Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Disusun Oleh :
Cut Intan Hidayah
1307101030219
Pembimbing:
dr. Adi Purnawarman, Sp.JP(K)-FIHA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah
menciptakan manusia dengan akal dan budi dan berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini. Shalawat beriring salam penulis
sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW, atas semangat perjuangan dan
panutan bagi ummatnya.
Adapun tugas Laporan kasus ini berjudul congestive heart failure.
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik
Seniorpada Bagian / SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas
Kedokteran Unsyiah BPK RSUD dr. Zainoel Abidin BandaAceh.
Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada dr. Adi Purnawarman, Sp.JP (K) FIHA yang telah meluangkan
waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran
dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan penulis terima dengan
tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa
mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................
2.1
Identitas Pasien..............................................................................
2.2
Anamnesis .....................................................................................
2.3
2.4
10
2.5
Resume ..........................................................................................
13
2.6
Diagnosis ......................................................................................
13
2.7
Penatalaksanaan ............................................................................
14
15
19
3.1
Definisi...........................................................................................
19
3.2
Etiologi ..........................................................................................
19
3.3
Patofisiologi...................................................................................
20
3.4
23
3.5
Diagnosis.......................................................................................
23
3.6
Penatalaksanaan.............................................................................
26
3.7
Prognosis........................................................................................
33
34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
35
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gagal jantung adalah peningkatan masalah bagi sistem kesehatan di semua
negara berkembang. Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk
mempertahankan curah jantung (cardiac output/ CO) dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.Penurunan CO mengakibatkan volume darah yang efektif
berkurang. Untuk mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat, maka di dalam
tubuh terjadi suatu reflek homeostasis atau mekanisme kompensasi melalui
perubahan-perubahan neurohormonal, dilatasi ventrikel dan mekanisme frankstarling. Dengan demikian, manifestasi klinis gagal jantung terdiri dari berbagai
respon hemodinamik renal, neural, dan hormonal yang tidak normal.1
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup
keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau menurunkan
kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal
meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel;dan beban akhir meningkat
pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik.2
Data dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) tahun
2012, di Amerika Serikat terdapat sekitar 5,7 juta penduduk yang menderita gagal
jantung.4 Dimana 55.000 kematian tiap tahunnya disebabkan oleh gagal jantung.5
Di Indonesia, menurut Data dan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
menyebutkan bahwa penyakit jantung masih merupakan penyebab utama dari
kematian terbanyak pasien di rumah sakit Indonesia. Menurut data di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2006 di ruang rawat jalan dan
inap didapatkan 3,23% kasus gagal jantung dari total 11.711 pasien. 3 Pasien gagal
jantung sekarang dikategorikan menjadi 2 group (1) gagal jantung dengan
