PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mutilasi merupakan merupakan suatu bentuk kejahatan susulan
dari sebuah kejahatan pembunuhan, dengan maksud untuk menutupi
kejahatan pembunuhan. Modus operasi kejahatan mutilasi umumnya
tidak lahir dari pemikiran sendiri, tetapi meniru kejahatan mutilasi yang
sebelumnya pernah terjadi.
yang
pernah
terjadi,
lalu
cara-cara
yang
Korban
mutilasipun berasal dari berbagai macam kelompok usia, mulai dari anak-anak
hingga dewasa. Potongan-potongan tubuh korban dapat ditemukan di berbagai
tempat seperti selokan, sungai, kebun, sawah, jalan raya dan di rumah tempat
tinggal korban itu sendiri.1
Banyaknya kasus pembunuhan dan mutilasi yang terjadi di Indonesia
akhir-akhir ini disebabkan oleh berbagai faktor baik karena keadaan psikis
pelaku (masalah kejiwaan), lingkungan masyarakat, sosial, ekonomi, dan
maraknya tayangan kriminal di televisi.2
Dalam mengungkap kasus mutilasi ini penyidik seringkali membutuhkan
bantuan dokter untuk membantu mengidentifikasi potongan tubuh korban yang
ditemukan. Hal ini melatarbelakangi penulis untuk membahas mengenai mutilasi
dan bagaimana peranan dokter dalam mengidentifikasi korban pada kasus
mutilasi.
1.2
Tujuan
Tujuan penulisan referat ini ialah meningkatkan pemahaman tentang
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MUTILASI
2.1.1 DEFINISI MUTILASI
Dari sisi ilmu kriminologi, yang dimaksud dengan mutilasi
adalah terpisahnya anggota tubuh yang satu dari anggota tubuh
lainnya oleh sebab yang tidak wajar dengan tujuan untuk membuat
relasi antara dirinya dengan korban terputus dan agar jati diri korban
tidak
dikenali
dengan
alasan-alasan
tertentu.
Modus
operasi
pada
peristiwa
pidana
yang
pernah
terjadi
lalu
untuk
meniru
(imitasi),
berbagai
peniruan
yang
Imitasi
Mengingat
imitasi
merupakan
salah
satu
bentuk
aspek
semua
hal
yang
sanggup
ditiru,
termasuk
terhadap
apa
yang
akan
diimitasi.Kedua,
ada
sikap
pergulatan
kebencian,
dan
kejiwaan
yang
emosi-emosi
lain
dikuasai
yang
oleh
tak
kemarahan,
terkendali.
Pada
JENIS-JENIS MUTILASI
Mutilasi memiliki beberapa unsur, seperti unsur perencanaan
secara
umum
setidaknya
tindak
barang
bukti
atau
untuk
menghalangi
korban.
2.1.3HUKUM MUTILASI
Di Indonesia tidak ada peraturan yang secara khusus mengatur
3
Pengaturan mutilasi
kejahatan
mempersamakan
kejahatan
mutilasi
dengan
kejahatan
yang
mengatur
tindak
hukum
tentang
pidana
pembunuhan
yang
diikuti
hukum
dan
keadilan
bagi
KUHP
membedakan
tindak
pidana
dalam
dua
bentuk,
tindakan
dapat
dikatakan
sebagai
pelanggaran
pada
korban
yang
berwujud
manusia
alamiah
baik
sekali/bahaya
maut;
tidak
mampu
terus-menerus
untuk
penganiayaan
ini
dilakukan
oleh
pelaku
secara
351
perencanaan
KUHP,
Pasal
pelaku
ini
untuk
lebih
menitik
melakukan
beratkan
tindakan
pada
tersebut
ketentuan
yang
melarang
tindakan
yang
pokok
bahasan
lain
yang
terkait
adalah
pasal 353 ayat (3) KUHP sanksi: pidana penjara: max 9 tahun
pasal 354 ayat (2) KUHP penganiayaan berat, sanksi: pidana
KUHP
perbuatan
mutilasi
sebelumnya
telah
mayat
bukan
sebagai
terhadap
pasal
pencurian
barang
pun
tanpa
ada
hukuman.
tindak
mutilasi
pada
terjadi
sebagai
rangkaian
tindakan
lanjutan
dari
tindakan
dalam
rangka
membuat
Yurisprudensi
yang
adalah
serangkaian
tindakan
penyelidik
untuk
sebagai
jenazah
ahli.
