Anda di halaman 1dari 21

PORTOFOLIO (KASUS JIWA)

Nama Peserta

: dr. A. Mutmainna R

Nama Wahana

: RSUD Bantaeng

Topik

: Gangguan Somatisasi

Tanggal (kasus)

: 21 Desember 2015

Presenter

: dr. A. Mutmainna R

Tanggal presentasi : 22 Maret 2016

Pendamping: dr. Hikmawaty


dr. Iman Subekti, Sp.KJ

Tempat presentasi : RSUD Bantaeng


Obyek presentasi : Anggota Komite Medik & Dokter Internsip RSUD Bantaeng
Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi : Seorang Perempuan 46 tahun mengeluh nyeri pada ulu hati yang dirasakan sejak 3
tahun terakhir. Pasien juga mengeluhkan rasa panas dan terbakar pada perut yang berpindahpindah dari perut kanan dan kiri dan tembus ke belakang. Pasien juga mengeluhkan nyeri
pinggang yang menjalar ke bahu kiri dan kanan serta rasa kesemutan pada telapak kaki yang
menjalar ke pinggang terutama bila bergerak. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur dan nafsu
makan menurun. Pasien sulit beraktivitas dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga akibat
gangguan yang dirasakan hal ini juga yang menurut pasien sering menjadi bahan pertengkaran
dengan suami dimana pasien merasa tidak ada perhatian dari suami terhadap penyakit yang
dideritanya. Pasien selalu datang memeriksakan penyakitnya ke dokter tapi merasa belum ada
perbaikan yang berarti hingga sekarang. Pasien menyangkal pernah mendengar suara-suara yang
membisikinya dan orang lain tidak mendengarnya. Pasien menyangkal pernah melihat adanya
penampakan atau bayangan yang hanya dilihat oleh pasien. Saat ini pasien tinggal berdua dengan
suami dari pernikahan keduanya namun sering ditinggal suami ke luar kota untuk bekerja. Pasien
memiliki seorang anak dari pernikahan pertama yang telah berkeluarga dan tinggal di Malaysia.
Pasien belum memilki anak dari suami kedua.
Tujuan: Mengenal gejala gangguan somatisasi dan penatalaksanaannya
1

Bahan
bahasan:

Tinjauan
pustaka

Riset

Kasus

Audit

Cara
membahas:

Diskusi

Presentasi dan
diskusi

E-mail

Pos

Nama Klinik : Poliklinik Jiwa RSUD Bantaeng


Data Pasien:

Nama: Ny. K / 46 tahun

No.RM: 072437

Data utama untuk bahan diskusi


1. Deskripsi/ Gambaran Klinis : Seorang Perempuan 46 tahun mengeluh nyeri pada ulu
hati yang dirasakan sejak 3 tahun terakhir. Pasien juga mengeluhkan rasa panas dan
terbakar pada perut yang berpindah-pindah dari perut kanan dan kiri dan tembus ke
belakang yang disertai dengan rasa mual dan rasa kembung. Pasien juga mengeluhkan
nyeri pinggang yang menjalar ke bahu kiri dan kanan. Pasien juga mengeluhkan rasa
kesemutan pada telapak kaki yang menjalar ke pinggang disertai kelemahan pada kaki
terutama bila bergerak. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan menurun dan sulit
untuk tidur. Pasien sulit beraktivitas dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga akibat
gangguan yang dirasakan hal ini juga yang menurut pasien sering menjadi bahan
pertengkaran dengan suami dimana pasien merasa tidak ada perhatian dari suami
terhadap penyakit yang dideritanya. Pasien selalu datang memeriksakan penyakitnya
ke dokter tapi merasa belum ada perbaikan yang berarti hingga sekarang. Pasien
menyangkal pernah mendengar suara-suara yang membisikinya dan orang lain tidak
mendengarnya. Pasien menyangkal pernah melihat adanya penampakan atau
bayangan yang hanya dilihat oleh pasien. Saat ini pasien tinggal berdua dengan suami
dari pernikahan keduanya namun sering ditinggal suami ke luar kota untuk bekerja.
Pasien memiliki seorang anak dari pernikahan pertama yang telah berkeluarga dan
tinggal di Malaysia. Pasien belum memilki anak dari suami kedua.
2. Riwayat pengobatan: Riwayat berobat jalan sejak bulan Mei 2012 dan riwayat

opname di rumah sakit pada bulan februari dan oktober 2015 serta februari 2016.
3. Riwayat kesehatan/penyakit: Riwayat dirawat di rumah sakit dengan dyspepsia,

