Anda di halaman 1dari 6

1 Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back pain

Tes lasegue (straight leg raising)


Tungkai difleksikan pada sendi coxa sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus
akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini maka nyeri akan
dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.

Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang
sakit maka dikatakan crossed lasegue positif. Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau
akar-akar saraf yang membentuk saraf ini.

Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxa 90 derajat
dicoba untuk meluruskan sendi lutut

Patrick sign (FABERE sign)


FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes ini
penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai
yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar.
Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya
coxitis.

Chin chest maneuver


Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini akan mengakibatkan
tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis spinalis. Akibatnya maka akar-akar saraf
akan ikut tertarik ke atas juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah dan lumbal
atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-akat saraf tersebut

Viets dan naffziger test


Penekanan vena jugularis dengan tangan (viets)atau dengan manset sebuah alat ukur
tekanan darah hingga 40 mmhg(naffziger)

Obers sign

Penderita tidur miring ke satu sisi. Tungkai pada sisi tersebut dalam posisi fleksi. Tungkai
lainnya di abduksikan dan diluruskan lalu secara mendadak dilepas. Dalam keadaan normal
tungkai ini akan cepat turun atau jatuh ke bawah. Bila terdapat kontraktur dari fascia lata
pada sisi tersebut maka tungkainya akan jatuh lambat.
h

Neris sign
Penderita berdiri lurus. Bila diminta untuk membungkuk ke depan akan terjadi fleksi pada
sendi lutut sisi yang sakit.

Pemeriksaan Penunjang
1

Plain X-Ray Columna Vertebralis


Dalam posisi AP, lateral, obliq, berdiri, berbaring untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas dari intervertebral space, foramen intervetebralis, sacroiliac joint. Gambaran
osteoporosis untuk nyeri punggung bawah kronis bisa didapatkan.

Discografi

Tanda Vital
Pernafasan

: 20 x/menit

Tekanan darah

: 180/110 mmHg

Frekuensi Nadi

: 84 x/menit

Suhu

: 36,6 0C

Pemeriksaan Fisik

Kepala
: CA -/- SI -/-, reflek cahaya +/+, pupil isokor 3/3.
Thorax
:
Jantung` : BJ I-II murni reguler, murmur (-) gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/Abdomen : Supel (+), Nyeri Tekan (-), H/L tidak teraba, BU (+) normal
Ekstremitas : edema -/-, hangat -/Status Neurologis
- Kepala : bentuk normal, bulat, simetris, nyeri tekan (-)
- Leher : Pergerakan (+) simetris, kaku kuduk (-)
- Nervus Cranialis
Jenis Nervus
NI

Jenis Pemeriksaan
Subjektif

Kanan
TDE

Kiri
TDE

Olfaktorius
N II
Optikus
N III
okulomotorius

N IV
Trochlearis
NV
Trigeminus

N VI
Abducens
N VII
Facialis

Objektif
Tajam Penglihatan
Lapangan pandang (tes konfrontasi)
Melihat Warna
Pergerakan bola mata
Strabismus
Nistagmus
Eksoftalmus
Refleks cahaya
Pergerakan bola mata (lateral bawah)
Melihat Kembar
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Sensibilitas wajah
Pergerakan bola mata (ke lateral)

Tidak dilakukan
TDE
TDE
TDE
TDE
TDE
TDE
normal
normal
+
+
normal
normal
TDE
+
TDE
TDE
TDE
Normal

normal

Mengerutkan dahi
TDE
Menutup mata
+
+
Sudut bibir
Tertinggal
Normal
N VIII
Suara petikan jari
TDE
TDE
Vestibulococlearis Suara detik arloji
TDE
TDE
N IX
Uvula
Letak ditengah
glossopharyngeus Perasaan lidah bagian belakang
Tidak dilakukan
NX
Bicara
Vagus
Menelan
+
N XI
Mengangkat bahu
TDE
Accesorius
Memalingkan kepala
+
N XII
Menjulurkan lidah
+
hypoglossus
Tremor lidah
Keterangan :
TDE : Tidak dapat di Evaluasi (pasien tidak dapat memahami perintah)
Badan dan Anggota Gerak
Bagian tubuh
Badan

Pemeriksaan
Sensibilitas taktil
Sensibilitas nyeri
Terapi spesifik stroke iskemik akut

Kanan
Kiri
TDE

Trombolisis menggunakan trombolitik rt-PA intravena merupakan pengobatan stroke


iskemik akut satu-satunya yang disetujui oleh FDA sejak tahun 1996 karena terbukti efektif
membatasi kerusakan otak akibat stroke iskemik. Terapi ini meningkatkan keluaran stroke pada
kelompok penderita yang telah diseleksi ketat dan terapi diberikan dalam waktu 3 jam sejak

onset stroke. Komplikasi terapi ini adalah perdarahan intraserebral (hanya ditemukan pada
6,4%pasien bila menggunakanprotokol NINDS secara ketat).
Karakteristik pasien yang dapat diterapi dengan trombolisis rt-PA intravena
i