di
Bantruan
rumah
sakit
tersebut
dan
dapat
dapat
berupa
pula
berupa
adalah
untuk
mengumpulkan
fakta
fakta
medik
yang
dapat
pengumpulan
fakta
medik
yang
paling
baik
adalah
adalah
serangkaian
tindakan
penyelidik
untuk
sebagai
jenazah
ahli.
di
Bantruan
rumah
sakit
tersebut
dan
dapat
berupa
pula
berupa
dapat
untuk
mengumpulkan
fakta
fakta
medik
yang
dapat
pengumpulan
fakta
medik
yang
paling
baik
adalah
1. Dapat memastikan korban sudah mati atau belum. Hal ini sangat
penting sebab belum tentu korban yang tergeletak tidak bernapas
dan tidak bergerak itu sudah mati. Kehadiran dokter juga dapat
dimanfaatkan untuk memberikan pertolongan yang tepat jika
ternyata korban masih hidup.
2. Dapat menentukan cara kematiannya. Yang dapat dilakukan
dokter adalah memeriksa kondisi jenazah dan juga kondisi di
sekitarnya di TKP.
3. Dapat membantu mencari, mengumpulkan dan menyelamatkan
barang bukti (trace evidence) bagi pemeriksaan selanjutnya. Hal
ini juga penting sebab semakin banyak barang bukti ditemukan,
termasuk barang bukti medik, akan semakin mempermudah
penegak hukum membuat tentang perkara pidana. Barang bukti
medik tersebut harus diselamatkan dari kerusakan dan dokter
memang memiliki kemampuan untuk itu.
2.1.4.2 Tingkat Penyidikan
Tindakan penyidikan dilakukan menyusul selesainya tindakan
penyelidikan yang menghasilkan kesimpulan bahwa peristiwa yang
diselidiki itu merupakan peristiwa pidana. Tujuannya adalah untuk
mengumpulkan bukti-bukti supaya dengan bukti itu poerkaranya
menjadi jelas dan pelakunya dapat ditangkap. Menjadi jelas artinya
identitas korban
kejadiannya terungkap
atau
terdakwa
yang
diduga
menderita
Apakah
jenis
gangguan
jiwa
tersebut
menyebabkan
Waktu
Tempat
penegak
hukum
yang
menangani
perkara
jika
barang
bukti
tersebut
dimintakan
dokter
dalam
kapasitasnya
sebagai
ahli
dapat
kejahatan
menurut
suatu
kesaksian.
Dalam
perkara
13
dokter
di
TKP
adalah
pembantu
penyidik
dalam
bukti
laboraturium
setelah
yang
ditemukan
sebelumnya
agar
dikirim
diamankan
ke
sesuai
prosedur.
3. Jangan meletakkan barang milik pribadi di TKP.
4. Benda bukti yang mengandung sidik jari, harus diperlakukan
hati hati dan disidik dulu oleh polisi.
2.1.4.5 Pelaksanaan Pemeriksaan di TKP
Dalam hal adanya permintaan penyidik ke TKP maka seorang
dokter memerlukan beberapa peralatan, antara lain yaitu:
1. Pinset anatomis
2. Skalpel ( pisau bedah )
3. Loop
4. Sarung tangan
5. Termometer
6. Kertas saring
7. Pipet
8. Senter kecil
9. Mistar dan meteran gulung
10.Botol plastik spesimen
14
barang bukti
- Diberi label dan segel
Mengadakan koordinasi dengan penyidik sesudah pemeriksaan
selesai untuk memberikan hasil pemeriksaannya atau pendapat
tentang cara kematian berdasarkan fakta yang ditemukannya.
2.2
ANTROPOLOGI FORENSIK
Antropologi merupakan bidang studi sains tentang asal usul, perilaku, fisik,
15
berdasarkan antropologi fisik untuk mengidentifikasi sisa sisa jasad manusia dan
mengungkap tindak kejahatan.
Antropologi forensik meliputi penggalian arkeologis; pemeriksaan rambut,
serangga, plant materials dan jejak kaki; penentuan waktu kematian; facial
reproduction; photographic superimposition; detection of anatomical variants;
dan analisa mengenai cedera masa lalu dan penanganan medis. Namun, pada
pelaksanaannya forensik antropologi terutama untuk menentukan identitas jasad
berdasar bukti yang tersedia, yaitu menentukan jenis kelamin, perkiraan usia,
bentuk tubuh, dan pertalian ras.6,7
Gambar 1.
