Anda di halaman 1dari 9

Kerajaan Demak

A. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Demak


Menjelang akhir abad ke-15, seiring dengan kemuduran Majapahit, secara praktis
beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang
tersebar atas kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta
Majapahit.
Sementara Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan
yang mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan bahwa Demak merupakan penganti
langsung dari Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap sebagai putra
Majapahit terakhir. Kerajaan Demak didirikan oleh kemungkinan besar seorang Tionghoa
Muslim bernama Cek Ko-po.[2] Kemungkinan besar puteranya adalah orang yang oleh
Tom Pires dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim", mungkin dimaksudkan
"Badruddin" atau "Kamaruddin" dan meninggal sekitar tahun 1504. Putera atau adik
Rodim, yang bernama Trenggana bertahta dari tahun 1505 sampai 1518, kemudian dari
tahun 1521 sampai 1546. Di antara kedua masa ini yang bertahta adalah iparnya, Raja
Yunus (Pati Unus) dari Jepara. Sementara pada masa Trenggana sekitar tahun 1527
ekspansi militer Kerajaan Demak berhasil menundukan Majapahit.
Kerajaan demak merupakan kerajaan islam pertama yang ada di pulau jawa. kerajaan ini
didirikan oleh seorang bangsawan yang berasal dari kerajaan majapahit yang bernama
raden patah sekitar tahun 1475 dibintaro. berdirinya kerajaan ini tanpa adanya ikatan
dengan kerajaan majapahit, pada saat kerajaan demak didirikan kerajaan majapahit
mengalami kemunduran. para wali songo mendukung berdirinya kerajaan demak dan
dalam waktu yang bisa terbilang singat kerajaan demak berubah menjadi kerajaan yang
sangat besar yang mempengaruhi pulau jawa.

B. Letak Geografis Kerajaan Demak


Secara geografis Kerajaan Demak terletak di Jawa Tengah. Kerajaan Demak berkembang
dari sebuah daerah yang bernama Bintoro yang merupakan daerah bawahan Majapahit.
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.

C. Raja-raja Yang Memerintah


1. Raden Patah (1500-1518 M)
Raden Patah ialah seorang putra Brawijaya dari ibunya putri Cina.Ketika Raden Patah masih
dalam kandungan, ibunya oleh Brawijaya dititipkan kepada gubernur di Palembang.Menurut
babat tanah jawa Raden Patah adalah anak Brawijaya yang terakhir.Menurut Kronik Cina dari
kuil Sam Po Kong, nama panggilan waktu Raden Patah masih muda adalah Jin Bun, putra Kungta-bu-mi (alias Bhre Kertabhumi) atau disebut juga prabu Brawijaya V dari selir Cina.
Pertama kali Raden Patah ke Jawa menjadi santri Sunan Ampel.Raden Patah tetap tinggal di
Ngampel Denta, kemudian diangkat sebagai menantu Sunan Ngampel, dikawinkan dengan cucu
perempuan, anak sulung Nyai Gede Waloka.Raden Patah pindah ke Jawa Tengah, di situ ia
membuka hutan Glagahwangi atau hutan Bintara menjadi sebuah pesantren dan Raden Patah
menjadi ulama di Bintara dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitarnya. Makin
lama Pesantren Glagahwangi semakin maju. Dan hal itu membuat Brawijaya menjadi resah,
karena bujukan dari Sunan Ampel Brawijaya mengakui bahwa Raden Patah adalah putranya dan
Raden Patah pun diangkat sebagai bupati, sedangkan Glagahwangi diganti nama menjadi
Demak, dengan ibu kota bernama Bintara.
Dalam memimpin Kerajaan Demak Raden Patah menunjukan berbagai keberhasilan yang dapat
dicapai seperti:
1. Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia
menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahkta Majapahit (1478), hingga dapat
menggambil alih kekuasaan Majapahit.Selain itu, Raden Patah juga mengadakan perlawan
terhadap portugis (1511), yang telah menduduki Malaka dan ingin mengganggu Demak.Dengan
mengirim pasukannya yang dipimpin oleh Pati Unus (anak Raden Patah).
2. Dalam bidang dakwah islam dan pengembangannya, Raden patah mencoba menerapkan hukum
islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan mendirikan
masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan masjid Agung Demak. Pendirian masjid itu
dibantu sepenuhnya oleh walisanga.

