Anda di halaman 1dari 8

PERILAKU PENYIMPANGAN SEKSUAL

Kelas B S1 Keperawatan
Anggota kelompok :
1. Ardi Sustyo N.W
2. Dian Prastiti Hermawan
3. Fitria Nurul Hudayati
4. Livia Krunia Rahayu
5. Muhammad Muhlasin
6. Putri Risky Widiasari
STIKES PEMKAB JOMBANG
TAHUN AJARAN 2012-2013
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, inayah serta nikmat yang
telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Penyimpangan Perilaku Seksual. penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak
penulisan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
hingga terselesainya makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing.
Penulis berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan makalah ini semaksimal mungkin, akan
tetapi kami juga tidak mengelak bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak
senantiasa kami harapkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah ini dimasa mendatang.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridhaNya sehingga makalah ini
.dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan yang menulis khususnya.

Jombang, 12 November 2012


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di Indonesia khususnya di Ibu kota DKI JAKARTA yang merupakan pusat dari segala aktivitas
baik ekonomi, politik maupun lifestyle. Itulah Jakarta dengan segala macam rupa masalah yang
ada di dalam nya terutama masalah yang terjadi pada kehidupan masyarakatnya baik dari
perilaku sampai kehidupan seksual nya. Manusia diciptakan oleh sang PENCIPTA ada yang
berjenis laki-laki dan wanita. Mereka hidup di dunia ini untuk mencari pasangan tetapi banyak di
antar mereka yang mencari pasangan hidupnya tidak lawan jenis melainkan sesama jenis. Itu lah
yang dinamakan penyimpangan seksual, penyimpangan seksual merupakan penyimapangan yang
terjadi pada seseorang yang di sebabkan oleh beberapa factor baik dari dalam dirinya ataupun
dari lingkungan sekitar, nah saya selaku penulis dalam makalah ini akan membahas tentang
penyimpangan seksual yang terjadi di Indonesia. Mulai dari apa penyebab seseorang melakukan
hal tersebut hingga sampa dampak apa yang terjadi jika seseorang terlibat dalam kasus
penyimpangan seksual. Tetapi makalah ini saya buat tidak hanya semata mata memberikan
sedikit informasi melainkan akan memberikan solusi dari permasalahan ini.
1.2 Rumusan Masalah
a)

Apa yang dimaksud dengan penyimpangan sosial itu?

b) Apa yang dimaksud dengan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prilaku
seksual?
1.3 Tujuan penulis membuat makalah ini.
a)

Agar masyarakat mengetahui apa penyimpangan seksual itu.

b) Agar masyarakat mengetahui dampak apa yang terjadi jika sesorang termasuk kedalam
orang yang melakukan tindakan penyimpangan seksual.
c) Agar masyarakat mengetahui bagaimana caranya agar seseorang yang sudah terjerumus
kedalam perilaku tersebut bisa kembali normal, dan tidak menjauhi orang yang seperti tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentuk-bentuk Penyimpangan Seksual


Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk
mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh
orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan
ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan
pergaulan, dan faktor genetik. Berikut ini macam-macam bentuk penyimpangan seksual:
1. Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya. Disebut gay
bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini
adalah kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini
dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun 2000), kaum homoseksual yang
mencari pasangannya melalui internet, terpapar risiko penyakit menular seksual (termasuk
AIDS) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak.
2. Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila
mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa
pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual.
Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan
seksual.
3. Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat
kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik
dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan
memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi.
4. Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang
artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara
mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan
seksual. Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih
lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya
dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya.
Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi
penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para penderita perilaku seksual
menyimpang sering membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan
orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi keadaan mereka.
5. Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya
disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau
benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut
mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta

pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan


seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.
6. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks / kontak fisik yang merangsang
dengan anak di bawah umur.
7. Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing,
kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
8. Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri seperti antara
ayah dan anak perempuan dan ibu dengna anak cowok
9. Necrophilia/Necrofil
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayat /
orang mati.
10. Zoophilia
Adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan
hewan.
11. Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan
sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan.
12. Frotteurisme/Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan seks
dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di
tempat publik / umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
13. Gerontopilia
adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari
kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek).
Gerontopilia termasuk dalam salah satu diagnosis gangguan seksual, dari sekian banyak
gangguan seksual seperti voyurisme, exhibisionisme, sadisme, masochisme, pedopilia, brestilia,
homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya. Keluhan awalnya adalah merasa
impoten bila menghadapi istri/suami sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak tertarik
lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan menjadi
cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan yang sebenarnya justru bisa bangkit lagi jika ia telah
bertemu dengan idamannya (kakek/nenek). Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk
sempurna, sehingga mampu mencintai dirinya (autoerotik), mencintai orang lain beda jenis
(heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat jatuh cinta makhluk lain
ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi perilaku menyimpang dalam perilaku seksual amat
banyak. Manusia walaupun diciptakanNya sempurna namun ada keterbatasan, misalnya manusia

itu satu-satunya makhluk yang mulut dan hidungnya tidak mampu menyentuh genetalianya;
seandainya dapat dilakukan mungkin manusia sangat mencintai dirinya secara menyimpang pula.
Hal itu sangat berbeda dengan hewan, hampir semua hewan mampu mencium dan menjilat
genetalianya, kecuali Barnobus (sejenis Gorilla) yang sulit mencium genetalianya. Barnobus
satu-satunya jenis apes (monyet) yang bila bercinta menatap muka pasangannya, sama dengan
manusia. Hewanpun juga banyak yang memiliki penyimpangan perilaku seksual seperti pada
manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih sedikit, misalnya ada hewan yang homoseksual,
sadisme, dan sebagainya. Kasus Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat karena
umumnya si pelaku malu untuk berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka adalah anggota
masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga (anak & istri/suami) serta dapat menjalankan
tugas-tugas hidupnya secara normal bahkan kadang-kadang mereka dikenal sebagai orang-orang
yang berhasil/sukses dalam karirnya. Meski jarang ditemukan, tidaklah berarti bahwa kasus
tersebut tidak ada dalam masyarakat Indonesia. Perilaku seksual merupakan hasil interaksi antara
kepribadian dengan lingkungan sekitarnya.

2.2 Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prilaku seksual:
a. Perspektif biologis
perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan hormonal. Pada masa ini
rawan terjadinya penyimpangan seksual.
b. Pengaruh orangtua
Pngaruh ini terjadi biasanya kurangnya komunikasi antara orangtua dengan remaja dalam
masalah seputar seksual yang akhirnya dapat memperkuat munculnya perilaku penyimpangan
seksual (Oom, 1981).
c. Pengaruh teman sebaya
d. Perspektif akademik
e. Pespektif akamik
f. Perseptif sosial kognitif.

2.3 Usaha-usaha pencegahan antara lain :


1. Sikap dan pengertian orang tua
Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bias secara optimal diperankan oleh orang
tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari orang tua terhadap anaknya yang melakukan masturbasi
sangat penting. Di samping itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan umum dari anakanaknya juga kebersihan di sekitar daerah genitalia mereka. Orangb tua perlu mengawasi secara
bijaksana hal-hal yang bersifat pornografis dan pornoaksi yang terpapar pada anak. Menekankan
kebiasaan masturbasi sebagai sebuah dosa dan pemberian hukuman hanya akan menyebabkan
anak putus asa dan menghentikan usaha untuk mencontohnya. Sedangkan pengawasan yang
bersifat terang-terangan akan menyebabkan sang anak lebih memusatkan perhatiannya pada
kebiasaan ini; dan kebiasaan ini bias jadi akan menetap. Orang tua perlu memberikan penjelasan
seksual secara jujur, sederhana dan terus terang kepada anaknya pada saat-saat yang tepat
berhubungan dengan perubahan-perubahan fisiologik seperti adanya ereksi, mulai adanya haid
dn fenomena sexual secunder lainnya. Secara khusus, biasanya anak remaja melakukan

