Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah suatu sistem interaksi yang mana tiap komponennya memiliki
batasan yang selalu berubah dan derajat ketahanan untuk berubah bervariasi. 1
Menurut Horton dan Hunt (1987), istilah keluarga umumnya digunakan untuk
menunjuk beberapa pengertian sebagai berikut: suatu kelompok yang memiliki nenek
moyang yang sama, suatu kelompok keterabatan yang disatukan darah dan
perkawinan, pasangan perkawinan tanpa anak dan satu duda janda dengan beberapa
anak.
Perilaku Menyimpang adalah perilaku dari para warga masyarakat yang
dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku.
Macam-macam perilaku sosial menyimpang yaitu: tindakan yang nonconform,
tindakan yang antisosial atau asosial dan tindakan- tindakan kriminal. Disorganisasi
keluarga merupakan perpecahan keluarga sebagai suatu unit karena anggota-
anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan peranan
sosialnya. Disorganisasi Keluarga adalah salah satu masalah sosial yang serius. Hal
ini ditandai dengan terjadinya perpecahan keluarga sebagai unit sosial karena
anggota-anggotanya gagal dalam menjalankan peranannya.
Pada zaman modern ini, penyimpangan dalam keluarga dan disorganisasi
keluarga mungkin terjadi karena konflik peranan sosial atas dasar perbedaan ras,
agama, atau faktor sosial ekonomis. Ikatan keluarga dalam masyarakat agraris
didasarkan atas dasar faktor kasih sayang dan faktor ekonomis didalam arti keluarga
tersebut merupakan suatu unit yang memproduksi sendiri kebutuhan-kebutuhan
primernya. Pada hakikatnya, disorganisasi keluarga pada masyarakat yang sedang
dalam keadaan transisi menuju masyarakat modern dan kompleks disebabkan karena
keterlambatan untuk menyesuaikan diri dengan situasi-situasi sosial ekonomis yang
baru.
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang akan penulis jawab dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana Definis dan Konsep Penyimpangan Keluarga?
2. Bagaimana Definisi dan Konsep Disorganisasi Keluarga?

1
Puji Lestari, Poerwanti Hadi Pratiwi, Perubahan Dalam Struktur Keluarga (Jurnal Dimensia, jurusan Sosiologi,
FIS, UNY 2018), h. 24
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku Menyimpang
1. Teori Sosiologi Tentang Perilaku Menyimpang

Teori Sosialisasi menurut E.H. Sutherland, ia menamakan teorinya dengan


Asosiasi Deferensial. Menurut Sutherland, penyimpangan adalah konsekuensi dari
kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-
norma yang menyimpang, terutama dari subkultur atau di antara teman-teman sebaya
yang menyimpang. Teori Asosiasi Deferensial memiliki Sembilan proposisi yaitu:

a. Perilaku menyimpang adalah hasil dari proses belajar atau yang dipelajari.
Ini berarti bahwa penyimpangan bukan diwariskan atau diturunkan, buka
juga hasil dari intelegensi yang rendah atau karena kerusakan otak.
b. Perilaku menyimpang dipelajari oleh seseorang dalam iteraksinya dengan
orang lain dan melibatkan proses komunikasi yang intens.
c. Bagian utama dari belajar tentang perilaku menyimpang terjadi didalam
kelompok-kelompok personal yang intim dan akrab.
d. Hal-hal yang dipelajari didalam proses terbentuknya perilaku menyimpang
adalah: teknis-teknis penyimpangan, yang kadang- kadang sangat rumit,
tetapi kadang-kadang rumit.
e. Petunjuk-petujuk khusus tentang motif dan dorongan untuk berperilaku
menyimpang itu dipelajari dari definisi-definisi tentang normanorma yang
baik dan tidak baik.
f. Seseorang menjadi menyimpang karena ia menganggap lebih
menguntungkan untuk melanggar norma daripada tidak.
g. Terbentuknya Asosiasi Diferensial itu bervariasi tergantung dari frekuensi
durasi, prioritas dan intensitas.
h. Proses mempelajari penyimpangan perilaku terhadap kelompok yang
memiliki pola-pola menyimpangatau sebaliknya, melibatkan semua
mekanisme yang berlaku didalam setiap proses belajar
i. Meskipun perilaku menyimpang merupakan salah satu ekspresi dari
kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat yang umum, tetapi penyimpangan
perilaku tersebut tidak dapat dijelaskan melalui kebutuhan dan nilai.
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya Perilaku Menyimpang
Para ahli membagi faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor keluarga2 Pola kriminal ayah, ibu atau salah seorang anggota keluarga
dapat mencetak pola kriminal hampir semua anggota keluarga lainnya
b. Faktor masyarakat adalah lingkungan yang terluas bagi anggota keluarga
sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Pada lingkungan inilah
dihadapkan dengan berbagai bentuk kenyataan yang ada dalam kehidupan
masyarakat yang berbedabeda,apalagi perkembangan moral kemajuan ilmu
pengetaahuan dan teknologi.
c. Kelompok bermain, Dhori,dkk. (2003:137), lingkungan tempat tinggal dan
kelompok bermain merupakan dua media sosialisasi yang sangat berkaitan,
karena seorang individu akan memiliki kelompok bermain atau pergaulan
dalam lingkungan tempat tinggalnya.
3. Penyimpangan Dalam Keluaga
Penyimpangan sosial bisa dikatakan sebagai perbuatan yang tidak semestinya
atau menyimpang dari ketentuan dan norma-norma yang berlaku dalam sosial
masyarakat. Masyarakat tradisional mungkin jarang terjadi penyimpangan karena
secara umum masyarakat tradisional masih bisa dikendalikan atau mengendalikan
diri, sementara masyarakat modern lebih rentan karena banyaknya kemudahan yang
mereka peroleh misalnya media yang mereka sering lihat tiap hari, pergaulan yang
luas, kehidupan yang jauh dari kata sederhana dan pemikiran mereka pun berbeda.
Penyimpangan sosial ini terjadi tidak dengan sendirinya tapi ada sebab dan akibat dari
suatu hal.3
Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan
norma-norma dan nilai kesusilaan. Penyimpangan tersebut bisa terjadi dari sudut
pandang individu atau kelompok sosial, terjadi di mana saja termasuk di dalam
lingkungan keluarga berupa perbuatan yang tidak wajar dan tidak mengikuti
ketentuan dalam masyarakat. Keluarga adalah unit atau satuan terkecil dalam
masyarakat yang memiliki peran sebagai tempat yang pertama kali mengajarkan
norma – norma dan nilai sosial kepada anak. Penyimpangan sosial yang dilakukan
oleh anggota keluarga merupakan hasil dari situasi dan kondisi di dalam keluarga itu
sendiri.

2
Kartini Kartono, Kenakalan Remaja. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Rajawali Pers, 2010.23
3
Husnul Delia, Penyimpangan Sosial dalam Keluarga dan Cara Mengatasinya
https://cintalia.com/kehidupan/keluarga/penyimpangan-sosial-dalam-keluarga diakses pada 15 Oktober 2021.
Dari pengertian diatas bisa ambil kesimpulan bahwa yang dinamakan
penyimpangan sosial dalam keluarga adalah suatu tindakan penyimpangan dari
norma-norma yang berlaku dalam sosial yang ruang lingkupnya hanya meliputi
kehidupan rumah tangga saja. Dapat dikatakan terjadi penyimpangan sosial dalam
keluarga jika anggota keluarga ada yang melakukan tindakan melanggar norma-
norma dalam keluarga. Anggota keluarga yang dimaksud disini adalah ayah, ibu dan
anak.
Berikut beberapa faktor penyebab perilaku menyimpang dalam keluarga,
yaitu:
a. Kekurangan bimbingan dan pembinaan dari orang tua mengenai pentingnya
nilai serta norma dalam masyarakat kepada anak sejak dini. Hal ini bisa
disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua kepada anak karena terlalu
sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
b. Sebaliknya, orang tua yang mendidik anak dengan terlalu keras juga dapat
mengganggu perkembangan mental anak.
c. Pengaruh yang berasal dari luar keluarga seperti dari lingkungan pergaulan
anak dan pemilihan teman yang salah.
d. Kondisi keluarga yang kurang harmonis dan kurang akur sehingga anak tidak
mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang dibutuhkannya.

Penyimpangan sosial yang terjadi di masyarakat pada umumnya bermula dari


pengasuhan dan pendidikan di dalam keluarga yang memungkinkan anggota
keluarganya melakukan perilaku menyimpang secara sosial. Sehingga hal itu
merusak hubungan sosial yang dinamis antara individu dalam keluarga.

Beberapa contoh penyimpangan sosial di lingkungan keluarga yaitu:4

a. Kekerasan fisik atau KDRT yang terjadi dalam rumah tangga yang dilakukan
oleh suami terhadap istri atau anak-anaknya.
b. Kebiasaan berbicara kasar dan tidak sopan kepada sesama anggota keluarga
terutama kepada yang berusia lebih tua, perilaku yang akan dibawa oleh anak
ke dalam lingkungan pergaulan dan juga lingkungan sekolahnya.

4
Nadia Irvana Natasya, Penyimpangan Sosial di Lingkungan Keluarga: Faktor – Contoh dan Cara mencegahnya
https://haloedukasi.com/penyimpangan-sosial-di-lingkungan-keluarga diakses pada 15 Oktober 2021.
c. Tindakan kriminal yang merusak nama baik keluarga dilakukan oleh salah
seorang anggota keluarga tersebut merupakan salah satu contoh kontak sosial
positif dan negatif.
d. Kebiasaan anak yang suka berbohong kepada orang tua.
e. Orang tua yang kerap memarahi anak dengan berlebihan dan melibatkan
hukuman fisik.
f. Pertengkaran yang kerap dilakukan orang tua di depan anak-anak akan
memberikan contoh yang buruk terhadap anak-anak. Perilaku anak yang
merusak barang-barang di rumah dengan sengaja.
g. Orang tua yang berkomunikasi dengan membentak-bentak anak berlebihan
dan dilakukan setiap saat.
h. Pertengkaran antar kakak dan adik yang berlangsung hampir setiap saat di
rumah dan menjurus kepada perkelahian fisik.
i. Sikap orang tua yang otoriter dan tidak pernah mendengarkan keinginan atau
pendapat anak. Sikap orang tua yang memanjakan anak tanpa batasan dan
aturan yang jelas.
j. Hukuman dari orang tua yang terlalu berat diberikan setiap kali anak
melakukan kesalahan.
k. Anak yang suka membantah setiap perkataan orang tua.
l. Anak yang berani memarahi dan berkata kasar kepada orang yang lebih tua.
m. Ketidakpedulian orang tua terhadap perilaku dan kegiatan anak sehari-hari.
n. Perilaku anak yang kecanduan telepon genggam serta gadget lainnya
sehingga mengamuk setiap kali tidak diizinkan bermain.
o. Kekerasan verbal yang kerap dilakukan oleh kepala keluarga kepada istri dan
anak-anak
4. Mencegah Perilaku Penyimpangan dalam Keluarga

Perilaku menyimpang dalam keluarga bukannya tidak dapat dicegah sama


sekali. Justru dengan perhatian yang penuh dari keluarga, maka seorang anak akan
dapat dibentuk untuk mampu memahami nilai-nilai sosial yang dianut oleh
masyarakat. Beberapa cara untuk mencegah perilaku menyimpang dalam keluarga
yaitu:

a. Menanamkan pengertian akan nilai dan norma sosial yang baik kepada anak
sejak dini Menanamkan nilai – nilai keagamaan kepada anak sejak dini.
b. Selalu berusaha memelihara hubungan baik antar anggota keluarga dan
menjaga komunikasi yang baik.
c. Menciptakan suasana harmonis dan terbuka agar anak bebas mengemukakan
pendapatnya atau bebas bertanya.
d. Mengajarkan ilmu mengenai budi pekerti dan etika yang baik kepada anak
sejak dini untuk menghindarkan perilaku menyimpang di masyarakat.
B. Disorganisasi Keluarga

Menurut pakar ilmu jiwa yaitu Hurlok menyatakan bahwa keberhasilah dalam
kehidupan berkeluarga termasuk didalamnya anak ditentukan oleh sejauh mana suami
dan istri mampu menjalankan tugas-tugas sebagaimana mestinya. Artinya didalam
suatu keluarga suami dan istilah yang harus menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana
mestinya guna untuk mencegah terjadinya disorganisasi dan itu menjadi salah satu
problem sosial yang terjadi dimasyarakat.5

Disorganisasi keluarga diartikan sebagai perpecahan keluarga sebagai suatu


bentuk ketidak harmonisan, karena anggotanya gagal memenuhi kewajiban sebagai
peranan sosialnya.6 Sedangkan menurut Goode disorganisasi sosial diartikan sebagai
perpecahan keluarga sebagai suatu unit yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. 7
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa disorganisasi keluarga
merupakan perpecahan keluraga sebagai suatu unit yang lengkap dikarenakan
gagalnya suami dan istri dalam memenuhi kewajiban serta perannya. Tejadinya
disorganisasi keluarga tentunya dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang akan
dijelaskan dibawah.

