PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTIFIKASI
Nama
: Tn. EBE
Tanggal Lahir
: 27 Februari 1942
Umur
: 75 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Pekerjaan
: Pensiunan
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Suku Bangsa
: Sumatera
Kunjungan Poli
: 25 November 2016
No. RM
: 833456
II.ANAMNESIS
Penderita datang ke poliklinik bagian neurologi RSMH untuk kontrol ulang karena
penyakit parkinson.
Sejak 1 tahun SMRS, penderita mengalami gemetar pada lengan kanan terutama saat
istirahat dan berkurang saat aktivitas. Penderita juga mulai merasakan kekakuan di lengan
kanan. Sejak 6 bulan SMRS, gemetar pada lengan kanan semakin parah, gemetar juga
terjadi pada lengan kiri dan kedua tungkai. Penderita masih dapat berjalan dengan cepat
dan langkah tidak kecil-kecil dan dapat melakukan gerakan memutar badan saat berjalan
tanpa kesulitan. Penderita tidak mengalami gangguan keseimbangan saat berjalan.
Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Sejak 4 bulan SMRS, gemetar
pada kedua lengan dan kedua tungkai semakin parah, gerakan kedua tangan dan kedua
tungkai menjadi lambat dengan langkah kecil-kecil, disertai kekakuan sehingga penderita
sukar berjalan karena saat berjalan seperti mau jatuh ke depan. Mulut mengot tidak ada,
bicara pelo tidak ada, sering lupa tidak ada, dan kelemahan sesisi tubuh tidak ada.
Penderita tidak pernah mengalami demam yang diikuti gerakan yang cepat, terpatahpatah dan terus menerus pada keempat ekstremitas. Penderita tidak pernah mengalami
gerakan lambat, terus-menerus, melentik-lentik seperti penari. Penderita juga tidak pernah
mengalami gerakan seperti melempar cakram. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga
2
disangkal. Riwayat darah tinggi tidak ada. Riwayat kencing manis tidak ada.Riwayat
penyakit jantung tidak ada. Riwayat stroke tidak ada. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat
penggunaan obat-obatan antipsikotik jangka panjang dan alkohol tidak ada.
Penyakit seperti ini diderita untuk pertama kalinya.
I PEMERIKSAAN
Status Internus
Kesadaran
: GCS = 15 (E4M6V5)
Suhu Badan
: 36,5 C
Nadi
: 84 kali/menit
Pernapasan
: 22 kali/menit
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
BB
TB
IMT
Kepala
Leher
Thorax
: 50 kg
: 160 cm
: 19,53kg/m2 (Normoweight)
: Konjungtiva palpebra pucat (-)
: JVP 5-2 cmH2O, pembesaran KGB (-)
Cor
:I
Pulmo
: I
Abdomen
22x/menit
P : Stem fremitus kiri = kanan
P : Sonor
A : Vesikuler (+) normal, wheezing (-), ronki (-)
: I : Datar
P : Lemas
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal
: Akral pucat (-/-), edema pretibial (-)
Ekstremitas
Status Psikiatrikus
Sikap
: kooperatif
Ekspresi Muka
: wajar
3
Perhatian : ada
Kontak Psikik
: ada
Status Neurologikus
Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk
: Normochepali
Deformitas
: tidak ada
Ukuran
: normal
Fraktur
: tidak ada
Simetris
: simetris
Nyeri fraktur
: tidak ada
Hematom
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Pulsasi
: tidak ada
Sikap
: lurus
Deformitas
: tidak ada
Torticolis
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
LEHER
SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius
Kanan
Kiri
Anosmia
tidak ada
tidak ada
Hiposmia
tidak ada
tidak ada
Parosmia
tidak ada
tidak ada
Penciuman
N. Optikus
Visus
Kanan
6/6
Kiri
6/6
Campus visi
V.O.D
V.O.S
Anopsia
tidak ada
tidak ada
Hemianopsia
tidak ada
tidak ada
FundusOculi
tidak ada
tidak ada
Papil edema
Papil atrofi
Perdarahan retina
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Kanan
Kiri
Diplopia
tidak ada
tidak ada
Celah mata
tidak ada
tidak ada
Ptosis
tidak ada
tidak ada
Strabismus
(-)
tidak ada
tidak ada
Exophtalmus
(-)
tidak ada
tidak ada
Enophtalmus
(-)
tidak ada
tidak ada
Deviation conjugae
tidak ada
tidak ada
Baik ke segala
Baik ke segala
arah
arah
Bulat
Bulat
3 mm
3 mm
Isokor
Isokor
Bentuk
