Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN PUSTAKA

PERSALINAN NORMAL
Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, serta janin turun kedalam
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
:

kehamilan 37-40 minggu

lahir spontan dengan persentasi belakang kepala

berat badan janin 2500-4000 gram

tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit.

Macam- macam persalinan menurut Manuaba (2002)


a) Persalinan spontan : bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan sendiri.
b) Persalinan buatan : bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c) Persalinan anjuran : bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari
luar dengan jalan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang
dilahirkan antara lain :

Abortus

: Berakhimya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar pada umur

kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin lebih dari 500 gram.

Persalinan imaturus : Berakhimya kehamilan sebelum janin hidup di dunia luar pada wnur
kehamilan kurang dari 28 minggu.

Persalinan prematuritas : Persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu dan berat janin
kurang dari atau sama dengan 2499 gram.

Persalinan aterm : Persalinan antara umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat janin lebih dari atau sama dengan 2500 gram.

Persalinan serotinus: Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu dan pada janin
terdapat tanda postmaturitas.

Persalinan presipitatus: Persalinan yang berlangsung cepat, kurang dari 3 jam.


Persalinan dipengaruhi oleh 3 hal yaitu POWER, PASSAGE, PASSENGER

POWER, yang mendorong anak keluar : His, tenaga mengejan/meneran,


PASSAGE : ukuran panggul
1

PASSENGER : ukuran kepala, bayi, letak dan presentasi bayi, letak plasenta.
POWER
His
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir kehamilan
sebelum persalinan dimulai, sudah terdapat kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan
atau his palsu. His ini sebetulnya, hanya merupakan peningkatan kontraksi Braxton Hicks,
sifatnya tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tetapi
tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his
persalinan. Lamanya kontraksi pendek, tidak bertambah kuat jika dibawa berjalan, bahkan
sering berkurang. His pendahuluan tidak bertambah kuat seiring majunya waktu,
bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin kuat. Hal yang paling penting
adalah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada serviks.
His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot rahim. Bertentangan dengan
sifat kontraksi fisiologis lain, his persalinan bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh
anoksia dari sel-sel otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh serabut otot rahim yang berkontraksi
pada ganglion saraf di dalam serviks dan segmen bawah rahim, regangan serviks, atau
regangan dan tarikan pada peritoneum sewaktu kontraksi.
Kontraksi rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat juga
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jaritangan. Kontraksi
rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah sebagai berikut :

Lamanya kontraksi
Kekuatan kontraksi menimbulkan naiknya tekanan intra uterin sampai 35mmHg. Interval
antara dua kontraksi: pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit, pada
kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

Tenaga mengejan/meneran
Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong anak
keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian
tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat berhasil jika pembukaan sudah
lengkap, dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim. Tanpa tenaga mengejan anak tidak
dapat lahir, misalnya pada pasien yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus
dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan juga melahirkan plasenta setelah plasenta lepas
dari dinding rahim.

PASSAGE
Panggul
1. Panggul ginekoid
Jenis panggul yang paling banyak pada wanita normal, mempunyai diameter terbaik
lahirnya janin tanpa komplikasi. Pintu atas panggul tampak berbentuk bulat atau agak
lonjong/ ellips. Diameter transversal dari bidang pintu atas panggul (PAP) lebih panjang
sedikit dari diameter anteroposterior dan hampir seluruh daerah PAP merupakan ruangan
yang terpakai untuk kepala janin. Dilihat dari bidang pintu atas panggul, panggul
menyerupai silinder tanpa penyempitan dari bidang atas panggul sampai bidang pintu
bawah. Bentuk panggul ini ditemukan pada 45% wanita.
2. Panggul anthropoid
Panggul yang memiliki suatu bentuk agak lonjong seperti telur, pada bidang pintu atas
panggul dengan diameter terpanjang antero-posterior. Oleh karena segmen posterior
panjang dan sempit, kepala janin tegak lurus terhadap diameter transversal dari pintu atas
panggul. Arkus pubis sempit dan lebarnya kurang dari 2 jari, sehingga menyebabkan
penyempitan pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini ditemukan pada 35% wanita.
3. Panggul android
Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek dan lebih jarang dijumpai dibanding
bentuk ginekoid. Panggul android ditandai oleh daerah segmen posterior yang sempit
dengan ujung sakrum menonjol ke depan dan segmen anterior relatif panjang. Dilihat dari
pintu atas panggul tampak seperti bentuk segitiga, tulang-tulang dari panggul android
umumnya berat sehingga ruangan untuk penurunan kepala juga terbatas. Spina iskiadika
menonjol ke dalam jalan lahir dan pintu bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis
yang menyempit. Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita.
4. Panggul Platipelloida
Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut, jenis panggul ini paling jarang
dijumpai dan jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita. Pintu atas panggul lebih
jelas terlihat dimana menunjukan pemendekan dari diameter antero-posterior, sebaliknya
diameter transversal lebar. Penyempitan panggul tengah bukanlah suatu masalah, karena
arkus pubis sangat lebar dan sakrum pendek mengarah kebelakang, maka distosia pada
pintu bawah panggul jarang terjadi.
Frekuensi

dan

ukuran

jenis-jenis

panggul

berbeda

diantara

berbagai

bangsa, dipengaruhi faktor sosial dan ekonomi. Pada panggul ukuran normal dan jenis
3

apapun panggulnya, kelahiran pervaginam janin dengan Berat Badan (BB) yang normal
tidak akan mengalami kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi, ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil dari pada standar normal sehingga bisa terjadi kesulitan dalam persalinan
pervaginam. Terutama kelahiran pada panggul android dapat menimbulkan distosia yang
sukar diatasi.
Bidang Hodge
Untuk menentukan berapa jauhnya bagian depan anak itu turun ke dalam rongga
panggul, maka Hodge telah menentukan berapa bidang khayalan dalam panggul :
Hodge I

: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas

Hodge II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah symphysis


Hodge III : bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi spina iskiadika
kanan dan kiri
Hodge IV : Sejajar H I, II, III, terletak setinggi os coccygis
PASSENGER
Hal-hal yang termasuk dalam passenger, contohnya: Makrosomia, hidrocephalus,
kelainan kongenital, letak lintang/sungsang, presentasi muka, dan lain-lain. Adapun
perubahan yang terjadi pada jalan lahir saat persalinan berlangsung sebagai berikut :
1. Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan
Sejak kehamilan lanjut, uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, yaitu segmen atas
rahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk dari
isthmus uteri. Dalam persalinan, perbedaan antara segmen atas dan bawah rahim lebih
jelas lagi. Segmen atas memegang peranan aktif karena berkontraksi. Dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya, segmen bawah rahim
memegang peranan pasif dan makin menipis seiring dengan majunya persalinan karena
direnggang. Jadi, segmen atas berkontraksi, menjadi tebal dan mendorong anak keluar
sedangkan segmen bawah dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi serta menjadi
saluran yang tipis dan teregang yang akandilalui bayi.
2. Sifat kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim mempunyai dua sifat yang khas, yaitu :
a) Setelah kontraksi, otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum
kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum
kontraksi. Kejadian ini disebut retraksi. Dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan
anak berangsur di dorong ke bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his
4

hilang. Akibatnya segmen atas makin tebal seiring majunya persalinan, apalagi setelah
bayi lahir.
b) Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur
berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim.Jika kontraksi di
bagian bawah sama kuatnya dengan kontraksi di bagian atas, tidak akan ada kemajuan
dalam persalinan. Karena pada permulaan persalinan serviks masih tertutup, isi rahim
tentu tidak dapat didorong ke dalam vagina. Jadi, pengecilan segmen atas harus
diimbangi oleh relaksasi segmen bawah rahim. Akibat hal tersebut, segmen atas
makin lama semakin mengecil, sedangkan segmen bawah semakin diregang dan
makin tipis, isi rahim sedikit demi sedikit terdorong ke luar dan pindah ke segmen
bawah. Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, batas antar
segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas. Batas ini disebut lingkaran retraksi
fisiologis.Jika segmen bawah sangat diregang, lingkaran retraksi lebih jelas lagi dan
naik mendekati pusat, lingkaran ini disebut lingkaran retraksi patologis
ataulingkaran Bandle yang merupakan tanda ancaman robekan rahim dan muncul
jika bagian depan tidak dapat maju, misalnya karena pangul sempit.
3. Perubahan bentuk rahim
Pada tiap kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran
melintang maupun ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan bentuk ini
ialah sebagai berikut : Karena ukuran melintang berkurang, lengkungan tulang punggung
anak berkurang, artinya tulang punggung menjadi lebih lurus. Dengan demikian, kutub
atas anak tertekan pada fundus, sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam pintu atas
panggul. Karena rahim bertambah panjang, otot-otot memanjang direnggang dan menarik
segmen bawah dan serviks. Hal ini merupakan salah satu penyebab pembukaan serviks.
4. Perubahan pada serviks
Agar anak dapat keluar dari rahim, perlu terjadi pembukaan serviks. Pembukaan
serviks ini biasanya didahului oleh pendataran serviks.
a) Pendataran serviks
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis yang semula berupa sebuah
saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis.
Pendataran ini terjadi dari atas ke bawah.
b) Pembukaan serviks
Yang dimaksud dengan pembukaan serviks adalah pembesaran ostium eksternum
menjadi suatu lubang dengan diameter sekitar 10 cm yang akan di lalui anak.
5. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditentukan oleh
bagian depan anak. Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul diregang menjadi
5

