Perhatikanlah
Contoh negosiasi konflik adalah seperti yang dilakukan oleh golongan muda kepada golongan tua pada
Peristiwa Rengasdengklok. Dalam kasus ini, negosiasi akan memiliki tiga bagian. Pembuka-isi-penutup
(dialog dengan penggubahan tanpa mengubah jalan peristiwa)
(16 Agustus 1945, di rumah Djiaw Kie Siong, Rengasdengklok)
Pembuka
Soekarni : Jepang telah kalah. Sebaiknya kita mempercepat kemerdekaan kita.
Wikana : Betul, Bung. Kita harus proklamasikan kemerdekaan kita sebelum semua terlambat.
Isi
Soekarno : Hal itu tidak bisa kita lakukan. Jangan gegabah. Kita cek dulu perkembangan berita. Jepang masih
terlalu kuat dan kita perlu waktu menyusun segala hal yang diperlukan. Ini sudah jadi rencana PPKI.
Wikana : PPKI buatan Jepang. Kita tidak mau kemerdekaan kita dianggap sebagai hasil pemberian Jepang,
Bung. Proklamasikan secepatnya atau kita akan merebut kekuasaan. Kawan Chairul telah siap di Jakarta
dengan anggota PETA.
Penutup
Ach. Soebarjo : Tidak perlu seperti itu, Kawan. Baiklah, kita akan proklamasikan kemerdekaan secepatnya.
Bagaimana Bung Karno?
Soekarno : Baiklah, saya dan Hatta sepakat. Besok, tanggal 17 Agustus 1945, kita akan proklamasikan
kemerdekaan kita. Istriku, Fatmawati akan menjahitkan benderanya.
Poin penting
Teks negosiasi adalah suatu bentuk interaksi sosial yang diperlukan ketika ada perbedaan kepentingan dari
kedua belah pihak yang menimbulkan pertentangan. Negosiasi bertujuan untuk mencari kesepahaman antara
kedua belah pihak, menghindari kerugian, dan mencapai kondisi yang saling menguntungkan.
Perhatikanlah!
Penjual : Mari, sini, Kak, lihat-lihat dulu! Di sini murah-murah. Silakan, mau cari apa?
Pembeli : Ada HP Leknopo tipe S939, tidak?
Penjual : Ada, Kak.
Pembeli : Berapa harganya?
Penjual : 2, 9 juta, Kak.
Pembeli : Wah, kok mahal sekali? Di internet, saya lihat harganya 2, 5 juta.
Penjual : Harga segitu saya gak bisa balik modal, Kak.
Pembeli : Turunin lagi boleh ya? 2, 6 bagaimana?
Penjual : Belum boleh, Kak. Tipe ini baru keluar. Dua juta delapan ratus lima puluh deh.
Pembeli : Wah, cuma turun lima puluh? Dua juta tujuh ratus, bagaimana, Mbak.
Penjual : Waduh, masih rugi, Kak. Begini deh, Kak, Dua juta tujuh ratus lima puluh. Itu sudah
murah, lho, kak.
Pembeli : Hmmtapi gratis lapisan antigores, ya?
Penjual : Ya... boleh lah dua juta tujuh ratus lima puluh gratis antigores.
Pembeli : Baik, ini uangnya.
Penjual : Ini barangnya, kak. Silahkan diperiksa terlebih dahulu. Garansi toko tiga bulan ya, Kak.
Pembeli : Ya. Terima kasih ya.
Penjual : Sama-sama. Silahkan datang lagi!
3. Bahasa argumentatif
Untuk memperlancar negosiasi, bahasa persuasi terkadang tidak cukup. Untuk itu, diperlukan bahasa
argumentasi, yaitu bahasa yang digunakan untuk menyampaikan alasan dan pemberian bukti. Dalam contoh di
atas, bentuk argumentasi adalah sebagai berikut.
Contoh 6
Pembeli : Wah, kok mahal sekali? Di internet, saya lihat harganya 2, 5 juta.
Dalam tuturan di atas, si calon pembeli berusaha meyakinkan penjual dengan berargumentasi bahwa di
internet, harga yang dimaksud hanya 2,5 juta.
4. Bahasa santun
Kesopanan adalah satu syarat keberhasilan negosiasi. Tanpa hal ini, pihak lain kecil kemungkinan untuk mau
menerima permintaan kalian. Beberapa cara untuk menciptakan kesantunan dalam berbahasa adalah dengan
menggunakan kalimat-kalimat bernada syarat atau pengandaian yang terlihat dari adanya penggunaan
konjungsi pengandaian, seperti jika, kalau, bila, andai. Selain itu, pemilihan pronomina sapaan juga harus
diperhatikan. Pronomina kamu seharusnya dihindari dan diganti dengan kata Anda atau sapaan hormat lain,
seperti Bapak atau Ibu.
Contoh 7
Pembeli : Turunin lagi boleh ya?
Contoh di atas menunjukkan bahwa calon pembeli berusaha untuk menawar harga dengan menggunakan
kesopanan, boleh ya. Bandingkan jika calon pembeli mengatakan, Mahal amat? Turunin lagi dong harganya!
Tentu saja itu akan sangat tidak sopan.
Contoh 8
Kalau bisa, turunkan lagi harganya boleh?
Kalimat di atas adalah contoh kesantunan dengan menggunakan konjungsi pengandaian.
5. Kalimat deklaratif
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang bertujuan memberitakan sesuatu kepada pihak lain. Kalimat deklaratif
dapat juga disebut dengan kalimat berita atau kalimat pernyataan.
Contoh 9
Penjual : 2, 9 juta, Kak.
Penjual : Harga segitu saya gak bisa balik modal, Kak.
Poin Penting
Ciri-ciri kebahasaan teks negosiasi adalah
1. persuasif,
2. interogatif,
3. argumentatif,
4. santun, dan
5. Deklaratif
Mari Interpretasi!
Menurut kalian bagaimana mengetahui isi dialog negosiasi di atas?
Mari kita interpretasi bersama. Pertama-tama kita menentukan dulu topik apa yang sedang diperbincangkan
yaitu membeli bumbu opor besar atau kecil. Selanjutnya, kita harus mencari kalimat argumentasi kenapa
membeli bumbu opor yang kecil dan kenapa yang besar. Terakhir, kita menentukan kalimat simpulan tentang
hasil dari negosiasi.
Point Penting
Teks negosiasi adalah teks yang berisi kesepakatan antara dua belah pihak. Untuk mencapai kesepakatan
tersebut dibutuhkan kalimat argumentasi (kalimat yang meyakinkan).
Perhatikan
Percakapan antara pimpinan dan bawahan di sebuah ruangan
Pimpinan : Konsumsi olahraga kita Sabtu besok masih tetap kan bubur kacang hijau?