penurunan fraksi ejeksi (dikenal sebagai gagal sistolik) atau (2) gagal jantung
dengan fraksi ejeksi tetap (dikenal sebagai gagal jantung diastolik ).2
BAB II
STATUS PASIEN RUANG RAWAT INAP PJT
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. MJ
Umur
: 77 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Alamat
: Bener meriah
Pekerjaan
: Berdagang
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Status Perkawinan
: sudah menikah
No. CM
: 1-06-37-36
Tanggal Masuk
: 8 September - 2015
Tanggal Pemeriksaan
: 10 September - 2015
2.2 ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
: Nyeri dada
b. Keluhan Tambahan
: sesak nafas
c. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUZA dengan keluhan nyeri dada sejak 1 hari
yang lalu sbelum masuk rumah sakit. Nyeri dada dirasakan sebelah kiri dan
tidak menjalar. Nyeri dada dirasakan seperti tertusuk tusuk dan nyeri
hilang timbul. Nyeri dirasakan selama 1 jam dan hilang jika beristirahat dan
ketika pasien berkipas. Nyeri dada dan sesak dirasakan ketika pasien
berbicara banyak, ke kamar mandi, duduk yang lama, dan ketika pasien
banyak berjalan. . Sesak tidak berhubungan dengan perubahan cuaca dan
paparan debu. Pasien juga mengeluh sering terbangun pada malam hari
akibat sesak. Sesak nafas berkurang saat pasien dalam posisi duduk dan
apabila tidur pasien lebih nyaman menggunakan 2-3 bantal. Pasien
mengeluhkan bahwa dirinya merasa cepat lelah. Kelelahan dirasakan saat
beraktivitas ringan seperti berjalan ataupun berbicara. Pasien juga
mengeluhkan kedua kaki bengkak, nafsu makan berkurang dan berat badan
: Sakit sedang
: Compos Mentis
: 160/100 mmHg
: 93 x/i, reguler
: 32x/i
: 36,70C
: Sawo Matang
: Kembali Cepat
: (-)
: (-)
: (-)
: (+)
: Kesan Normocepali
: Bewarna hitam, alopesia (+)
: Cekung (-), Reflek cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
Conj.palpebra inf pucat (-/-)
: Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
: Sekret (-/-), Perdarahan (-/-), NCH (-/-)
Telinga
Hidung
Mulut
Bibir
Gigi Geligi
Lidah
Mukosa
Tenggorokan
Faring
: Hiperemis (-)
Leher
Bentuk
Kel. Getah Bening
Peningkatan TVJ
: Kesan simetris
: Kesan simetris, Pembesaran (-)
: R+2cmH2O
Axilla
Thorax
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Thorako-abdominal
Retraksi
: (-)
7
2. Palpasi
Stem Fremitus
Lap. Paru atas
Lap. Paru tengah
Lap. Paru bawah
3. Perkusi
Paru kanan
Normal
Normal
Normal
Paru kiri
Normal
Normal
Normal
Paru kanan
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kiri
Sonor
Sonor
Sonor
Paru kanan
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru kanan
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-)Wh (-)
Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Paru kiri
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh (-)
Rh (-), Wh(-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Anus
Ekstremitas
Ekstremitas
Sianotik
Superior
Kanan
Kiri
-
Inferior
Kanan
-
Kiri
-
Edema
Ikterik
Gerakan
Tonus otot
Aktif
Normotonu
Aktif
Normotonu
+
Aktif
Normotonu
+
Aktif
Normotonu
Sensibilitas
Atrofi otot
s
N
-
s
N
-
s
N
-
s
N
-
19 Oktober 2013
Nilai Rujukan
32%
40-55%
10,5 gr/dl
13-17 gr/dl
Leukosit
11,5 /ul
4,1-10,5.103/ul
Trombosit
299 /ul
150-400.103/ul
Hitung jenis
2/0/1/69/20/8
3/1/6/50/70/40/8
Protein total
7,4
0.3-8.3
Albumin
3,56
2,2-5,2
Globulin
3,84
gr/ dl
HbSAG
Negatif
Troponin 1
< 0,10
<1,5 mg/ ml
15
< 25U/L
Hematokrit
Haemoglobine
CK- MB
Natrium (Na)
146
135 145mmol/L
Kalium (K)
4,4
Klorida (Cl)
108
90 110mmol /L
GDS
136
<200 mg/L
Ureum
64
13 43 mg/dl
2,93
0,67 1,17mg/dl
Kreatinin
B. Elektrokardiografi
Interpretasi EKG:
Irama
: Aritmia
Heart rate
: 80 x/menit
Regularitas : ireguler
Axis
: Deviasi
Morfologi
Gelombang P
Interval PR
Kompleks QRS
Gelombang S- T
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: 0,08 second
: Depresi
10
C. ECHOCARDIOGRAPHY
Interpretasi :
11
LA,LV Dilatasi
Global normokinetik
PR interval
RV fungsi baik
2.5 RESUME
Pasien datang ke IGD RSUZA dengan keluhan nyeri dada sejak 1 hari yang
lalu sbelum masuk rumah sakit. Nyeri dada dirasakan sebelah kiri dan tidak
menjalar. Nyeri dada dirasakan seperti tertusuk tusuk dan nyeri hilang timbul.