Riwayat pemeriksaan laboratorium pada bulan februari 2015 dengan hasil normal,

riwayat USG abdomen dan pemeriksaan laboratorium darah pada bulan februari 2016
dengan hasil normal
4. Riwayat keluarga: pasien sudah menikah dua kali, pasien memiliki satu orang anak

dari pernikahan pertama dan tidak memiliki anak dari pernikahan kedua, tidak ada
riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
5. Riwayat pekerjaan: pasien adalah seorang ibu rumah tangga,
6. Riwayat Sosial Ekonomi:

Pasien tinggal bersama suami. Suami pasien sebagai

kontraktor. Pengobatan pasien menggunakan BPJS.


7. Diagnostik Holistik Multiaksial
7.1 Aspek Personal (Alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran, persepsi individu
mengenai penyakitnya)
Pasien datang ke poli jiwa dengan keluhan nyeri pada ulu hati yang dirasakan sejak 3 tahun
terakhir. Pasien juga mengeluhkan rasa panas dan terbakar pada perut yang berpindah-pindah
dari perut kanan dan kiri dan tembus ke belakang yang disertai dengan rasa mual dan rasa
kembung. Pasien juga mengeluhkan nyeri pinggang yang menjalar ke bahu kiri dan kanan.
Pasien juga mengeluhkan rasa kesemutan pada telapak kaki yang menjalar ke pinggang
disertai kelemahan pada kaki terutama bila bergerak. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan
menurun dan sulit untuk tidur. Pasien sulit beraktivitas dan mengerjakan pekerjaan rumah
tangga akibat gangguan yang dirasakan hal ini juga yang menurut pasien sering menjadi
bahan pertengkaran dengan suami dimana pasien merasa tidak ada perhatian dari suami
terhadap penyakit yang dideritanya. Pasien selalu datang memeriksakan penyakitnya ke
dokter tapi merasa belum ada perbaikan yang berarti hingga sekarang. Pasien menyangkal
pernah mendengar suara-suara yang membisikinya dan orang lain tidak mendengarnya.
Pasien menyangkal pernah melihat adanya penampakan atau bayangan yang hanya dilihat
oleh pasien. Saat ini pasien tinggal berdua dengan suami dari pernikahan keduanya namun
sering ditinggal suami ke luar kota untuk bekerja. Pasien memiliki seorang anak dari
pernikahan pertama yang telah berkeluarga dan tinggal di Malaysia. Pasien belum memilki
anak dari suami kedua. Pasien berharap untuk dapat sembuh dari penyakitnya.
7.2 Aspek Klinik
3

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang disimpulkan sebagai
berikut :
Diagnosis kerja : Gangguan Somatisasi
Diagnosis banding : 7.3 Aspek Risiko Internal (Faktor faktor internal yang mempengaruhi masalah
kesehatan pasien)
Genetik :
Belum pernah ada yang seperti ini dikeluarga
Pola makan :
Pasien mengkonsumsi makanan seperti pada umumnya.
Spiritual :
Pasien percaya bahwa penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Allah SWT
dan menerimanya dengan lapang dada apapun akibat yang akan terjadi akibat
penyakitnya.
7.4 Aspek Psikososial Keluarga (Faktor faktor eksternal yang mempengaruhi
masalah kesehatan pasien)
Dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari yang memasak makanan didalam keluarga
adalah pasien sendiri, dalam menyajikan makanan sehari-hari pasien tetap menghidangkan
makanan kesukaan keluarga pasien.
7.5 Aspek Fungsional
Berdasarkan skor Karnofsky pasien memilki skor 80% dimana pasien dimana pasien
menjalani aktifitas sehari-hari dengan normal disertai dengan beberapa gejala dan
keluhan yang berkaitan dengan penyakitnya.
Tabel Skala Karnofsky (www.pallipedia.com)

Daftar Pustaka:
1. Maslim, dr. Rusdi. 2003. F 45.0 Gangguan Somatoform dalam buku PPDGJ-III. JakartaBagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma jaya.
2. Maslim, dr. Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. JakartaBagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma jaya.
3. Kaplan HI, Sadock Bj, sinopsis psikiatri jilid II, edisi ketujuh, binarupa aksara, Jakarta:
1997, hal 84-90
4. Maramis FM, Albert AM, catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi kedua, Airlangga
University Press, Jakarta: hal 315-316
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis gangguan somatisasi

2. Penanganan gangguan somatisasi


3. Edukasi Pasein mengenai gangguan somatisasi

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1. Subyektif:
Seorang Perempuan 46 tahun mengeluh nyeri pada ulu hati yang dirasakan sejak 3 tahun
terakhir. Pasien juga mengeluhkan rasa panas dan terbakar pada perut yang berpindahpindah dari perut kanan dan kiri dan tembus ke belakang yang disertai dengan rasa mual
dan rasa kembung. Pasien juga mengeluhkan nyeri pinggang yang menjalar ke bahu kiri
dan kanan. Pasien juga mengeluhkan rasa kesemutan pada telapak kaki yang menjalar ke
pinggang disertai kelemahan pada kaki terutama bila bergerak. Pasien juga mengeluhkan
nafsu makan menurun dan sulit untuk tidur. Pasien sulit beraktivitas dan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga akibat gangguan yang dirasakan hal ini juga yang menurut
pasien sering menjadi bahan pertengkaran dengan suami dimana pasien merasa tidak ada
perhatian dari suami terhadap penyakit yang dideritanya. Pasien selalu datang
memeriksakan penyakitnya ke dokter tapi merasa belum ada perbaikan yang berarti
5

hingga sekarang. Pasien menyangkal pernah mendengar suara-suara yang membisikinya


dan orang lain tidak mendengarnya. Pasien menyangkal pernah melihat adanya
penampakan atau bayangan yang hanya dilihat oleh pasien. Saat ini pasien tinggal berdua
dengan suami dari pernikahan keduanya namun sering ditinggal suami ke luar kota untuk
bekerja. Pasien memiliki seorang anak dari pernikahan pertama yang telah berkeluarga
dan tinggal di Malaysia. Pasien belum memilki anak dari suami kedua.
Riwayat premorbid (RPM)
-

Pasien lahir normal, cukup bulan, ditolong dokter


Pertumbuhan dan perkembangan baik.
Pasien aktif dalam kehidupan sosial sejak kecil
Pasien tamat Sekolah Menengah Atas (SMA)

Riwayat keluarga (RK)


-

Pasien sudah menikah dua kali


Pasien adalah istri kedua dari suami yang sekarang
Dari pernikahan pertama, pasien memiliki 1 orang anak yang sudah berkeluarga dan
bekerja di Malaysia. Begitu pula dengan suami pasien memiliki 1 orang anak dari

pernikahan pertama
Pasien tidak memiliki anak dari suami kedua
Suami pasien sering kerja ke luar kota
Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga

Riwayat penyakit sebelumnya (RPS)


-

Trauma (-)
Infeksi (-)
Kejang (-)
Alkohol (-)
Napza (-)

2. Obyektif:
a) Deskripsi umum
Kesan Umum : tampak perempuan sesuai umur, penampilan bersih, perawatan diri cukup,
warna kulit kuning langsat

Kesadaran

: composmentis

Perilaku

: pasien duduk tenang, kontak mata baik

Pembicaraan : lancar, menjawab spontan, intonasi jelas dan volume suara sedang.
Sikap terhadap pemeriksa : cukup kooperatif

b) Keadaan afektif
Mood

: disforik

Afek

: luas

c) Fungsi kognitif
Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
Tingkat kecerdasan sesuai dengan pendidikan dan intelegensia, mampu berhitung dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan umum.
Daya konsentrasi