Bawahan : Masak tiap minggu bubur kacang hijau terus Pak, sekali-kali nasi kotak gitu, Pak.
Serasa di posyandu kalau tiap minggu makan bubur kacang hijau hehehe.
Pimpinan : Nasi kan makanan berat takutnya nanti tidak ada yang makan.
Bawahan : Ya kalau tidak dimakan kan bisa dibawa pulang Pak, kita kan pulang siang.
Pimpinan : Baiklah kalau begitu sekali-kali makan nasi baik juga.
Bawahan : Bapak memang T O P deh.
Bila kita interpretasikan teks di atas berdasarkan ciri bahasa teks negosiasi adalah :
1. Pemakaian istilah kata yang berhubungan dengan teks. Pada teks di atas istilah yang dinegosiasikan adalah
nasi kotak.
2. Pemakaian kalimat pembanding misalnya:
Masak tiap minggu bubur kacang hijau terus Pak, sekali-kali nasi kotak gitu, Pak.
Serasa di posyandu kalau tiap minggu makan bubur kacang hijau
kalau tidak dimakan kan bisa dibawa pulang Pak, kita kan pulang siang
3. Pemakaian ungkapan yang khas dalam teks negosiasi contohnya:
Baiklah kalau begitu sekali-kali makan nasi baik juga.
Contoh Soal
Percakapan ini berlangsung di sebuah toko sepatu
Pembeli : Mbak saya mau mencari sepatu bola ada?
Penjual : Kebetulan sedang kosong barangnya, adanya sepatu futsal.
Pembeli : Waduh kok pada kosong ya barangnya.
Penjual : Iya karena sepatu futsal sekarang lebih banyak digemari karena harganya lebih murah
daripada sepatu bola, tapi fungsinya sama hanya beda di gerigi sepatu saja.
Pembeli : Ya sudah deh saya ambil daripada muter-muter. Saya ambil 1 ya no 39.
Akhirnya pembeli pun meninggalkan toko sepatu dengan lega karena mendapatkan sepatu sebagai hadiah.
Ungkapan negosiasi adalah kalimat kesepakatan atau persetujuan dalam konterks bahasa teks negosiasi.
Ungkapan ini muncul ketika telah mencapai kesepakatan dalam bernegosiasi.
Teks di atas mengandung 3 unsur bahasa negosiasi. Pertama istilah yaitu sepatu futsal, kedua kalimat
pembanding sepatu futsal sekarang lebih banyak digemari karena harganya lebih murah daripada sepatu bola,
tapi fungsinya sama hanya beda di gerigi sepatu saja, ketiga ungkapan yang mengatakan persetujuan yaitu, "Ya
sudah deh saya ambil daripada muter-muter saya ambil 1 ya no 39."
Poin Penting
Ada tiga ciri bahasa teks negosiasi yaitu memakai istilah yang berhubungan dengan teks, memakai kalimat
pembanding, dan memakai ungkapan yang berhubungan dengan teks.
Perhatikanlah!
Perhatikan 2 contoh teks negosiasi di bawah ini!
Teks negosiasi I:
Percakapan terjadi di toko elektronik
Aisya : Ma jadi kan beliin aku VCD?
Mama : Setelah mama pikir-pikir lebih baik membeli laptop saja Ais, fungsinya banyak.
Aisya : Tapi tidak seru Ma kalau buat nonton film.
Mama : Lho kan di rumah ada sound, lagipula setelah ini kamu kuliah kan?
Aisya : Iya juga sih Ma, baiklah kalau begitu terima kasih Ma.
Mama : Sama-sama Ais.
Teks negosiasi II:
Percakapan di toko buku
Hana : Di, kamu jadi membelikan Sinta kado ulang tahun apa?
Dian : Novel saja, bacaan kesukaan dia.
Hana : Apa tidak sebaiknya kamus bahasa Indonesia saja, dia kan sedang membutuhkan.
Dian : Benar juga usulmu . Baiklah kalau begitu. Terima kasih ya
Hana : Sama-sama.
Mari bandingkan!
Pada teks negosiasi pertama bila kita perhatikan bagian isi terdapat dua kali negosiasi berupa penawaran
respon ditolak dan penawaran respon diterima
Mama : lebih baik membeli laptop saja Ais, fungsinya banyak. (Penawaran)
Aisya : Tapi tidak seru Ma kalau buat nonton film. (ditolak)
Mama : Lho kan di rumah ada sound, lagipula setelah ini kamu kuliah kan?(Penawaran)
Aisya : Iya juga sih Ma, baiklah kalau begitu terima kasih Ma. (diterima)
Sedangkan pada teks negosiasi kedua hanya terdapat satu tahapan negosiasi yaitu penawaran diterima.
Hana : Apa tidak sebaiknya kamus bahasa Indonesia saja, dia kan sedang membutuhkan. (penawaran)
Dian : Benar juga usulmu . Baiklah kalau begitu. Terima kasih ya (diterima)
Point Penting
Struktur isi teks negosiasi berupa pembukaan, isi (permintaan, pemenuhan, penawaran, dan persetujuan), dan
kesimpulan. Untuk mencapai tujuan maka pada bagian isi setiap bahasa teks negosiasi berbeda bergantung
argumen dan persuasi yang diberikan.
Perhatikan!
Poin Penting
Langkah-langkah penulisan teks negosiasi sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan
2. Menentukan pihak-pihak yang berkaitan
3. Menentukan konflik
4. Menentukan solusi dalam penawaran
5 Menentukan model kesepakatan
bersama. Supaya tujuan ini tercapai, diperlukan penawaran- penawaran dengan alasan- alasan dari kedua pihak
yang berunding. Bila alasan-alasan ini masuk akal, tentu akan tercapai kesepakatan. Selain itu, penyampaian
dengan gaya persuasif akan memudahkan tercapainya target tadi.
Perhatikan!
Ibu Min ingin membeli sprei batik di Pasar Besar Beringharjo.
Di pasar itu banyak pedagang grosir aneka macam batik.
(1)Bu Min : Ada sprei batik dengan model terakhir,Bu?
(2)Pedagang : Ada. Model kombinasi dengan kain polos atu model tambal sulam?
(3)Bu Min : Model yang pertama saja.
(4)Pedagang : Ini, Bu. Silahkan pilih.
(beberapa model sprei kombinasi, sudah ada di depan pedagang).
(5)Bu Min : Berapa harganya?
(6)Pedagang : Seratus dua puluh ribu per potong.
(7)Bu Min : Kok mahal? Seratus ribu, ya?
(8)Pedagang: Aduh, itu belum balik modal.
(9)Bu Min : Saya tambah lima ribu rupiah.
(10)Pedagang: Maaf, masih rugi. Tambah lima ribu lagi, Bu.
(11)Bu Min : Ya, sudah, seratus sepuluh ribu. Saya beli satu saja.
(12)Pedagang: Supaya Ibu tidak rugi, sebaiknya beli dua, Bu. Satu dicuci, satu untuk ganti. Dua warna ini
bagus, Bu.
(pedagang menyodorkan warna ungu dan biru muda)
(13)Bu Min : Ibu ini pintar merayu. Oke, saya ambil dua.
Poin penting
Menganalisis isi teks berarti menyelidiki isi teks. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan memperhatikan
struktur teks yang kita analisis. Kesesuaian struktur teks yang dianalisis dengan struktur teks baku. Khusus
pada teks negosiasi kita dapat menganalisisnya dalam bagian judul, tujuan, model penawaran, kesepakatan,
dan penutup.
Perhatikan
Dua siswa sekolah menengah sedang berdiskusi menentukan acara akhir tahun sekolah. Mereka saling
mengeluarkan pendapat mengenai jenis acara apa yang paling baik dilaksanakan untuk acara akhir tahun.
Ketika itu, datang seorang guru menengahi kedua siswa tersebut. Diskusi pun berakhir dengan keputusan
voting atau pengambilan suara terbanyak.
Salman: Bagaimana, ya, acara akhir tahun ini kita belum memutuskan akan mengadakan acara apa.
Husna: Ya, benar.
Salman: Aku pikir, acara akhir tahun nanti lebih baik mengadakan bazaar dan kreasi seni saja. Diselingi
dengan band sekolah dan kegiatan seni lainnya.
Husna: Tapi, sebagian teman-teman yang lain menginginkan untuk pergi berkarya wisata ke luar kota. Selain
bisa refreshing, kita bisa menambah pengetahuan tentang tempat-tempat yang kita kunjungi.
Salman: Loh, kalau pergi berwisata, bukankah akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak?
Husna: Menurutku itu sepadan dengan apa yang kita dapatkan ketika berwisata.
(Seketika itu, datang seorang guru)
Poin Penting
Struktur pertama pada teks negosiasi adalah pembuka. Pembuka dapat ditunjukkan dengan adanya sebuah
masalah yang harus diselesaikan bersama. Struktur kedua adalah isi yang dapat ditunjukkan dengan adanya
permintaan, pemenuhan, penawaran, dan persetujuan. Kemudian, struktur yang ketiga adalah penutup yang
ditandai dengan adanya penyelesaian pada proses negosiasi.
Kaidah pada teks negosiasi memenuhi empat hal, yaitu adanya partisipan; negosiasi berbentuk komunikasi
langsung; terjadi perbedaan pendapat, keinginan, dan tujuan antara kedua belah pihak; serta adanya hasil
negosiasi.
Perhatikanlah!
Bu Evi bertugas mengawas ulangan umum dari hari Rabu sampai hari Sabtu. padahal, pada hari Sabtu itu bu
Evi harus menghadiri manten adik sepupunya di Solo.Supaya bisa ke Solo, Bu Evi harus bertukar jadwal
dengan Bu Titi.
(1) Bu Evi : Bu, boleh aku minta tolong?
(2) Bu Teti : Ada apa,sih?
(3) Bu Evi : Hari Sabtu tukar jadwal denganku. Aku harus jagong ke Solo.
(4) Bu Teti : Kalau aku nggak bisa?
(5)Bu Evi : Tidak ada jadwalmu mengawas hari sabtu. Tolonglah, Bu. Nanti pasti ada oleh- olehnya.
(6) Bu Teti : Benar? Boleh kalau begitu.
(7) Bu Evi : Siip!. Terima kasih.
Contoh teks negoiasasi tersebut memperlihatkan penggunaan kalimat- kalimat pendek (2, 4, 6,7 ). juga adanya
penggunaan kata- kata nonbaku ( sih, nggak, siip ). Sedangkan kata yang bersifat imperatif seperti bolehkah,
tolonglah. Selain itu, ada penawaran adanya oleh- oleh/ buah tangan yang sangat persuasif.
Kalimat- kalimat dalam negosiasi tidak perlu dibuat dalam kalimat- kalimat panjang sebab biasanya dilakukan
secara lisan oleh kedua pihak. Penggunaan kalimat pendek sebenarnya lebih tepat guna.Hal ini karena dalam
bentuk lisan sangat terbantu dengan adanya gestur tubuh atau rona wajah saat berunding.
Partisipan adalah pelaku, pemain, pembicara yang berperan serta dalam suatu kegiatan, dalam hal ini teks
negosiasi.
Perhatikan
Contoh Menyunting Teks Negosiasi secara Bahasa
Ibu: Shinta...Rama....sini, Nak, Ibu mau bicara tentang ayah.
Ibu: Begini anak-anak, ayah kalian, kan, sebentar lagi pulang dari berlayar. Ibu ingin memberi kejutan pada
ayah. Usul ibu, bagaimana kalau kita ajak ayah untuk makan malam spesial keluarga? Kita makan di restoran
favorit ayah dan ibu dulu sebelum menikah.
Shinta: Yah, Ibu, menurutku itu kurang berkesan, ah. Lebih baik beri ayah hadiah saja. Rama bisa mendesain,
kan? Nah, kta buat desain karikatur dari foto ayah kemudian beri pigura agar bagus, gimana?
Rama: Aku setuju. Hadiah itu bisa kita simpan di kantor ayah. Jadi, setiap ayah kerja di ruang kantor, hadiah
itu akan selau terlihat. Keren, kan?
Ibu: Hmmm, bagaimana, yah? Ibu kurang setuju dengan usul kalian.
Shinta: Yah, Ibu. Kalau makan di restoran gak akan berkesan lama, Bu.
Rama: Naaah, aku ada usul. Gimana kalau kita beri kejutan hadiah karikatur foto ayah saat makan malam aja?
Jadi, usul Ibu dan Kak Shinta bisa diterima. Gimana?
Ibu: Wah, Ibu setuju, deh.
Shinta: Oke. Aku juga setuju.
untuk makan malam spesial keluarga?, (2) Yah, Ibu, menurutku itu kurang berkesan, ah. Lebih baik beri ayah
hadiah saja, san (3) Hmmm, bagaimana, yah? Ibu kurang setuju dengan usul kalian.
5. Menyunting Ungkapan Bahasa Kesepakatan
Pada teks di atas terdapat beberapa bahasa kesepakatan yang merupakan ciri negosiasi, yaitu: (1) Aku setuju.
Hadiah itu bisa kita simpan di kantor ayah. Jadi, setiap ayah kerja di ruang kantor, hadiah itu akan selau
terlihat. Keren, kan?, (2) Wah, Ibu setuju, deh, dan (3) Oke. Aku juga setuju
6. Menyunting Partisipan
Pada teks di atas, beberapa partisipan terlibat, yaitu Ibu, Shinta, dan Rama. Partisipan merupakan kaidah pada
teks negosiasi yang harus ada.