Nyeri dirasakan selama 1 jam dan hilang jika beristirahat dan ketika pasien
berkipas. Nyeri dada dan sesak dirasakan ketika pasien berbicara banyak, ke
kamar mandi, duduk yang lama, dan ketika pasien banyak berjalan. . Sesak tidak
berhubungan dengan perubahan cuaca dan paparan debu. Pasien juga mengeluh
sering terbangun pada malam hari akibat sesak. Sesak nafas berkurang saat pasien
dalam posisi duduk dan apabila tidur pasien lebih nyaman menggunakan 2-3
bantal. Pasien mengeluhkan bahwa dirinya merasa cepat lelah. Kelelahan
dirasakan saat beraktivitas ringan seperti berjalan ataupun berbicara. Pasien juga
mengeluhkan kedua kaki bengkak, nafsu makan berkurang dan berat badan
berkurang yang dikeluhkan sejak 1 bulan terakhir.. Pasien juga suka memakan
makanan yang berlemak, daging-dagingan, dan jarang memakan buah-buahan dan
sayur-sayuran. Pasien tidak pernah melakukan olahraga.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu, DM sejak 1
tahun yang lalu. Pasien teratur minum obat. Pada pemeriksaan didapat kanvital
sign TD:160/100 mmHg, HR: 93x/i, regular, RR: 32x/I, dispneu (+), Temperatur:
36,70C. Pemeriksaan fisik didapatkan TVJ R+2 cmH2O, gallop S3 (-).
AF NVR
Hipontremi
VII. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis
1.
2.
3.
4.
Farmakologis
-
Aspilet 1 x 80 mg
CPG 1 x 75 mg
Digoxin 1 x 0,25 mg
Simvstatin 1 x 40 mg
ISDN 3 x 5 mg
Cardace 2 x 5 mg
Alprazolam 1 x 0,5 mg
FOLLOW UP PASIEN
TGL
VITAL SIGN
(+)
Mata
: Conj.palp.inf.Pucat (-/-),
Kes : CM
TD : 166/70
Mmhg
HR : 80 x/i
ireguler
RR
: 32x/i
: 36,6 O C
TERAPI
PENUNJANG
14
Th/
-
Aspilet 1 x 80 mg
CPG 1 x 75 mg
Digoxin 1 x 0,25 mg
Simvstatin 1 x 40 mg
ISDN 3 x 5 mg
wheezing (-/-),
12 jam
Cardace 2 x 5 mg
Alprazolam 1 x 0,5 mg
Ischemic Lateral
AF NVR
Hipontremi
15
P/
-
Echo
Mata
: Conj.palp.inf.Pucat (-/-),
Mmhg
HR : 68 x/i
ireguler
RR
: 22x/i
: 36,7 O C
Th/
Aspilet 1 x 80 mg
CPG 1 x 75 mg
Digoxin 1 x 0,25 mg
Simvstatin 1 x 40 mg
ISDN 3 x 5 mg
12 jam
-
Cardace 2 x 5 mg
Alprazolam 1 x 0,5 mg
peristaltik(+),
Tyarit 200 mg 3 x 1
Extremitas :
Balance cairan
Echo
Ischemic Lateral
16
AF NVR
Hipontremi
17
Mata
Th/
: Conj.palp.inf.Pucat (-/-),
Kes : CM
TD : 125/73
Mmhg
HR : 66 x/i
ireguler
RR
: 30x/i
Aspilet 1 x 80 mg
CPG 1 x 75 mg
Digoxin 1 x 0,25 mg
(Stop)
TVJ R -2H2O
Simvstatin 1 x 40 mg
ISDN 3 x 5 mg
wheezing (-/-),
12 jam
Cardace 2 x 5 mg
Alprazolam 1 x 0,5 mg
Inj. Methylpednisolon 1
amp/12 jam
Ischemic Lateral
AF NVR
P/
-
18
Balance cairan
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Gagal Jantung
Gagal jantung adalah sindroma klinis (sekumpulan tanda dan gejala) yang
ditandai oleh sesak nafas dan fatique (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Pada gagal jantung terjadi
keadaan yang mana jantung tidak dapat menghantarkan curah jantung yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Perbedaan gagal jantung akut dengan gagal jantung kronik terdapat pada
onset waktu, Gagal Jantung Akut (GJA) didefinisikan sebagai serangan
cepat/rapid onset (<24 jam) dari gagal jantung dapat berupa serangan pertama (de
novo) ataupun perburukan dari gejala sebelumnya (acute on chronic).1 Sedangkan
gagal jantung kronik didefinisikan sebagai sindroma klinis yang kompleks akibat
kelainan struktural atau fungsional yang mengganggu kemampuan pompa jantung
atau mengganggu pengisian jantung.2
