompromais yang beresiko tinggi
yaitu pada :
1. Pasien neutropenia ( Disebabkan hematologic malignancy ataupun
mendapat kemoterapi ) : 7 %
2. Pasien leukimia akut : 5% - 20%
3. Penerima transplantasi sumsum tulang belakang : 10% - 20%
4. Penerima transplantasi organ : 5% - 15 %
5. Pasien AIDS : 1% - 9%

Dari laporan yang diketahui bahwa lingkungan rumah sakit sering terkontaminasi
dengan spora aspergillus , kontaminasi ini dapat dijumpai pada :
1. Konstruksi rumah sakit , dimana dijumpai peningkatan jumlah spora
aspergillus pada sistem ventilasi
2. Daerah sekitar kateter intravena
3. Penggunaan plester
4. Penggunaan armboard
5. Penutupan kulit secara oklusif

PATOGENESIS
Infeksi aspergillosis pada umumnya didapat dengan cara inhalasi conidia
ke paru-paru walaupun cara lain juga dapat dijumpai seperti terpapar secara
lokal akibat luka operasi, kateter intravenous dan armboard yang terkontaminasi .
invasif aspergillosis jarang dijumpai pada pasien imunokompeten . Spesies
aspergillus umumnya memproduksi toksin / mikotoksin yang dapat berperan
pada manifestasi klinis yaitu aflatoxin, achratoxin A, fumagilin dan
gliotoxingliotoxin dapat menurunkan fungsi makrofag dan neutrophyl .

GAMBARAN KLINIS
Lesi utama cutaneous aspergillosis dapat berbentuk makula, papula ,
nodul ataupun plak, sedangkan bentuk pustul ataupun lesi yang disertai oleh
purulen discharge sering dijumpai pada neonatus cutaneous aspergillosis .
Untuk infeksi yang timbul pada armboard ataupun plester yang digunakan
secara oklusif ( mempertahankan tempat kateter masuk ) lesi sering berbentuk
bulla hemoragik yang timbul pada tempat trauma kulit . sedangkan infeksi yang
timbul pada tempat masuknya kateter intravenous sering diawali dengan
erytrema pda tmpat masuknya kateter tersebut . pada pasien primary cutaneous
aspergillosis yang ditandai adanya luka biasanya disertai demam, perubahan
permukaan luka, membengkak , dan adanya indurasi dan disertai nyeri .
Variasi infeksi dimulai dari lesi yang tidak nyeri hingga fulminan , dimana
angka kematian berkisar 30% - 75% .
Sedangkan gambaran klinis pada seceondary cutaneous aseprgillus
awalnya berupa papul atau plak erythematosus, violaceous, indurated. Soliter,
atau multipel . lesi biasanya nyeri tetapi dapat juga asimptomatik. Manifestasi ini
mengalami perubahan secara cepat menjadi pustle, vesikel yang hemaoragik
dan selanjutnya akan terbentuk krusta yang ditutupi oleh keropong berwarna
hitam. Sering dijumpai pada tungkai, lengan dan kepala . bentuk lesi secondary
cutaneous aspergillosis menyerupai echytema gangrenosum yang biasanya
desebabkan oleh pseudomonas aeruginosa .

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikroskop langsung
Bahan yang digunakan berupa sputum , bronchial washing , aspirasi
tracheal, dai pasien dengan penyakit paru dan biopsi jaringan dari pasien
diseminated . sebelum pemeriksaan sputum , brochial washing dan aspirasi
trachel dilakukan, spesimen tersebut diberi koh 10 % dan tinta parker kemudian
selanjutnya diberikan pewarnaan gram sedangkan spesimen yang berasal dari
biopsi jaringan diberi pewarnaan khusus untuk jamur yaitu gomori mehtenamine
silver atau periodic acid schiff . dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya cabang
dichotomous dan hifa bersepta .

Pemeriksaan kultur
Spesimen kultur berasal dari sputum , bronchial washing dan aspirasi
tracheal di inokulasi pada agar sabaroud dextrose . pertumbuhan koloni cepat
dan berwarna putih, kuning ,kuning kecoklatan , hitam kecoklatan atau hijau
.hasil yang positif dari pemeriksaan kultur tersebut hanya dijumpai 10 % - 30 % .
Hal ini disebabkan dapat dijumpainya kontaminan lain pada kultur sehingga
menimbulkan kesulitan melakukan isolasi dan akbatnya organisme yang diisolasi
jumlahnya relatif sedikit . Kesulitan yang lainnya yaitu spesies aspergillus sering
merupakan kontaminan laboratorium . Hasil pemeriksaan kultur darah biasanya
negatif tetapi apabila hasilnya positif dapat membantu untuk menegakkan
diagnosis .

Tes Kulit
Tes kulit dengan menggunakan antigen aspergillus hanya berhasil untuk
mendiagnosis allergic aspergillosis . Penderita dengan asma tanpa komplikasi
yang disebabkan aspergillus menimbulkan reaksi immediate tipe I . Pada pasien
allergic bronchopulmonaryaspergillosis menimbulkan reaksi immediate tipe I dan
juga 70 % memberikan reaksi delayed tipe III

Tes Serologis
Pemeriksaan antibodi aspergillus sering membantu untuk mendiagnosis
bentuk lain dari aspergilosis yang dijumpai pada penderita non kompromais.
Pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan yaitu immunodifusion
( ID ) , indirect hemaglutination dan enzyme linked immunosorbent assay
( ELISA ) . Pmeriksaan immunodifussion mudah dilaksanakan dan pengendapan
dapat dideteksi lebih dari 70 % penderita dengan alergic bronchopulmonary
aspergillosis dan lebih dari 90 % pada penderita pulmonarry aspergilloma atau
kronik necrotizing pulmonary aspergillosis . Pemeriksaan ID juga berguna untuk
mendeteksi infeksi aspergillus bentuk invasif .

Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya antigen aspergillus di dalam


darah dan cairan tubuh yang lain dapat lebih cepat untuk mendiagnosis
aspergillosis pada penderita immunokompromais . Pada pasien invasif
aspergillosis ditemukan titer yang tinggi dari antigen galactomannan ( Dinding sel
aspergillus ) . Ada dua jenis pemeriksaan aspergillus galactomann yaitu atex
particle aglutination dan sanwich ELISA dimana spesifitas nya 94 % - 98 % dan
sensitivitas sebesar 90 % - 93 %

Anda mungkin juga menyukai