Nama Peserta
: dr. A. Mutmainna R
Nama Wahana
: RSUD Bantaeng
Topik
: Gangguan Somatisasi
Tanggal (kasus)
: 21 Desember 2015
Presenter
: dr. A. Mutmainna R
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Seorang Perempuan 46 tahun mengeluh nyeri pada ulu hati yang dirasakan sejak 3
tahun terakhir. Pasien juga mengeluhkan rasa panas dan terbakar pada perut yang berpindahpindah dari perut kanan dan kiri dan tembus ke belakang. Pasien juga mengeluhkan nyeri
pinggang yang menjalar ke bahu kiri dan kanan serta rasa kesemutan pada telapak kaki yang
menjalar ke pinggang terutama bila bergerak. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur dan nafsu
makan menurun. Pasien sulit beraktivitas dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga akibat
gangguan yang dirasakan hal ini juga yang menurut pasien sering menjadi bahan pertengkaran
dengan suami dimana pasien merasa tidak ada perhatian dari suami terhadap penyakit yang
dideritanya. Pasien selalu datang memeriksakan penyakitnya ke dokter tapi merasa belum ada
perbaikan yang berarti hingga sekarang. Pasien menyangkal pernah mendengar suara-suara yang
membisikinya dan orang lain tidak mendengarnya. Pasien menyangkal pernah melihat adanya
penampakan atau bayangan yang hanya dilihat oleh pasien. Saat ini pasien tinggal berdua dengan
suami dari pernikahan keduanya namun sering ditinggal suami ke luar kota untuk bekerja. Pasien
memiliki seorang anak dari pernikahan pertama yang telah berkeluarga dan tinggal di Malaysia.
Pasien belum memilki anak dari suami kedua.
Tujuan: Mengenal gejala gangguan somatisasi dan penatalaksanaannya
1
Bahan
bahasan:
Tinjauan
pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara
membahas:
Diskusi
Presentasi dan
diskusi
Pos
No.RM: 072437
opname di rumah sakit pada bulan februari dan oktober 2015 serta februari 2016.
3. Riwayat kesehatan/penyakit: Riwayat dirawat di rumah sakit dengan dyspepsia,
Riwayat pemeriksaan laboratorium pada bulan februari 2015 dengan hasil normal,
riwayat USG abdomen dan pemeriksaan laboratorium darah pada bulan februari 2016
dengan hasil normal
4. Riwayat keluarga: pasien sudah menikah dua kali, pasien memiliki satu orang anak
dari pernikahan pertama dan tidak memiliki anak dari pernikahan kedua, tidak ada
riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
5. Riwayat pekerjaan: pasien adalah seorang ibu rumah tangga,
6. Riwayat Sosial Ekonomi:
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang disimpulkan sebagai
berikut :
Diagnosis kerja : Gangguan Somatisasi
Diagnosis banding : 7.3 Aspek Risiko Internal (Faktor faktor internal yang mempengaruhi masalah
kesehatan pasien)
Genetik :
Belum pernah ada yang seperti ini dikeluarga
Pola makan :
Pasien mengkonsumsi makanan seperti pada umumnya.
Spiritual :
Pasien percaya bahwa penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Allah SWT
dan menerimanya dengan lapang dada apapun akibat yang akan terjadi akibat
penyakitnya.
7.4 Aspek Psikososial Keluarga (Faktor faktor eksternal yang mempengaruhi
masalah kesehatan pasien)
Dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari yang memasak makanan didalam keluarga
adalah pasien sendiri, dalam menyajikan makanan sehari-hari pasien tetap menghidangkan
makanan kesukaan keluarga pasien.
7.5 Aspek Fungsional
Berdasarkan skor Karnofsky pasien memilki skor 80% dimana pasien dimana pasien
menjalani aktifitas sehari-hari dengan normal disertai dengan beberapa gejala dan
keluhan yang berkaitan dengan penyakitnya.
Tabel Skala Karnofsky (www.pallipedia.com)
Daftar Pustaka:
1. Maslim, dr. Rusdi. 2003. F 45.0 Gangguan Somatoform dalam buku PPDGJ-III. JakartaBagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma jaya.
2. Maslim, dr. Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. JakartaBagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma jaya.
3. Kaplan HI, Sadock Bj, sinopsis psikiatri jilid II, edisi ketujuh, binarupa aksara, Jakarta:
1997, hal 84-90
4. Maramis FM, Albert AM, catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi kedua, Airlangga
University Press, Jakarta: hal 315-316
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis gangguan somatisasi
pernikahan pertama
Pasien tidak memiliki anak dari suami kedua
Suami pasien sering kerja ke luar kota
Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga
Trauma (-)
Infeksi (-)
Kejang (-)
Alkohol (-)
Napza (-)
2. Obyektif:
a) Deskripsi umum
Kesan Umum : tampak perempuan sesuai umur, penampilan bersih, perawatan diri cukup,
warna kulit kuning langsat
Kesadaran
: composmentis
Perilaku
Pembicaraan : lancar, menjawab spontan, intonasi jelas dan volume suara sedang.
Sikap terhadap pemeriksa : cukup kooperatif
b) Keadaan afektif
Mood
: disforik
Afek
: luas
c) Fungsi kognitif
Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
Tingkat kecerdasan sesuai dengan pendidikan dan intelegensia, mampu berhitung dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan umum.
Daya konsentrasi
: cukup
Orientasi
Orang
: cukup
Waktu
: cukup
Tempat: cukup
Situasi
: cukup
Daya ingat
Jangka pendek
: cukup
Jangka menengah
: cukup
Jangka panjang
: cukup
Pikiran abstrak
: cukup
: tidak ada
: tidak ada
Derealisasi
: tidak ada
e) Proses pikir
Arus Pikir
Kuantitatif
: Normal
Kualitatif
: Normal
Isi pikir
Preokupasi
: tidak ada
Obsesi
Gangguan pikiran
: tidak ada
Bentuk pikir
: realistik
f) Pengendalian impuls
Pasien dapat mengendalikan diri saat pemeriksaan
g) Daya nilai
Penilaian realitas
Assesment:
Gangguan somatisasi merupakan salah satu bentuk gangguan somatoform. Kata
Somatoform diambil dari bahasa Yunani soma , yang berarti tubuh. Ciri utama dari gangguan
somatoform adalah adanya keluhan keluhan gejala fisik yang berulang ulang disertai dengan
permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali kali hasilnya negative dan juga sudah
dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya.
Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan
fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun
9
Adanya banyak keluhan keluhan fisik yang bermacam macam yang tidak dapat
dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2
tahun
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada
Aksis II
Tidak ditemukan data yang cukup untuk menentukan kepribadian yang khas, maka aksis
II ditegakkan sebagai ciri kepribadian tidak khas.
Aksis III
Aksis IV
: Dispepsia
: Faktor stressor pada pasien adalah keluarga dimana pasien belum memiliki anak
dari suami kedua dan suami pasien sering bekerja ke luar kota.
Aksis V
GAF Scale 70-61(gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi , secara umum
masih baik )
Plan:
Diagnosis: Gangguan Somatisasi (F45.0)
Penatalaksanaan :
-- Antasida tab 3x1
- Amitriptilin tab 25mg 2X1 tab
- Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
- Edukasi pasien
Pendidikan: Menjelaskan tentang penyakit pasien
Konsultasi: Dijelaskan adanya konsultasi dengan spesialis jiwa untuk penanganan lebih lanjut.
Rujukan:
Pada kasus ini, rujukan tidak perlu dilakukan karena kasus ini masih dapat ditangani di rumah
sakit setempat dan pasien masih tampak tenang dan koperatif sehingga tidak diperlukan tindakan
rawat inap.
11
Peserta
Pendamping
dr. A. Mutmainna R
dr. Hikmawaty
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Gangguan somatisasi ditandai oleh banyaknya gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan
secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan somatisasi dibedakan
dari gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan dan melibatkan sistem organ yang
multipel (sebagai contoh, gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini adalah kronis (dengan
12
gejala ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun) dan disertai dengan
penderitaan psikologis yang bermakna, gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, dan perilaku
mencari bantuan medis yang berlebihan.(1)
Gangguan ini merupakan pasien-pasien yang terutama menunjukkan keluhan somatis
yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, anxietas atau penyakit medis. Ada
dua gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform: pertama, yang gambaran
utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti adanya penyakit
(hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran utamanya adalah
kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi, disfungsi
autonomik persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten).(2)
Gambaran somatisasi telah dikenal sejak zaman mesir kuno. Nama awal untuk gangguan
somatisasi adalah histeria, suatu kedaan yang secara tidak tepat diperkirakan hanya mengenai
wanita. Kata histeria didapatkan dari bahasa yunani untuk rahim, hystera.(1.2)
II. DEFINISI
Gangguan somatisasi adalah penyakit yang ditandai oleh banyaknya keluhan yang
mengenai banyak sistem organ yang telah berlangsung selama beberapa tahun, mengakibatkan
keterbatasan fisik atau mencari pengobatan atau keduanya. Somatisasi adalah suatu proses
seseorang mengalami dan mengungkapkan rasa ketidaknyamanan emosional atau stres
psikososial dengan menggunakan gejala-gejala fisik.(2.3)
III.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi seumur hidup menderita gangguan pada populasi umum diperkirakan adalah
0,1 sampai dengan 0,2 persen, walaupun beberapa kelompok penelitian percaya bahwa angka
sesungguhnya mungkin mendekati 0,5 persen. Wanita dengan gangguan somatisasi melebihi
jumlah laki-laki sebesar 5-20 kali, walaupun perkiraan tertinggi mungkin karena kecendrungan
awal yang tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada laki-laki.
13
IV.
ETIOLOGI
Penyebab gangguan somatisasi belum diketahui dengan pasti tetapi Banyak teori telah
V. GAMBARAN KLINIS
a. Riwayat gejala fisik yang banyak (atau suatu keyakinan bahwa dirinya sakit)yang mulai
sebelum usia 30 tahun, berlangsung selama beberapa tahun, dan mengakibatkan perilaku
mencari pertolongan medis (medical seeking behavior) atau hendaya yang bermakna.
14
II.
1.
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi
a. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi
selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan
gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. (3)
b. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahkan tidak
ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
c. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan
dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.(5)
15
17
b. Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi
terjadinya gangguan tersebut.
c. Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal
maupun medis, untuk yang bersangkutan.(5)
III.
TERAPI
1. Farmakoterapi
Tidak ada percobaan klinis terapi obat yang adekuat untuk somatisasi primer. Obat-obat
yang yang efektif dalam situasi-situasi sebagai berikut :
a. Gejala-gejala spesifik yang sulit disembuhkan seperti nyeri kepala, mialgia, dan
bentuk-bentuk penyakit kronik lainnya dapat hilang dengan antidepresan trisiklik.
Demikian pula pasien-pasien cemas dengan terapi aprazolam, benzodiazepin, atau
beta-bloker. Walaupun pasien-pasien tersebut tidak memnuhi kriteria gangguan panik
atau kecemasan.
b. Obat-obat simtomatik murni (misal: analgetik, antasida)
2. Konsultasi psiatrik
18
Kita harus merujuk pasien pada suatu pelayanan hubungan konsultasi atau kepada
seorang dokter ahli jiwa.konsultasi mengakibatkan intervensi psikiatrik jangka pendek
selain strategi-strategi penatalaksanaan yang dianjurkan oleh dokter di perawatan primer.
Pasien dengan somatisasi kronik berat mungkin mendapatkan perbaikan dengan programprogram terapi rawat inap.(4)
3. Strategi penatalaksanaan
Terapi perilaku kognitif (CBT, cognitive behavior therapy) akan bermanfaat jika
diadaptasi untuk keluhan somatisasi utama. Pasien mugkin perlu dibantu untuk
mengenali dan mengatasi stresor sosial yang dialami.(2)
IV.
PROGNOSIS
1. Sebagian besar pasien dengan gejala-gejala somatik fungsional sembuh tanpa intervensi
khusus. Faktor-faktor yang lebih prognostik antara lain awitan yang akut dan durasi
gejala yang singkat, usia muda, kelas sosioekonomi tinggi, tidak ada penyakit organik,
dan tidak ada gangguan kepribadian.
2. Prognosa jangka panjang untuk pasien gangguan somatisasi dubia ad malam, dan
biasanya diperlukan terapi sepanjang hidup. Bila somatisasi merupakan sebuah topeng
atau gangguan psikiatrik lain, prognosanya tergantung pada prognosis masalah
primernya.
3. Gejala-gejala konversi yang diskret mempunyai prognosis yang lebih baik. Gejala-gejala
ini meungkin dapat hilang secara spontan bila sudah tidak diperlukan lagi atau berespons
baik terhadap psikoterapi spesifik. (4)
V.
KESIMPULAN
Pengobatan gangguan psikosomatik dani sudut pandang psikiatrik adalah tugas yang
sulit.
Tujuan terapi haruslah mengerti motivasi dan mekanisme gangguan fungsi dan untuk
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock Bj, sinopsis psikiatri jilit II, edisi ketujuh, binarupa aksara, Jakarta:
1997, hal 84-90
2. Maramis FM, Albert AM, catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi kedua, Airlangga
University Press, Jakarta: hal 315-316
3. Perdamean Engelberta, Sinopsis Sehari kesehatan Jiwa dalam Rangka Menyambut hari
kesehatan
Jiwa
Sedunia,
Update
27
oktober
2007,
Availible
from
http://www.idijakbar.com/prosiding/gangguan-somatoform.htm
4. Mangel MB. Dkk, Referensi Manual Kedokteran Keluarga, Editor edisi bahasa
Indonesia, perpustakaan Nasional, jakarta:2001 hal 701-709
5. Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III,
jakarta: 2001, hal 84-86
21