1. Faktor Terjadinya Disorganisasi Keluarga

Sebelum membahas mengenai faktor apa yang menyebabkan disorganisasi


keluarga, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai fungsi dari keluarga. Adapun
fungsi keluarga yaitu:

a. Fungsi Keagamaan: Keluarga mempunyai peran dalam membina anggota


keluarganya agar melaksanakan amanat agamanya. Ketaatan Beragama

5
Juliana Lumintang, Disorganisasi keluarga dan pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian anak, (E-
Jurnal Logia Spectrum:Vol. 7, No 2, April-juni 2012), h. 131.
6
Urip Sucipto, Sosiologi (Yogyakarta: 2014), h. 71
7
Hasnati, Bekerjanya Hukum Di Tengah Masyarakat (Yogyakarta: Absolute Media, 2015), h. 22.
biasanya juga akan mendorong yang bersangkutan tidak hanya peduli
terhadap diri sendiri namun juga dengan lingkungan sekitarnya.
b. Fungsi Ekonomi: Seperti yang kita ketahui, bahwa keluarga merupakan
suatu unit ekonomi. Biasanya pada strata bawah peran keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan dengan cara bekerjasama antar anggotanya.
c. Fungsi Pendidikan/Sosialisasi: Pendidikan yang paling utama adalah
keluarga dan juga menjadi lembaga sosialisasi pertama terhadap anak.
Keluarga menentukan dan memberikan pengaruh yang besar terhadap
membangun sikap positive anak seperti konfomitas, kepatuhan serta
altruism.
d. Fungsi Reproduksi: Dalam hal urusan melanjutkan keturunan semua
sangat bergantung terhadap keluarga yang bersangkutan.
e. Fungsi Perlindungan: Setiap keluarga wajib untuk melindungi semua
anggota keluarganya satu sama lain baik itu secara fisik maupun non fisik.
Kualitas baik setiap keluarga sangat ditentukan dari perasaan aman,
nyaman dan tentram setiap anggota keluarganya.
f. Fungsi Afeksi Fungsi ini tidak dapat di subsitusi, aktivitas afeksi yang
diberikan orang lain tentunya tidak akan sama dengan yang diberikan
orang tua. Lewat kegiatan ini orang tua mampu mengintroduksikan
kenginannya kepada anak-anaknya. Bisa dibilang bahwa berhasilnya
proses sosialisasi tentunya didukung oleh keberhasilan afeksi. Anak-anak
yang kehilangan afeksi biasanya membuat hal-hal yang cenderung tidak
baik.
g. Fungsi Bermasyarakat: Substansi dari fungsi ini yaitu keluarga harus
mampu menanamkan bahwa anggotanya tidak hanya memperhatikan
sesama keluarganya saja, namun juga tetap harus ikut dalam
memperhatikan masyarakat sekitarnya baik itu yang bersifat fisik ataupun
non fisik.
h. Fungsi Pemeliharaan Lingkungan Hidup

Fungsi-fungsi dari keluarga tersebut mempunyai peranan penting dalam


menjaga kualitas keluarga, Artinya keluarga yang tidak mampu menjalankan
fungsinya dengan baik akan mengalami disorganisasi. Diantara fungsi-fungsi tersebut,
hal yang paling penting dari fungsi keluarga yaitu melakukan penjagaan, perawatan
serta sosialisasi pada anak. Keluarga harus mampu menjalankan sosialisai agar anak
bisa memperoleh keyakian, nilai-nilai serta perilaku yang baik baik bagi keluarga
ataupun masyarakat sekitar.8

Keutuhan keluarga juga didukung dengan kerjasama yang baik antar anggota
keluarga, terutama dalam hal ini ayah dan ibu. Keluarga harus mampu menghidupkan
rasa kasih sayang, melindungi,peduli, melakukan tugas-tugas dan kewajiban antar
sesama anggotanya. Hal ini akan menjadi faktor runtuhnya keluarga. Sebaliknya jika
keluarga tidak mampu menjalankan fungsi serta tugas-tugasnya maka akan
berdampak pada disorganisasi.