2. Pati Unus (Pangeran sebrang Lor) (1518-1521 M)


Pada tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian digantikan putranya (sumber Jawa) yaitu Pati
Unus.Namun terdapat perbedaan pendapat, antara sumber Portugis (Barat) dengan sumber asli
Indonesia atau Jawa.Pati Unus terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah
memimpin perlawanan terhadap Portugis di Malaka.Karena keberaniannya itulah ia
mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. (Soekmono: 1973).Dalam berita Tome Pires dikenal

seorang yang bernama Pate Unus yang mengadakan serangan ke Malaka tahun 1513,
keberangkatan dengan armadanya dari Jepara yang berfungsi sebagai pelabuhan kerajaan
Demak. H.J Graaf berpendapat bahwa raja kedua kerajaan Demak seperti disebut Tome Pires
ialah Pate Rodim Sr., seorang yang tegas dalam mengambil keputusan dan seorang ksatria,
bangsawan dan teman seperjuangan Pate Zaenal dari Gresik.
Pada awalnya Pati Unus adalah seorang penguasa di daerah Jepara, setelah dewasa Pati Unus
diangkat menjadi menantu Raden Patah dinikahkan dengan putrinya.Hal itu berdasarkan sumber
Portugis.Pati Unus resmi diangkat menjadi Adipati wilayah Jepara (tempat kelahiran beliau
sendiri).
Pati Unus bertugas sebagai Panglima Armada Islam tanah jawa, saat Samuda Pasai jatuh
ketangan Portugis.Pati Unus mengirim armada kecil, ekspedidi Jihad I yang mencoba mendesak
benteng Portugis di Malaka gagal dan kembali ke Jawa.Setelah itu Pati Unus melakukan
persiapan yang lebih baik dengan merencanakan pembangunan armada sebanyak 375
kapal.Armada perang Islam siap berangkat dari pelabuhan Demak dengan mendapat
pemberkatan dari Para Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati.Armada perang yang sangat
besar untuk ukuran dulu bahkan sekarang.Dipimpin langsung oleh Pati Unus bergelar Senapati
Sarjawala yang telah menjadi Sultan Demak II.Kapal yang ditumpangi Pati Unus terkena peluru
meriam ketika akan menurunkan perahu untuk merapat ke pantai. Ia gugur sebagai Syahid
karena kewajiban membela sesama Muslim yang tertindas penjajah (Portugis) yang bernafsu
memonopoli perdagangan rempah-rempah.

3. Sultan Trenggono (1521-1546 M)


Raja ketiga dari Kerajaan Demak ini adalah Raden Trenggono, setelah meninggalnya Pangeran
Sabrang Lor (Pati Unus) pada 1521.Masa kepemimpinannya ditandai dengan berbagai peristiwa
yang mengantarkan kerajaan ini ke masa kejayaannya.Wilayah-wilayahnya diperluas ke wilayah
barat dan ke wilayah timur.Masjid Demak diperbaiki sebagai lambang kekuatan Islam.
Sebagai seorang raja Islam, beliau mengambil gelar Sultan, yaitu Sultan Ahmad Abdul
Arifin.Kebesaran raja ketiga ini oleh penulis Portugis, Mendez Pinto, dinyatakan dengan
pemberian gelar emperador (maharaja).
Ekspedisi Demak ke wilayah barat dimulai dengan ekspedisi Syekh Nurullah (Sunan Gunung
Jati) ke Jawa Barat, yang berhasil secara berturut-turut mendirikan Kerajaan Cirebon dan
Banten.Penguasaan kedua wilayah ini, menurut tradisi lisan Jawa dari Cirebon dan dari Banten
sangat penting artinya bagi pengembangan Islam, bahasa, dan kebudayaan Jawa di sepanjang
pantai utara Jawa Barat.

Pada masanya pula, dilakukan penyerangan terakhir ke Ibu Kota Majapahit antara tahun 1525
dan 1527, yang menurut Babad Sangkala adalah Kediri, sedang menurut Tome Pires adalah
Dayo. Penyerangan ini mengandung makna simbolis pemisahan antara Zaman Indonesia Hindu
dengan Zaman Indonesia Islam.Pada 1527 pula, dilakukan ekspedisi ke Tuban.Meskipun daerah
itu sudah lama memeluk Islam.Namun Demak menganggap mereka masih setia kepada
Majapahit, sehingga perlu dilakukan penakhlukan. Berturut-turut pula ditaklukan Wirasari
(1525), Gagelang/Madiun (1529), Medangkungan/Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan
(1535), Lamongan, Blitar, Wirasaba (1541 dan 1542), Gunung Pananggungan (1543),
Memenang atau Kediri (1544), Malang (1545).
Penaklukan yang terakhir dilakukan adalah di Blambangan, yang berada di ujung Jawa Timur.
Ini merupakan benteng terakhir Hindu, bahwa ketika Brawijaya dikalahkan oleh Demak, ia
mengungsi ke daerah itu untuk mencari bantuan dari Bali yang mayoritas Hindu. Namun
akhirnya Blambangan menyerah kepada Demak, dan Demak akhirnya kehilangan Sultan
Trenggono yang meninggal.
Gugurnya Sultan Trenggono ini merupakan akhir dari usaha ekspansi Demak ke wilayah bekas
bawahan Majapahit.

4. Sunan Prawoto (1546-1549)


Menurut berbagai babad, Sunan Prawoto lah yang naik tahta, karena dianggap paling berhak.Ia
pun didukung oleh masyarakat yang menganggap Masjid Demak yang suci sebagai pusat
kerajaan.
Masa pemerintahannya cukup pendek, dari 1546-1549.Juga merupakan antiklimaks dari masa
kejayaan yang sudah dicapai sebelumnya.Ia dan keluarganya dibunuh oleh Arya Panangsang,
yang membalas dendam atas pembunuhan ayahnya, Pangeran Sekar Seda ing Lepen (meninggal
di tepi sungai).

D. Kehidupan Ekonomi
E. Dilihat dari letaknya, Kerajaan Demak terletak disebelah utara Pulau Jawa atau dipesisir
pantai utara Pulau Jawa.Dengan letak yang begitu strategis dalam jalur perdagangan
Nusantara, karena berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah-rempah
Indonesia bagian barat dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian timur.Dengan
demikian perdagangan Demak semakin berkembang.Letak kerajaan Demak yang
strategis, sangat membantu Demak sebagai kerajaan Maritim.Pada zaman dulu Demak
terletak ditepi pantai Selat Muria yang memisahkan Jawa dari pegunungan Muria.Sampai
sekitar abad ke-17 selat cukup lebar dan dalam serta dapat dilayari, sehingga kapal-kapal
dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas berlayar melalui Demak terus ke

Rembang.Kemudian Demak dapat berkembang menjadi pangkalan yang amat penting,


karena pelayaran dunia yang melintang di laut Nusantara dari Malaka ke Maluku dan
sebaliknya mesti melalui dan singgah di Bandar Demak.
F. Demak juga merupakan kerajaan agraris.Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah
dipedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras
merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang.Dengan demikian
kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak
memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.Pertanian di Demak tumbuh dengan baik
karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan Jepara.Demak bisa menjual
produksi andalannya seperti beras, garam dan kayu jati.Pada abad ke-16 demak menjadi
pusat penimbunan beras hasil dari daerah-daerah sebelah Selat Muria.Demikianlah
akhirnya Demak menjadi pengekspor tunggal hasil beras di daerah lautan Nusantara,
ekspor lainnya adalah kain tenun Jawa, terutama kedaerah-daerah Indonesia Timur.Bagi
daerah rempah-rempah itu kain tenun Jawa dapat menyaingi tekstil Impor dari India
ataupun Cina.Meskipun rempah-rempah dan beras merupakan mata dagangan pokok bagi
Demak dibandar-bandar Jawa dan di Bandar dunia Malaka, namun perdagangan antar
Asia pun sebagaian besar dikuasai pula oleh Demak.

G. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya
Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.
Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti
Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Bonang.Para wali tersebut memiliki
peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak bahkan para wali tersebut
menjadi penasehat bagi raja Demak.Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara
raja/bangsawan dan para wali/ulama dengan rakyat.Hubungan yang erat tersebut, tercipta
melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun Pondok
Pesantren.Sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah.
Demikian pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan
dari kerajaan Demak.Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu tiang utamanya
terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal.Masjid Demak dibangun atas
pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan Kalijaga
menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw) yang sampai
sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon. Selain itu para wali meninggalkan
banyak sekali peninggalan-peninggalan peradaban Islam yang masih bisa diamati, antara

lain: pewayangan, gamelan, tembang macapat, seni, teknik pembuatan keris, walaupun
sebenarnya hal tersebut sudah mendapat tempat tersendiri di masyarakat PraIslam.