3.2 Etiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi
penting untuk mengetahui penyebab gagal jantung, di Negara maju penyakit arteri
koroner dan hipertensi merupakan penyebab terbanyak, sedangkan di Negara
berkembang yang menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit katup jantung dan
penyakit jantung akibat malnutrisi. Secara garis besar penyebab terbanyak gagal
jantung adalah penyakit jantung koroner 60-75%, dengan penyebab penyakit
jantung hipertensi 75%, penyakit katup (10%) serta kardiomiopati dan sebab lain
(10%).7
Hipertensi telah terbukti meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung
pada beberapa penelitian. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui
beberapa mekanisme, termasuk hipertropi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri
dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolic, meningkatkan
risiko terjadinya infark miokard dan memudahkan untuk terjadinya aritmia.
Ekokardiografi yang menunjukkan hipertropi ventrikel kiri berhubungan kuat
Mekanisme Kompensasi
Beberapa mekanisme kompensasi alami muncul pada pasien dengan gagal
jantung yang mengkompensasi penurunan curah jantung dan membantu mengatur
tekanan darah agar cukup untuk perfusi organ-organ vital. Kompensasi ini
Gambar 1.
Gambar di atas menunjukkan Mekanisme kompensasi pada gagal jantung.
Kedua mekanisme Frank-Starling (yang dipicu oleh kenaikan EDV) dan
hipertrofi miokard (dalam meresponi overload tekanan atau volume) berfungsi
untuk mempertahankan stroke volume (garis putus-putus). Namun, kenaikan
kronis di EDV oleh kekakuan ventrikel lalu meningkatkan tekanan atrium, yang
pada gilirannya mengakibatkan manifestasi klinis gagal jantung (misalnya,
kongesti paru dalam kasus gagal jantung kiri).6
Mekanisme Frank-Starling
Gagal jantung yang disebabkan oleh gangguan kontraktilitas ventrikel kiri
menyebabkan pada preload tertentu, stroke volume menurun dibandingkan
dengan normal. Stroke volume yang berkurang menyebabkan pengosongan ruang
tidak lengkap, sehingga volume darah yang terakumulasi dalam ventrikel selama
diastol lebih tinggi dari normal. Hal ini meningkatkan peregangan pada
myofibers, lalu melalui mekanisme Frank-Starling, menginduksi stroke volume
yang lebih besar pada kontraksi berikutnya, yang membantu untuk mengosongkan
ventrikel kiri yang membesar dan menormalkan kembali curah jantung.6
Mekanisme kompensasi yang menguntungkan memiliki batas-batasnya
namun, dalam kasus gagal jantung berat dengan depresi kontraktilitas, kurva
mungkin hampir datar pada volume diastolik yang lebih tinggi, mengurangi
pembesaran dari cardiac output yang dicapai melalui penigkatan pengisian ruang
jantung. Bersamaan dalam keadaan tersebut, ditandai peningkatan EDV dan EDP
(yang disalurkan
Gambar 2.
Gambar
menanggapi output jantung yang berkurang dan tekanan darah pada gagal jantung.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik, renin-angiotensin-aldosteron system,
dan hormon antidiuretik berfungsi untuk mendukung curah jantung dan tekanan
darah (kotak). Namun, konsekuensi yang merugikan dari aktivasi (garis putusputus) mencakup peningkatan afterload dari vasokonstriksi berlebihan (yang
kemudian dapat menghambat cardiac output) dan retensi cairan yang berlebihan,
yang menyebabkan edema perifer dan kongesti paru.