Poin Penting
Penggunaan bahasa pada teks negosiasi meliputi: kalimat persuasif, kalimat deklaratif, kalimat interogatif,
bahasa santun, ungkapan bahasa kesepakatan, dan partisipan.
2. isi, yaitu proses negosiasi yang terdiri atas permintaan, pemenuhan, penawaran, persetujuan, dan pembelian,
3. penutup, yaitu salam penutup jika proses negosiasi telah selesai.
Berdasarkan struktur sederhana tersebut, dapat dilihat bahwa struktur teks negosiasi yang kompleks terdiri
atas: (1) orientasi, (2) permintaan, (3) pemenuhan, (4) penawaran, (5) persetujuan, (6) pembelian, dan (7)
penutup.
Ciri-ciri Teks Negosiasi
Ciri-ciri teks negosiasi adalah sebagai berikut:
1. teks berupa dialog antarpihak yang bernegosiasi,
2. adanya perselisihan atau perbedaan pendapat, keinginan, dan tujuan,
3. adanya penawaran yang diajukan,
4. hasil akhir berupa kesepakatan atau penolakan.
Negosiasi dapat dilakukan untuk berbagai kepentingan, diantaranya:
1. perdagangan, misalnya negosiasi antara penjual dengan pembeli,
2. pekerjaan, misalnya negosiasi antara pelamar kerja dengan pihak perusahaan mengenai gaji atau pemain
bola dengan manajer klub yang memintanya bergabung dalam klub tersebut,
3. peraturan, misalnya negosiasi antara ketua OSIS dengan pihak sekolah mengenai rencana iuran untuk acara
sekolah atau kelompok warga dengan ketua RT mengenai jadwal ronda,
4. konflik, misalnya negosiasi yang terjadi saat terjadi masalah yang harus dipecahkan.
Perhatikan!
Berikut contoh teks negosiasi yang menunjukkan negosiasi antara Amir, ketua kelas X-A, dengan Bu Sinta,
wali kelas X-A, mengenai rencana iuran tur studi akhir tahun. Negosiasi terjadi saat jam istirahat di ruangan
guru.
Amir : Selamat siang, Bu. Maaf mengganggu waktu istirahat Ibu.
Bu Sinta : Siang, Amir. Ada keperluan apa di jam istirahat seperti ini?
Amir : Ada yang perlu saya bicarakan dengan Ibu terkait rencana iuran untuk tur studi akhir tahun, Bu. Ibu ada
waktu siang ini atau selepas pulang sekolah saja?
Bu Sinta : Oh, tidak apa-apa. Sekarang saja. Ada apa dengan iuran itu?
Amir : Begini, Bu. Setelah saya umumkan kepada teman-teman di kelas, kebanyakan dari mereka berkeberatan
dengan iuran sebesar Rp300.000,00.
Bu Sinta : Mengapa? Itu sudah kesepakatan para wali kelas X dengan kepala sekolah. Iuran tersebut sudah
cukup kecil karena pembiayaan dibantu oleh kas sekolah.
Amir : Iya, Bu. Namun, kami merasa keberatan karena banyak diantara orang tua kami yang tidak memiliki
uang sebanyak itu, apalagi harus diserahkan awal bulan depan. Kalau harus mengumpulkan pun, kami tidak
yakin akan terkumpul secepat itu.
Bu Sinta : Baiklah, Ibu akan bicarakan hal ini kepada kepala sekolah terlebih dahulu karena ini adalah
kesepakatan bersama para wali kelas X dengan kepala sekolah. Ibu tidak bisa memutuskan. Apalagi, iuran dari
siswa sebetulnya hanya cukup untuk membuat kaus dan makan kalian selama satu hari penuh, termasuk
makanan ringan. Biaya operasionalnya ditanggung sekolah, seperti bus dan tiket masuk objek wisata.
Amir : Maaf, Bu, kami mengusulkan, bagaimana jika para siswa tidak perlu menggunakan kaus yang sama
sehingga tidak perlu biaya pembuatan kaus. Setiap siswa juga dapat membawa makanan ringan sendiri.
Dengan begitu, iuran yang perlu kami tanggung lebih kecil lagi, misalnya Rp100.000,00 atau Rp120.000,00.
Bu Sinta : Itu ide bagus, Amir. Tapi, Ibu perlu bicarakan hal tersebut kepada kepala sekolah terlebih dahulu.
Ibu akan ajukan ide kamu. Semoga kepala sekolah berkenan sehingga para siswa tidak berkeberatan dengan
iurannya.
Amir : Baik, terima kasih banyak, Bu. Kalau begitu, saya permisi. Selamat siang, Bu.
Poin Penting
1. Teks negosiasi harus berupa dialog yang di dalamnya terdiri atas orientasi atau pembuka, isi, dan
penutup. Isi dapat berupa pengajuan, pemenuhan, penawaran, pembelian, persetujuan, dan penolakan.
2. Kalimat yang digunakan dalam teks negosiasi diantaranya: (1)Kalimat deklaratif, yaitu untuk
menyatakan pendapat (2)Kalimat interogatif, yaitu untuk menanyakan sesuatu (3)Kalimat persuasif,
yaitu untuk membujuk pihak tertentu
penjelasan bagaimana masalah dapat terselesaikan dengan kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan. Setelah
melakukan langkah-langkah tersebut, kita akan menyusun kembali inti berdasarkan urutan struktur. Agar lebih
jelasnya, marilah kita amati contoh negosiasi singkat berikut!
Perhatikan
Perundingan Hooge Veluwe
(dialog dengan penggubahan tanpa mengubah sejarah asli)
14-24 April 1946, Hooge Velue, Belanda
Clark Kerr : Pihak Belanda harus segera bekerja sama dengan Indonesia untuk menyelesaikan
sengketa. Kami tidak ingin kejadian yang dialami Jenderal Mallaby di Surabaya terulang.(1)
Soewandi : Kami selalu siap. Mr. Sjahrir sudah berulang kali menyampaikan usul kepada Tuan Van
Mook. Usulan tersebut adalah kami ingin menjadi negara yang berdaulat atas Jawa, Madura, dan Sumatera,
serta ditambah daerah-daerah bekas jajahan Sekutu.(2)
Van Mook : Pihak Belanda menolak usulan itu. Kami menginginkan Indonesia menjadi
gemeenebest, suatu negara persemakmuran di bawah Kerajaan Belanda. Hal ini berdasarkan perjanjian Civil
Affairs Agreement dengan Inggris bahwa Sekutu akan mengembalikan Indonesia ke dalam pangkuan Belanda.
(3)
Clark Kerr : Tolong jangan sangkut pautkan Inggris. CAA bukan berarti melegitimasi kekuasaan
Belanda di Hindia Belanda. CAA muncul untuk mengembalikan kondisi keamanan. (4)
Soedarsono : Bagaimana dengan janji Ratu Wilhelmina yang menyatakan bahwa Indonesia akan dimerdekakan
setelah perang?(5)
Van Mook : ya merdeka tapi sebagai persemakmuran, bukan vrij-staat. Dan kami hanya mengakui Jawa dan
Madura secara de facto dan dikurangi oleh daerah yang diduduki sekutu.(6)
Soewandi : Maaf, tetapi itu usulan lama Anda Tuan Van Mook. Usulan itu sudah lama kami tolak.
. Anda telah mengabaikan perjanjian yang sebelumnya telah disepakati dengan Mr. Sjahrir (7)
Van Mook : Dengan berat hati saya harus katakan bahwa usulan yang saya kemukakan adalah rancangan saya
sendiri. Mengenai perjanjian internasional, kabinet Belanda ternyata menolak hal tersebut. Belanda adalah
negara pemegang kedaulatan Indonesia.(8)
Mari Mengabstraksi!
1. Menganalisis Permasalahan dan Menyusunnya Kembali Menjadi Bentuk Deklaratif Teks negosiasi di
atas terdiri atas tiga bagian: pembuka ^ isi ^ penutup. Bagian pembuka ditandai oleh tuturan No. 1, isi
di tuturan No. 2 6, dan bagian penutup di tuturan No. 7 dan 8. Masing-masing bagian akan kita
analisis untuk dicari inti permasalahannya. Hal ini dilakukan agar abstraksi yang kita buat tetap
mampu menunjukkan alur negosiasi. Mari kita perhatikan! Pada bagian pembuka terdapat tuturan
penengah dari Inggris, Clark Kerr. Tuturan tersebut berisi permintaan untuk segera melakukan
perundingan agar peristiwa 10 November 45 yang menewaskan Jenderal Mallaby tidak terulang. Pada
bagian isi terdapat beberapa usulan yang ditawarkan, baik dari pihak Indonesia maupun Belanda.
Pihak Indonesia meminta kedaulatan atas Jawa, Madura, Sumatera, dan daerah-daerah bekas
pendudukan Sekutu. Pihak Indonesia juga menolak pembentukan negara serikat/federasi
(gemeenebest) di bawah Belanda. Usul ditolak belanda karena pihak Belanda menawarkan kedaulatan
atas Jawa dan Madura dan dikurangi oleh daerah yang telah diduduki sekutu, tetapi dalam bentuk
federasi bukan negara merdeka. Bagian penutup menunjukkan bahwa perundingan mengalami
kegagalan karena Belanda tidak menghiraukan perundingan sebelumnya. Bahkan, Belanda tidak mau
mengadakan perjanjian internasional dengan Indonesia karena Belanda masih merasa sebagai
pemegang kedaulatan. Dengan demikian, perundingan mengalami kegagalan.
2. Menyusun Inti Permasalahan yang Didapat Sesuai dengan Urutan Struktur Teks Negosiasi Inti-inti
permasalahan yang telah kita temukan tadi harus kita susun berdasarkan struktur pembuka ^ isi ^
penutup. Dalam perundingan Hooge Velue, Inggris meminta Belanda dan Indonesia untuk segera
melakukan perundingan. Pihak Indonesia meminta kedaulatan atas Jawa, Madura, Sumatera, dan
daerah-daerah bekas pendudukan Sekutu, serta menolak pembentukan negara serikat/federasi
(gemeenebest) di bawah Belanda.Usul ini ditolak Pihak Belanda. Perundingan mengalami kegagalan
karena Belanda tidak menghiraukan perundingan sebelumnya dan tidak mau mengadakan perjanjian
internasional dengan Indonesia
Poin Penting
Terdapat beberapa langkah dalam mengabstraksi teks negosiasi.
1. Mencari inti permasalahan dalam setiap bagian struktur teks negosiasi
2. Mengubah dialog negosiasi menjadi kalimat deklaratif
3. Menyusun kembali inti permasalahan yang telah diubah sesuai dengan urutan struktur.
Perhatikan!
Malam hari. Seorang ibu menunggu bus yang tak kunjung datang. Ia memutuskan untuk menghentikan sebuah
taksi di daerah Slipi karena semakin malam dan khawatir.
Ibu : Pake argo, Pak?(1)
Mari Evaluasi!
Menurut kalian, apakah teks di atas sudah termasuk ke dalam negosiasi yang baik? Struktur teks di atas
termasuk ke dalam bentuk negosiasi yang muncul akibat tawar-menawar. Teks negosiasi tawar-menawar
biasanya memiliki bagian orientasi permintaan pemenuhan penawaran^ persetujuan pembelian penutup.
Namun, karena tawar-menawar di atas berkaitan dengan jasa, bagian pembelian dan penutup tidak disertakan.
Berikut adalah penjabaran struktur teks tersebut.
Bagian orientasi terdapat pada tuturan No. 1 2, bagian permintaan ada pada tuturan No. 3, bagian pemenuhan
ada pada No. 4, bagian penawaran pada No. 5 8, dan persetujuan pada No. 9.
Pada bagian orientasi (1), seorang ibu menanyakan penggunaan argo pada supir yang dijawab oleh supir
bahwa ia tidak menggunakan argo. Ini merupakan bentuk inisiasi akan terjadinya tawar-menawar. Dalam
bagian ini, terdapat kalimat interogativa/kalimat tanya. Bentuk kalimat interogativa juga terdapat pada tuturan
No. 2, 4, 6, dan 8. Banyaknya kalimat interogativa menunjukkan bahwa jenis kalimat ini adalah jenis dan ciri
yang dominan dalam teks negosiasi setelah persuasi. Selain kalimat interogativa, ciri negosiasi yang lain
adalah adanya bentuk persuasif: suatu jenis teks yang sangat dibutuhkan dalam bernegosiasi . Dalam teks di
atas, jenis kalimat ini muncul pada tuturan No. 5 dan 7. Ciri yang lain adalah kalimat argumentasi pada tuturan
No. 8, sayangnya argumentasi yang diberikan tidak dengan menggunakan bahasa santun.
Poin Penting
Untuk mengevaluasi teks negosiasi perhatikanlah latar belakang/alasan terjadinya negosiasi, apakah karena
konflik atau tawar-menawar? Setiap jenis negosiasi akan menghasilkan struktur yang berbeda. Setelah itu,
analisislah ciri-ciri kebahasaannya, seperti penggunaan persuasi, interogativa, ataupun argumentasi.
Tujuan
Siswa mampu mengonversi/mengubah teks negosiasi ke dalam bentuk monolog berdasarkan kaidah
teks monolog.
Pada pembelajaran kali ini, kita akan mengubah teks negosiasi ke dalam bentuk teks monolog berdasarkan
kaidah teks yang telah kita pelajari pada materi sebelumnya. Mengonversi teks negosiasi ke dalam bentuk
monolog sama saja seperti mengubah naskah drama ke dalam bentuk prosa. Pada dasarnya terdapat unsurunsur intrinsik yang sama antara drama dan monolog, seperti tema, amanat, alur, latar, dan penokohan. Namun,
ada satu unsur yang tidak dimiliki oleh drama tetapi dimiliki prosa. Unsur yang dimaksud adalah sudut
pandang. Unsur inilah yang perlu kita tambahkan ke dalam bentuk monolog. Selain hal di atas, kita juga perlu
mengubah susunan dialog pada teks negosiasi menjadi teks naratif.
Berikut adalah penjabaran langkah-langkah konversi teks negosiasi ke dalam monolog.
1. Mengubah teks dialog menjadi teks naratif
Naratif berarti cerita. Berbeda dengan dialog yang menekankan alur pada lakuan dan percakapan
antarpartisipan, pada naratif alur dijelaskan dengan penceritaan. Teks ini menyampaikan suatu peristiwa
dengan kata-kata, termasuk dalam menggambarkan keadaan peristiwa tersebut. Kadang kala, penceritaan kisah
disampaikan dengan menambahkan unsur-unsur keindahan di dalamnya. Naratif memiliki unsur-unsur penting
yang wajib hadir, yaitu alur, karakter, dan sudut pandang.
2. Menambah unsur sudut pandang
Sudut pandang dalam prosa adalah unsur yang sangat penting. Dengan unsur inilah, pengarang mengambil
posisi bercerita. Unsur ini terbagi menjadi tiga macam: sudut pandang pertama (pengarang ikut ke dalam
cerita), sudut pandang ketiga(pengarang tidak ikut ke dalam cerita), dan sudut pandang campuran. Sudut
pandang pertama terbagi ke dalam dua hal: pertama pelaku utama (pengarang menjadi tokoh utama) dan
pertama pelaku sampingan (pengarang menjadi pelaku sampingan. Unsur ini menekankan pronomina persona
kata aku atau saya. Sudut pandang ketiga terbagi ke dalam dua macam: ketiga serbatahu (pengarang ibarat
tuhan) dan ketiga pengamat/terbatas (pengarang sebagai pengamat). Unsur ini menekankan pronomina persona
ketiga, yaitu penggunaan kata dia, ia, atau penyebutan nama tokoh.
Perhatikan!
Perundingan Linggarjati
(Dengan penambahan tanpa mengubah sejarah asli)
11 November 1946, Desa Linggarjati, Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Perundingan siap dilakukan antara pihak Indonesia yang diwakili Sutan Syahrir, Soekarno, dan Hatta dan
Belanda yang diwakili Komisi Jenderal dengan ketua Schemerhorn. Penengah perundingan adalah Inggris
yang diwakili oleh Lord Killearn.
Killearn : Seperti yang Saudara-Saudara ketahui bahwa ini adalah lanjutan dari perundingan
yang kesekian kalinya mengalami kegagalan. Terakhir kita bertemu di Hooge Veluwe dan kata sepakat belum
didapat. Kondisi keamanan semakin tidak stabil. Gencatan senjata pun mengalami kegagalan.
Schemerhorn : Tuan Killearn, Kami telah mengajukan 17 pasal untuk pihak Indonesia.
Syahrir : Tuan Schemerhorn, kami telah mempelajari pasal-pasal tersebut. Ada banyak pasal
yang sensitif. ingin merdeka sepenuhnya. Pada pasal 1 kami ingin kekuasaan de facto atas Jawa, Madura, dan
Sumatera. Kemudian, lihat pasal 8! Pucuk persekutuan Belanda-Indonesia adalah Ratu Belanda? Kami tidak
bisa terima itu. Masalah perwakilan Indonesia di luar negeri juga harus diterima agar dunia internasional
mengakui kedaulatan Indonesia.
Schemerhorn : Masalah perwakilan Indonesia di luar negeri adalah hal yang pelik.Kami belum dapat
menerima usul itu.
Syahrir : Jika demikian halnya, kami pun tak mampu menerima usul 17 pasal tersebut.
Perundingan berlangsung alot selama 9 jam. Kedua pihak memutuskan mengakhiri perundingan pada hari
pertama. Namun, malam harinya, delegasi Belanda diundang oleh Soekarno.
Soekarno :Saya menerima sepenuhnya 17 pasal yang diusulkan. Dengan syarat, kata vrijheid
(merdeka) diganti dengan kata souvereiniteit(kedaulatan). Dengan kata lain saya ingin menyatakan bahwa
Indonesia Serikat kelak akan menjadi negara berdaulat.
Schemerhorn : Baiklah, kami setuju.Dengan demikian, kita akan bentuk badan kerja sama IndonesiaBelanda. Kalian dapatkan kekuasaan de facto atas Jawa, Sumatera, dan Madura, dan bekas jajahan sekutu
dalam bentuk negara federasi.
Sementara itu, di tempat tertutup
Syahrir : Pak, mengapa Anda sepakat? Mohon jangan gegabah. Tujuan kita adalah untuk mendapat pengakuan
kedaulatan sebanyak-banyaknya dari dunia internasional.
Soekarno :Tidak usah khawatir. Kita akan dapatkan itu. Schemerhorn setuju untuk memasukkan
pasal mengenai arbitrase. Ini berarti sekarang kita dan Belanda sederajat.
Mari konversi!
Angin bertiup sejuk di desa Linggarjati, Cilimus. Komisi Jenderal Belanda dan Indonesia siap berunding.
Belanda diwakili oleh Schemerhorn, sedangkan Indonesia oleh Syahrir. Inggris yang diwakili oleh Lord
Killearn menjadi penengah perundingan. Kilearn terus mendesak Belanda agar mampu menghasilkan
perundingan dengan Indonesia agar kondisi keamanan kembali pulih. Dalam hal ini, Belanda mengajukan 17
pasal yang ditolak oleh delegasi Indonesia. Syahrir mengatakan ada banyak pasal yang sensitif dan tidak dapat
diterima oleh Indonesia. Hal terutama adalah pasal mengenai bentuk negara federasi dan perwakilan Indonesia
di luar negeri. Perundingan berlangsung alot selama 9 jam. Kedua pihak tampak lelah dan memutuskan
mengakhiri perundingan pada hari pertama. Namun, malam harinya, delegasi belanda diundang oleh Soekarno.