masturbasi jika punya kesempatan melakukannya. Kesempatan itulah sebenarnya yang jadi
persoalan utama. Agar tidak bermasturbasi, hendaklah dia (anak) jangan diberi kesempatan untuk
melakukannya. Kalau bisa, hilangkan kesempatan itu. Masturbasi biasanya dilakukan di tempattempat yang sunyi, sepi dan menyendiri. Maka, jangan biarkan anak untuk mendapatkan
kesempatan menyepi sendiri. Usahakan agar dia tidak seorang diri dan tidak kesepian. Beri dia
kesibukan dan pekerjaan menarik yang menyita seluruh perhatiannya, sehingga ia tidak teringat
untuk pergi ke tempat sunyi dan melakukan masturbasi. Selain itu, menciptakan suasana rumah
tangga yang dapat mengangkat harga diri anak, hingga ia dapat merasakan harga dirinya.
Hindarkan anak dari melihat, mendengar dan membaca buku-buku dan gambar-gambar porno.
Suruhlah anak-anak berolah raga, khususnya olah raga bela diri, yang akan menyalurkan
kelebihan energi tubuhnya. Atau membiasakan mereka aktif dalam organisasi kepemudaan dan
keolahragaan.
2. Pendidikan seks
Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah remaja pada kebiasaan
masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses yang seharusnya terus-menerus
dilakukan sejak anak masih kecil. Pada permulaan sekolah diberikan sex information dengan
cara terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan penjelasan-penjelasan
seksual yang sederhana dan informatif. Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusidiskusi yag lebih bebas dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan menguasai
bidangnya. Hal penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah supaya anak ketika
sampai pada usia adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks.
Pengobatan Biasanya anak-anak dengan kebiasaan masturbasi jarang dibawa ke dokter, kecuali
kebiasaan ini sangat berlebihan. Masturbasi memerlukan pengobatan hanya apabila sudah ada
gejala-gejala abnormal, bias berupa sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah banyak
menimbulkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah/dosa, menarik diri atau
adanya gangguan jiwa yang mendasari, seperti gangguan kepriadian neurosa, perversi maupun
psikosa.
A. Farmakoterapi:
1. Pengobatan dengan estrogen (eastration)
Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya tidak
terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak diubah.
Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah ginecomasti.
2. Pengobatan dengan neuroleptik
a. Phenothizine
Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan. Diberikan peroral.
b. Fluphenazine enanthate
Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan sexual lebih
dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat. Diberikan IM dosis 1cc 25
mg. Efektif untuk jangka waktu 2 pekan.
3. Pengobatan dengan trnsquilizer
Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan kecemasan dan rasa takut.
Perlu diberikan secara hati-hati karena dalam dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara

menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer berguna sebagai terapi
adjuvant untuk pendekatan psikologik.
B. Psikoterapi
Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan pendekatan yang cukup
bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan dengan sikap yang penuh pengertian terhadap
keluhan penderita. Menciptakan suasana dimana penderita dapat menumpahkan semua
masalahnya tanpa ditutup-tutupi merupakan tujuan awal psikoterapi. Pada penderita yang datang
hanya dengan keluhan masturbasi dan adanya sedikit kecemasan, tindakan yang diperlukan
hanyalah meyakinkan penederita pada kenyataan yag sebenarnya dari masturbasi.
Pad kasus-kasus adolescent, kadang-kadang psikoterapi lebih kompleks dan memungkinkan
dilakukan semacam interview sex education.
Psikotherapi dapat pula dilakukan dengan pendekatan keagamaan dan keyakinan penderita.
C. Hypnoterapi
Self-hypnosis (auto-hypnosis) dapat diterapkan pada penderita dengan masturbasi kompulsif,
yaitu dengan mengekspose pikiran bawah sadar penderita dengan anjuran-anjuran mencegah
masturbasi.
D. Genital Mutilation (Sunnat)
Ini merupakan pendekatan yang tidak lazim dan jarang dianjurkan secara medis.Pada beberapa
daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan tujuan mengurangi/membatasi/meniadakan hasrat
seksual seseorang, dilakukan mutilasi genital dengan model yang beraneka macam.
E. Menikah
Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah dianjurkan untuk
menyegerakan menikah untuk menghindari/mencegah terjadinya kebiasaan masturbasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan
kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut
adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat
psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan
faktor genetik.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/humanities/1962058-pencegahan-penyimpanganseksual/#ixzz2BUb1VF6c
About these ads

Anda mungkin juga menyukai