2. Bentuk Disorganisasi Keluarga

Disorganisasi keluarga memiliki berbagai macam bentuk yaitu: a.

a. Keluarga yang tidak lengkap karena hubungan yang dijalin diluar ikatan
pernikahan. Walaupun sebenarnya hal ini secara yuridis dan sosial belum
terbentuk suatu keluarga, tetapi bentuk ini dapat digolongkan sebagai suatu
bentuk disorganisasi keluarga. Dikarenakan ayah (secara biologis) dianggap
gagal dalam mengisi peranan sosialnya juga berlaku dengan keluarga dari
pihak ayah maupun pihak ibu.
b. Perceraian, pisah ranjang dan sebagainya juga merupakan salah satu bentuk
dari disorganisasi keluarga.
c. Buruknya komunikasi antar anggota keluarga. Komunikasi merupakan suatu
hal yang penting untuk menjaga keutuhan dari suatu keluarga, bila dalam
keluarga terdapat kekurangan komunikasi antar anggotanya atau empty shell
family hal ini termasuk kedalam disorganisasi keluarga.
d. Krisis keluarga, biasanya terjadi karena salah seorang yang bertindak sebagai
kepala keluarga diluar kemampuannya sendiri meninggalkan keluarga
contohnya: meninggal, dihukum atau ikut perang, serta ketergangguan salah
satu jiwa diantara anggota keluarga.9

BAB III
8
Juliana Lumintang, Disorganisasi keluarga dan pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian anak, (E-
Jurnal Logia Spectrum:Vol. 7, No 2, April-juni 2012), h. 134.
9
Hasnati, Bekerjanya Hukum Di Tengah Masyarakat (Yogyakarta: Absolute Media, 2015), h. 22.
KESIMPULAN

Penyimpangan sosial dalam keluarga adalah suatu tindakan penyimpangan


dari norma-norma yang berlaku dalam sosial yang ruang lingkupnya hanya meliputi
kehidupan rumah tangga saja. Dapat dikatakan terjadi penyimpangan sosial dalam
keluarga jika anggota keluarga ada yang melakukan tindakan melanggar norma-
norma dalam keluarga. Anggota keluarga yang dimaksud disini adalah ayah, ibu dan
anak. Ada beberapa faktor terjadinya penyimpangan dalam keluarga yaitu:

a. Kekurangan bimbingan dan pembinaan dari orang tua mengenai pentingnya


nilai serta norma dalam masyarakat kepada anak sejak dini. Hal ini bisa
disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua kepada anak karena terlalu
sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
b. Sebaliknya, orang tua yang mendidik anak dengan terlalu keras juga dapat
mengganggu perkembangan mental anak.
c. Pengaruh yang berasal dari luar keluarga seperti dari lingkungan pergaulan
anak dan pemilihan teman yang salah.
d. Kondisi keluarga yang kurang harmonis dan kurang akur sehingga anak tidak
mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang dibutuhkannya.

Disorganisasi keluarga diartikan sebagai perpecahan keluarga sebagai suatu


bentuk ketidak harmonisan, karena anggotanya gagal memenuhi kewajiban sebagai
peranan sosialnya. Keutuhan keluarga juga didukung dengan kerjasama yang baik
antar anggota keluarga, terutama dalam hal ini ayah dan ibu. Keluarga harus mampu
menghidupkan rasa kasih sayang, melindungi,peduli, melakukan tugas-tugas dan
kewajiban antar sesama anggotanya. Hal ini akan menjadi faktor untuhnya keluarga.
Sebaliknya jika keluarga tidak mampu menjalankan fungsi serta tugas-tugasnya maka
akan berdampak pada disorganisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Puji dan Poerwanti Hadi Pratiwi. Perubahan Dalam Struktur Keluarga. Jurnal Dimensia,
jurusan Sosiologi, FIS, UNY 2018.
Kartono, Kartini. Kenakalan Remaja. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Rajawali Pers, 2010.
Delia, Husnul. Penyimpangan Sosial dalam Keluarga dan Cara Mengatasinya
https://cintalia.com/kehidupan/keluarga/penyimpangan-sosial-dalam-keluarga
Natasya, Nadia Irvana. Penyimpangan Sosial di Lingkungan Keluarga: Faktor – Contoh dan Cara
mencegahnya https://haloedukasi.com/penyimpangan-sosial-di-lingkungan-keluarga
Lumintang, Juliana. Disorganisasi keluarga dan pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian
anak. E-Jurnal Logia Spectrum:Vol. 7, No 2, April-juni 2012.
Sucipto, Urip. Sosiologi. Yogyakarta: 2014.
Hasnati. Bekerjanya Hukum Di Tengah Masyarakat. Yogyakarta: Absolute Media, 2015.

Anda mungkin juga menyukai