Dalam pertemuan tersebut, Soekarno mengatakan siap menerima keseluruhan pasal dengan syarat penggantian
kata vrijheid (merdeka) diganti dengan kata souvereiniteit (kedaulatan). Hal ini dilakukan karena Soekarno
menginginkan agar nantinya Indonesia Serikat dapat berdaulat secara penuh. Syahrir yang mengetahui ini,
awalnya marah dengan keputusan Soekarno karena pasal perwakilan Indonesia di luar negeri belum dibahas
namun bisa menerima karena soekarno juga ternyata menambahkan pasal arbitrase yang membuktikan bahwa
Indonesia dan Belanda sederajat.
Poin Penting
Perhatikan!
Teks Negosiasi
Di sebuah kantor penerbitan sedang diadakan sebuah rapat yang dihadiri oleh kepala redaksi, editor, dan
penulis. Oleh karena telah lama menjalin kerja sama, ketiganya merasa perlu untuk membuat sebuah buku
mengenai Kebudayaan Indonesia yang mulai luntur. Kepala redaksi berniat menerbitkan buku tersebut dengan
jumlah halaman 80, sedangkan penulis bersikukuh menulis 150 halaman. Setelah bernegosiasi, mereka
akhirnya sepakat untuk menerbitkan buku sebanyak 120 halaman.
Mari Konversi!
Kepala redaksi: Bagaimana, Bu, mengenai rencana kita untuk menerbitkan buku Kebudayaan Indonesia?
(membuka buku catatan)
Penulis: Ya, Pak. Ini saya sudah membuat konsepnya. Silakan dilihat. (menyerahkan dua lembar kertas konsep
buku)
Kepala redaksi: Hmmm, isinya sangat lengkap membahas kebudayaan Indonesia, ya, Bu. Ini bagus sekali.
Saya targetkan akan mencetak 80 halaman, ya, Bu.
Penulis: 80 halaman, Pak? (mengerutkan dahi) Sedikit sekali, ya, Pak. Saya malah perkirakan ini akan menjadi
150 halaman, Pak.
Kepala redaksi: Ya, Bu. Keputusan itu sudah berdasarkan sistem cetak buku. Kalau melebihi 80 kemungkinan
harga buku akan mahal.
Editor: Maaf, Pak, menurut saya, buku ini akan laku di pasaran. Bagaimana kalau 120 halaman saja? Jadi,
naikkan harga sedikit dan naikkan juga kualitas isi buku agar pembeli tidak merasa rugi dengan harga yang
sedikit mahal.
Penulis: Nah, saya setuju dengan editor. Ya, lebih baik 120 halaman saja.
Kepala redaksi: Oh ya, saya pikir 120 tidak terlalu masalah. Baiklah kalau begitu akan kita terbitkan dengan
jumlah halaman 120 saja.
Penulis: Baik, terima kasih.(saling bersalaman)
Poin Penting
Teks negosiasi berupa tindak sosial yang memiliki masalah untuk disepakati bersama.
Teks drama pendek mengubah kalimat tidak langsung menjadi kalimat langsung.
Teks drama pendek terdiri dari (1) topik yang akan dinegosiasikan, (2) partisipan atau tokoh atau pelaku, (3)
ciri ejaan berupa tanda petik dua yang mengapit percakapan, dan (4) adanya kesan drama atau konflik batin
dan memunculkan aksi atau akting pada partisipan.
Anak-anak tentunya kalian masih ingat dengan teks negosiasi kan? Ya tepat sekali, teks yang berisi
kesepakatan antara dua belah pihak untuk menyelesaikan perbedaan dalam sebuah dialog atau percakapan
sehari-hari dinamakan teks negosiasi. Kali ini kita akan mempelajari bentuk komunikasi pada teks negosiasi
agar tercapai kesepakatan antarpembicara dan pendengar.
Mari kita amati terlebih dahulu teks negosiasi di bawah ini dengan cermat!
contoh 1:
Percakapan pembeli dan penjual makanan di sebuah pusat perbelanjaan
Bila kita amati percakapan pada teks negosiasi dibangun dengan memakai pola gilir.
Pola gilir merupakan bentuk komunikasi dua arah antara pembicara dan pendengar.
Tujuan pola gilir ialah :
Terjadinya proses komunikasi dua arah antara pembicara/ komunikan dan pendengar/ komunikator secara
seimbang dan lancar.
Menumbuhkan sikap saling menghargai dengan memilih pilihan kata yang tepat agar tidak menyinggung satu
sama lain.
Menumbuhkan kepekaan rasa kapan menjadi pembicara dan pendengar yang baik agar tidak mendominasi
pembicaraan dengan bahasa yang sopan.
Bayangkan bila komunikasinya seperti di bawah ini!
Penjual : JASUKE... JASUKE... JASUKE
Pembeli : Wah kayaknya enak tuh. Berapa harganya Mbak?
Penjual : Rp10.000,00
Pembeli : Wah kok mahal?
Penjual : Emangnya Mbak gak tahu harga semua bahan pada naik. Kalau gak mau ya sudah gak usah beli
lagian masih banyak kok yang mau.
  Pastinya komunikasi seperti itu sangat tidak enak dan bisa menimbulkan rasa marah karena
tersinggung. Oleh sebab itu, dalam teks negosiasi pola gilir sangat diperlukan dalam proses komunikasi.
contoh 2:
Perhatikan percakapan di bawah ini!
(1) Salim : Hai !!!
(2) Ajeng : Hai !!!
(3) Salim : Sudah lama datangnya?
(4) Ajeng : Enggak kok baru lima menit yang lalu
(5) Salim : Baiklah mari kita mulai segera ke lokasi lomba!
(6) Ajeng : Mari...
  Jika kita amati cuplikan percakapan di atas, teks negosiasi juga memiliki model percakapan
persandingan. Model percakapan persandingan yang nampak pada contoh di atas adalah model sapa-menyapa
(no 1 dan 2) dan panggilan-jawaban (no 3 sampai 6)
  Model Persandingan ialah model umpan balik pembicaraan antara pembicara dan pendengar.
Model ini memiliki 8 jenis:
1. Sapa menyapa
Contoh :
A : Selamat siang!
B : Selamat siang
2. Panggilan jawaban
Contoh :
A : Lusi
B : Hai, apa kabar?
3. Keluhan bantahan
Contoh :
A : Kamu selalu datang terlambat
B : Tidak, saya baru sekali ini terlambat.
4. Keluhan permintaan
Contoh :
A : Kamu selalu membuat ulah
B : Maaf, saya tidak akan mengulanginya
5. Permintaan mempersilakan
Contoh :
A : Boleh saya buka bukunya?
B : Silakan!!
6. Permintaan informasi
Contoh :
A : Rumahmu dimana?
B : di Jalan Ahmad Yani
7. Penawaran penerimaan
Contoh :
A : Mau saya ambilkan tehnya?
B : Wah senang sekali, terima kasih
8. Penawaran penolakan
Contoh :
A : Mau saya buatkan mie?