: cukup

Orientasi
Orang

: cukup

Waktu

: cukup

Tempat: cukup
Situasi

: cukup

Daya ingat
Jangka pendek

: cukup

Jangka menengah

: cukup

Jangka panjang

: cukup

Pikiran abstrak

: cukup

Kemampuan menolong diri sendiri: cukup


d) Gangguan persepsi
Halusinasi dan ilusi

: tidak ada

Depersonalisasi dan derealisasi


Depesonalisasi

: tidak ada

Derealisasi

: tidak ada

e) Proses pikir
Arus Pikir
Kuantitatif

: Normal

Kualitatif

: Normal

Isi pikir
Preokupasi

: tidak ada

Obsesi

: tidak dapat dinilai

Gangguan pikiran

: tidak ada

Bentuk pikir

: realistik

f) Pengendalian impuls
Pasien dapat mengendalikan diri saat pemeriksaan
g) Daya nilai
Penilaian realitas

: derealistik (-), depersonalisasi (-)

h) Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya


Pasien merasa sulit beraktivitas seperti biasa
i) Tilikan (insight)
Pasien merasa dirinya sakit
j) Taraf Kepercayaan
Dapat dipercaya
Pemeriksaan Diagnostik lebih lanjut
Pemeriksaan fisis:
Keadaan umum
: Baik
Tensi
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/i
Pernafasan
: 20 x/i
Suhu
: 36,8 C
Sistim kardiovaskuler : kesan normal
Sistim respirasi
: kesan normal
Sistim muskuloskeletal: kesan normal
Sistim gastrointestinal : kesan normal
Sistim neurologik
: kesan normal
Sistim urogenital
: tidak diperiksa
Pemeriksaan lain
Laboratorium
: Riwayat pemeriksaan laboratorium darah normal
USG Abdomen
: Riwayat pemeriksaan USG abdomen normal
EEG
: tidak diperiksa

Assesment:
Gangguan somatisasi merupakan salah satu bentuk gangguan somatoform. Kata
Somatoform diambil dari bahasa Yunani soma , yang berarti tubuh. Ciri utama dari gangguan
somatoform adalah adanya keluhan keluhan gejala fisik yang berulang ulang disertai dengan
permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali kali hasilnya negative dan juga sudah
dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya.
Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan
fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun
9

didapatkan gejala gejala anxietas dan depresi.


Terdapat 4 bentuk gangguan somatoform yakni Gangguan konversi, Hipokondriasis,
Gangguan somatisasi, Gangguan dismorfik tubuh, dan Gangguan nyeri.
Gangguan somatisasi merupakan keluhan fisik yang muncul berulang mengenai
simtom fisik yang tidak ada dasar organis yang jelas. Gangguan ini menyebabkan seeseorang
untuk melakukan kunjungan medis berkali kali atau menyebabkan hendaya yang signifikan
dalam fungsi.
Diagnosis pasti gangguan somatisasi memerlukan semua hal berikut :
-

Adanya banyak keluhan keluhan fisik yang bermacam macam yang tidak dapat
dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2

tahun
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada

kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan keluhannya.


Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan
dengan sifat keluhan keluhannya dan dampak dari perilakunya.

Untuk menegakkan diagnosis pasien digunakan alur evaluasi multiaksial :


Aksis I
Berdasarkan anamnesis, didapatkan pasien datang dengan keluhan utama rasa panas dan
perih pada perut bawah tembus ke belakang. Pasien juga mengeluhkan perasaan mual dan nyeri
pinggang kanan. Pasien menjadi sulit tidur sehingga menimbulkan distress dan disability dalam
kehidupan sehingga dikatakan sebagai gangguan jiwa.
Dari pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai realita,
maka pasien digolongkan sebagai gangguan jiwa non psikotik. Dari hasil pemeriksaan fisik dan
neurologik tidak didapatkan adanya disfungsi otak maka digolongkan sebagai gangguan jiwa
non organik.
Dari anamnesis didapatkan gejala keluhan keluhan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya, serta ketidakpuasan pasien terhadap terapi yang telah diberikan maka berdasarkan
PPDGJ-III dapat digolongkan sebagai gangguan somatisasi (F 45.0)
10

Aksis II
Tidak ditemukan data yang cukup untuk menentukan kepribadian yang khas, maka aksis
II ditegakkan sebagai ciri kepribadian tidak khas.

