Nama
Kedudukan
L/P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pasien
Ket
Tn.S
Kepala
68 th
SD
Swasta
klinik
Tidak
2
3
Ny. T
Ny. D
keluarga
Istri Tn. SW
Anak keempat
P
P
62 th
29 th
SD
SMA
IRT
Kerja
Tidak
Iya
Tiphoid Fever
Tn. K
Menantu
30 th
SMA
perusahaan
Swasta
Tidak
An. T
Anak Ny. D
2,5 th
di
dan Tn. K
Kesimpulan:
Ny. D merupakan pegawai di sebuah perusahaan di Surabaya. Bersama dengan
suami, Ny. D tinggal di rumah kos. Sedangkan anaknya (An. T) tinggal dengan
neneknya (ibu Ny. D) di Malang. Ny. D dan suami pulang ke Malang setiap hari sabtu
(seminggu sekali). Ny. D tinggal dalam extended family apabila pulang ke Malang.
BAB I
STATUS PENDERITA
1
Pendahuluan
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita demam
tifoid, berjenis kelamin perempuan dan berusia 29 tahun. Penderita merupakan salah
satu dari penderita demam tifoid dengan berbagai permasalahan yang dihadapi, tidak
hanya dari segi biomedis melainkan juga segi psikologis, serta sosioekonomi.
Identitas Penderita
Nama
: Ny. D
Umur
: 29 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
Status Perkawinan
Agama
: Islam
Alamat
Suku
:-
Tanggal Periksa
: 29 September 2011
Identitas suami
Nama
: Tn. K
Umur
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Laki- laki
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Anamnesis
1.
2.
Nyeri dikeluhkan pada perut bagian kanan atas dan ulu hati (epigastrium), nyeri
seperti terplintir, nyeri dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Demam (+) sejak 1
minggu yang lalu sore sampai malam, saat masih bekerja di Surabaya. Badan
lemas (+), mual (+), muntah (+), badan terasa sakit semua (pegal linu). Pada
waktu demam di Surabaya, pasien membeli obat di apotik, akan tetapi tetap tidak
membaik. Pasien memutuskan memeriksakan diri ke dokter yang kemudian
melakukan pemeriksaan tes darah lengkap dan tes widal yang akhirnya oleh
dokter didiagnosa typhoid fever. Setelah itu pasien dijemput keluarga kemudian
pulang ke Malang dan mengambil cuti sakit di perusahaanya untuk melakukan
rawat inap di RSI. Sebelum pasien melakukan rawat inap di RSI pasien
meminum ramuan yang dibuatkan oleh keluarga yaitu air rendaman cacing
kering dan labu putih yang menurut pasien merupakan obat demam tifoid,
sehingga pasien sudah merasa tidak panas, tapi perutnya masih tetap sakit.
3.
: Tidak ada
: Tidak ada
c. Riwayat Mondok
: Tidak ada
d. Riwayat Gout
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
i. Riwayat menggunakan KB
: Tidak pernah
j. Riwayat Gastritis
4.
5.
b. Riwayat Hipertensi
: Tidak ada
c. Riwayat Jantung
: Tidak ada
d. Riwayat Ginjal
: Tidak ada
: Tidak ada
f. Riwayat Gastritis
: Ibu pasien
: Tidak ada
Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat Merokok
: Tidak pernah
: Tidak pernah
c. Riwayat Olahraga
: Tidak pernah
Hubungan Ny. D dan keluarga terjalin baik, terjalin komunikasi yang lancar,
saling mendukung dan saling pengertian. Hubungan Ny. D dengan ayah ibu serta
mertua terjalin baik.
7.
Riwayat Gizi :
Kesan gizi cukup, penderita mengaku jarang makan, karena malas, penderita
makan 2x sehari (nasi, tempe, tahu, sayur, daging jarang, ikan), buah sering, susu
(-).
