Kelas B S1 Keperawatan
Anggota kelompok :
1. Ardi Sustyo N.W
2. Dian Prastiti Hermawan
3. Fitria Nurul Hudayati
4. Livia Krunia Rahayu
5. Muhammad Muhlasin
6. Putri Risky Widiasari
STIKES PEMKAB JOMBANG
TAHUN AJARAN 2012-2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, inayah serta nikmat yang
telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Penyimpangan Perilaku Seksual. penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak
penulisan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
hingga terselesainya makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing.
Penulis berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan makalah ini semaksimal mungkin, akan
tetapi kami juga tidak mengelak bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak
senantiasa kami harapkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah ini dimasa mendatang.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridhaNya sehingga makalah ini
.dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan yang menulis khususnya.
b) Apa yang dimaksud dengan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prilaku
seksual?
1.3 Tujuan penulis membuat makalah ini.
a)
b) Agar masyarakat mengetahui dampak apa yang terjadi jika sesorang termasuk kedalam
orang yang melakukan tindakan penyimpangan seksual.
c) Agar masyarakat mengetahui bagaimana caranya agar seseorang yang sudah terjerumus
kedalam perilaku tersebut bisa kembali normal, dan tidak menjauhi orang yang seperti tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
itu satu-satunya makhluk yang mulut dan hidungnya tidak mampu menyentuh genetalianya;
seandainya dapat dilakukan mungkin manusia sangat mencintai dirinya secara menyimpang pula.
Hal itu sangat berbeda dengan hewan, hampir semua hewan mampu mencium dan menjilat
genetalianya, kecuali Barnobus (sejenis Gorilla) yang sulit mencium genetalianya. Barnobus
satu-satunya jenis apes (monyet) yang bila bercinta menatap muka pasangannya, sama dengan
manusia. Hewanpun juga banyak yang memiliki penyimpangan perilaku seksual seperti pada
manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih sedikit, misalnya ada hewan yang homoseksual,
sadisme, dan sebagainya. Kasus Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat karena
umumnya si pelaku malu untuk berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka adalah anggota
masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga (anak & istri/suami) serta dapat menjalankan
tugas-tugas hidupnya secara normal bahkan kadang-kadang mereka dikenal sebagai orang-orang
yang berhasil/sukses dalam karirnya. Meski jarang ditemukan, tidaklah berarti bahwa kasus
tersebut tidak ada dalam masyarakat Indonesia. Perilaku seksual merupakan hasil interaksi antara
kepribadian dengan lingkungan sekitarnya.
2.2 Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi prilaku seksual:
a. Perspektif biologis
perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan pengaktifan hormonal. Pada masa ini
rawan terjadinya penyimpangan seksual.
b. Pengaruh orangtua
Pngaruh ini terjadi biasanya kurangnya komunikasi antara orangtua dengan remaja dalam
masalah seputar seksual yang akhirnya dapat memperkuat munculnya perilaku penyimpangan
seksual (Oom, 1981).
c. Pengaruh teman sebaya
d. Perspektif akademik
e. Pespektif akamik
f. Perseptif sosial kognitif.
masturbasi jika punya kesempatan melakukannya. Kesempatan itulah sebenarnya yang jadi
persoalan utama. Agar tidak bermasturbasi, hendaklah dia (anak) jangan diberi kesempatan untuk
melakukannya. Kalau bisa, hilangkan kesempatan itu. Masturbasi biasanya dilakukan di tempattempat yang sunyi, sepi dan menyendiri. Maka, jangan biarkan anak untuk mendapatkan
kesempatan menyepi sendiri. Usahakan agar dia tidak seorang diri dan tidak kesepian. Beri dia
kesibukan dan pekerjaan menarik yang menyita seluruh perhatiannya, sehingga ia tidak teringat
untuk pergi ke tempat sunyi dan melakukan masturbasi. Selain itu, menciptakan suasana rumah
tangga yang dapat mengangkat harga diri anak, hingga ia dapat merasakan harga dirinya.
Hindarkan anak dari melihat, mendengar dan membaca buku-buku dan gambar-gambar porno.
Suruhlah anak-anak berolah raga, khususnya olah raga bela diri, yang akan menyalurkan
kelebihan energi tubuhnya. Atau membiasakan mereka aktif dalam organisasi kepemudaan dan
keolahragaan.
2. Pendidikan seks
Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah remaja pada kebiasaan
masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses yang seharusnya terus-menerus
dilakukan sejak anak masih kecil. Pada permulaan sekolah diberikan sex information dengan
cara terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan penjelasan-penjelasan
seksual yang sederhana dan informatif. Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusidiskusi yag lebih bebas dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan menguasai
bidangnya. Hal penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah supaya anak ketika
sampai pada usia adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks.
Pengobatan Biasanya anak-anak dengan kebiasaan masturbasi jarang dibawa ke dokter, kecuali
kebiasaan ini sangat berlebihan. Masturbasi memerlukan pengobatan hanya apabila sudah ada
gejala-gejala abnormal, bias berupa sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah banyak
menimbulkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah/dosa, menarik diri atau
adanya gangguan jiwa yang mendasari, seperti gangguan kepriadian neurosa, perversi maupun
psikosa.
A. Farmakoterapi:
1. Pengobatan dengan estrogen (eastration)
Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya tidak
terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak diubah.
Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah ginecomasti.
2. Pengobatan dengan neuroleptik
a. Phenothizine
Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan. Diberikan peroral.
b. Fluphenazine enanthate
Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan sexual lebih
dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat. Diberikan IM dosis 1cc 25
mg. Efektif untuk jangka waktu 2 pekan.
3. Pengobatan dengan trnsquilizer
Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan kecemasan dan rasa takut.
Perlu diberikan secara hati-hati karena dalam dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara
menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer berguna sebagai terapi
adjuvant untuk pendekatan psikologik.
B. Psikoterapi
Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan pendekatan yang cukup
bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan dengan sikap yang penuh pengertian terhadap
keluhan penderita. Menciptakan suasana dimana penderita dapat menumpahkan semua
masalahnya tanpa ditutup-tutupi merupakan tujuan awal psikoterapi. Pada penderita yang datang
hanya dengan keluhan masturbasi dan adanya sedikit kecemasan, tindakan yang diperlukan
hanyalah meyakinkan penederita pada kenyataan yag sebenarnya dari masturbasi.
Pad kasus-kasus adolescent, kadang-kadang psikoterapi lebih kompleks dan memungkinkan
dilakukan semacam interview sex education.
Psikotherapi dapat pula dilakukan dengan pendekatan keagamaan dan keyakinan penderita.
C. Hypnoterapi
Self-hypnosis (auto-hypnosis) dapat diterapkan pada penderita dengan masturbasi kompulsif,
yaitu dengan mengekspose pikiran bawah sadar penderita dengan anjuran-anjuran mencegah
masturbasi.
D. Genital Mutilation (Sunnat)
Ini merupakan pendekatan yang tidak lazim dan jarang dianjurkan secara medis.Pada beberapa
daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan tujuan mengurangi/membatasi/meniadakan hasrat
seksual seseorang, dilakukan mutilasi genital dengan model yang beraneka macam.
E. Menikah
Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah dianjurkan untuk
menyegerakan menikah untuk menghindari/mencegah terjadinya kebiasaan masturbasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan
kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut
adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat
psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan
faktor genetik.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/humanities/1962058-pencegahan-penyimpanganseksual/#ixzz2BUb1VF6c
About these ads