Diameter
Isokor/anisokor
Midriasis/miosis
Refleks cahaya
Langsung
Konsensuil
Akomodasi
- Argyl Robertson
N. Trigeminus
Motorik
-
Menggigit
Trismus
Refleks kornea
Sensorik
-
Dahi
Pipi
Dagu
N. Fasialis
Motorik
-
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Menunjukkan gigi
Lipatan nasolabialis
Bentuk muka
Sensorik
-
N. Cochlearis
Suara bisikan
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Simetris
Simetris
Kanan
Kiri
Tidak ada kelainan
Detik arloji
Tes Weber
Tes Rinne
N. Olfaktorius
Penciuman
Kanan
Tidak ada kelainan
Kiri
Tidak ada kelainan
Anosmia
tidak ada
tidak ada
Hiposmia
tidak ada
tidak ada
6
Parosmia
tidak ada
tidak ada
N. Vestibularis
Nistagmus
Kanan
tidak ada
Kiri
tidak ada
Vertigo
tidak ada
tidak ada
Kanan
Kiri
Tidak ada kelainan
Uvula
Gangguan menelan
tidak ada
Suara serak/sengau
tidak ada
Denyut jantung
Refleks
-
Muntah
Batuk
Okulokardiak
Sinus karotikus
Sensorik
-
N. Accessorius
Mengangkat bahu
Kanan
Memutar kepala
N. Hypoglossus
Menjulurkan lidah
Kiri
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Kanan
Kiri
Simetris
Fasikulasi
Atrofi papil
Disatria
MOTORIK
LENGAN
Gerakan
Kanan
Cukup
Kiri
Cukup
Kekuatan
5
7
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
Cukup
Cukup
Kekuatan
Tonus
Normal
Normal
Normal
Normal
Tonus
Refleks fisiologis
-
Biceps
Triceps
Radius
Ulnaris
Refleks patologis
-
Hoffman Tromner
Leri
Meyer
Trofi
Klonus
-
Paha
Kaki
Refleks fisiologis
-
KPR
APR
Refleks patologis
-
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Rossolimo
- Tengah
- Bawah
Refleks cremaster
Trofik
SENSORIK
Miksi
Defekasi
FUNGSI VEGETATIF
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis
: (-)
Lordosis
: (-)
Gibbus
: (-)
Deformitas
: (-)
Tumor
: (-)
Meningocele
: (-)
Hematoma
: (-)
Nyeri ketok
: (-)
: (-)
Kerniq
: (-)
Lasseque
: (-)
Brudzinsky
-
Neck
: (-)
Cheek
: (-)
Symphisis
: (-)
Leg I
Leg II
: (-)
: (-)
Ataxia
: negatif
Romberg
: negatif
Hemiplegic
: negatif
Dysmetri
: negatif
Scissor
: negatif
- jari-jari
: negatif
Propulsion
: negatif
- jari hidung
: negatif
9
Histeric
: negatif
Limping
: negatif
Rebound phenomen
: negatif
Steppage
: negatif`
Dysdiadochokinesis
: negatif
Trunk Ataxia
: negatif
Astasia-Abasia: negatif
- tumit-tumit
: negatif
Rigiditas
: (+)
Bradikinesia
: (-)
Chorea
: (-)
Athetosis
: (-)
Ballismus
: (-)
Dystoni
: (-)
Myocloni
: (-)
: (-)
Afasia sensorik
: (-)
Apraksia
: (-)
Agrafia
: (-)
Alexia
: (-)
Afasia nominal
: (-)
LABORATORIUM
DARAH
Hb
: tidak diperiksa
Eritrosit
: tidak diperiksa
Kolesterol HDL
: tidak diperiksa
Leukosit
: tidak diperiksa
Kolesterol LDL
: tidak diperiksa
Total Kolesterol
: tidak diperiksa
Diff Count
: tidak diperiksa
Trombosit
: tidak diperiksa
10
Hematokrit
: tidak diperiksa
BSS
: tidak diperiksa
SGOT
: tidak diperiksa
SGPT
: tidak diperiksa
URINE
Warna
: tidak diperiksa
Sedimen :
Reaksi
: tidak diperiksa
- Eritrosit
: tidak diperiksa
Protein
: tidak diperiksa
- Leukosit
: tidak diperiksa
Reduksi
: tidak diperiksa
- Thorak
: tidak diperiksa
Urobilin
: tIdak diperiksa
- Sel Epitel
: tidak diperiksa
Bilirubin
: tidak diperiksa
- Bakteri
: tidak diperiksa
Konsistensi
: tidak diperiksa
Eritrosit
: tidak diperiksa
Lendir
: tidak diperiksa
Leukosit
: tidak diperiksa
Darah
: tidak diperiksa
Telur cacing
: tidak diperiksa
Amuba coli/
: tidak diperiksa
Histolitika
: tidak diperiksa
FESES
LIQUOR CEREBROSPINALIS
Warna
: tidak diperiksa
Protein
: tidak diperiksa
Kejernihan
: tidak diperiksa
Glukosa
: tidak diperiksa
Tekanan
: tidak diperiksa
NaCl
: tidak diperiksa
Sel
: tidak diperiksa
Queckensted
: tidak diperiksa
Nonne
: tidak diperiksa
Celloidal
: tidak diperiksa
Pandy
: tidak diperiksa
Culture
: tidak diperiksa
PEMERIKSAAN KHUSUS
Rontgen thoraks PA : tidak diperiksa
CT Scan Kepala
II DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik
Diagnosis Topik
: tidak diperiksa
Diagnosis Etiologi
III.