Anatomi
tulang
manusia.
Ruang
lingkup
pemeriksaan
antropologi
forensik
meliputi :
1. Oste
ologi
16
forensik.
Digunakan
bersama
dengan
osteologi
untuk
menentukan usia, jenis kelamin dan diet. Pada orang dewasa terdapat 32
gigi yang pada masing-masing sisinya, pada rahang atas dan bawah terdapat
dua insisivus, satu kaninus, dan dua atau tiga molar. Pada anak-anak
terdapat dua puluh gigi dengan dua insisivus dan satu kaninus serta dua
molar pada masing-masing kuadran.7
3. Etnobotani
Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari dan
tanaman dari masa lalu. Ini berguna untuk menentukan waktu sejak
kematian dan menentukan diet dari sisi arkeologi.7
A.
yang berbeda pada rangka. Penentuan jenis kelamin hanya mungkin pada rangka
orang dewasa. Salah satu cara yang umum dilakukan yaitu dengan mengukur
ukuran tulang, dimana pada pria ukuran rangka lebih besar. Sedangkan rangka
wanita mempunyai bentuk dan tekstur yang lebih halus bila dibandingkan dengan
rangka seorang pria. Untuk menentukan jenis kelamin dari tulang panjang, dapat
dilihat dari karakteristik tulang panjang tersebut. Pada pria umumnya memiliki
tulang yang lebih panjang, lebih berat, dan lebih kasar, serta impresinya lebih
banyak. Tulang paha merupakan tulang panjang yang dapat diandalkan dalam
penentuan jenis kelamin. Ketepatannya pada orang dewasa sekitar 80%.9
Pelvis atau tulang panggul adalah tulang yang paling umum digunakan
untuk menentukan jenis kelamin. Dari pemeriksaan panggul secara tersendiri
tanpa pemeriksaan lain, jenis kelamin sudah dapat ditentukan pada sekitar 90%
kasus. Perbedaan yang sangat jelas antara tulang panggul laki-laki dan perempuan
disebabkan oleh karena adaptasi tulang panggul perempuan untuk fungsi
melahirkan anak. Otot laki-laki yang lebih kuat menyebabkan tulang menjadi
lebih tebal dan jejas-jejas pada tulang lebih jelas.
18
Gambar 2. Tulang panggul laki-laki (A) dan tulang panggul perempuan (B).
Kranium
atau tengkorak merupakan tulang yang juga berguna untuk menentukan jenis
kelamin. Dagu pada pria cenderung lebih petak dan lebih lancip pada wanita. Dahi
pada pria cenderung lebih landai sedangkan pada wanita dahinya lebih lurus. Pria
memiliki lengkungan alis yang lebih tinggi daripada wanita.6,7
19
Gambar 4.
Perbedaan
tulang
tengkorak
pria dan
wanita.
B.
Perkiraan
Waktu Kematian
Memperkirakan waktu kematian sangat sulit. Biasanya diperkirakan
berdasarkan jumlah dan kondisi dari jaringan lunak seperti otot, kulit, dan
ligamen, keadaan tulang yang masih baik, luas yang berhubungan dengan
pertumbuhan akar tanaman, bau busuk, dan aktivitas karnivora maupun serangga
pada jasad. Namun banyak variabel yang harus dipertimbangkan, seperti suhu saat
kematian, luka tusuk, kelembapan, ph tanah, dan kadar air. Semakin lama waktu
kematian semakin sulit menentukan interval waktu kematian.
1. Faktor lingkungan jauh lebih berperan daripada waktu dalam mempengaruhi
keadaan tulang.
2. Dalam menentukan umur tulang dapat berdasarkan:
Tes Fisika (fluoresensi dengan sinar ultraviolet)
Tes Serologi
Tes Kimia (Penentuan kandungan Nitrogen dan Asam amino)
3. Untuk penentuan lama kematian individu adalah dengan menghitung selisih
umur tulang dengan umur individu. Dan juga dari gambaran fisik tulang seperti
bau, warna, dan kepadatan tulang.8
C.
