TPP terbentuk dari kesepakatan antara Singapura, Brunei Darussalam, Selandia
Baru, Chile pada 2005. Lalu, disusul oleh negara-negara lain, yaitu, Amerika Serikat, Peru, Kanada, Australia, Meksiko, dan dari ASEAN sendiri yaitu Malaysia dan Vietnam. TPP bertujuan untuk memperluas kekuatannya dengan menyebarkan liberalisasi di kawasan Asia Pasifik. Amerika Serikat selaku anggota TPP itu sendiri juga setuju bahwa TPP perlu diperluas untuk mencakup segala kerjasama dalam bidang ekonomi dan bersama-sama memenuhi tantangan ekonomi pada abad 21 ini. Dalam hal ini bidang-bidang yang tercakup adalah perdagangan barang dan jasa, investasi, hak kekayaan intelektual, perlindungan lingkungan, sumber daya manusia (SDM), keuangan jasa, dan masalah teknis dan hambatan regulasi lainnya. RCEP bisa dikatakan merupakan lawan dari TPP, RCEP beranggotakan China, Korea Selatan, Jepang, India, Australia dan Selandia Baru. Tujuan dari RCEP itu sendiri adalah untuk mengumpulkan semua FTA ke dalam sebuah system ekonomi regional yang terintegrasi dengan baik. Dengan cara menghilangkan hambatan perdagangan, meliberalisasi jasa,dan memudahkan masuknya investasi asing ke ASEAN. Dengan tujuan yang saling kontradiksi satu sama lain, yaitu meliberalisasikan ekonomi dan integrasi ekonomi. Dan juga semakin nampak ketika TPP memiliki AS sedangkan RCEP memiliki China. Pendapat saya tentang kedua kesepakatan itu adalah keduanya akan kurang menguntungkan ASEAN, karena ASEAN memiliki anggota di dua kesepakatan itu, TPP memiliki Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Vietnam. Sedangkan negara ASEAN yang lain yang akan bergabung di RCEP akan bersinggungan dengan ASEAN pihak TPP. Karena anggotanya masing-masing akan melakukan sesuatu untuk menarik sebanyak mungkin negara untuk menjadi anggota. AS dan China memegang peranan kuat di kedua kesepakatan itu yang dikhawatirkan akan memecahbelah negara ASEAN.