Aksis III
Aksis IV

: Dispepsia
: Faktor stressor pada pasien adalah keluarga dimana pasien belum memiliki anak

dari suami kedua dan suami pasien sering bekerja ke luar kota.
Aksis V
GAF Scale 70-61(gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi , secara umum
masih baik )
Plan:
Diagnosis: Gangguan Somatisasi (F45.0)
Penatalaksanaan :
-- Antasida tab 3x1
- Amitriptilin tab 25mg 2X1 tab
- Alprazolam 0,5 mg 0-0-1
- Edukasi pasien
Pendidikan: Menjelaskan tentang penyakit pasien
Konsultasi: Dijelaskan adanya konsultasi dengan spesialis jiwa untuk penanganan lebih lanjut.
Rujukan:
Pada kasus ini, rujukan tidak perlu dilakukan karena kasus ini masih dapat ditangani di rumah
sakit setempat dan pasien masih tampak tenang dan koperatif sehingga tidak diperlukan tindakan
rawat inap.
11

Bantaeng, 22 Maret 2016

Peserta

Pendamping

dr. A. Mutmainna R

dr. Hikmawaty

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN
Gangguan somatisasi ditandai oleh banyaknya gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan
secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan somatisasi dibedakan
dari gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan dan melibatkan sistem organ yang
multipel (sebagai contoh, gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini adalah kronis (dengan
12

gejala ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun) dan disertai dengan
penderitaan psikologis yang bermakna, gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, dan perilaku
mencari bantuan medis yang berlebihan.(1)
Gangguan ini merupakan pasien-pasien yang terutama menunjukkan keluhan somatis
yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, anxietas atau penyakit medis. Ada
dua gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform: pertama, yang gambaran
utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti adanya penyakit
(hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran utamanya adalah
kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi, disfungsi
autonomik persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten).(2)
Gambaran somatisasi telah dikenal sejak zaman mesir kuno. Nama awal untuk gangguan
somatisasi adalah histeria, suatu kedaan yang secara tidak tepat diperkirakan hanya mengenai
wanita. Kata histeria didapatkan dari bahasa yunani untuk rahim, hystera.(1.2)

II. DEFINISI
Gangguan somatisasi adalah penyakit yang ditandai oleh banyaknya keluhan yang
mengenai banyak sistem organ yang telah berlangsung selama beberapa tahun, mengakibatkan
keterbatasan fisik atau mencari pengobatan atau keduanya. Somatisasi adalah suatu proses
seseorang mengalami dan mengungkapkan rasa ketidaknyamanan emosional atau stres
psikososial dengan menggunakan gejala-gejala fisik.(2.3)

III.

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi seumur hidup menderita gangguan pada populasi umum diperkirakan adalah

0,1 sampai dengan 0,2 persen, walaupun beberapa kelompok penelitian percaya bahwa angka
sesungguhnya mungkin mendekati 0,5 persen. Wanita dengan gangguan somatisasi melebihi
jumlah laki-laki sebesar 5-20 kali, walaupun perkiraan tertinggi mungkin karena kecendrungan
awal yang tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada laki-laki.

13

Pasien dengan riwayat keluarga pernah menderitagangguan somatoform (berisiko 10-20


kali lebih besar dibanding yang tidak ada riwayat). Gangguan somatisasi lebih banyak ditemukan
pada pasien yang memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.(1)

IV.

ETIOLOGI
Penyebab gangguan somatisasi belum diketahui dengan pasti tetapi Banyak teori telah

diajukan untuk menjelaskan penyebab somatisasi yaitu:


1. Faktor Psikososial
Faktor psikososial mencakup adanya interpretasi suatu gejala sebagai alat komunikasi
yang bertujuan untuk menghindari suatu kewajiban ( mengerjakan pekerjaan yang tidak
disukai), ekspresi emosi (marah), atau sebagai simbol dari perasaan atau kepercayaan
(ada rasa tidak nyaman).
2. Faktor Biologi
Beberapa penelitian mengarahkan kepada neuropsikologi sebagai dasar dari gangguan
somatisasi. Penelitian ini mengajukan bahwa pasien memiliki perburukan atensi dan
perburukan kognitif yang menyebabkan adanya kesalahan persepsi dan kesalahan input
pada somatosensori. Perburukan yang tercatat seperti adanya perhatian yang sangat
mudah teralihkan, ketidakmampuan untuk beradaptasi terhadap rangsangan yang
berulang dll. Sedikit penelitian melaporkan adanya penurunan metabolisme pada lobus
frontal dan hemisfer yang tidak dominan pada gangguan somatisasi.
3. Genetik
Gangguan somatisasi cenderung menurun pada keluarga dan muncul pada 10-20% dari
relasi perempuan tingkat pertama. Dalam keluarga ini, relasi laki-laki tingkat pertama
rentan terhadap gangguang kepribadian antisosial dan abuse.
4. Faktor Pencetus
Termasuk peristiwa-peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres (misal: penyakit) dan
konflik antar pribadi.4)