Pertalian Ras
Pertanyaan mengenai pertalian ras sulit untuk dijawab karena walaupun
klasifikasi ras memiliki komponen biologis yang sama, tetap didasari dari
hubungan sosial. Namun, beberapa rincian anatomis, terutama di wajah, sering
menunjukkan ras individual. Pada ras kulit putih memiliki wajah yang menyempit
20
dengan hidung yang agak meninggi dan dagu yang menonjol. Ras kulit hitam
memiliki hidung yang lebar dan subnasal yang berlekuk. Indian Amerika dan Asia
memilki bentuk tulang pipi yang menonjol dan tekstur gigi yang khas.6,7
Gambar 5.
Perbedaan tulang
tengkorak
berdasarkan ras.
D.
Bukti Trauma
Setelah tanah dan kotoran lainnya dibersihkan dari tulang dengan
menggunakan air dan sikat yang halus, maka jejas trauma yang halus sekalipun,
akan terlihat. 6,7
E.
diperiksa adalah tubuh yang sudah terpotong-potong atau yang didapatkan rangka,
atau sebagian dari tulang saja.
Penentuan taksiran tinggi badan dapat ditentukan dengan menggunakan
kalkulator TI-82, dengan menggunakan persamaan y=mx + b. Tinggi merupakan
persamaan linear dari berbagai panjang tulang, yaitu humerus, radius, femur dan
tibia. 6,7
2.3
IDENTIFIKASI FORENSIK
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik,
gigi, serologik dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode
identifikasi DNA.9
2.3.1
namun
perkiraan
umur
seseorang
dapat
ditentukan.
Biasanya
Umur
dalam tiga tahapan
:
22
yang
berbeda
pada
masing-masing
gigi
sering
kali
digunakan
untuk
dengan
demikian
merupakan
pembentukan
indikator
yang
dari
baik
gigi
untuk
Umur
bulan
bulan
bulan
bulan
bulan
Panjang
1 cm
4 cm
9 cm
16 cm
25 cm
Umur
6 bulan
7 bulan
8 bulan
9 bulan
10 bulan
Panjang
30 cm
35 cm
40 cm
45 cm
50 cm
tumbuh.
mengeras.
Semakin
Masa
remaja
banyak
tulang
menunjukkan
yang
mulai
pertumbuhan
metode-metode
yang
berbeda
dalam
yang
memperhatikan
atrisi
(keausan),
penurunan
tepi
gusi,
membatasi
korban
yang
sedang
dicari
atau
untuk
25
line ini akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan dentin telah dibentuk. Ketika
ditemukan mayat bayi, dan ditemukan garis ini menunjukkan bahwa mayat sudah
pernah dilahirkan sebelumnya. Pembentukan enamel dan dentin ini umumnya
secara kasar berdasarkan teori dapat digunakan dengan melihat ketebalan dari
struktur di atas neonatal line. Pertumbuhan gigi permanen diikuti dengan
penyerapan kalsium, dimulai dari gigi molar pertama dan dilanjutkan sampai akar
dan gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada usia 14 16 tahun. Ini bukan
referensi standar yang dapat digunakan untuk menentukan umur, penentuan secara
klinis dan radiografi juga dapat digunakan untuk penentuan perkembangan gigi.
26
Masih Hidup
- Sumber
-
gumpalan
karena
dari vena
Darah
biasanya
tidak menggumpal
Perdarahan sedikit
Ditemukan sedikit
faktor
Korban
arteri
Terbentuk
darah
pada
aktif
Perdarahan yang masiv
Terdapat resapan darah
atau
tidak
sekali
sama
resapan
darah
dengan air
Tepi luka terbuka lebar
(menganga)
Reaksi umum
bengkak
Pada korban
dan
hidup
ditemukan tanda-tanda
inflamasi, infeksi, dan
27
Tepi
luka
tidak
bengkak
-
Tidak ditemukan
ditemukan
jaringan
Histokimia darah
granulasi
Ditemukan sitokin pro
Gambaran
inflamasi leukotrin B4
Peningkatan platelet
Infiltrasi RBC, WBC
mikroskopis
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Teori yang lebih modern yang dapat menjelaskan kenapa seseorang dapat
melakukan suatu tindakan agresif dan kejam adalah Teori Integrated Cognitive
Antisocial Potential (ICAP). Konstruk utama teori ini adalah Antisocial Potential
(AP), yang mengasumsikan bahwa perubahan dari antisocial potential menjadi
tindakan antisosial dan kekerasan bergantung para proses kognitif (berpikir dan
pengambilan keputusan) yang juga memperhitungkan kesempatan (criminal
opportunity) dan adanya korban (victim). Yang dimaksud dengan AP adalah
potensi untuk melakukan tindakan antisosial, termasuk tindakan kekerasan. AP
terbagi dua, jangka panjang (long term) dan jangka pendek (short term). Masingmasing individu memiliki perbedaan dalam AP jangka panjang dan AP jangka
pendek. Pada AP jangka panjang, faktor=faktor yang berpengaruh adalah
impulsiveness, tekanan (strain), tokoh panutan (modeling) dan proses sosialisasi,
dan pengalaman hidup. Sementara pada AP jangka pendek bergantung pada
motivasi dan faktor situasional. Teori ICAP mengemukakan bahwa faktor
keluarga, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan, akan berpengaruh terhadap
potensi individu untuk melakukan tindak kekerasan. Motif utama yang dapat
memberikan kekuatan (energizer) timbulnya AP jangka panjang yang tinggi
adalah keinginan memiliki materi, status sosial dalam penjara, kegembiraan, dan
kepuasan seksual.
