Anda di halaman 1dari 4

KDM #2

PEMUTARAN FILM & DISKUSI


>Judul Program: Marginalia: Merayakan Hari Film Nasional dari Tepian
>Juru Program: Suluh Pamuji
>Jumlah Slot: 2 Slot
>Materi Program:
-Slot 1 Kompilasi Film Pendek | Durasi Program: 80min (60min
Pemutaran + 20min Q&A)
1. Seperti Ikan di Daratan ( Arie Surastio/11min/Mainstream Production/2007)
2. Shelter (Ismail Basbeth/15min/Hide Project/2011)
3. Hilangnya Seorang Gadis (Orizon Astonia/11min/Nivory Pictures/2014)
4. Worked Club (Tunggul Banjaransari/22min/Hail The Cube/2016)
Moderator:
Suluh Pamuji (Koordinator Program KDM)
Waktu dan Tempat
Rabu, 30 Maret 2016 | 18.30 WIB | Loop Station YK | Jl. Trikora No. 2,
Yogyakarta
-Slot 2 Diksusi | Durasi Program: 60min (30min Presentasi + 30min
Q&A)
Judul:
Mengurai Strategi Produksi dan Distribusi Fourcolours Films
Pembicara:
Eddie Cahyono (Sutradara, Fourcolours Films)
Narina Saraswati (Distributor, Fourcolours Films)
Moderator:
Mohammad Reza Fahriyansyah (Tim Program KDM dan Yuk Nonton!)
Waktu dan Tempat
Rabu, 30 Maret 2016 | 20.00 WIB | Loop Station YK | Jl. Trikora No. 2,
Yogyakarta
>Pengantar Program
Marginalia
David Hanan mencatat, sebelum Indonesia merdeka, 110 film sebenarnya telah
diproduksi dalam rentang 1920-1950, baik oleh perusahaan film Cina maupun
pemerintah kolonial Belanda. Namun, dinamika perfilman Indonesia baru benarbenar berlangsung sebagai aktivitas perfilman nasional pada 30 Maret 1950atau

hari pertama pengambilan gambar film Darah dan Doa /Long March of Siliwangi
arahan Usmar Ismail.1
Darah dan Doa kukuh sebagai film Indonesia pertama karena beberapa aspek, di
antaranya: tema dan persepektifnya, penggunaan bahasanya, perusahaan yang
memproduksinya, serta identitas sutradaranya yang serba Indonesia. Ciri khas
tersebut sekaligus menjadi penanda yang ditetapkan sebagai hari kelahiran film
nasional bagi Indonesia. Singkatnya, pada 30 Maret 2016 ini, Klub DIY Menonton
(KDM) ingin menyambut Hari Film Nasional ke-66 melalui rangkaian program KDM
#2 yang bertajuk Marginalia.
Secara kamus, lema marginalia bisa diartikan sebagai catatan-catatan
pemahaman di margin bagian kiri/kanan buku bacaan. Dalam konteks KDM #2,
lema marginalia beririsan dengan lema marginalitas sejauh marginalitas kami
pahami sebagai posisi yang selalu mengupayakan penciptaan akses bagi bentuk
dan tematik lain dari sinema Indonesia; dan marginalia kami pahami sebagai
upaya ketik ulang untuk meningkatkan keterbacaan sinema Indonesia alternatif
dalam konteks nasional.2 Dengan pemahaman tersebut, bagi kami marginalia
tidak lagi sekedar tajuk program, namun juga sebuah cara yang kami sodorkan
untuk merayakan Hari Film Nasional dari tepianatau dari DIY yang secara
geopolitik bukanlah pusat pengambilan keputusan dan kebijakan perfilman
nasional.
Menurun dari abstraksi tersebut, kami meracik materi program KDM #2 dalam tiga
slot yang berisi hidangan-hidangan yang sekiranya baik untuk pikiran dan
keberagaman.
Slot pertama, kami akan menghadirkan kompilasi empat film pendek yang banyak
bermain dengan cara tutur non-naratif, di antaranya: Seperti Ikan di Daratan (Arie
Surastio, 2007), Shelter (Ismail Basbeth, 2011), Hilangnya Seorang Gadis (Orizon
Astonia, 2014), dan Worked Club (Tunggul Banjaransari, 2016). Label non-naratif
bukan dalam arti bahwa film-film pendek tersebut berjalan tanpa cerita, melainkan
dalam arti bahwa film-film tersebut coba menawar ulang beberapa elemen naratif
seperti alur, dialog, tempo, konflik, klimaks, kausalitas, dan lain sebagainya.
Lebih dari itu, dengan potensi yang dimiliki sinemadi mana narasi hanya salah
satunya sajafilm-film tersebut membentuk dirinya dengan cara yang berbeda.
Misalnya, metafora dalam Seperti Ikan di Daratan; imaji-waktu yang mengemuka
dari teknik one scene, one shoot dalam Shelter; alusi dan impresi atas kriminalitas
1 Lih. David Hanan, Indonesian Cinema dalam Geoffrey Nowell-Smith (ed.), The
Oxford History of World Cinema, New York: Oxford University Press, 1996, hal. 690
2 Pengertian tersebut dikembangkan secara bebas dari
http://www.thefreedictionary.com/marginalia;
http://www.thefreedictionary.com/marginality; dan Ghana S. Gurung and Michael
Kollmair, Marginality: Concepts and Their Limitations, IP6 Working Paper No. 4,
NCCR, Dialogue, 2005, hal. 10

