Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945, yang menetapkan Kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan berdasarkan UUD.
Kedaulatan rakyat berdasarkan UUD 1945 dibangun berdasarkan kesetaraan
antarwarga negara dalam hukum dan pemerintahan [Pasal 27 Ayat (1)] .
Sementara untuk penyelenggaraan negara, UUD 1945 mengadopsi demokrasi
perwakilan. Prinsip seperti inilah yang jadi alasan mengapa kesetaraan rakyat
dalam pemungutan dan penghitungan suara dan dalam alokasi kursi DPR dan
DPRD dan pembentukan daerah pemilihan menjadi kriteria pertama pemilu
yang adil dan berintegritas.
Akan tetapi, potensi data tidak akurat ini tampak pada pemilih yang secara
sengaja tidak diberi KTP oleh pemerintah daerah, seperti pemilih yang
bertempat tinggal di kawasan yang dilarang pemda (bantaran kali) atau pemilih
yang tinggal di suatu kawasan yang dimiliki pihak lain (berdomisili di suatu
lahan secara tidak sah). Dari tiga indikator DPT tersebut, derajat cakupan
mencapai tingkat tertinggi, sedangkan derajat akurasi mencapai tingkat
terendah. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kuantitas dan kualitas DPT
Pemilu 2014 jauh lebih tinggi daripada Pemilu 2009.
Kesetaraan keterwakilan
Karena alokasi kursi DPR kepada setiap provinsi untuk Pemilu 2009 dan
Pemilu 2014 sama, maka yang perlu dipertanya-
kan adalah apakah kesetaraan perwakilan sudah terjamin dalam Pemilu 2009
dan 2014. Pemilu anggota DPR dalam sejarah Indonesia mulai dari DPR hasil
Pemilu 1955, pemilu selama Orde Baru, sampai hasil Pemilu 1999 dan Pemilu
2004 memang tidak pernah melaksanakan prinsip kesetaraan perwakilan.
Sebab, belum ditemukan solusi atas kesenjangan jumlah penduduk yang
sebagian besar tinggal di Pulau Jawa dengan luas wilayah yang sebagian besar
terletak di luar Jawa.
Akan tetapi, ketidaksetaraan perwakilan yang terjadi pada DPR 2009-2014 dan
DPR 2014-2019 merupakan yang paling parah. Sebab, baik provinsi yang
terwakili secara berlebihan karena jumlah penduduk untuk satu kursi sangat
rendah maupun provinsi yang terwakili secara lebih rendah karena jumlah
penduduk untuk satu kursi sangat besar terletak di luar Pulau Jawa. Berikut
buktinya.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 dan alokasi kursi DPR untuk Pemilu 2009
dan 2014, maka orang Indonesia yang tinggal di Papua Barat, Papua, Kalsel,
Sulsel, Aceh, Gorontalo, Maluku Utara, dan Sumbar (harga satu kursi berkisar
253.000 penduduk di Papua Barat sampai dengan 342.000 penduduk di
Sumbar) lebih tinggi kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan daripada
warga negara Indonesia yang tinggal di Kepulauan Riau, Riau, Sultra, Kaltim,
Sulteng, NTB, Kalbar, Sumsel, Sumut, Bali, Bengkulu, Lampung, Babel, dan
Jambi (harga satu kursi berkisar 400.000 penduduk di Bangka Belitung sampai
dengan 560.000 penduduk di Kepulauan Riau). Harga satu kursi di lima
provinsi lain di luar Pulau Jawa berkisar 354.000 penduduk sampai dengan
383.000 penduduk. Harga satu kursi di Pulau Jawa berkisar 420.000 penduduk
(Jawa Tengah) sampai dengan 476.000 penduduk (Jawa Barat).
Dua unsur dalam sistem pemilu anggota DPR yang menyebabkan tidak setiap
suara pemilih yang dikategorikan sebagai sah tidak diperhitungkan setara
dengan suara pemilih lainnya. Pertama, ambang batas memasuki DPR sebesar
2,5 persen suara dari hasil pemilu DPR pada Pemilu 2009 dan 3,5 persen suara
dari hasil pemilu DPR pada Pemilu 2014 menyebabkan suara pemilih yang
diberikan kepada partai yang tak mencapai ambang batas tak akan
diperhitungkan dalam pembagian kursi. Pada Pemilu 2009, jumlah suara yang
tak diperhitungkan ini mencapai 19 juta dari 29 partai. Kedua, suara pemilih
yang diberikan kepada partai peserta pemilu dinilai lebih rendah daripada suara
yang diberikan kepada calon. Suara yang diberikan kepada calon tak saja
menentukan perolehan kursi partai, tetapi juga ikut menentukan calon terpilih,
sedangkan suara yang diberikan kepada partai hanya menentukan perolehan
kursi partai.