V. GAMBARAN KLINIS
a. Riwayat gejala fisik yang banyak (atau suatu keyakinan bahwa dirinya sakit)yang mulai
sebelum usia 30 tahun, berlangsung selama beberapa tahun, dan mengakibatkan perilaku
mencari pertolongan medis (medical seeking behavior) atau hendaya yang bermakna.
14

b. Kombinasi dari gejala-gejala yang tidak terjelaskan, yang terjadi kapanpunselama


perjalanan dari gangguan, yang semuanya harus dipenuhi. Gejala-gejala yang dimaksud
antara lain:
1. 4 gejala nyeri (melibatkan minimal 4 lokasi atau fungsi yang berbedameliputi kepala
dan leher, abdomen, punggung, sendi, ekstremitas, dada,rektum, selama menstruasi,
selama hubungan seksual, dan saat berkemih)
2. Gejala gastrointestinal selain nyeri (meliputi mual, kembung, muntah,diare, dan
intoleransi makanan).
3. Satu gejala seksual (kehilangan keinginan seksual, disfungsi seksual,mens ireguler,
perdarahan mens yang berlebihan, muntah-muntah selamahamil).
4. Satu gejala pseudoneurologik yang bukan nyeri (meliputi gangguankeseimbangan,
kelemahan, kesulitan menelan, afonia, retensi urin,halusinasi, pandangan ganda,
kebutaan, ketulian, kejang, disosiasi, dankehilangan kesadaran).
c. Gejala-gejala tersebut bukanlah akibat gangguan kondisi medis, ataupun kalau terdapat
gangguan kondisi medis, gejala dan efeknya pada pasien melebihi dari apa yang biasanya
dapat disebabkan gangguan kondisi medis tersebut.
d. Gejala-gejala tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat secara sengaja atau berpurapura(5)

II.
1.

DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi
a. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi
selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan
gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. (3)
b. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahkan tidak
ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
c. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan
dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.(5)
15

2. Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi


a. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor
lain.
b. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti
pada gangguan buatan atau berpura-pura).
c. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau
sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
d. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau
memerlukan pemeriksaan medis.
e. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.(3.5)
3. Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
a. Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang
serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang
berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun
adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan
bentuk penampilan fisiknya (tidak sampai waham).
b. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter
bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhankeluhannya.(5)
c. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.(3)
16

4. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform Tidak Terinci


a. Keluhan-keluhan fisik yang bersifat multipel, berfariasi dan menetap, akan tetapi
gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi.
b. Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas, akan
tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhanya.(5)

5. Kriteria diagnostik disfungsi otonomik somatoform.


a. Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat, tremor,
muka panas/ flushing, yang menetap atau menganggu.
b. Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidak
khas).
c. Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanya
gangguan yang serius ( sering tidak begitu khas) dari sistem atau organ tertentu,
yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun penjelasanpenjelasan dari para dokter.
d. Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari

sistem atau organ yang dimaksud.(5)

6. Kriteria diagnostik gangguan nyeri somatoform menetap


a. Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan
fisik.

17

b. Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi
terjadinya gangguan tersebut.
c. Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal
maupun medis, untuk yang bersangkutan.(5)

7. Kriteria diagnostik gangguan somatoform lainnya.


a. Pada gangguan ini keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom, dan terbatas
secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu. Ini sangat berbeda dengan
gangguan somatisasi dan gangguan somatoform yang tak terinci yang
menunjukkan keluhan yang banyak dan berganti-ganti.
b. Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan.(5)

III.