H. Kehidupan Budaya

I. Masa Keemasan
J. Wilayah Kekuasaan
K. Keruntuhan
Pemerintahan Raden Patah kira-kira berlangsung di akhir abad ke-15 hingga awal abad
ke 16. Tatkala perjuangan Raden Patah melawan Portugis belum selesai, pada tahun 1518
beliau wafat, dan digantikan oleh puteranya, Adipati Unus ( Pangeran Sebrang Lor ).
Dikenal denagan nama tersebut, karena dia pernah dia menyebrang ke utara untuk
menyerang Portugis yang ada di sebelah utara (Malaka). Disamping itu, dikenal dengan
nama Cu Cu Sumangsang atau Aria Penangsang. Namun sayang, dia hanya memerintah
selam tiga tahun sehingga usahanya sebagai negarawan tidak banyak diceritakan. Konon,
dia mempunyai armada laut yang terdiri dari 40 kapal juang yang berasal dari daerahdaerah taklukan, terutama yang diperoleh dari Jepara.
Sebagai penggantinya adalah Sultan Trenggono/ Tranggana, saudara Adipati Unus.Dia
memerintah tahun 1512-1546. Tatkala memerintah, kerajaan telah diperluas ke barat dan
ke hulu Sungai Brantas atau pada saat ini dikenal dengan kota Malang.Sebagai lambang
kebesaran Islam, Masjid Demak pun dibangun kembali.
Dengan gambaran tersebut diatas, perjuanagan Pangeran Trenggono tidak kalah oleh para
pendahulunya.Adapun orang-orang Portugis di Malaka, dirasanaya sebagai ancaman dan
bahaya.Untuk menggempur langsung dia belum sanggup.Namun demikian, dia berusaha
perluasan daerah-daerah yang dikuasai oleh Portugis yang telah berhasil menguasai pula
daerah pase di Sumatra Utara.Seorang ulam terkemuka dari pase Faittahilah yang sempat
melarikan diri dari kepungan orang Portugis, di terima oleh Trenggono.Fattahilah pun
dikawinkan dengan adiknya.Ternyata Fattahilah dapat menghalangi kemajuan orangorang Portugis dengan merebut kunci-kunci perdagangan Kerajaan Pejajaran di Jawa
Barat yang belum masuk Islam, yaitu Banten dan Cirebon.Sementara itu, Trenggono
sendiri berhasil menaklukan Mataram dipedalaman Jawa Tengah dan juga Singasari Jawa
Timur bagian selatan.Pasuruan dan Panukuan dapat bertahan, sedangkan Blambangan
menjadi bagian Kerajaan Bali yang tetap Hindu.Dalam usahanya untuk menyerang

Pasuruan pada tahun 1546, Trenggono Wafat.Dengan wafatnya Sultan Trenggono,


timbulah pertengkaran yang maha hebat di Demak tentang siapa yang menggantikannya.
Setelah Sultan Trenggono wafat muncul kekacauan dan pertempuran antara para calon
pengganti Raja.Konon, ibukota Demak pun hancur karenanya.Para calon pengganti raja
yang bertikai itu adalah anak Trenggono, Sunan Prawoto dan Arya Penangsang anak dari
Pangeran Sekar Ing Seda Lepen, adik tiri sultan trenggono yang dibunuh oleh Sunan
Prawoto ketika membantu ayahnya merebut tahta Demak. Arya penangsang dengan
dukungan dari gurunya Sunan Kudus untuk merebut takhta Demak, mengirim anak
buahnya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya.
Pada tahun 1549 menurut Babad Tanah Jawi, pada suatu malam Rangkud berhasil
menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto.Sunan mengakui kesalahannya telah
membunuh Pangeran Seda Lepen.Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni.
Menurut Babad Tanah Jawi, pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam
kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran
Seda Lepen.Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni Rangkud setuju. Ia lalu
menikam dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus. Ternyata
istri Sunan sedang berlindung di balik punggungnya. Akibatnya ia pun tewas pula.
Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan sempat membunuh Rangkud
dengan sisa-sisa tenaganya.
Arya Penangsang juga membunuh adipati Jepara yang sangat besar pengaruhnya, istri
adipati Jepara, Ratu Kalinyamat mengangakat senjata dan dibantu oleh adipati yang lain
untuk melawan Arya Penangsang. Salah satunya adalah Hadiwijaya ( Jaka Tingkir ),
menantu Sultan Trenggono yang berkuasa di Pajang ( Boyolali ). Akhirnya, Joko Tingkir
dapat membuuh Arya Penangsang.Pada tahun 1586, Keraton Demak pun dipindah ke
Pajang.
Runtuhnya Kerajaan Demak tak berbeda dengan penaklukannya atas Majapahit.Peristiwa
gugurnya tokoh-tokoh penting Demak saat menyerang Blambangan yang eks-Majapahit,
dan rongrongan dari dalam Demak sendiri membuat kerajaan makin lemah dan akhirnya
runtuh dengan sendirinya. Sebuah pelajaran dari sejarah bahwa cerai-berai dari dalam
akan membahayakan kesatuan dan persatuan.