Kriteria inklusi:
a

Stroke iskemik akut dengan onset tidak lebih dari 3 jam

Usia >18tahun

Defisit neurologik yang jelas

Pemeriksaan CT Scan, tidak ditemukan perdarahan intracranial

Pasien dan keluarganya menyetujui tindakan tersebut dan mengerti resiko dan
keuntungannya

ii

Kriteria eksklusi:
a

Defisit neurologis yang cepat membaik

Defisit neurologik ringan dan tunggal seperti ataksia atau gangguan sensorik saja,
disartria saja atau kelemahan minimal

CT Scan menunjukkan perdarahan intracranial

Gambaran hipodensitas >1/3 hemisfer serebri pada CT Scan

Riwayat perdarahan intrakranial sebelumnya atau perkiraan perdarahan subarachnoid

Kejang pada saat onset stroke

Riwayat stroke sebelumnya atau trauma kapitis dalam waktu 3 bulan sebelumnya

Operasi besar dalam waktu14 hari

Pungsi lumbal dalam 1 minggu

Perdarahan saluran cerna atau urin dalam 21hari

Infark miokard akut dalam 3 bulan

TD sistolik sebelum terapi >185 mmHg atau TD diastolik >110 mmHg

m Gula darah < 50 mg/dL atau > 400 mg/Dl


n

Penggunaan obat antikoagulan oral atau waktu protrombin >15 detik, INR >1,7

Penggunaan heparin dalam 48 jam sebelumnya dan masa tromboplastin parsial


memanjang

Trombosit <100.000/mm3

Pemberian antiplatelet

Aspirin dosis awal 325mg dalam 24-48jam setelah awitan stroke iskemik akut dianjurkan
bila tidak diterapi dengan trombolitik rt-PA intravena, namun tidak boleh sebagai
pengganti rt-PA.

Klopidogrel tunggal atau kombinasi dengan aspirin tidak dianjurkan kecuali pada pasien
dengan indikasi spesifik, misalnya angina pectoris tidak stabil, non-Q-wave MI, atau
recent stenting, pengobatan harus diberikan sampai 9 bulan setelah kejadian.

Pemberian neuroprotektan
Belum menunjukkan hasil yang efektif, sehingga sampai saat ini belum dianjurkan.
Namun, citicolin sampai saat ini masih memberikan manfaat pada stroke akut. Penggunaan
citicolin pada stroke iskemik akut dengan dosis 2x1000 mg iv 3 hari dan dilanjutkan dengan oral
2x1000mg selama 3 minggu dilakukan dalam penelitian ICTUS (International Citicholine Trial
in Acute Stroke, ongoing)
Preventif
Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya perbaikan gaya hidup dan pengendalian
berbagai faktor resiko. Upaya ini ditunjukkan pada orang sehat dan kelompok risiko tinggi yang
belum pernah terserang stroke.
A Mengatur Pola Makan yang sehat
Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat meningkatkan risaiko terkena serangan
stroke. Sebaliknya mengkonsumsi makanan rendah lemak jenuh dan kolesterol dapat
mencegah terjadinya stroke. Rekomendasi tentang makanan :
a

Mengurangi asupan natrium (<6 gr/hari). Bahan-bahan yang mengandung natrium


seperti monosodium glutamate, sodium nitrat dikurangi. Pada penderita hipertensi,

asupan natrium yang dianjurkan 2,3 gram/hari dan asupan kalium 4,7 gram / hari.
Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi asupan trans fatty

acids seperti kue-kue krakers, telur, makanan yang digoreng dan mentega.
Mengutamakan makanan yang mengandung poly unsaturated fatty acids, mono

d
e
f
g

unsaturated fatty acids, makanan berserat dan protein nabati.


Nutrien harus diperoleh dari makanan, bukan suplemen
Jangan makan berlebihan dan perhatikan menu seimbang
Makanan sebaiknya bervariasi dan tidak tunggal
Hindari makanan dengan densitas kalori rendah dan kualitas nutrisi rendah

Sumber lemak hendaknya berasal dari sayuran, ikan, buah polong, dan kacang-

kacangan.
B Pemeriksaan Kesehatan Teratur
1

Faktor-faktor risiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dislipidemia, DM, harus


dimonitor secara teratur

Faktor-faktor resiko ini dapat dikoreksi dengan pengobatan teratur, diet dan gaya hidup
sehat

Pengendalian hipertensi dilakukan dengan target tekanan darah < 140/90 mmHg. Jika
menderita diabetes mellitus atau penyakit ginjal kronik, dianjurkan tekanan darah <
130/80 mmHg.

Pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus dengan target HbA1C
<7% .

Pengendalian kadar kolesterol pada penderita dislipidemia dengan diet dan obat penurun
lemak. Target kadar kolesterol LDL<100 mg/dl. Sedangkan pada penderita dengan risiko
stroke tinggi target kadar kolesterol LDL <70 mg/dl.

Anda mungkin juga menyukai