B : Terima kasih, saya ,masih kenyang
Poin Penting
1. Teks negosiasi ialah teks yang berisi kesepakatan antara dua belah pihak untuk menyelesaikan
perbedaan dalam sebuah dialog atau percakapan sehari-hari.
2. Pola pada teks negosiasi dinamakan pola gilir yaitu pola yang dipakai agar pembicaraan berjalan dua
arah.
3. Tujuan pemakaian pola gilir ialah untuk saling menghargai, tidak menjadi pembicara dominan, dan
memilih pilihan kata yang tepat agar tidak menimbulkan gesekan.
4. Model percakapan pada teks negosiasi dinamakan persandingan. Model ini memiliki 8 macam yaitu
sapamenyapa, panggilanjawaban, keluhanbantahan, keluhanpermintaan, permintaan
mempersilakan, permintaan informasi, penawaran penerimaan, dan penawaran penolakan.
Namun, kalimat itu disingkat dengan menghilangkan unsur gramatikal lainnya sehingga menjadi:
Makan!
P
Contoh lainnya misalnya:
(1) Berapa harga mangga ini sekilo Pak?
(2) Rp 20.000
(3) Mahal!
(4) Bisa kurang?
Kalimat (2), (3), dan (4) merupakan kalimat minor karena hanya terdiri dari satu unsur gramatikal. Apabila
kalimat (2), (3), dan (4) dibuat menjadi kalimat yang mayor, kalimatnya menjadi:
Harga mangga ini sekilo adalah Rp 20.000.
Harga mangga ini mahal.
Apakah harga mangga ini bisa kurang?
Kalimat mayor dan minor dapat dijumpai pada berbagai macam teks, termasuk pada teks percakapan atau
dialog. Salah satu contoh teks dialog adalah teks negosiasi. Kita lihat penggunaan kalimat mayor dan minor
pada teks negosiasi di bawah ini. Negosiasi dilakukan antara penjual buah dan pembelinya.
Pembeli : (1) Berapa jeruk medan sekilo, Bang?
Penjual Buah : (2) Rp 25.000, Bu.
Pembeli : (3) Mahal, Bang! (4) Bisa kurang?
Penjual Buah : (5) Wah, sudah murah, Bu. (6) Ibu bisa tanya penjual lain. (7) Warung ini paling murah, Bu.
Pembeli : (7) Kurangi ya, Bang?
Penjual Buah : (8) Kalau Ibu mau, saya turunkan harganya jadi Rp 23.000, Bu. (9) Tidak bisa kurang lagi!
Pembeli : (10) Jadi, Bang. (11) Saya ambil 2 kg jeruk medan.
Pada teks di atas, kalimat yang temasuk kalimat mayor adalah kalimat (6), (7), (8), dan (11). Kalimat-kalimat
tersebut memiliki lebih dari satu unsur gramatikal.
Adapun yang termasuk kalimat-kalimat minor adalah kalimat (2), (3), (5), (6), (7), dan (10). Kalimat-kalimat
tersebut hanya memiliki satu unsur gramatikal, contoh:
(3) Mahal, Bang!
P
Kalimat (3) menghilangkan unsur gramatikal lainnya. Kalimat (3) yang lengkap adalah sebagai berikut.
(Harga jeruk medan ini) mahal, Bang!
Namun unsur gramatikal yang di dalam kurung itu dihilangkan.
Poin Penting
Kalimat mayor dan minor dapat dijumpai dalam berbagai teks, termasuk pada teks yang berkaitan dengan teks
percakapan atau dialog. Salah satu bentuk dari teks dialog adalah teks negosiasi. Kalimat mayor dan minor
digunakan pada teks negosiasi. Teks negosiasi adalah teks yang berisi proses tawar menawar untuk
memutuskan sesuatu hal. Menggunakan kalimat minor dan mayor pada teks negosiasi haruslah runtut, tepat,
dan santun dalam menyampaikannya.
Pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari ragam penulisan teks negosiasi pada situasi resmi dan tidak
resmi. Tentu saja pada situasi resmi percakapan pada teks negosiasi dan pada situasi tidak resmi, percakapan
teks negosiasi memakai ragam tidak baku.
Mari kita perhatikan contoh teks negosiasi di bawah ini!
contoh 1:
Coba amatilah gambar di bawah dengan cermat!
Situasi yang ada pada gambar A dan B adalah situasi resmi karena itu bahasa yang dipakai juga harus
formal. Contoh bahasa formal ialah:
Selamat pagi anak-anak. Pada kesempatan kali ini, pak guru ingin menanyakan fungsi kincir angin untuk
pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari-hari. Coba jelaskan! Terima kasih.
Siswa : Permisi Bapak, saya ingin meminta tanda tangan untuk izin meninggalkan pelajaran.
Guru : Ada keperluan apa?
Siswa : Mencari sponsor untuk lomba, Pak.
Guru : Baiklah silakan duduk dulu.
Siswa : Terima kasih, Pak.
Situasi yang ada pada gambar C dan D adalah situasi tidak resmi karena itu bahasa yang dipakai boleh
menggunakan bahasa nonformal dan bahasa ibu (bahasa daerah)
Contohnya:
Adi : Ayo Reno semangat ya jangan sampai kalah!
Reno : Aduhhh aku takut nih kalau tidak masuk ke garis.
Adi : Gak papa Ren yang penting jangan sampai keluar
(tongkat mencapai garis)
Reno dan Adi:Horeee menang
Nirma : Enaknya liburan nanti kita pergi kemana ya?
Sisca : Gimana kalau kita ke Candi Borobudur aja sekalian penelitian untuk tugas sejarah
Nirma : Wah boleh juga tuh idenya siip lah
Contoh 2
Perhatikan percakapan di bawah ini!
Guru : Kenapa harus diadakan bazar untuk acara tersebut?
Siswa : Bazar untuk mengasah bakat wirausaha para siswa, Pak!
Guru: Baiklah
Siswa: Terima kasih, Pak.
Guru : Hmmmm.
Jika kita amati cuplikan percakapan di atas tentu saja kurang memenuhi kaidah ragam baku karena
percakapan yang dilakukan harus memakai bahasa yang formal. Sebaliknya ketika siswa sudah mengucapkan
terima kasih, pak guru juga membalas dengan ucapan Ya atau 'sama-sama' tidak malah hanya mengucapkan
hmmmm. Itulah yang dimaksud dengan pemakaian bahasa baku dan tidak baku.
Point Penting
1. Pemakaian bahasa resmi dan tidak resmi disesuaikan dengan situasi yang sedang berlangsung.
2. Situasi resmi memakai bahasa baku dan formal. Contoh pada acara diskusi, seminar, pembelajaran,
rapat dan sebagainya.