: Penyakit Parkinson
PENATALAKSANAAN
A. Norfarmakologis
- Edukasi
1. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit yang
dideritanya
2. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang keteraturan
minum obat dan kontrol teratur dan menghindari jatuh
B. Farmakologis
- Madopar 1 x 125 mg tab (P.O).
- Sifrol 1 x 0,375 mg tab (P.O)
- THP 3 x 2 mg tab (P.O)
- Neurodex 1 x 1 tab (P.O)
IV.
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: dubia ad bonam
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Terdapat dua istilah yang perlu dibedakan yaitu penyakit Parkinson dan parkinsonism.
Parkinonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamine dengan
berbagai macam sebab.Sindrom ini sering disebut sebagai Sindrom Parkinson.5
Penyakit Parkinson diakibatkan oleh degenerasi ganglia basalis bersifat progresif
lambat yang dikarakteristikkan dengan bradikinesia (gangguan pergerakan), rigiditas,
instabilitas postural, yang mana badan Lewy merupakan temuan patologisnya.1
Penyakit Parkinson atau sindrom Parkinson (Parkinsonisme) merupakan suatu
penyakit neurodegeneratif atau sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat
penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus
atau neostriatum (striatal dopamine deficiency).7
Penyakit neurodegeneratif progresif ini berkaitan erat dengan usia. Secara patologis
penyakit Parkinson ditandai oleh degenerasi neuron-neuron berpigmen neuromelamin,
terutama di pars kompakta substansia nigra yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik
(Lewy bodies), atau disebut juga Parkinsonisme idiopatik atau primer.1,2,8
2.2 Epidemiologi
Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling banyak
dialami pada umur lanjut dan jarang dibawah umur 30 tahun. Biasanya mulai timbul pada
usia 40-70 tahun dan mencapai puncak pada dekade keenam. 1,8,9Penyakit Parkinson yang
mulai sebelum umur 20 tahun disebut sebagai Juvenile Paekinsonism.10
Prevalensi Parkinson sekitar 160 kasus per 100.000 orang, dan insidensinya sekitar 20
kasus per 100.000 orang per tahun. Prevalensi dan insidensi meningkat terkait usia.
Prevalensi pada usia 70 tahun sekitar 550 kasus per 100.000 orang, dengan perkiraan
insidensi 120 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Onset gejala rata-rata pada usia 56
tahun, baik pada laki-laki maupun perempuan.4
Prevalensi penyakit parkinson di Amerika Serikat berkisar 1% dari jumlah penduduk,
meningkat dari 0,6% pada usia 60-64 tahun menjadi 3,5% pada usia 85-89 tahun. Penyakit
parkinson mengenai semua usia, tapi lebih sering pada usia lanjut.5
Penyakit Parkinson lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan pada usia
13
yang sama dengan perbandingan 3:2.10 Masih belum diketahui dengan pasti, tetapi beberapa
penelitian terhadap anak kembar monozigot menunjukkan bahwa terdapat faktor generik
yang mendasari terjadinya penyakit parkinson.5Beberapa faktor lain yang terlibat meliputi
riwayat keluarga, cedera kepala, terpapar zat pestisida dan tinggal di area rural dan beberapa
faktor yang dapat menurunkan insiden penyakit Parkinson yaitu kopi, merokok, penggunaan
obat anti inflamasi non steroid dan estrogen replacement pada wanita menopause.4,5
2.3 Etiologi
Etiologi Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di
antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi
abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum
diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.1,5,8
Terdapat berbagai faktor yang diduga menyebabkan terjadinya Penyakit Parkinson :
a. Usia (Proses Menua)
Tidak semua orang tua akan menderita Penyakit Parkinson, tetapi dugaan adanya
peranan proses menua terhadapa terjadinya Penyakit Parkinson didasarkan pada
penelitian-penelitian epidemiologis tentang kejadian Penyakit Parkinson (evidence
based).5Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari
10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial pada
neuron yang rusak dan tanda ini tidak terdapat pada proses menua yang normal.1,5,8
b. Genetik
Ditemukan 3 gen yang menjadi penyebab gangguan degradasi protein dan
mengakibatkan protein beracun tak dapat didegradasi di ubiquitin-proteasomal pathway.5
Kegagalan degradasi ini menyebabkan peningkatan apoptosis di sel-sel substansi
nigra pars compacta sehingga meningkatkan kematian sel neuron di sel-sel substansi
nigra pars compacta. Inilah yang mendasari terjadinya Penyakit Parkinson sporadik yang
bersifat familial. Pada penelitian didapatkan kadar sub unit alfa pada proteasome 20S
menurun secara bermakna pada sel neuron substansi nigra pars compacta pada penderita
Penyakit Parkinson dibandingkan dengan orang normal.5
Peranan faktor genetik juga ditemukan dari hasil penelitian terhadap kembar
monozigot dan dizigot dimana angka intrapair concordance pada monozigot jauh lebih
tinggi dibanding dizigot.5
c. Faktor Lingkungan
14
Saat ini yang paling diterima sebagai etiologi penyakit Parkinson adalah proses stres
oksidatif yang terjadi di ganglia basalis, apapun penyebabnya. Berbagai penelitian telah
dilakukan antara lain peranan xenobiotik (MPTP), pestisida/herbisida, terpapar pekerjaan
terutama zat kimia seperti bahan-bahan cat dan logam, kafein, alkohol, diet tinggi protein,
merokok, trauma kepala dan stres.5
d. Ras
Angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan kulit
berwarna.1,5,8
e. Cedera Kranioserebral
Prosesnya masih belum jelas. Trauma kepala, infeksi, dan tumor di otak lebih
berhubungan dengan Sindrom Parkinson dibanding Penyakit Parkinson.5
f. Stress Emosional
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi
dan stress dihubungkan dengan penyakit Parkinson karena pada stress dan depresi terjadi
peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.1,5,8
2.4 Klasifikasi
Penyakit Parkinson dapat dibagi atas beberapa kategori, yaitu :
1. Parkinson primer/idiopatik/paralysis agitans
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum
jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus Parkinson termasuk jenis ini. 6Diduga terdapat peran faktor
genetik.5
a. Penyakit Parkinson
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum
jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.5
b. Juvenille Parkinsonism
Penyakit Parkinson yang mulai sebelum umur 20 tahun. Sekitar 5% dari
parkinsonism dengan usia awitan <40 tahun.9,10,12
2. ParkinsonSekunder atau Simptomatik
Dapat timbul setelah terpajan suatu penyakit atau zat. Infeksi dan pasca infeksi otak
(ensefalitis) dapat menyebabkan Parkinson sekunder. Paparan kronis oleh toksin seperti
1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine (MPTP), Mn (mangan), CO (karbon
monoksida), sianida dan lain-lain. Dapat juga disebabkan oleh efek samping dari
15
pemakaian obat penghambat reseptor dopamin (sebagian besar obat anti psikotik) dan
obat menurunkan cadangan dopamin (reserpin). Dan dapat diakibatkan pasca stroke
(vaskular) dan lain-lain seperti hipotiroid, hipoparatiroid, tumor/trauma otak, dan
hidrosefalus bertekanan normal.5
3. Sindrom Parkinson Plus (Multiple System Degeneration)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada progressive supranuclear palsy, multiple system
atrophy
(sindrom
Shy-drager,
degenerasi
striatonigral,
olivo-pontocerebellar
Hipotesis terbaru proses patologi yang mendasari proses degenerasi neuron di sel
substansia nigra pars compacta adalah stres oksidatif. Stres oksidatif menyebabkan
terbentuknya formasi oksiradikal, seperti dopamin quinon yang dapat bereaksi dengan alfa
sinuklein (disebut protofibrils). Formasi ini menumpuk, tidak dapat di degradasi oleh
ubiquitin-proteasomal pathway, sehingga menyebabkan kematian sel-sel di sel substansia
nigra pars compacta. Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara lain:5
a. Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikal dengan nitric
oxide (NO) yang menghasilkan peroxynitric radical
b. Kerusakan mitokondria sebagai akibat penurnan produksi adenosin trifosfat (ATP) dan
akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres oksidatif, akhirnya menghasilkan
peningkatan apoptosis dan kematian sel.
c. Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang memicu
apoptosis sel-sel di sel substansia nigra pars compacta.
Gambar 1. Jalur
tidak langsung Ganglia Basalis
11,12,13
17
18
2.6.1
Gejala Motorik5,8,11
1. Tremor
Resting tremor biasanya sering terjadi dan mudah dikenali pada gejala penyakit
Parkinson. Tremor unilateral dan frekuensi tremor berkisar antara 4-7 gerakan per detik,
dan kebanyakan selalu didahului pada ekstremitas bagian distal. Tremor pada tangan
digambarkan supinasi dan pronasi (pill-rolling) yang bisa menyebar dari satu tangan ke
tangan lainnya. Rest tremor pada penderita dengan penyakit Parkinson dapat juga
melibatkan bibir, dagu, rahang, dan kaki, namun tremor esensial jarang melibatkan
leher/kepala ataupun suara. Penderita yang mengalami tremor pada kepala kebanyakan
memiliki tremor esensial, dystonia servikal ataupun keduanya daripada penyakit
Parkinson. Yang khas adalah rest tremor hilang ketika penderita berktivitas atau selama
penderita tidur, dan akan bertambah pada keadaan emosi. Beberapa penderita juga
melaporkan getaran internal yang tidak berhubingan dengan tremor yang bisa dilihat.10,12
2. Rigiditas
Rigiditas ditandai dengan peningkatan tahanan, biasanya dinamakan dengan
fenomena cog-wheel, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi
sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Rigiditas disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas motor neuron alfa. Didapatkan pada sepanjang pergerakan pasif
dari anggota gerak (fleksi, ekstensi, ataupun rotasi sendi). Ini biasanya terjadi pada
19
proksimal (seperti leher, bahu, dan pinggul) dan di bagian distal (seperti pergekangan
tangan dan pergelangan kaki).10,12
3. Bradikinesia
Bradikinesia mengarah pada perlambatan dalam bergerak dan kebanyakan
merupakan gejala pada Penyakit Parkinson, walaupun ini mungkin juga terlihat pada
gangguan lainnya, seperti depresi. Bradikinesia terjadi karena gangguan pada basal
ganglia, dan ini kesulitan encompasses dengan perencanaan, inisiatif, bergerak serta
melakukan tugas yang simultan dan berkelanjutan. Manifestasi awal yang sering terjadi
adalah perlambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan perlambatan gerakan
dalam kontrol motorik (seperti mengancing baju dan menggunakan peralatan).
Masifestasi lain dari bradikineisa adalah hilangnya pergerakan spontan dan sikap tubuh,
drooling karena gangguan menelan, hilangnya ekspresi wajah (hipomimia) dan
menurunnya kedipan mata, serta ayunan tangan berkurang apabila berjalan.5,8,9,12
Diduga bahwa bradikinesia adalah hasil dari kekacauan aktivitas korteks motorik
normal yang dimediasi dengan berkurangnya fungsi dopaminergik. Penelitian
neuroimaging fungsional juga menunjukan kerusakan dalam pemasukan sistem kortikal
dan subkortikal yang mengatur parameter kinmatik pergerakan (seeperti kecepatan).
Sebaliknya, pemasukan dari beberapa area premorotik yang bertanggungjawab untuk
kontrol visuomotorik meningkat.5,8,9,11
4. Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,
sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai
melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat
berpikir dan depresi. Hilangnya refleks postural disebabkan kegagalan integrasi dari saraf
propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan
ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini
mengakibatkan penderita mudah jatuh.5,8,9,12
5. Mikrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan tangan secara gradual
menjadi kecil dan rapat. Pada beberapa kasus, hal ini merupakan gejala dini. 5,9,12 Tremor
dapat jelas terlihat kerika menggambar lingkaran yang konsentrik.13
20
mesokortikal
dan
mesolimbik
berpengaruh
terhadap
gangguan
intelektual.5,8,9,12
9. Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada orang lain), mudah takut,
sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat
(bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu
yang cukup.5,8,9,12
10. Gejala Lain
Sensititvitas yang berlebihan terhadap ketukan jari diatas glabela (antara alis
mata) menyebabkan penderita berkedip setiap kali ketukan (membutuhkan usaha bagi
orang normal untuk berkedip), ini merupakan tanda awal penyakit Parkinson (tanda
Myerson positif).2,3,13
2.6.2 Gejala non motorik5,9,12,13
1. Disfungsi otonom
a. Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia
dan hipotensi ortostatik
21
Pada saat ini,terdapat enam tanda kardinal gambaran motorik Parkinsonism, yaitu : resting
tremor, bradikinesia/hipokinesia/akinesia dan rigiditas. Sedangkan tanda lanjut yang sebagian
besar intractable, yaitu : postur fleksi dari leher, badan dan ekstremitas, hilangnya refleks
postural dan freezing phenomenon.10
2.7
Diagnosis4,5,9,10,12
Diagnosis penyakit Parkinson berdasarkan klinis dengan ditemukannya gejala motorik
utama antara lain tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks
postural. Selain itu, diagnosis penyakit Parkinson dapat ditegakkan berdasarkan kriteria:
Kriteria Diagnosis Klinis
bradikinesia atau
Tiga dari 4 tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia dan ketidakstabilan
postural.
22
asimetris.
Diagnosis definite (pasti) : setiap kombinasi 3 dari 4 gejala; pilihan lain : setiap
dua dengan satu dari tiga gejala pertama terlihat asimetris.
Kriteria Koller
Didapati 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik : tremor saat istirahat atau
gangguan refleks postural, rigiditas, bradikinesia yang berlangsung 1 tahun atau
lebih.