Anamnesis Sistem
1. Kulit
: Warna kulit kuning, pucat (-), gatal (-), kering maupun mengelupas
(-).
2. Kepala
: Pusing (-), sakit kepala (-) rambut kepala rontok (-), luka (-),
benjolan (-).
3. Mata
4. Hidung
5. Telinga
6. Mulut
: sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-), lidah kotor (-)
9. Kardiovaskuler
10. Gastrointestinal
11. Genitourinaria
12.
Neurologik
13.
Psikiatrik
14.
Muskolokeletal
: kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri tangan dan
kaki (-), nyeri otot (+).
15.
Ekstremitas atas
16.
Ekstremitas bawah : bengkak (-), sakit (-), telapak tangan pucat (-), kebiruan
(-), luka (-),telapak tangan pucat (-)
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Tanda vital
Nadi
: 66 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
Antroprometri
BB : 56 kg
TB : 155 cm
BMI : 23.30 (Normoweight)
3.
Kulit
4.
Kepala
5.
Mata
6.
Hidung
7.
Mulut
: mukosa bibir pucat (-), sianosis bibir (-), bibir kering (-),
gusi berdarah (-) lidah kotor (+), tepi lidah hiperemis (-),
papil lidah atrofi(-)
8.
Telinga
9.
Tenggorokan
10.
Leher
11.
Thorax
Cor:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/.+), suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi
(-/-), stridor (-)
Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri,irama regular, otot bantu
nafas (-), pola nafas abnormal (-), usaha bernafas normal.
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/.+), suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
12. Abdomen :
Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas jahitan (-)
Palpasi
: supel, defense muskuler (-), nyeri epigastrium (+), nyeri RUQ (+),
hepar dan lien tidak teraba, turgor baik, massa (-), asites (-)
Perkusi
Palpasi
Akral dingin
Oedema
Kekuatan
tonus
Ref.Fisiologis
Ref.Patologis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah lengkap
Tanggal 28 September 2011 (di Surabaya).
9
Hb
: 13.7 g/dL
(12- 16 mg/dL)
Leukosit
: 4.900 L
LED
: 49 mm/jam
(2-20 mm/jam)
Trombosit
: 151.000 L
PCV
: 40.7 %
(37- 48 %)
Eritrosit
: 4.48 juta/mm3
- Thypus O: +1/80
(-)
Thypus H : +1/320
(-)
Parathypus A: -
(-)
Parathypus B : + 1/160
(-).
: 14.5 g/dL
(12- 16 mg/dL)
Leukosit
: 5.500 L
LED
: - mm/jam
(2-20 mm/jam)
Trombosit
: 144.000 L
PCV
: 45.7 %
(37- 48 %)
Eritrosit
: 5.09 juta/mm3
- Thypus O: -
(-)
Thypus H : +1/320
(-)
Parathypus A: -
(-)
Parathypus B : + 1/160
(-).
Resume
Sekitar 1 minggu yang lalu pasien mengalami demam tinggi, demam terutama
pada sore hingga malam hari. Pasien juga merasakan nyeri perut RUQ dan
epigastrium, nyeri seperti terpelintir dengan kuantitas sangat nyeri, lemah badan,
badan terasa sakit semua, mual dan muntah tiap malam, sejak 1 minggu yang lalu.
sakit seperti di tusuk- tusuk, dengan kualitas nyeri yang sangat. Pada waktu sakit di
Surabaya pasien membeli sendiri obat penurun demam di warung, tapi tidak kunjung
10
11
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
-
Pasien disarankan untuk banyak istirahat/ tirah baring yang bertujuan untuk
mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Medikamentosa
-
Infuse RA
20 tetes/ menit
Ceftriaxone
2x1
Obat golongan sefalosporin generasi ke III secara umum aktif terhadap kuman
gram positif (+).
Indikasi
kelamin, tulang dan sendi, kulit, infeksi ginekologi, infeksi SSP, ISK :
bakterimia dan septicemia, infeksi intraabdomen dan profilaksis pra-op.
Dosis
hari.
KI
12
ES
gangguan
GI,
reaksi
hipersensitivitas,
superinfeksi,
Progresic
3x1
Komposisi
: parasetamol
Indikasi
Dosis
KI
: penyakit hati
ES
Antacida Sir 3x CI
Indikasi
gastritis, tukak lambung, dengan gejala mual, muntah, nyeri ulu hati.
Dosis
ES
: jarang: rasa tidak nyaman pada GI, pusing, sakit kepala, ruam
kulit.
-
: Ranitidine HCL
Indikasi
300 mgx1 hari sebelum tidur. Terapi pemeliharaan tukak lambung 150 mg
sebelum tidur.
KI
:-
ES
Vitamin B1
100 mg 3x1
Omeprazole
1x1
13
Indikasi
ES
Peflacine
2x1
Komposisi
Indikasi
Dosis
: tab 2x1/ hr. amp sehari 2x1 amp dengan infuse IV perlahan >
atau rupture pada tendon, defisiensi G6PD, dan alergi pada kelompok
kuinolon.
ES
: nyeri perut, nafsu makan menurun, lemah badan berkurang, mual (-), muntah
(-).
RR: 20 x/menit
S: 36,2oC
Pemeriksaan Lab:
Hb
: 13.6 g/dL
(12- 16 mg/dL)
Leukosit
: 5.100 L
LED
: - mm/jam
(2-20 mm/jam)
Trombosit
: 164.000 L
PCV
: 42.1 %
(37- 48 %)
Eritrosit
: 4.68 juta/mm3
: Demam tifoid
: nyeri perut masih agak nyeri, nafsu makan membaik, lemah badan berkurang
RR: 20 x/menit
S: 38oC
N: 76 x/menit
Pemeriksaan Lab:
Hb
: 13.6 g/dL
(12- 16 mg/dL)
Leukosit
: 5.200 L
LED
: - mm/jam
(2-20 mm/jam)
Trombosit
: 181.000 L
PCV
: 42.9 %
(37- 48 %)
Eritrosit
: 4.77 juta/mm3
: Demam tifoid
: terapi tetap
RR: 20 x/menit
S: 37oC
Pemeriksan Lab:
Hb
: 13.2 g/dL
(12- 16 mg/dL)
15
Leukosit
: 8.000 L
LED
: - mm/jam
(2-20 mm/jam)
Trombosit
: 185.000 L
PCV
: 44.4 %
(37- 48 %)
Eritrosit
: 4.89 juta/mm3
: Demam tifoid
: terapi tetap
RR: 20 x/menit
S: 36,4oC
N: 80 x/menit
Pemeriksaan Lab:
Hb
: 13.8 g/dL
(12- 16 mg/dL)
Leukosit
: 6.000 L
LED
: - mm/jam
(2-20 mm/jam)
Trombosit
: 193.000 L
PCV
: 43.8 %
(37- 48 %)
Eritrosit
: 4.82 juta/mm3
: Demam tifoid
RR: 20 x/menit
S: 36,8oC
N: 82 x/menit
Pemeriksaan Lab:
Hb
: 13.6 g/dL
(12- 16 mg/dL)
Leukosit
: 7.700 L
LED
: - mm/jam
(2-20 mm/jam)
Trombosit
: 208.000 L
PCV
: 43.4 %
(37- 48 %)
Eritrosit
: 4.77 juta/mm3
A : Demam tifoid
P : terapi tetap, pasien ACC pulang., dengan pemeriksaan SGOT/ SGPT
Obat untuk di rumah:
-
Progresik 3x1
Antasida 3x1
Omeprazole
Peflacine 2x1
1x1
Flow Sheet
Nama
: Ny. D
Diagnosis
: Demam Tifoid
No.