Pengalaman Ajo telah menimbulkan Potensi Antisosial yang akan
berkembang menjadi ICAP. Ajo pada masa kecil orang taunya bercerai karena
sang Ayah selingkuh, bahkan Ajo melihat sendiri orang tuanya bersenggama
dengan selingkuhannya. Saat kecil jika Ajo melakukan kesalahn maka Ibunya
akan menghukumnya dengan keras. Pengalaman inipun membuat orientasi
seksual ajo menjadi homoseksual. Dari hasil wawancara, pengalaman hidup Ajo
diliputi oleh kekecewaan, antara lain, habisnya harta keluarga, menyaksikan
perselingkuhan orangtuanya, kebingunan akan identitas diri sebagai gay, dan
penolakan oleh orang-orang yang dicintainya (orangtua, guru, dan teman sekolah).
Uraian di atas menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi Long Term
Antisocial Potential pada Ajo sehingga ia memiliki predisposisi tinggi bagi
pembentukan perilaku antisosial.
29
Pada penelitian Markum dkk (2010) juga menuliskan bahwa para pakar
meyakini adanya peran besar dari media massa yang dapat menimbulkan tindakan
mutilasi khususnya mutilasi defensive. Pada tahun 1989 terjadi kasus mutilasi
dimana pelaku mengakui bahwa perbuatannya terinspirasi oleh pemberitaan
media. Pada saat itu tersangka pelaku mutilasi mengatakan : "Ketika mulai panik
mau dikemanakan mayat itu, tiba-tiba kami ingat berita di koran tentang mayat
terpotong 13 yang ditemukan di Jalan Sudirman. Lalu terlintas pikiran, kalau
mayat itu saya potongpotong, tentu polisi sulit melacak."
Kasus Mutilasi lain yang terjadi di Melawi yang dilakukan oleh seorang
polisi kepada kedua anaknya. Pada hasil pemeriksaan psikiatri ternyata pelaku
mengalami skizofrenia yang telah berlangsung selama 4 tahun. Pelaku mengaku
mendengar bisikan yang memerintahkan dirinya membunuh kedua anaknya
(halusinasi).
BAB III
KESIMPULAN
Mutilasi adalah terpisahnya anggota tubuh yang satu dari anggota
tubuh lainnya oleh sebab yang tidak wajar dengan tujuan untuk
membuat relasi antara dirinya dengan korban terputus dan agar jati
diri korban tidak dikenali dengan alasan-alasan tertentu. Tindak
30
31
lapang dibandingkan laki-laki, pintu bawah panggul lebih lebar pada perempuan
daripada laki-laki, tuber ichiadicum pada perempuan lebih menonjol keluar dan
pada laki-laki menonjol ke dalam, sudut subpubis atau arcus pubicus pada wanita
lebih lebar, biasanya lebih dari 900 dibandingkan laki-laki, sakrum lebih pendek,
lebih lebar, dan lebih rata pada perempuan dibandi laki-laki, dan acetabulum
khasnya lebih besar dan dalam pada pria dibandingkan wanita. Sedangkan
penentuan jenis kelamin pada tulang tengkorak dilihat dari dagu pria yang
cenderung lebih petak dan lebih lancip pada wanita,, dahi pada pria cenderung
lebih landai sedangkan pada wanita dahinya lebih lurus. Selain itu, pria memiliki
lengkungan alis yang lebih tinggi daripada wanita.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
33