Meskipun efek akut dari stimulasi neurohormonal menguntungkan, efek
kronis dari mekanisme ini seringkali pada akhirnya terbukti merusak jantung
secara progresif.6
3.4
Faktor Presipitasi
Banyak pasien dengan gagal jantung tetap asimtomatik untuk waktu yang
lama baik karena penurunan yang ringan atau karena disfungsi jantung yang
terkompensasi. Seringkali manifestasi klinis dipicu oleh keadaan yang
meningkatkan beban kerja jantung dan menjadi dekompensasi.6
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gejala pada pasien dengan gagal
jantung kronis terkompensasi
Peningkatan preload
Konsumsi sodium berlebihan, intake cairan berlebihan, gagal ginjal
Peningkatan afterload
Hipertensi yang tidak terkontrol, emboli paru
Makan obat gagal jantung tidak teratur, bradikardia yang terlalu pelan
3.5
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis gagal jantung, biasa digunakan kriteria
Framingham dengan syarat didapatkan kriteria 2 mayor atau 1 major dan 2 minor.
Kriteria Mayor
Kriteria Minor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
5 hari
Klasifikasi New York Heart Association
Kelas I
: Tidak ada gejala saat aktivitas fisik
Kelas II : Sedikit gejala saat aktivitas. Dyspnea dan kelelahan saat
Tahap A
Pasien dengan resiko gagal jantung, tapi belum ada disfungsi struktur
jantung(contoh : pasien, dengan penyakit jantung koroner, hipertensi atau
dengan riwayat keluarga kardiomyopati).
Tahap B
Pasien dengan kerusakan struktur jantung berkaitan dengan gagal jantung
tapi belum muncul gejala.
Tahap C
Pasien yang saat ini atau sebelumnya ada gejala gagal jantung yang
berkaitan dengan kerusakan struktur jantung.
Tahap D
Pasien dengan kerusakan structural jantung dan gejala gagal jantung yang
bermakna, walaupun sudah dengan terapi medis maksimal dan
membutuhkan intervensi lanjut seperti transplant jantung.6
Studi Diagnostik
Tekanan rata-rata atrium kiri (LA) yang normal 10 mm Hg. Jika
tekanan LA melebihi 15 mm Hg, foto toraks menunjukkan atas zona redistribusi
vaskular, sehingga pembuluh darah pada lobus atas paru-paru lebih besar daripada
yang di bawah. Hal ini dijelaskan sebagai berikut: ketika pasien berada dalam
posisi tegak, aliran darah biasanya lebih besar pada basis paru-paru daripada
apeks karena efek gravitasi. Redistribusi aliran terjadi karena edema interstisial
dan perivaskular, karena edema tersebut paling menonjol di dasar paru-paru (di
mana tekanan hidrostatik yang tertinggi), sehingga pembuluh darah di basal yang
terkompresi, sedangkan yang ke paru-paru bagian atas kurang terpengaruh.6
Ketika tekanan LA melampaui 20 mm Hg, edema interstisial biasanya
muncul pada rontgen dada sebagai bentuk pembuluh darah yang tidak jelas dan
garis Kerley B (tanda linier pendek di perifer paru-paru yang lebih rendah
menunjukkan edema interlobular).
Tes untuk BNP, berkorelasi kuat dengan tingkat disfungsi LV dan prognosis.
Selain itu, tingkat serum dari BNP dapat membantu membedakan gagal jantung
dari penyebab lain dari dyspnea, seperti penyakit parenkim paru.