Tangg
al
Vital Sign
BB/
TB
BMI
Status
Keluhan
Rencana
Lokalis
17
30/09/2
T:
011
mm/Hg
110/90
56/
23.30
Nyeri perut
mual -, muntah -,
kepada keluarga
N: 80 x/menit
nafsu
RR: 20 x/menit
menurun.
155
makan
01/10/2
S: 36,2 C
T:
100/80
56/
011
mmHg
155
23.30
Nyeri perut
Nyeri
N:76 x/menit
badan
RR:20 x/menit
makan
02/10/2
S:38 oC
T:
110/70
56/15
011
mmHg
23.30
Nyeri perut
berkurang,
timbul
RR:20 x/menit
kadang.
03/10/2
56/15
011
mmHg
(+),
membaik.
Nyeri
N:84 x/menit
S: 37oC
T:100/80
perut
berkurang,
23.30
Nyeri perut
N:80 x/menit
lemah
nafsu
(pengaturan
sedikit
perut
hanya
terapi
non
diet,
medika
mentosa
istirahat,
kadang-
kadang,
nafsu
makan baik.
RR:20 x/menit
04/10/2
S:36,4 oC
T:110/80
56/15
011
mmHg
23.30
Nyeri perut
N:82 x/menit
baik.
RR:20 x/menit
S:36,8 oC
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA
Fungsi Holistik
1.
pola
Fungsi Biologis
Keluarga ini terdiri dari suami, istri (Tn. K dan Ny. D) serta satu orang
anak An. T (2.5 tahun). Ny. D cukup mengerti tentang penyakitnya, baik
18
demam tifoid atau penyakit sebelumnya yaitu gastritis. Akan tetapi Ny. D
menganggap remeh penyakitnya dengan tidak makan teratur serta suka
makan pedas dan asam. Suami Ny. D sama- sama bekerja sehingga
perhatian terhadap kesehatan istri kurang.
2.
Fungsi Psikologis
Hubungan Ny. D dengan suami serta anak cukup baik, saling mendukung,
serta saling memperhatikan. Olehkarena itu, Ny. D dan suami pulang
seminggu sekali untuk menjenguk anaknya. Hubungan Ny. D dengan ayah
ibunya baik.
3. Fungsi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, Ny. D hanya sebagai anggota masyarakat biasa,
tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Dalam
kehidupan sosial Ny. D kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan,
hal tersebut karena Ny. D dan suami tinggal di Surabaya. Hubungan dengan
tetangga baik.
3.
19
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/
Tidak
A Saya
puas
dengan
cara
keluarga
saya
20
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang
/tidak
A Saya
puas
dengan
cara
keluarga
saya
21
Affection : Kasih sayang yang terjalin antara Tn. K dan anggota keluarganya
kurang baik. Score : 1
Resolve : Tn. K jarang kumpul, makan, dan mengobrol bersama anggota
keluarganya. Score : 1
APGAR score Tn. S =10
APGAR Tn. S Terhadap keluarga
Sering/
Kadang-
Jarang/
selalu
kadang
Tidak
A Saya
saya
=10
Sering/
Kadang-
Jarang/
Tidak
selalu
kadang
A Saya
saya
23
Social
Culture
Religious
Economic
Educational
Medical
Sumber
Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya
Patologis
-
Kesimpulan
Keluarga Ny. D cukup mengerti tentang penyakit yang diderita pasien setelah
mendapat penjelasan dari perawat dan dokter. Akan tetapi keluarga Ny. D kurang bias
menjaga kesehatan dirinya dengan makan tidak teratur dan kurang waktu untuk
istirahat.
Pola Interaksi Keluarga
Diagram Pola interaksi Ny. D
24
Tn. K (30
tahun)
Ny. T (62
tahun)
Tn. S (68
tahun)
Keterangan :
Hubungan baik
Hubungan tidak baik
Kesimpulan
Hubungan antara Ny. D dengan semua anggota keluarga baik dan hubungan antar
angota keluarga yang lain juga baik.
