Anda di halaman 1dari 5

KONSEP DASAR KEBUTUHAN CAIRAN dan ELEKTROLIT

1. Definis
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
a. Usia. Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme
yang diperlukan dan berat badan.
b. Temperatur lingkungan. Panas yang berlebihan menyebabkan
berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat
sebanyak 15-30g/hari.
c. Diet. Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah
cadangan energi proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari
interstisial ke intrasesluler.
d. Stres. Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,
konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
e. Sakit. Keadaan pembedahan, infeksi, trauma jaringan, kelainan ginjal
dan jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
3.

Klasifikasi Keseimbangan Cairan


a. Hipovolemik (Dehidrasi)
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ektraseluler
(CES), dan dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, perdarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan
rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi
jantung dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon ADH dan
aldosteron. hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan
gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, HR
meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut
kering. Tanda tanda penurunan BB akut, mata cekung, pengosongan
vena jugularis. Pada bayi dan anak-anak adanya penurunan jumlah air
mata.
Dehidrasi isotonik : kekurangan air lebih dominan dibanding
kekurangan elektrolit. Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan

cairan ekstraseluler sehingga terjadi perpindahan air dari intrasel ke


ekstrasel yang menyebabkan terjadi dehidrasi intraseluler.
Dehidrasi hipertonik : dimana kekurangan elektrolit lebih dominan
dibanding kekurangan air. Pada dehidrasi jenis ini cairan
ekstraseluler bersifat hipotonis, sehingga terjadi perpindahan air
dari ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan terjadinya edema
intrasel.
b. Hipervolemik
Adalah penambahan atau kelebihan volume CES dapat terjadi pada
saat:
1. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
2. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
3. Kelebihan pemberian cairan
4. Perpindahan cairan dari interstisial ke plasma
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi
kuat, asites, edema, adanya ronkhi, kulit lembab, distensi vena
jugularis, dan irama gallop.
4. Patofisiologi / Mekanisme Pengaturan Keseimbangan Cairan
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
- penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat
merangsang hipotalamus untuk melepaskan substratneural yang
bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
- Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekana
osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan
sensasi rasa dahaga.
b. ADH
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolaritas dan penurunan cairan ektrasel. Hormon ini meningkatkan
reabsorbsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat
menghemat air.
c. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjaradrenl yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum dan
sistem angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengembalikan
hiperkalemia.
d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan
2

darah, konstraksi uterus dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal,


prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respon natrium dan
efek ginjal pada ADH
e. Glukokortiroid
Meningkatkan resorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik
dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid
menyebaabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.
5.

Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan
- Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, perenteral)
- Tanda umum masalah elektrolit
- Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
- Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit
- Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan
- Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
- Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan
b. Pengukuran Klinik
- Berat badan
Kehilangan atau bertambahnya BB menunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan.
- Keadaan umum
Tingkat kesadaran dan pengukuran vital sign seperti : suhu, tekanan
darah, pernafasan dan HR.
- Pengukuran volume cairan
Urine, fese, muntah, tube drainage, IWL.
- Ukur keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar
200cc
c. Pemeriksaan Fisik
- Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani, dan sensasi rasa.
- Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin,
dan bunyi jantung.
- Mata : cekung, air mata kering.
- Neurologi : refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
- Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntahmuntah, bising usus.
d. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan elektrolit
- Darah lengkap
3

- pH
- BJ urine
- GDA.
6.

Diagnosa dan Rencana Tindakan Keperawatan


a. Aktual/resiko defisit colume cairan
Kemungkinan b/d :
- kehilangan cairan secara berlebihan
- berkeringat secara berlebihan
- menurunnya intake oral
- penggunaan diuretik
- pendarahan
Kemungkinan ditemukan data
- Pucat
- Kelemahan
- Hipotensi
- Takikardi
Intervensi
- Ukur dan catat intake dan output cairan
- Pantau adanya keluhan mual muntah
- Monitor turgor kulit
- Ukut vital sign
- Monitor iv infus
- Berikan makanan dan cairan
- Berikan pengobatan seperti antimuntah
- Berikan perawatan mulut sebelum makan dan sesudah muntah
- Motivasi dalam pemberian cairan
- Berikan posisi nyaman
- Berikan pendidikan kesehatan tentang :
Tanda dan gejala dehidrasi
intake dan output cairan
therapy
b. Kelebihan volume cairan
Kemungkian b/d
- retensi garam dan cairan
- efek dari pengobatan
- malnutrisi
Kemungkinan ditemukan data
- Oliguri
- Edema
- Hipertensi
- Anasarka
- Distres pernafasn
Intervensi :
- Ukur dan monitor intake dan output
- Kaji bunyi paru
4

Monitor Ro paru
Tirah baring setiap 2 jam
Berikan perawtan kulit
Berikan pendidikan kesehatan tentang :
intake dan output cairan
edema
pengobatan

7.

Evaluasi
a. Tidak terjadi kekurangan cairan
b. Tidak terjadi kelebihan cairan

8.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik prosedural keperawatan : konsep dan aplikasi
kebutuhan dasar klien. Salemba Medik : Jakarta.
Mansjoer. A (2000). Kapikta Selekta kedokteran. edisi IV. EGC: Jakarta
Tarwoto dan Wartonah. 2005. .Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai