seorang yang bernama Pate Unus yang mengadakan serangan ke Malaka tahun 1513,
keberangkatan dengan armadanya dari Jepara yang berfungsi sebagai pelabuhan kerajaan
Demak. H.J Graaf berpendapat bahwa raja kedua kerajaan Demak seperti disebut Tome Pires
ialah Pate Rodim Sr., seorang yang tegas dalam mengambil keputusan dan seorang ksatria,
bangsawan dan teman seperjuangan Pate Zaenal dari Gresik.
Pada awalnya Pati Unus adalah seorang penguasa di daerah Jepara, setelah dewasa Pati Unus
diangkat menjadi menantu Raden Patah dinikahkan dengan putrinya.Hal itu berdasarkan sumber
Portugis.Pati Unus resmi diangkat menjadi Adipati wilayah Jepara (tempat kelahiran beliau
sendiri).
Pati Unus bertugas sebagai Panglima Armada Islam tanah jawa, saat Samuda Pasai jatuh
ketangan Portugis.Pati Unus mengirim armada kecil, ekspedidi Jihad I yang mencoba mendesak
benteng Portugis di Malaka gagal dan kembali ke Jawa.Setelah itu Pati Unus melakukan
persiapan yang lebih baik dengan merencanakan pembangunan armada sebanyak 375
kapal.Armada perang Islam siap berangkat dari pelabuhan Demak dengan mendapat
pemberkatan dari Para Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati.Armada perang yang sangat
besar untuk ukuran dulu bahkan sekarang.Dipimpin langsung oleh Pati Unus bergelar Senapati
Sarjawala yang telah menjadi Sultan Demak II.Kapal yang ditumpangi Pati Unus terkena peluru
meriam ketika akan menurunkan perahu untuk merapat ke pantai. Ia gugur sebagai Syahid
karena kewajiban membela sesama Muslim yang tertindas penjajah (Portugis) yang bernafsu
memonopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada masanya pula, dilakukan penyerangan terakhir ke Ibu Kota Majapahit antara tahun 1525
dan 1527, yang menurut Babad Sangkala adalah Kediri, sedang menurut Tome Pires adalah
Dayo. Penyerangan ini mengandung makna simbolis pemisahan antara Zaman Indonesia Hindu
dengan Zaman Indonesia Islam.Pada 1527 pula, dilakukan ekspedisi ke Tuban.Meskipun daerah
itu sudah lama memeluk Islam.Namun Demak menganggap mereka masih setia kepada
Majapahit, sehingga perlu dilakukan penakhlukan. Berturut-turut pula ditaklukan Wirasari
(1525), Gagelang/Madiun (1529), Medangkungan/Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan
(1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba (1541 dan 1542), Gunung Pananggungan (1543),
Memenang atau Kediri (1544), Malang (1545).
Penaklukan yang terakhir dilakukan adalah di Blambangan, yang berada di ujung Jawa Timur.
Ini merupakan benteng terakhir Hindu, bahwa ketika Brawijaya dikalahkan oleh Demak, ia
mengungsi ke daerah itu untuk mencari bantuan dari Bali yang mayoritas Hindu. Namun
akhirnya Blambangan menyerah kepada Demak, dan Demak akhirnya kehilangan Sultan
Trenggono yang meninggal.
Gugurnya Sultan Trenggono ini merupakan akhir dari usaha ekspansi Demak ke wilayah bekas
bawahan Majapahit.
D. Kehidupan Ekonomi
E. Dilihat dari letaknya, Kerajaan Demak terletak disebelah utara Pulau Jawa atau dipesisir
pantai utara Pulau Jawa.Dengan letak yang begitu strategis dalam jalur perdagangan
Nusantara, karena berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah-rempah
Indonesia bagian barat dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian timur.Dengan
demikian perdagangan Demak semakin berkembang.Letak kerajaan Demak yang
strategis, sangat membantu Demak sebagai kerajaan Maritim.Pada zaman dulu Demak
terletak ditepi pantai Selat Muria yang memisahkan Jawa dari pegunungan Muria.Sampai
sekitar abad ke-17 selat cukup lebar dan dalam serta dapat dilayari, sehingga kapal-kapal
dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas berlayar melalui Demak terus ke
G. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya
Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.
Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti
Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Bonang.Para wali tersebut memiliki
peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak bahkan para wali tersebut
menjadi penasehat bagi raja Demak.Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara
raja/bangsawan dan para wali/ulama dengan rakyat.Hubungan yang erat tersebut, tercipta
melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun Pondok
Pesantren.Sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah.
Demikian pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan
dari kerajaan Demak.Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu tiang utamanya
terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal.Masjid Demak dibangun atas
pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga
menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw) yang sampai
sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon. Selain itu para wali meninggalkan
banyak sekali peninggalan-peninggalan peradaban Islam yang masih bisa diamati, antara
lain: pewayangan, gamelan, tembang macapat, seni, teknik pembuatan keris, walaupun
sebenarnya hal tersebut sudah mendapat tempat tersendiri di masyarakat PraIslam.
H. Kehidupan Budaya
I. Masa Keemasan
J. Wilayah Kekuasaan
K. Keruntuhan
Pemerintahan Raden Patah kira-kira berlangsung di akhir abad ke-15 hingga awal abad
ke 16. Tatkala perjuangan Raden Patah melawan Portugis belum selesai, pada tahun 1518
beliau wafat, dan digantikan oleh puteranya, Adipati Unus ( Pangeran Sebrang Lor ).
Dikenal denagan nama tersebut, karena dia pernah dia menyebrang ke utara untuk
menyerang Portugis yang ada di sebelah utara (Malaka). Disamping itu, dikenal dengan
nama Cu Cu Sumangsang atau Aria Penangsang. Namun sayang, dia hanya memerintah
selam tiga tahun sehingga usahanya sebagai negarawan tidak banyak diceritakan. Konon,
dia mempunyai armada laut yang terdiri dari 40 kapal juang yang berasal dari daerahdaerah taklukan, terutama yang diperoleh dari Jepara.
Sebagai penggantinya adalah Sultan Trenggono/ Tranggana, saudara Adipati Unus.Dia
memerintah tahun 1512-1546. Tatkala memerintah, kerajaan telah diperluas ke barat dan
ke hulu Sungai Brantas atau pada saat ini dikenal dengan kota Malang.Sebagai lambang
kebesaran Islam, Masjid Demak pun dibangun kembali.
Dengan gambaran tersebut diatas, perjuanagan Pangeran Trenggono tidak kalah oleh para
pendahulunya.Adapun orang-orang Portugis di Malaka, dirasanaya sebagai ancaman dan
bahaya.Untuk menggempur langsung dia belum sanggup.Namun demikian, dia berusaha
perluasan daerah-daerah yang dikuasai oleh Portugis yang telah berhasil menguasai pula
daerah pase di Sumatra Utara.Seorang ulam terkemuka dari pase Faittahilah yang sempat
melarikan diri dari kepungan orang Portugis, di terima oleh Trenggono.Fattahilah pun
dikawinkan dengan adiknya.Ternyata Fattahilah dapat menghalangi kemajuan orangorang Portugis dengan merebut kunci-kunci perdagangan Kerajaan Pejajaran di Jawa
Barat yang belum masuk Islam, yaitu Banten dan Cirebon.Sementara itu, Trenggono
sendiri berhasil menaklukan Mataram dipedalaman Jawa Tengah dan juga Singasari Jawa
Timur bagian selatan.Pasuruan dan Panukuan dapat bertahan, sedangkan Blambangan
menjadi bagian Kerajaan Bali yang tetap Hindu.Dalam usahanya untuk menyerang
L. Peninggalan
1. Masjid Demak
Salah satu bangunan bersejarah warisan dari kejayaan Kerajaan Demak hingga kini masih
dapat kita temukan. Masjid Agung Demak adalah masjid yang berada di wilayah Demak
tepatnya di desa Kauman.
Masjid agung demak diduga kuat dibangun oleh Wali Songo yakni tokoh ulama terbesar
yang mengenalkan islam pada masyarakat jawa. Pada masa kekuasaan Raden Patah abad
XV masjid ini mulai dibangun.
Hingga kini tercatat Masjid Agung Demak pernah mengalami renovasi sebanyak
beberapa kali dengan tetang mempertahankan arsitektur bangunan induk.
Bangunan peninggalan Kerajaan Demak ini dapat kita jadikan sebagai salah satu
peninggalan masa lalu yang hingga kini masih kerap dikunjungi masyarakat sebagai
tempat beribadah umat islam.
2. Piring Campa
Piring Camapa merupakan pemberian dari ibu Raden Fatah,seorang putri dari Campa.
Piring ini berjumlah 65 buah,sebagian dipasang pada dinding masjid untuk
hiasan,sebagian lagi dipasang di tempat imam masjid.
4. Saka Tatal
Yaitu tiang utama masjid.
Di dalam Masjid Agung Demak terdapat 4 buah tiang utama yang dibuat oleh para
wali,yaitu sunan Ampel, Sunan Bonang,Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati. Tiang
buatan Sunan Kalijaga dibuat dari tatal yang diikat dengan rumput rawadan. Tiang ini
mengandung pelajaran persatuan.Bedug dan Kentongan
Bedug ini merupakan karya Wali Songo. Berfungsi sebagai pertanda kepada umat
islam bahwa saat menjalankan salat lima waktu dan tengah malam telah tiba. Selesai
adzan,kentongan yang berbentuk kuda dipukul sebanyak sembilan kali.Bentuk kuda
mengandung arti bahwa apabila kentongan yang dipukul maka umat islam sebaiknya
cepat-cepat datang ke masjid untuk melaksanakan shalat secepat orng naik kuda.
Sedangkan sembilan pukulan kentongan menggambarkan jumlah wali songo sebagai
pendiri masjid.
5. Dampar Kencana
Benda Arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, sebagai hadiah
untuk Raden Pattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden
Kertabumi. Semenjak tahta Kasultanan Demak dipimpin Raden Trenggono 1521
1560 M, secara universal wilayah Nusantara menyatu dan masyhur, seolah
mengulang kejayaan Patih Gajah Mada.
Pada zaman kerajaan Demak, Dampar kencana digunakan sebagai singgasana para
Sultan. Sekarang,Dampar Kencana digunakan sebagai mimbar khutbah.