Ny. T (62Keluarga
th)
Tn. S (68 th)
Genogram
Ny. Ih (41 tahun)
X
Tn.K (30 th)
Keterangan:
pasien
perempuan
laki- laki
meninggal
25
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
27
Denah Rumah
KM
R. dapur
10 meter
R. Tidur
R. Tidur
Teras
samping
R. keluarga
R. Tidur
R. Tamu
Teras depan
7 meter
28
Rumah cukup
memenuhi syarat
kesehatan
Pengetahuan
Keluarga kurang
memahami
penyakit penderita.
Sikap
Keluarga perduli
terhadap sakit
penderita,tetapi
penderita kurang peduli
terhadap kesehatan diri
sendiri.
Ny. D
Tindakan
Keluarga selalu
mengantarkan
periksa ke dokter
dan RS
Ket:
: Faktor Perilaku
: Faktor Non-perilaku
DAFTAR MASALAH
Masalah medis :
Demam Tifoid
Masalah non medis :
1. Pengetahuan Ny. D dan keluarga tentang penyakitnya cukup baik, tapi
pencegahan dan pengelolaan penyakitnya kurang.
2. Ny. D tidak mau menjaga kesehatan individunya (makan tidak teratur).
3. Ny. D dan keluarga serta anaknya jarang berkumpul bersama karena Ny. D dan
suami bekerja di luar kota.
Diagram Permasalahan Pasien
Pengetahuan
Ny.D
(Menggambarkan
hubungan antara timbulnya masalah Kurang
kesehatan
mampu yang ada
tentang
penyakitnya
memelihara kesehatan
cukup faktor-faktor
baik,
tapi resiko yang ada
Ny.dalam
D (29 th)
dengan
kehidupan pasien)
individu (makan tidak
pencegahan
dan
pengelolaan penyakitnya
kurang.
Demam tifoid
teratur)
29
Ny. D dan keluarga serta
anaknya
jarang
berkumpul
bersama karena Ny. D dan
suami bekerja di luar kota.
Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.
No. Daftar Masalah
1.
2.
SB
Jumlah
Mn
Mo
Ma
IxTxR
20.000
(1)
12.000
(2)
4.050 (3)
Keterangan :
I
SB
Mn
Mo
Ma
Kriteria penilaian :
1
: tidak penting
: agak penting
: cukup penting
: penting
: sangat penting
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Ny. D
adalah sebagai berikut :
1.
2.
1.
Ny. D dan keluarga serta anaknya jarang berkumpul bersama karena Ny. D dan
suami bekerja di luar kota.
Kesimpulan :
Kurangnya pengetahuan menyebabkan pasien kurang perhatian tentang bahaya
penyakitnya serta kurangnya kedisiplinan menjaga kesehatannya.
BAB IV
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN
31
2.
ke sel tubuh dia harus berikatan dengan sel inang, dan biasanya pada sel
epitel.
Antigen
33
34
Patofisiologi
35
37
Reaksi serologis Ag dan Ab terutama Antigen O. Baik pada minggu II/III, titer yang
bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan yang progressive digunakan
untuk membuat diagnosis (WHO, 2003).
Terapi Demam Tifoid
Terapi non medika mentosa yang dapat diterapkan adalah:
- Perawatan
Penderita perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi serta pengobatan.
Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas demam, dan tirah baring.
- Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Beberapa
peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan
penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin
maupun
mineralnya
serta diusahakan
makan
yang
rendah/bebas
selulose,
Memperhatikan
kualitas
makanan
dan
minuman
yang
Peritonitis.
Prognosa
39
Prognosis untuk penderita dengan demam enteric tergantung pada terapi segera, usia
penderita, keadaan kesehatan sebelumnya, serotipe Salmonella penyebab, dan
munculnya komplikasi Buruk pada :
Hiperpireksia atau debris kontinu
Kesadaran sangat menurun
Terdapat komplikasi yang berat, berupa perdarahan usus, perforasi atau
meningitis, endokarditis, dan pneumonia.