saluran dengan dinding yang tipis. Sewaktu kepala sampai di vulva, lubang vulva
menghadap ke depan atas. Dari luar, peregangan oleh bagian depan tampak pada
perineum yang menonjol dan tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.
MEKANISME PERSALINAN NORMAL
KALA PERSALINAN
Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu
Kala I
Kala I adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10
cm,disebut kala pembukaan.
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan keluar lendir darah. Lendir
darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan
mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada
disekitar kanalis servikalis itu pecah karna pergeseran ketika serviks membuka.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada
primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan
mendatar dan menipis, baru kemudian oue membuka. Pada multigravida oue dan oui
sudah sedikit membuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama
pada pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau telah
lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau
telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan atau inpartu kala 1
maka disebut ketuban pecah dini.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase.
1. Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase Aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
Fase Dilatasi Maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm.
Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida.
Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks
6

akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada
multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 13jam. Sedangkan multipara kira-kira 7 jam.
Kala II :
Kala II adalah Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah
kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.
His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 3 menit sekali. Karena biasanya
dalam kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada
otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita
merasa pula tekanan kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum
mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan
tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul
sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan
kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis
dan dahi, muka dan dagu melewati perineum.
Setelah beristirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan anggota bayi
lain. Pada primigravida kala II berlangsung 2 jam dan pada multigravida 1 jam.
Kala III
Kala III adalah batasan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri sedikit diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Tanda tanda lepasnya plasenta :
1. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah tiba tiba
Manajemen aktif kala III :
-Pemberian oksitosin 10 unit IM dalam 2 menit setelah bayi lahir
-Melakukan PTT ( Penegangan tali pusat terkendali )
-Masase ( pemijatan ) fundus uteri segera setelah plasenta lahir
7

Catatan :
-Jika plasenta belum lahir dalam 15 menit , dapat diberikan oksitosin 10 unit IM dosis
kedua dan ulangi PTT
-Jika kandung kemih teraba penuh, bisa dilakukan kateterisasi
-Jika dalam menit ke-30 belum lahir secara spontan dapat dilakukan manual plasenta.
Kala IV
Kala IV adalah 2 jam setelah plasenta lahir lengkap
Penatalaksanaaan :
1. Lakukan masase fundus uteri
2. Evaluasi tinggi fundus ( normalnya fundus uteri setinggi pusat atau dibawahnya, misal 2
3.
4.
5.
6.
7.

jari dibawah pusat )


Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
Periksa kehilangan darah secara keseluruhan
Periksa perineum dan perdarahan aktif ( apabila ada laserasi atau episiotomi )
Evaluasi kondisi umum ibu
Dokumentasikan semua temuan dan penatalaksaan kala IV dibelakang partograf

GERAKAN-GERAKAN ANAK PADA PERSALINAN


Gerakan-gerakan anak pada persalinan yang paling sering kita jumpai ialah presentasi
belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini masuk ke dalam pintu atas panggul dengan
sutura sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang lebih sering daripada ubun-ubun
kecil kanan melintang. Karena itu, akan diuraikan pergerakan anak dalam presentasi belakang
kepala dengan posisi ubun-ubun kecil kiri melintang.
Mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan gerakan-gerakan yang berlangsung
pada saat yang sama. Misalnya, sebagai bagian dari proses engagement terjadi fleksi dan
penurunan kepala. Gerakan-gerakan tersebut tidak mungkin diselesaikan bila bagian
terbawah janin tidak turun secara bersamaan. Seiring dengan itu, kontraksi uterus
menghasilkan modifikasi penting pada sikap atau habitus janin, terutamasetelah kepala turun
ke dalam panngul.
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati
panggul -seven cardinal movements of labor yang terdiri dari :
1. Engagement
2. Fleksi
3. Desensus
4. Putar paksi dalam
5. Ekstensi
8

6. Putar paksi luar


7. Ekspulsi
Gerakan-gerakan

tersebut

terjadi

pada

presentasi

kepala

dan

presentasi

bokong.Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir


dengan baik sehingga dapat terjadi persalinan per vaginam secara spontan.
1. Engagement
Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul. Pada
70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu pada panggul jenis ginekoid dengan
oksiput melintang (tranversal). Proses engagemen kedalam pintu atas panggul dapat
melalui proses normal sinklitismus , asinklitismus anterior dan asinklitismus posterior.
Normal sinklitismus. Sutura sagitalis tepat diantara simfisis pubis dan sacrum. Pada
presentasi belakang kepala , engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah
melewati pintu atas panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis
melintang.Ubun-ubun kecil kiri melintang merupakan posisi yang paling sering kita
temukan. Apabila diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul,kepala berada
dalam sinklitisme. Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian
depan dan belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak lurus
terhadap pintu atas panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut tidak tercapai,
kepala berada dalam keadaan asinklitisme.

Asinklitismus anterior : Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum. Asinklitismus


derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika derajat berat, gerakan ini
dapat menimbulkan disproporsi sefalo pelvik pada panggul yang berukuran normal
sekalipun. Perubahan yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior

mempermudah desensus dengan memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan


memanfaatkan daerah-daerah yang paling luas di rongga panggul.

Asinklitismus posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis pubis (parietal
bone presentasion)

2. Fleksi
10

Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar
panggul.Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus. Pada
gerakan ini, dagu mendekat ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih
pendek menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih panjang. Bila terdapat
kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi letak defleksi
(presentasi dahi, presentasi muka).
3. Desensus (Penurunan Kepala)
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal
kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
3. Usaha meneran ibu
4. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
1. Ukuran dan bentuk panggul
2. Posisi bagian terendah janin
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan
menyebabkan desensus berlangsung lambat. Desensus berlangsung terus sampai janin
lahir.
4. Putar paksi dalam- internal rotation
Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi
dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul). Kepala berputar dari
posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah posterior).
Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah daerah ubun-ubun kecil
dan bagian inilah yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam
mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya bentuk bidang
tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu
bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge III
kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul. Putar paksi biasanya
berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.
Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni:
-

Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala.
11

Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu disebelah depan atas
tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara musculuslevator ani kiri dan kanan.

Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.

5. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah ekstensi
atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk
melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akant tertekan pada perineum dan
menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah, dan
yang satunya disebabkan oleh tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Resultannya ialah kekuatan ke arahdepan atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir
bawah simfisis, yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang
berhadapan dengan subocciput sehingga pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut
ubun-ubun besar, dahi hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hipomoklion. Proses ekstensi berlanjut
dan seluruh bagian kepala janin lahir.

6. Putar paksi luar- external rotation


Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan posisi
kepala kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir. Belakang kepala anak
memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan :
putaran paksiluar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadicum sesisi. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalamdiameter
anteroposterior pintu bawah panggul.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi
hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan
selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.Bahu anterior akan
mengalami putar paksi dalam sejauh 450 menuju arcus pubis sebelum dapat lahir dibawah
12

simfisis.Persalinan bahu depan dibantu dengan tarikan curam bawah pada samping kepala
janin .Setelah bahu depan lahir, dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu
posterior.Traksi untuk melahirkan bahu harus dilakukan secara hati-hati untuk
menghindari cedera pada pleksus brachialis.
Setelah persalinan kepala dan bahu, persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa
bagian tubuh janin dengan melakukan traksi pada bahu janin.Setelah kepala lahir, muka
janin dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan dari darah dan cairan amnion. Mulut
dibersihkan terlebih dahulu sebelum melakukan pembersihan hidung.
Setelah jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar leher
dengan jari telunjuk. Lilitan talipusat yang terjadi harus dibebaskan terlebih dahulu. Bila
lilitan talipusat terlalu erat dapat dilakukan pemotongan diantara 2 buah klem.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H. Ilmu KebidananSarwonoPrawirohardjo. Edisi keempat. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2012.h.80-7, 583-7, 678-81.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
Williams. Vol. I. Jakarta: EGC; 2010.h. 546-7.
3. Mochtar R. Partus lama dan partus terlantar. Sinopsis Obstetri jilid I. Edisi 2. Jakarta:
EGC; 1998. h. 384-386.
4. Kusumawati Y. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap persalinan dengan
tindakan. Semarang: UNDIP; 2006. Diunduh
http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS__YULI_KUSUMAWATI.pdf . 7 Oktober 2014.
5. Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2010.h.80-7, 103.
6. KhosimMS,SurjonoA,SetyowireniD,etal.Bukupanduanmanajemenmasalahbayibarulahiru
ntukdokter,bidandanperawatdirumahsakit.Jakarta:IDAI,MNH-JHPIEGO,DepkesRI,
2004;19-20.

14

Anda mungkin juga menyukai