Respons terhadap terapi Levodopa yang diberikan sampai perbaikan sedang
(minimal 1.000 mg/hari selama 1 bulan) dan lama perbaikan 1 tahun atau lebih.
23
Diseasesebagai berikut :
Step 1 :
1. Bradikinesia
2. Minimal satu dari kriteria dibawah ini :
a. Rigiditas
b. 4-6 Hz tremor pada saat istirahat.
c. Instabilitas postural yang tidak disebabkan oleh disfungsi visual primer,
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
penyakit dalam hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr (1967),
sebagai berikut:
a. Stadium 1: gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat
gejala yang mengganggu tetapi tidak menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat
tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat
(teman).
b. Stadium 2: terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara jalan
terganggu.
c. Stadium 3: gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat
berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang
d. Stadium 4: terdapat gejala yang lebih berat, masih dapat berjalan hanya untuk
jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor
dapat berkurang dibanding sebelumnya.
e. Stadium 5: stadium kakhetik (cachetic stage), kecacatan total, tidak mampu
berdiri dan berjalan, memerlukan perawatan tetap.
2.8 Pemeriksaan Penunjang4,9,12
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
24
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium hanya bersifat dukungan pada hasil klinis,karena tidak
memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk penyakit Parkinson.
b. Histopatologi
Pada histopatologi didapatkan degenerasi neuromelanin di substansia nigrapars
kompakata dan locus ceruleus. Selain itu pada parkinson juga diperhatikan pada bagian
lewy bodies (inklusi eoisinofilik sitioplasmik).
c. Neuroimaging
1. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis stroke, kondisi multi infark,
hidrosefalus, dan lesi penyakit Wilson. Pada sebuah artikel tentang MRI, didapati
bahwa hanya penderita yang dianggap mempunyai atropi multisistem memperlihatkan
signal di striatum.
2. Positron Emission Tomography (PET)
PET merupakan teknik imaging yang memberi kontribusi signifikan untuk
melihat kedalam sistem dopamine nigrostriatal dan peranannya dalam patofisiologi
penyakit Parkinson.Penurunan karakteristik pada pengambilan fluorodopa, khususnya
di putamen, dapat diperlihatkan hampir pada semua penderita penyakit Parkinson,
bahkan pada tahap dini. Pada saat awitan gejala, penderita penyakit Parkinson telah
memperlihatkan penurunan 30% pada pengambilan fluorodopa putamen. PET juga
merupakan suatu alat untuk secara obyektif memonitor progresi penyakit, maupun
secara objektif memperlihatkan fungsi implantasi jaringan mesensefalon fetus.Namun
PET tidak dapat membedakan antara penyakit Parkinson dengan Parkinsonisme
atipikal.
2.9
Diagnosis Banding
Berikut mengenai perbandingan penyakit Parkinson dengan diagnosis lain.
25
Tabel 1.
Perbandingan
Parkinson
dengan Tremor Esensial
26
Penatalaksanaan4,5,8,10,11
Secara garis besar, konsep terapi farmakologis maupun pembedahan pada Penyakit
28
Obat ini menghambat aksi neurotransmiter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini
membantu mengkoreksi keseimbangan antara dopamin dan asetilkilon, sehingga dapat
mengurangi gejala tremor.
Efek samping obat ini antara lain mulut kering, dan mata kabur. Sebaiknya obat ini
tidak diberikan pada penderita Penyakit Parkinson yang berusia diatas 70 tahun karena
dapat menyebabkan penurunan daya ingat dan retensio urin pada laki-laki.
d. Penghambat Monoamin oxidase/MAO Inhibitor (Selegiline)
Peranan obat ini adalah untuk mencegah degradasi dopamin menjadi 3-4
dihydroxyphenilacetic di otak. Karena MAO dihambat maka umur dopamin menjadi lebih
panjang. Biasa dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopa-carbidopa. Selain
itu, obat ini bisa berfungsi sebagai antidepresi ringan (merupakan obat pilihan pada
Penyakit Parkinson dengan gejala depresi menonjol).Efek sampingnya adalah insomnia,
penurunan tekanan darah dan aritmia.
e. Amantadin
Berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain otak.Obat ini
diketahui dapat menghilangkan gejala penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala tremor,
bradikinesia, dan
fatigue
motorik (fenomena on-off) dan diskinesia pada penderita Parkinson lanjut.Dapat dipakai
sendirian atau sebagai kombinasi dengan Levodopa atau agonis dopamine.Efek
sampingnya dapat mengakibatkan mengantuk.
f. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT (Tolcapone, Entacapone)
Ini merupakan obat yang masih relatif baru, berfungsi menghambat degradasi
dopamin oleh enzim COMT dan memperbaiki transfer levodopa ke otak. Mulai dipakai
sebagai kombinasi levodopa saat efektivitas levodopa menurun. Diberikan bersama setiap
dosis levodopa.