Gizi yang buruk (Widodo, dkk; 2009)
40
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan Holistik
Diagnosa holistik : Ny. D (29 tahun) adalah penderita Demam tifoid, yang
tinggal dalam extended family dan tinggal dalam kos- kosan, dengan kondisi
keluarga yang cukup harmonis. Akan tetapi tingkat pendidikan yang cukup dalam
keluarga ini belum mampu menjamin adanya pengetahuan yang baik tentang
kesehatan. Lingkungan rumah cukup sehat, dan pasien merupakan anggota
masyarakat biasa yang mengikuti beberapa kegiatan di lingkungannya (jarang).
1. Segi Biologis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan hasil bahwa NY. D(29 tahun), adalah penderita demam tifoid, yang
tinggal di pemukiman padat penduduk sehingga lebih mudah terjangkit penyakit
menular.
2. Segi Psikologis
Ny. D memiliki APGAR score 9 menunjukkan fungsi keluarga yang bagus.
Dalam keluarga Ny. D telah terjalin suatu keluarga yang harmonis, akrab, penuh
dengan kasih sayang dan dukungan dan saling memperhatikan, akan tetapi waktu
berkumpul sedikit kurang.
3. Segi Sosial
Keluarga ini memiliki status ekonomi yang cukup, pendidikan yang cukup
dan merupakan anggota masyarakat biasa dalam kemasyarakatannya yang mengikuti
beberapa kegiatan di lingkungannya.
B.
Saran Komprehensif
Ny. D dan keluarga perlu diberikan edukasi tentang Demam tifoid. Mengenai
yang merangsang (merica, cabai, saus sambal), hindari makanan pedas, istirahat
cukup, dan berolahraga ringan.
a.
Promotif
Edukasi keluarga mengenai penyakit demam tifoid, mengetahui gejala dan
tanda serta penularan sehingga apabila terdapat keluarga yang menderita hal serupa
bisa langsung dibawa di RS terdekat untuk mendapatkan pengobatan.
b.
Preventif
Memperbanyak waktu istirahat, menjaga kebersihan makanan, menjaga
keteraturan pola makan, menghindari makanan pedas dan masam, olahraga cukup,
melakukan vaksinasi imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin
suntikan. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan
dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoidparatifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.
c.
Kurativ
-
Progresik 3x1
Progresic
3x1
Komposisi
: parasetamol
Indikasi
KI
: penyakit hati
ES
Antasida 3x1
Indikasi
gastritis, tukak lambung, dengan gejala mual, muntah, nyeri ulu hati.
KI
ES
: jarang: rasa tidak nyaman pada GI, pusing, sakit kepala, ruam
kulit.
-
Omeprazole
1x1
Indikasi
ES
Peflacine
2x1
Komposisi
Indikasi
KI
atau rupture pada tendon, defisiensi G6PD, dan alergi pada kelompok
kuinolon.
ES
Rehabilitatif
Edukasi dan motovasi kepada pasien bahwa penderita demam tifoid dapat
sembuh dengan baik (normal kembali), menjaga pola hidup, makan teratur, menjaga
kesehatan, istirahat yang cukup serta latihan jasmani yang ringan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Karsinah, Lucky HM,Suharto, Mardiastuti HW, editor.Staf Pengajar FKUI. Batang
Gram Negatif. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa
Aksara, 1994: 168-173.
WHO, 2003. Background Document: The Diagnosis, treatment and prevention of
Tiphoid Fever. World Health Organization Departement of vaccines and
Biologicales. Hal: 7-22.
Widodo, D.2009,Demam tifoid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. editor: Aru W.
Sudoyo, dkk. Interna Publishing. Jakarta. Hal: 435-441.
Santoso, A., dkk. MIMS edisi bahasa Indonesia. Volume 11. 2010.
www.MIMS.com
44