TERAPI

1. Farmakoterapi
Tidak ada percobaan klinis terapi obat yang adekuat untuk somatisasi primer. Obat-obat
yang yang efektif dalam situasi-situasi sebagai berikut :
a. Gejala-gejala spesifik yang sulit disembuhkan seperti nyeri kepala, mialgia, dan
bentuk-bentuk penyakit kronik lainnya dapat hilang dengan antidepresan trisiklik.
Demikian pula pasien-pasien cemas dengan terapi aprazolam, benzodiazepin, atau
beta-bloker. Walaupun pasien-pasien tersebut tidak memnuhi kriteria gangguan panik
atau kecemasan.
b. Obat-obat simtomatik murni (misal: analgetik, antasida)
2. Konsultasi psiatrik
18

Kita harus merujuk pasien pada suatu pelayanan hubungan konsultasi atau kepada
seorang dokter ahli jiwa.konsultasi mengakibatkan intervensi psikiatrik jangka pendek
selain strategi-strategi penatalaksanaan yang dianjurkan oleh dokter di perawatan primer.
Pasien dengan somatisasi kronik berat mungkin mendapatkan perbaikan dengan programprogram terapi rawat inap.(4)
3. Strategi penatalaksanaan
Terapi perilaku kognitif (CBT, cognitive behavior therapy) akan bermanfaat jika
diadaptasi untuk keluhan somatisasi utama. Pasien mugkin perlu dibantu untuk
mengenali dan mengatasi stresor sosial yang dialami.(2)
IV.

PROGNOSIS

1. Sebagian besar pasien dengan gejala-gejala somatik fungsional sembuh tanpa intervensi
khusus. Faktor-faktor yang lebih prognostik antara lain awitan yang akut dan durasi
gejala yang singkat, usia muda, kelas sosioekonomi tinggi, tidak ada penyakit organik,
dan tidak ada gangguan kepribadian.
2. Prognosa jangka panjang untuk pasien gangguan somatisasi dubia ad malam, dan
biasanya diperlukan terapi sepanjang hidup. Bila somatisasi merupakan sebuah topeng
atau gangguan psikiatrik lain, prognosanya tergantung pada prognosis masalah
primernya.
3. Gejala-gejala konversi yang diskret mempunyai prognosis yang lebih baik. Gejala-gejala
ini meungkin dapat hilang secara spontan bila sudah tidak diperlukan lagi atau berespons
baik terhadap psikoterapi spesifik. (4)

V.

KESIMPULAN

Gangguan psikosomatis merupakan gangguan yang melibatkan antara pikiran dan


tubuh. Hal ini berarti bahwa adanya faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi
medis.
19

Komponen emosional memainkan penanan penting pada gangguan psikosomatis.

Manifestasi penyakit fisik juga sering diturunkan dan kepnibadian seseorang.

Gangguan psikosomatis dapat rnelibatkan berbagai sistem organ di dalam tubuh


sehingga memerlukan penanganan secara terintegrasi dari ahli medis dan ahli
psikiatri.

Pengobatan gangguan psikosomatik dani sudut pandang psikiatrik adalah tugas yang
sulit.

Tujuan terapi haruslah mengerti motivasi dan mekanisme gangguan fungsi dan untuk

membantu pasien mengerti sifat penyakitnya.


Tilikan tersebut harus menghasilkan pola perilaku yang berubah dan lebih sehat.
Terapi kombinasi sangat bermanfaat untuk mencapai resolusi gangguan struktural dan
reorganisasi gangguan kepribadian.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock Bj, sinopsis psikiatri jilit II, edisi ketujuh, binarupa aksara, Jakarta:
1997, hal 84-90
2. Maramis FM, Albert AM, catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi kedua, Airlangga
University Press, Jakarta: hal 315-316
3. Perdamean Engelberta, Sinopsis Sehari kesehatan Jiwa dalam Rangka Menyambut hari
kesehatan

Jiwa

Sedunia,

Update

27

oktober

2007,

Availible

from

http://www.idijakbar.com/prosiding/gangguan-somatoform.htm
4. Mangel MB. Dkk, Referensi Manual Kedokteran Keluarga, Editor edisi bahasa
Indonesia, perpustakaan Nasional, jakarta:2001 hal 701-709
5. Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III,
jakarta: 2001, hal 84-86

21

Anda mungkin juga menyukai