Efek samping obat berupa gangguang terhadap fungsi hati, sehingga perlu diperiksa
tes fungsi hari secara serial pada penggunanya. Obat ini juga menyebabkan perubahan
warna urin berwarna merah-oranye.
g. Neuroproteksi
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi
progresifitas penyakit.Adapun yang sering digunakan di klinik adalah monoamine oxidase
29
a. Edukasi
Penderita serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya
pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh.Menimbulkan rasa simpati dan
empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikis mereka menjadi
maksimal.
b. Terapi rehabilitasi
Rehabilitasi penderita Penyakit Parkinson sangat penting. Tanpa terapi rehabilitasi,
penderia Penyakit Parkinson akan kehilangan kemampuan aktivitas fungsional kehidupan
sehari-hari (AKS). Latihan yang diperlukan penderita Penyakit Parkinson meliputi
fisioterapi, okupasi dan psikoterapi.
Latihan fisioterapi meliputi : latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan ekstensi
trunkus, latihan Frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki pada tanda-tanda di
lantai, latihan isometrik untuk quadriceps femoris dan otot ekstensor panggul agar
memudahkan menaiki tangga dan bangkit dari kursi.
Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian AKS penderita, pengkajian lingkungan
tempat tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai berbagai macam strategi
antara lain :
Strategi kognitif, untuk menarik perhatian penuh / konsentrasi, bicara jelas dan tidak
cepat, mampu menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual dan hanya melakukan
satu tugas kognifit dan motorik.
31
Strategi gerak, seperti bila akan berbelok saat berjalan gunakan tikungan yang agak
lebar, jarak kedua kaki harus agak lebar bila ingin memungut sesuatu dari lantai.
Strategi keseimbangan : melakukan AKS dengan duduk atau berdiri dengan kedua
kaki terbuka lebar dan dengan berpegangan pada dinding. Hindari eskalator atau pintu
berputar. Saat berjalan di tempat ramai atau lantai tidak rata harus konsentrasi penuh
jangan bicara atau melihat sekitar.
2.11. Prognosis
Penyakit parkinson adalah neurodegeneratif yang berlangsung lambat. Prognosis
dipengaruhi oleh umur, onset penyakit parkinson, gaya hidup dan terapi medik. Meskipun
tidak ada bukti yang menyimpulkan bahwa terapi medik memperlambat progresivitas
penyakit, mortalitas menurun 50% dengan penggunaan levodopa.4,9
Sangat tergantung dari etiologi dan adanya Parkinson sekunder, gejala akan berkurang
apabila penyakit primer dapat diatasi. Sebaliknya pada Parkinson primer/idiopatik keadaan
bersifat progresif, sesuai dengan tingkat hilangnya sel-sel pembentuk dopamin. Tugas kira
adalah untuk mempertahankan agar perjalanan penyakit Parkinson tidak terlalu progresif dan
fungsi motorik lainnya dipelihara secara optimal.10
32
BAB III
ANALISIS KASUS
Penderita, laki-laki berumur 75 tahun, datang ke poliklinik bagian neurologi
RSMH untuk kontrol penyakit parkinson yang diderita nya sejak 1 tahun yang lalu.
Keluhan utama penderita pada saat datang pertama kali adalah gemetar pada semua
ekstemitas dan kesulitan berjalan yang disebabkan kekakuan yang terjadi secara
perlahan-lahan. Berdasarkan keluhan utama, dapat dikatakan bahwa pasien
mengalami tremor, bradikinesia, dan rigiditas yang terjadi secara perlahan-lahan. Usia
penderita yang menginjak 75 tahun (usia tua) merupakan salah satu faktor risiko
penyakit parkinson dimana insiden meningkat dari 20 kasus per 100.000 populasi
kurang dari 70 tahun menjadi 120 kasus per 100.000 pertahun pada populasi diatas 70
tahun. Selain itu, laki-laki memiliki risiko menderita penyakit Parkinson lebih tinggi
daripada perempuan pada usia yang sama, yaitu 3:2.
Dari anamnesis, kronologis gejala yang dialami penderita yaitu sejak 1 tahun
SMRS, penderita mengalami gemetar pada lengan kanan terutama saat istirahat dan
berkurang saat aktivitas. Penderita juga mulai merasakan kekakuan di lengan kanan.
Sejak 6 bulan SMRS, gemetar pada lengan kanan semakin parah, gemetar juga terjadi
pada lengan kiri dan kedua tungkai. Penderita masih dapat berjalan dengan cepat dan
langkah tidak kecil-kecil dan dapat melakukan gerakan memutar badan saat berjalan
tanpa kesulitan. Penderita tidak mengalami gangguan keseimbangan saat berjalan.
Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Sejak 4 bulan SMRS,
gemetar pada kedua lengan dan kedua tungkai semakin parah, gerakan kedua tangan
dan kedua tungkai menjadi lambat dengan langkah kecil-kecil, disertai kekakuan
sehingga penderita sukar berjalan karena saat berjalan seperti mau jatuh ke depan.
Mulut mengot tidak ada, bicara pelo tidak ada, sering lupa tidak ada, dan kelemahan
sesisi tubuh tidak ada. Penderita kemudian berobat ke poliklinik bagian neurologi
RSMH dan diberikan obat Madopar 1x1 tablet dan Syfrol 1x1 tablet, saat ini keluhan
dirasakan berkurang.
Berdasarkan kronologis, pada awal onset penyakit penderita mengalami
resting tremor unilateral pada lengan kanan, selain itu penderita juga mengalami
kekakuan/rigiditas pada lengan kanan. Gejala ini mengalami progresivitas seiring
dengan berjalannya waktu. Progresivitas ditandai dengan tremor yang juga terjadi
33
padalengan kiri, dan kedua tungkai. Tremor terasa pada lengan kanan juga semakin
parah. Tanda-tanda bradikinesia juga ada, yang didapat dari gerakan kedua tangan dan
tungkai yang menjadi lambat, gangguan gait dengan langkah kecil-kecil, kemudian
diikuti kesulitan untuk memulai berjalan. Gejala rigiditas yaitu keluhan kekakuan juga
ditemukan pada penderita ini. Selain itu, ada pula keluhan penderita sukar berjalan
karena saat berjalan seperti mau jatuh ke depan. Sehingga secara klinis didapatkan
tanda-tanda penyakit Parkinson.
Dari pemeriksaan fisik pada saat pasien datang pertama kali didapatkan
resting tremor (+), kaku pada kedua lengan dan tungkai (+), bradikinesia (+), gait
abnormal dengan langkah kaki kecil (+), masking face(-).
Berdasarkan criteria Hughes (1992), diagnosis Parkinson dapat ditegakkan
berdasarkan klinis dengan ditemukannya gejala motorik utama antara lain tremor pada
waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural. Kriteria
diagnosisnya adalah sebagai berikut:
1
Definite : didapatkan 3 dari gejala-gejala utama atau 2 dari gejala tersebut muncul
dengan salah satunya simetris.
Pada pasien ini didapatkan gejala tremor pada waktu istirahat, rigiditas,
dan postur menekuk seperti bahu, pinggul, danpunggung sakit. Selain itu terapi fisik
dapat meningkatkan keseimbangan dan koordinasi motorik.
Pada pasien ini diberikan Levodopa dikombinasikan dengan Benserazide.
Levodopa merupakan golongan obat yang mengganti dopamin. Levodopa merupakan
pengobatan utama untuk penyakit Parkinson. Levodopa mengurangi tremor, kekakuan
otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali
menjalani aktivitasnya secara normal.Terapi farmakologis diberikan karena gejala
parkinson telah mengakibatkan gangguan fungsional yang cukup berarti pada pasien
ini. Pasien berusia >60 tahun sehingga pilihan terapinya adalah levodopa. Penderita
dianjurkan untuk kontrol ulang untuk mengevaluasi respon terhadap pengobatan
untuk menentukan diagnosis dan terapi selanjutnya.
Prognosis pasien ini untuk quo ad vitam adalah dubia ad bonam. Hal ini
dikarenakan penyakit Parkinson tidak mengancam jiwa dan apabila ditatalaksana
dengan tepat progresivitas gejala pada Parkinson dapat berlangsung 20 tahun atau
lebih. Prognosis penderita untuk quo ad functionam adalah dubia ad bonam. Penyakit
Parkinson merupakan penyakit yang progresif dan respon terhadap terapi pada
penderitamenurut penelitian berkisar antara 70-100%. Dengan tatalaksana yang tepat,
kebanyakan penderita Parkinson dapat hidup produktif hingga beberapa tahun setelah
penderita didiagnosis penyakit ini.
.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Dawson, TM. 2011. Alpha-synuclein and Parkinson Disease dalam: Parkinson
Disease: Etiology and Pathogenesi. InForma Healthcare. Baltimore, USA.
2. Booler, M., Kooler W. 2014. Anatomy and Physiology of Basal Ganglia Relevance to
Parkinson Disease dalam; Handbook Clinical of Neurology. CapeHill Press.
Chicago, USA.
3. Ebadi, M., Ronald, P. 2013. Epidemiology of parkinson disease dalam Parkinson
Disease. CRC Press. Tennessee. United States of America.
4. Hutapea,
EL.
2003.
Penyakit
Parkinson
SatuEtiologiTerjadinyaSialorroe.SkripsiFakultasKedokteran
Sebagai
Salah
Universitas
Sumatera
36