di sebuah kota dalam Hilangnya Seorang Gadis; lalu Worked Club yang
mengeksplorasi potensi internal sinema melalui framing subjek dengan kelas
tertentu dalam peristiwa tertentu.
Slot kedua, kami menghadirkan diskusi yang berjudul Mengurai Strategi Produksi
dan Distribusi Fourcolours Films. Dua pembicara yang akan hadir adalah Eddie
Cahyono, Sutradara Film Siti dan Narina Saraswati, Distributor Fourcolours Films.
Keduanya adalah bagian dari Fourcolours, salah satu PH Jogja yang telah berusia
lebih dari sepuluh tahun. Dalam presentasinya, keduanya akan berbagi peran untuk
mempresentasikan bagaimana strategi produksi dan distribusi yang mereka
rancang untuk kesuksesan produksi dan distribusi film-film Fourcolurs dalam dua
tahun belakangan. Dalam konteks yang lebih khusus, kedua pembicara tersebut
kami minta untuk menempatkan film panjang Siti dan film pendek Semalam Anak
Kita Pulang (Adi Marsono/2015) sebagai acuan.
Sampai di sini pengantar program semoga dicukupkan. Saya mewakili segenap tim
KDM 2016 mengucapkan selamat merayakan Hari Film Nasional dari tepian.
Salam Sinema,
Suluh Pamuji
>Tentang KDM:
Klub DIY Menonton (KDM) adalah program pemutaran yang didukung Dinas
Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta dan diselenggarakan secara kolaboratif
oleh Yuk Nonton!, SiMAMAT, Paguyuban Filmmaker Jogja, dan SAAP. Program yang
direalisasikan untuk pertama kalinya pada Maret 2016 ini kami sikapi sebagai
program pemutaran yang akan berlangsung secara berkesinambungan. Selaras
dengan slogan yang menjadi seruan KDM: Durability! Sustainability! Long Live
Alternate Screening!
Pada tahun 2016 ini kami akan menyelenggarakan dua belas kali pemutaran dari
Maret hingga November. Tema besar yang akan menjadi payung program-program
pemutaran KDM adalah Peristiwa, Sinema, dan Wacana. Tema besar tersebut kami
pilih karena relatif fleksibel untuk mengelola dan membaca dinamika sinema
melalui potensi peristiwa dan wacana yang melingkupi latar kehadirannya.
>Tim KDM #2:
Koordinator Acara: Wimba Hinu Satama | Tim Screening: Indra Komeng
Sukmana, Wahyu Agung Prasetyo, Fathi Yakan Muntazari | Film Traffic: Tyas
Reksodirdjo | Frontdesk & Reservasi: Dean Fitty Sari | Usher: Debbie Pradhita |
Desain & Ilustrasi: Nunu Numan | Dokumentasi: Said Nurhidayat | Konsumsi:
AP Intania | Administrasi & Keuangan: Farida Novieti M | Publicist & Media
Strategist: Lidia Nofiani, Febby Stephanie Ginting | Koordinator Program: Suluh
Pamuji | Tim Program: Pratista Wibowo, Akhmad Fesdi Anggoro, Mohammad Reza
Fahriyansyah
>Bersama Mahasiswa Jogja Film Academy:

Oktavianus P | Yulia Hesti N | Silvi Dini Wismanitah | Muhammad Fendi Riyadi |


Daniel Victory | Eka Priadin | Dikki Iskhanrozi | Haji Ahmad Ashari | Pradita Blifa |
Intan Nadya Maulida

Anda mungkin juga menyukai