Penyebab gagal jantung sering terlihat dari riwayat pasien, seperti pasien
yang telah menderita infark miokard yang besar, atau dengan pemeriksaan fisik,
seperti pada pasien dengan murmur katup jantung. Jika penyebabnya tidak jelas
dari evaluasi klinis, langkah pertama adalah untuk menentukan apakah fungsi
ventrikel sistolik normal atau terdepresi. Dari tes invasif yang dapat membantu
membuat penentuan ini, echocardiography sangat disarankan.6
3.6
1.
fungsional NYHA. Meskipun sistem klasifikasi ini sangat subjektif dan memiliki
variabilitas antar pengamat yang besar, namun klasifikasi ini telah bertahan
bertaun-tahun dan terus secara luas diterapkan pada pasien gagal jantung. Untuk
pasien dengan disfungsi sistolik namun asimtomatik (kelas I), tujuan terapi untuk
memperlambat perkembangan penyakit dengan memblok sistem neurohormonal
yang menyebabkan remodeling jantung. Untuk pasien dengan gejala (kelas II-IV),
tujuan utama seharusnya mengurangi retensi cairan, kecacatan, dan menghambat
progesivitas penyakit dan kematian. Terapi umumnya terdiri dari kombinasi
diuretik (untuk mengontrol retensi garam dan air) dengan intervensi
neurohormonal (untuk meminimalisir remodeling jantung).2
harus dihindari dalam pengelolaan gejala gagal jantung karena terbukti kurang
bermanfaat terbukti dan terbukti ada potensi interaksi yang signifikan (merugikan)
dengan terapi gagal jantung.2
d. Diuretik
Banyak dari manifestasi klinis sedang sampai berat akibat dari retensi air
dan garam yang berlebihan yang menyebabkan ekspansi volume dan gejala
kongestif. Diuretik adalah satu-satunya agen farmakologis yang dapat
mengendalikan retensi cairan dalam gagal jantung lanjut, dan harus digunakan
untuk memulihkan dan menjaga volume teap normal pada pasien dengan gejala
kongestif (dyspnea, ortopnea, edema) atau tanda-tanda peningkatan tekanan
pengisian (rales, distensi vena jugularis, edema perifer). Furosemide, torsemide,
dan bumetanide bekerja di loop Henle (loop diuretik) menghambat reabsorpsi Na
+, K +, dan Cl-dalam tubulus ascending tebal loop Henle (reversibel); tiazid dan
metolazone mengurangi reabsorpsi Na + dan Cl- pada paruh pertama tubulus
konvoulsi distal, dan diuretik hemat kalium seperti spironolakton bekerja pada
tubulus kolektivus.2
Tabel 2.
Terapi untuk gagal jantung kronik (EF <40%)
Dosis awal
DosisMaximal
Diuretik
Furosemide
2040 mg qd/bid
400 mg/da
Torsemide
1020 mg qd/bid
200 mg/da
Bumetanide
0.51 mg qd/bid
10 mg/da
Hydrochlorthiazide
25 mg qd
100 mg/da
Metolazone
2.55 mg qd/bid
20 mg/da
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors
Captopril
l6.25 mg tid
50 mg tid
Enalapril
2.5 mg bid
10 mg bid
Lisinopril
2.55 mg qd
2035 mg qd
Ramipril
1.252.5 mg bid
2.55 mg bid
Trandolapri
0.5 mg qd
4 mg qd
Angiotensin Receptor Blocker
Valsartan
40 mg bid
160 mg bid
Candesartan
4 mg qd
32 mg qd
Irbesartan
75 mg qd
300 mg qdb
Losartan
12.5 mg qd
50 mg qd
-Receptor Blockers
Carvedilol
3.125 mg bid
2550 mg bid
Bisoprolol
1.25 mg qd
10 mg qd
Metoprolol succinate CR
12.525 mg qd
200 mg qd
Terapi tambahan
Spironolactone
12.525 mg qd
2550 mg qd
Eplerenone
25 mg qd
50 mg qd
Combination of hydralazi
e/isosorbide dinitrate
1025 mg/10 mg tid
75 mg/40 mg tid
Fixeddose of hydralazine/isosorbide dinitrate
37.5 mg/20 mg (1 tablet) tid
75 mg/40 mg (2 tablet) tid
Digoxin
0.125 mg qd
0.375 mg/db
Notes:
a
Gambar 6.