L. Peninggalan
1. Masjid Demak

Salah satu bangunan bersejarah warisan dari kejayaan Kerajaan Demak hingga kini masih
dapat kita temukan. Masjid Agung Demak adalah masjid yang berada di wilayah Demak
tepatnya di desa Kauman.

Masjid agung demak diduga kuat dibangun oleh Wali Songo yakni tokoh ulama terbesar
yang mengenalkan islam pada masyarakat jawa. Pada masa kekuasaan Raden Patah abad
XV masjid ini mulai dibangun.
Hingga kini tercatat Masjid Agung Demak pernah mengalami renovasi sebanyak
beberapa kali dengan tetang mempertahankan arsitektur bangunan induk.
Bangunan peninggalan Kerajaan Demak ini dapat kita jadikan sebagai salah satu
peninggalan masa lalu yang hingga kini masih kerap dikunjungi masyarakat sebagai
tempat beribadah umat islam.

2. Piring Campa
Piring Camapa merupakan pemberian dari ibu Raden Fatah,seorang putri dari Campa.
Piring ini berjumlah 65 buah,sebagian dipasang pada dinding masjid untuk
hiasan,sebagian lagi dipasang di tempat imam masjid.

3. Pintu Bledeg/Pintu Petir


Kata bledek memiliki arti petir dalam bahasa Indonesia. Pintu ini pada masa kesultanan
Demak merupakan salah satu pintu utama Masjid Agung Demak yang digunakan sebagai
anti petir.
Karena telah tuanya hasil karya masa lalu tersebut kini pintu bledek tidak lagi digunakan
sebagai pintu utama masjid Agung melainkan menjadi koleksi barang peninggalan
kerajaan di museum masjid.
Para ahli mengatakan bahwa menurut condro sengkolo yang terdapat pada pintu
tersebut menyebutkan bahwa dibuat pada tahun 1466. Legenda yang mengikuti
terciptanya pintu ini sangat erat dikaitkan dengan kisah Ki Ageng Selo yang
diceritakan mampu menangkap petir (wuah hebat ya Ki Ageng Selo).
Arsistek pintu tersebut sepertinya lebih di dominasi dengan ukiran berupa kepala naga
yang menggambarkan kegunaan pintu tersebut.
Dibuat oleh Ki Ageng Selo (Syekh Abdur Rohman). Pada pintu ini dilukiskan dua
kebudayaan,yakni Majapahit dan Cina.Kebudayaan Majapahit digambarkan di bagian
atas pintu,sedangkan kebudayaan Cina/Tiongkok digambarkan di bagian bawah pintu.

4. Saka Tatal
Yaitu tiang utama masjid.
Di dalam Masjid Agung Demak terdapat 4 buah tiang utama yang dibuat oleh para
wali,yaitu sunan Ampel, Sunan Bonang,Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati. Tiang
buatan Sunan Kalijaga dibuat dari tatal yang diikat dengan rumput rawadan. Tiang ini
mengandung pelajaran persatuan.Bedug dan Kentongan
Bedug ini merupakan karya Wali Songo. Berfungsi sebagai pertanda kepada umat
islam bahwa saat menjalankan salat lima waktu dan tengah malam telah tiba. Selesai
adzan,kentongan yang berbentuk kuda dipukul sebanyak sembilan kali.Bentuk kuda
mengandung arti bahwa apabila kentongan yang dipukul maka umat islam sebaiknya
cepat-cepat datang ke masjid untuk melaksanakan shalat secepat orng naik kuda.
Sedangkan sembilan pukulan kentongan menggambarkan jumlah wali songo sebagai
pendiri masjid.

5. Dampar Kencana
Benda Arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, sebagai hadiah
untuk Raden Pattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden
Kertabumi. Semenjak tahta Kasultanan Demak dipimpin Raden Trenggono 1521
1560 M, secara universal wilayah Nusantara menyatu dan masyhur, seolah
mengulang kejayaan Patih Gajah Mada.
Pada zaman kerajaan Demak, Dampar kencana digunakan sebagai singgasana para
Sultan. Sekarang,Dampar Kencana digunakan sebagai mimbar khutbah.

Anda mungkin juga menyukai