TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Definisi
Penyakit jantung hipertiroid adalah suatu penyakit jantung
dengan
berbagai
manifestasinya
yang
timbul
akibat
yang
paling
sering
adalah
Graves disesase,
struma
20
21
22
Gambar 1. Eksoftalmus
bulan
setelah
eutiroid
dicapai,
perlu
dipertimbangkan
23
2. Hipertrofi jantung
Peningkatan sintesis protein kontraktil jantung sebagai akibat tidak
langsung dari hormon tiroid serta akibat peningkatan kerja jantung
menyebabkan terjadi hipertrofi jantung.
3. Hipertensi sistolik
Hipertensi sistolik mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan
pembuluh darah mengakomodasi peningkatan cardiac output dan
stroke volume. Sebagaian besar penderita hipertiroid akan mengalami
hipertensi.12
4. Angina pektoris
Beberapa mekanisme yang mungkin berperan terhadap terjadinya
angina pektoris, antara lainadanya penyakit obstruksi arteri koroner
yang menetap, peningkatan kebutuhan oksigen, dan iskemik. Emboli
pada sirkulasi koroner dapat terjadi bila ada fibrilasi atrium, trombosis,
dan spasme arteri koroner. Angina pektoris pada penderita hipertiroid
biasanya muncul pada saat istirahat, berkembang dengan cepat dan
membaik bila hipertiroid teratasi dengan terapi hipertiroid.12
5. Superimposed hyperthyroid cardiomyopathy
Pada hipertiroid akan terjadi peningkatan fraksi ejeksi ventrikel kiri
saat isttirahat (LVEF), tetapui akan menurun secara bermakna pada
latihan. Abnormalitas fungsi ventrikel kiri (LV) selama latihan
menunjukkan suatu kardiomiopati dilatasi reversibel dan merupakan
akibat langsungdari kelebihan hormon tiroid serta tidak tergantung dari
aktivitas alfa adrenoreseptor. Hal ini terbukti dengan pemberian
propanolol yang akan menurunkan LVEF istirahat baik pada hiper
maupun eutiroid, tetapi tidak berpengaruh pada LVEF hipertiroid pada
saat latihan.6
6. Gagal jantung
24
juga
berhubungan
dengan
superimposed
dilatation
manifestasinya
akibat
penurunan
aktivitas
25
26
reesistensi
perifer,
perubahan
henmodinamik
ini
27
darah perifer yang tinggi dan volume darah yang berkurang sehingga
venous return dan volume akhir diastolic juga berkurang.
Nilai
+1
+2
+2
-5
+5
+3
+2
+3
-3
-3
Gejala Objektif
Tiroid teraba
Bising tiroid
Exophtalmus
Van graeff
Hiperkinetik
Tremor jari
Tangan panas
Tangan basah
Atrial fibrilasi
Nadi
<80
Ada
+3
+2
-2
+1
+4
+1
+2
+1
+4
>90
+3
80-90
+3
Tidak
-3
-2
-2
-2
-1
-3
0
28
penyakit
jantung
tiroid
pertama-tama
ditegakkan
Tanda
Age of onset
Ada
15-24
Tidak ada
25-34
35-44
45-54
2.
Psychological presipitant
>55
Present
-5
3.
Frequent checking
Absent
Present
0
-3
4.
Absent
Present
0
-3
5.
Increased appetite
Absent
Present
0
+5
6.
Goiter
Absent
Present
0
+3
7.
Thyroid bruit
Absent
Present
0
+18
8.
Exophthalmus
Absent
Present
0
+9
9.
Lid retraction
Absent
Present
0
+2
10.
Absent
Present
0
+7
11.
Absent
>90
0
+16
80-90
+8
<80
29
Hipertiroidis
Hipotiroidis
me
Meningkat
me
Menurun
(RAI)
Meningkat
Menurun
Tiroksin serum
Meningkat
Menurun
Ambilan T3 resin
Menurun
Meningkat
Serum TSH
Kadar serum tiroksin dan triiodotironin dapat diukur dengan peneraan
radioligand, kadar normal tiroksin 4-11 g/100ml, dan kadar normal
triiodotironin berkisar antara 80-160ng/100ml.
Diagnosis
penyakit
jantung
hipertiroid
ditegakkan
berdasarkan:
1.
2.
3.
a.
30
b.
plasma
radioimunologik
dengan
yang
menggunakan
sesuai.
Uji
lain
prosedur
berupa
pengukuran
uji
kecepatan
31
3.1.4 Penatalaksanaan
PENYAKIT JANTUNG HIPERTIROID
Prinsip penatalaksanaan hipertiroidisme didasarkan pertama kali pada
penyebabnya,
dengan
tujuan
secepatnya
menurunkan
keadaan
Excess
thyroid
hormone
ingestion
diterapi
dengan
penatalaksanaan
hipertiroidisme
yaitu
pertama
secara
timbul
atau
gagal
jantung
disebabkan
memenuhi kebutuhan
32
aritmia.
Sering
itmbul
keluhan
seperti
b.
Golongan
beta
ditujukan
blocker,
untuk
Dosis
40-160
mg/
hari
bila
belum
ada
dekompensasio kordis.1
2)
3)
Pemberian
digitalis
masih
controversial,
33
inotropik
positif.
Diharapkan
kerja
kronotropik
mengingat
pada
penyakit
jantung
antitiroid
yang
sering
digunakan
adalah
profiltiourasil (PTU) dan metimazol, serta golongan betablocker yaitu propanolol. Namun kadang-kadang iodine stabil dapat
digunakan, terutama untuk persiapan pembedahan. Baik PTU maupun
metimazol memiliki efek yang hampir sama, hanya PTU memiliki kerja
menghambat perubahan T4 menjadi T3 di perifer, sehingga PTU lebih
cepat menunjukkan kamajuan terapi secara simtomatis, kebanyakan pasien
dapat diontrol hipertiroidnya dengan PTU 100-150 mg tiap 6-8 jam. 16
Nmaun dari kepustakaan lain, dosis yang sesuai untuk pasien dengan
penyakit jantung hipertiroid yaitu PTU 250 mg dan propanolol 20 mg tiga
34
Tiroidektomi
Prinsip umum: operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien eutiroid,
klinis maupun biokimiawi. Plimerasi diberikan 3 kali 5 tetes solusio lugol
35
36
37
pasien ini, jantung sangat peka terhadap kadar tiroksin yang beredar dan
bila terjadi angina pektoris atau aritmia jantung, perlu untuk menurunkan
dosis tiroksin dengan segera. Pada pasien-pasien yang lebih muda atau
pasien-pasien dengan penyakit ringan, penggantian penuh dapat segera
dimulai.
3.1.5
Prognosis
Pada hipertiroid perjalanan penyakit ditandai dengan remisi dan
eksaserbasi untuk jangka waktu yang lama kecuali kalau kelenjar dirusak
dengan pembedahan atau iodin radioaktif. Walaupun beberapa pasien bisa
tetap eutiroid untuk jangka waktu lama setelah terapi, banyak yang
akhirnya mendapatkan hipotiroidisme. Jadi, follow-up seumur hidup
merupakan indikasi untuk semua pasien dengan penyakit Graves.
Sedangkan pada hipotiroid, perjalanan miksedema yang tidak
diobati adalah penurunan keadaan secara lambat yang akhirnya menjadi
koma miksedema dan kematian. Namun, dengan terapi sesuai, prognosis
jangka panjang sangat menggembirakan. Karena waktu paruh tiroksin
yang panjang (7 hari), diperlukan waktu untuk mencapai keseimbangan
pada suatu dosis yang tetap. Jadi, perlu untuk memantau FT 4 atau FT4I dan
kadar TSH setiap 4-6 minggu sampai suatu keseimbangan normal tercapai.
Setelah itu, FT4 dan TSH dapat dipantau sekali setahun. Dosis T4 harus
ditingkatkan kira-kira 25% selama kehamilan dan laktasi.
Pasien lebih tua memetabolisir T4 lebih lambat, dan dosis
akan diturunkan sesuai dengan umur.13,14,15
3.2 Gagal Jantung Kongestif
3.2.1 Definisi
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung
dan merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien
jantung. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan karena
semakin bertambahnya usia harapan hidup dan berkembangnya terapi penanganan
38
3.2.2 Epidemiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Di
negara berkembang yang menjadi penyebab terbanyak adalah
penyakit jantung katup dan penyakit jantung akibat malnutrisi.
Penyakit katup sering disebabkan oleh penyakit jantung rematik,
yaitu penyakit katup regurgitasi mitral dan stenosis aorta.
Regusitasi mitral (dan regurgitasi aorta) menyebabkan kelebihan
beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis aorta
menimbulkan beban tekanan (peningkatan afterload). Aritmia sering
ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan dihubungkan dengan kelainan
struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri pada penderita hipertensi. Atrial
fibrilasi dan gagal jantung seringkali timbul bersamaan. 1
Gagal jantung kongestif lebih banyak terjadi pada usia lanjut.6 Salah satu
penelitian menunjukkan bahwa gagal jantung terjadi pada 1% dari penduduk usia
50 tahun, sekitar 5% dari mereka berusia 75 tahun atau lebih, dan 25% dari
mereka yang berusia 85 tahun atau lebih. Karena jumlah orang tua terus
meningkat, jumlah orang yang didiagnosis dengan kondisi ini akan terus
meningkat. Di Amerika Serikat, hampir 5 juta orang telah didiagnosis gagal
39
jantung dan ada sekitar 550.000 kasus baru setiap tahunnya. Kondisi ini lebih
umum di antara Amerika Afrika dari kulit putih. 2 Hal ini menunjukkan adanya
keterkaitan antara usia dan gagal jantung kongestif.
Selain usia, insidensi gagal jantung kongestif juga dipengaruhi oleh faktor
lain. Salah satunya, insidensi gagal jantung kongestif digolongkan berdasarkan
jenis kelamin. Dari survei registrasi rumah sakit didapatkan angka perawatan di
rumah sakit, dengan angka kejadian 4.7% pada perempuan dan 5.1% pada lakilaki.2
Kualitas dan kelangsungan hidup penderita gagal jantung kongestif sangat
dipengaruhi oleh diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat. Oleh karena itu,
prognosis pada penderita gagal jantung kongestif bervariasi pada tiap penderita.
Berdasarkan salah satu penelitian, angka kematian akibat gagal jantung adalah
sekitar 10% setelah 1 tahun. Sekitar setengah dari mereka dengan gagal jantung
kongestif mati dalam waktu 5 tahun setelah diagnosis mereka. 6 Sumber lain
mengatakan bahwa seperdua dari pasien gagal jantung kongestif meninggal dalam
waktu 4 tahun setelah didiagnosis, dan terdapat lebih dari 50%
penderita gagal jantung kongestif berat meninggal dalam tahun
pertama.1
3.2.3 Etiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara
epidemiologi cukup penting untuk mengetahui penyebab dari
gagal jantung. Di negara maju penyakit arteri koroner dan
hipertensi merupakan penyebab terbanyak sedangkan di negara berkembang
yang menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit jantung katup dan penyakit
jantung akibat malnutrisi. Pada beberapa keadaan, sangat sulit untuk menentukan
penyebab dari gagal jantung. Terutama pada keadaan yang terjadi bersamaan pada
penderita. Penyakit jantung koroner pada Framingham Study dikatakan sebagai
penyebab gagal jantung pada 46% laki-laki dan 27% pada wanita. Faktor risiko
koroner seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor yang dapat
berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung.6
40
Selain itu, berat badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan
kolesterol HDL juga dikatakan sebagai faktor risiko independen perkembangan
gagal jantung. Hipertensi telah dibuktikan meningkatkan risiko terjadinya gagal
jantung pada beberapa penelitian. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung
melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi
ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan
meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk
terjadinya aritmia baik aritmia atrial maupun aritmia ventrikel. Ekokardiografi
yang
menunjukkan
hipertrofi
ventrikel
kiri
berhubungan
kuat
dengan
hipertrofik
dapat
merupakan
penyakit
keturunan
41
afterload). Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan
dihubungkan dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri pada
penderita hipertensi. Atrial fibrilasi dan gagal jantung seringkali timbul
bersamaan.6
Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal
jantung akut maupun gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial fibrilasi).
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kardiomiopati dilatasi
(penyakit otot jantung alkoholik). Alkohol menyebabkan gagal jantung 2 3%
dari kasus. Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan defisiensi
tiamin. Obat obatan juga dapat menyebabkan gagal jantung. Obat kemoterapi
seperti doxorubicin dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat menyebabkan
gagal jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.
42
43
Deskripsi
Mekanisme
44
Darah dikatakan
melakukan aktivitas
backs up di
(pembuluh darah
paru ke jantung)
membangunkan. Pasien
sering mengalami
dapat
kesulitan bernapas
mengkompensasi
menyebabkan cairan
bocor ke paru-paru.
Cairan menumpuk di
menghasilkan lendir
paru-paru (lihat di
darah-diwarnai putih
atas).
atau pink.
Bengkak pada
jantung yang
melambat tertahan
penambahan berat
dan menyebabkan
badan.
cairan untuk
menumpuk dalam
jaringan. Ginjal
kurang mampu
membuang natrium
dan air, juga
45
menyebabkan retensi
cairan di dalam
Kelelahan
Perasaan lelah
jaringan.
Jantung tidak dapat
memompa cukup
kesulitan dengan
darah untuk
kegiatan sehari-hari,
memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh.
tangga, membawa
Kurangnya nafsu makan dan mual
Sistem pencernaan
sakit perut.
Kehilangan memori
pencernaan.
Perubahan pada
disorientasi.
Jantung berdebar-
kebingungan.
Untuk "menebus"
kerugian dalam
memompa kapasitas,
jantung berdetak
lebih cepat.
46
Rales
Hepatojugular refluks
47
Kriteria Minor:
Batuk nokturnal
Hepatomegali
Efusi pleura
48
yaitu alfa-1 dan alfa-2, serta beta-1 dan beta-2. T3 juga bekerja pada ekstranuklear
melalui peningkatan sintesis protein.14,15 Berikut ini penjelasan mengenai
pengaruh langsung hormon tiroid terhadap system kardiovaskular.
1. T3 mengatur gen-gen spesifik jantung
Pemberian T3 pada hewan meningkatkan kontraktilitas otot jantung
menalui stimulasi sintesis fast myosin heavy chain dan menghambat
penampakan slow beta isoform. Pada ventrikel jantung manusia, sebagain
besar terdiri dari myosin heavy chain, sehingga T3 tidak mempengaruhi
perubahan pada myosin. Peningkatan kontraktilitas pada manusia sebagian
besar merupakan hasil dari peningkatan ekspresi retikulu sarkoplasma
Ca2+ATPase, meskipun sebagian besar juga oleh beta isoform.
2. T3 mengatur ekspresi reseptor yang peka hormon tiroid (pada hewan
percobaan)
T3 menyebabkan peningkatan retikulum sarkoplasma Ca 2+ATPase dan
penurunan kerja Ca2+ATPase regulatory protein. T3 juga mengatur Na-K
ATPasejantung, enzim malat, faktor natriuretik atrial, Ca channels, dan
reseptor beta-adrenergik.
3. Hormon tiroid meningkatkan kontraktilitas otot jantung
Hormon tiroid akan menstimulasi kerja jantung dengan mempengaruhi
fungsi ventrikel, melalui peningkatan sintesis protein kontraktil jantung
atau peningkatan fingsi dari reticulum sarkoplasma Ca-ATPase sehingga
pada pasien hipertiroid akan didapati jantung yang hipertrofi.19
4. Hormon tiroid menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah perifer
T3 mungkin mempengaruhi aliran natrium dan kalium pada
sel
otot
polos
kontraktilitas
otot
sehingga
polos
menyebabkan
dan
tonus
penurunan
pembuluh
darah
arteriole.12
b. Pengaruh tidak langsung hormon tiroid terhadap
sistem kardiovaskular
49
Keadaan
hipermetabolisme
dan
peningkatan
produksi
tiroid
meningkatkan
aktivitas
sistem
simpatoadrenal
Pasien hipertiroid memiliki gejala klinik yang mirip dengan keadaan
hiperadrenergik, sebaliknya hipotiroid menggambarkan keadaan berupa
penurunan tonus simpatis. Pada hipertiroid terjadi peningkatan kadar atau
afinitas beta-reseptor, inotropik respon isoprotrenol dan norepinefrin.8
Banyak penelitian menyimpulkan bahwa hormon tiroid berinteraksi
dengan katekolamin dimana pada pasien-pasien hipertiroid terdapat
peningkatan sensitivitas terhadap kerja katekolamin dan pada pasien yang
hipotiroidterjadi penurunan sensitivitas terhadap katekolamin.12 Hal ini
terbukti dari kadar katekolamin pada pasien-pasien hipertiroid justru
menurun atau normal sedangkan pada pasien hipotiroid cenderung
meningkat. Hormon tiroid dapat meningkatkan jumlah reseptor beta
adrenergik dan sensitivitasnya. Hormon tiroid juga meningkatkan jumlah
subunit stimulasi pada guanosin triphospate-binding protein sehingga
terjadi peningkatan respon adrenergic.14 Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pada pasien hipotiroid, reseptor beta-adrenergik berkurang jumlah
dan aktifitasnya, terlihat dari respon yang melambat dari plasma cAMP
terhadap epinefrin. Respon cAMP terhadap glukagon dan hormon
paratiroid juga menurun, dengan demikian tampak penurunan aktivitas
adrenergic pada pasien hipotiroid. Pada rat atria yang berasal dari
hipotiroid binatang terjadi peningkatan reseptor alfa dan penurunran
reseptor beta. Tetapi sebenarnya pada manusia, peningkatan respon
simpatis akibat hormon tiroid masih sulit dibuktikan.18
2. Kerja jantung meningkat
Peningkatan isi sekuncup dan denyut jantung meningkatkan curah jantung.
3. Hipertrofi otot jantung akibat kerja jantung yang meningkat.
50