Algoritma pengobatan untuk pasien gagal jantung kronis dengan
penurunan fraksi ejeksi. Setelah diagnosis klinis gagal jantung ditegakkan,
penting untuk mengobati retensi cairan sebelum memulai ACE inhibitor (atau
ARB jika pasien intoleran ACE). Beta blockers harus dimulai setelah retensi
cairan telah diobati dan / atau inhibitor ACE telah dinaikkan titrasinya. Jika pasien
masih bergejala, ARB, antagonis aldosteron, atau digoxin dapat ditambahkan
sebagai "triple therapy." Kombinasi dosis tetap hydralazine / isosorbide dinitrate
harus ditambahkan ke ACE inhibitor dan beta blocker di pasien dengan NYHA
kelas II-IV HF. Terapi perangkat harus dipertimbangkan selain terapi
farmakologis pada pasien yang tepat.2
e. Terapi dengan alat
Cardiac Resynchronization
Sekitar sepertiga pasien dengan penurunan EF dan gejala gagal jantung
(NYHA kelas III-IV) juga mempunyai gejala durasi QRS> 120 ms. EKG
digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan kontraksi ventrikel dissinkron.
Konsekuensi mekanik disynkron ventrikel termasuk pengisian ventrikel
suboptimal, penurunan kontraktilitas ventrikel, regurgitasi mitral, dan gerakan
paradox dinding septal. Biventricular pacing, atau terapi resinkronisasi jantung
nitrat harus dimulai pada dosis rendah untuk menghindari hipotensi dan
kelelahan.2
3.7
Prognosis
Meskipun kemajuan baru-baru ini banyak dalam evaluasi dan
prognosis buruk. Studi menunjukkan 30-40% dari pasien meninggal dalam waktu
1 tahun sejak diagnosis dan 60-70% mati dalam waktu 5 tahun, terutama karena
perburukan gejala atau sebagai ada kejadian mendadak (kemungkinan akibat
aritmia ventrikel). Meskipun sulit untuk memprediksi prognosis dalam individu,
pasien dengan gejala saat istirahat (New York Heart Association (NYHA) kelas
IV) memiliki angka kematian 30-70% per tahun, sedangkan pasien dengan gejala
dengan aktivitas sedang (NYHA kelas II) memiliki tingkat tahunan kematian 510%. Dengan demikian, status fungsional merupakan prediktor penting dari
prognosis pasien.2
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini diagnosis fungsional yang mendasarinya adalah gagal
jantung kronik. Hal ini didasarkan pada kriteria framingham minimal satu kriteria
mayor dan 2 kriteria minor:
1. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND)
2. Cardiomegaly
3. Rales atau ronki
4. Dyspnea deffort
5. Edema pada tungkai bawah
Dari hasil pemeriksaan fisik perkusi jantung, didapatkan adanya
pembesaran jantung.Diagnosis etiologi yaitu hipertensi heat disease, dapat dilihat
dari hasil EKG pasien yaitu irama aritmia tipe AF, HR: 80x/m, aksis deviasi,
Terdapat S-T depresi, Kesan LAD + LVH
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing
2. Rilantono, Lily. 2012. Penyakit Kardiovaskular (PKV). FKUI: Jakarta
3. Aaronsom, Philip I. 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskuler. Edisi 3.
Erlangga : Jakarta.
4. Hsich EM, Pina IL. Heart failure in women. J Am Coll Cardiol.
2009;54:491498.
5. Maeder MT, Kaye DM. Heart failure with normal left ventricular ejection
fraction. J Am Coll Cardiol. 2009;53:905918.
6. Ramani GV, Uber PA, Mehra MR. Chronic heart fail-ure: contemporary
diagnosis and management. Mayo Clin. Proc. 2010;85:180195.
7. Hampton, John R. 2006. Dasar- dasar EKG. EGC : Jakarta.
8. Wang J, Nagueh SF. Current perspectives on cardiac function in patients
with diastolic heart failure. Circulation. 2009;119:11461157.
9. Ware LB, M Wang J, Nagueh SF. Current perspectives on cardiac function
in patients with diastolic heart failure. Circulation. 2009;119:11461157.
10. Dickstein K, Cohen-Solal A, Filippatos G, et al. ESC Guidelines for the
diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2008: the Task
Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure
2008 of the European Society of Cardiology. Eur Heart J. 2008;29:2388
2442.