Anda di halaman 1dari 23

Makalah PAI: Masa Kejayaan Islam Yang

Dinantikan Kembali

Oleh:

1. Catur Prasetyo W. (19) XI TGB 1


2. Beny Gunawan XI TGB 1

SMK Negeri 1 Mojokerto


Tahun Pelajaran 2016/2017

Kata Pengantar
Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menulis makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tanpa ada
hambatan yang berarti. Shalawat serta salamnya semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya dan para sahabatnya, dan juga kepada kita semua selaku umatnya yang insya Allah
selalu mengikuti ajaran sunahnya.
Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Mojokerto.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, dan jauh dari
sempurna, itu di karenakan keterbatasan yang kami miliki, karena kami masih tahap belajar. Oleh sebab
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................
Bab I Pendahuluan............................................................................................
1. Latar Belakang.................................................................................................
2. Rumusan Masalah............................................................................................
3. Tujuan Penulisan..............................................................................................

Bab II Pembahasan............................................................................................
A.

Periodesasi Sejarah Islam...........................................................................


1. Periodisasi Sejarah Islam Menurut Nourouzzaman Shiddiqie.......................
2. Periodisasi Sejarah Islam Menurut Ahmad Al-Usairy...................................
3. Periodisasi sejarah Islam Menurut Prof. Dr. Harun Nasution.......................

B.
3.
4.
5.

Masa Kejayaan Islam..................................................................................


Penyebab.......................................................................................................
Filsafat...........................................................................................................
Sains..............................................................................................................
Kedokteran....................................................................................................
Perdagangan..................................................................................................

1.
2.
3.
4.
5.

Tokoh-tokoh Pada Masa Kejayaan Islam..................................................


Ibnu Rusyd....................................................................................................
Al-Ghazali.....................................................................................................
Al Kindi........................................................................................................
Al Farabi......................................................................................................
Ibnu Sina.......................................................................................................

1.
2.

C.

Bab III Penutup..................................................................................................


1.

Kesimpulan..................................................................................................

Daftar Pustaka.....................................................................................................
Bab I Pendahuluan
1.

Latar Belakang
Seperti perabadan lain, Islam juga mengalami beberapa periode dalam sejarah. Ada satu
periode dimana Islam bisa menunjukan eksistensinya di Eropa bahkan dunia. Periode tersebut
terjadi pada saat para filsuf, ilmuwan, dan insinyur muslim bisa memberikan banyak konstribusi
terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan. Mereka melakukannya baik dengan menjaga
tradisi yang telah ada maupun dengan menciptakan penemuan-penemuannya sendiri.
Sebaliknya, bangsa Eropa waktu itu justru sedang berada di zaman kegelapan (dark ages),
dimana dominasi gereja sangatlah besar sehingga setiap kebenaran (ilmu pengetahuan) harus sesuai
dengan paham gereja. Apabila ada yang menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan gereja,
maka akan mendapatkan hukuman bahkan sampai dibunuh. Hal tersebut menyebabkan terisolasinya
ilmu pengetahuan dari manusia. Padahal sekitar tahun 300 SM, peradaban Eropa sudah dibangun
sedemikian rupa oleh bangsa Yunani dan Romawi. Ilmuan-ilmuan Yunani mengembangkan filsafat,
sementara orangRomawi mengembangkan birokrat.
Sebaliknya, bangsa Eropa waktu itu justru sedang berada di zaman kegelapan (dark ages),
dimana dominasi gereja sangatlah besar sehingga setiap kebenaran (ilmu pengetahuan) harus sesuai
dengan paham gereja. Apabila ada yang menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan gereja,
maka akan mendapatkan hukuman bahkan sampai dibunuh. Hal tersebut menyebabkan terisolasinya
ilmu pengetahuan dari manusia. Padahal sekitar tahun 300 SM, peradaban Eropa sudah dibangun
sedemikian rupa oleh bangsa Yunani dan Romawi. Ilmuan-ilmuan Yunani mengembangkan filsafat,
sementara orangRomawi mengembangkan birokrat.
Ketika Eropa sedang berada dalam masa kegelapan, masyarakat Islam justru mengalami
kemajuan dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Mereka mengambil ilmu-ilmu
yang ada di Yunani dan Romawi kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab. Selain itu,
perkembangan Islam juga dihubungkan dengan letak geografis. Sebelum Islam datang, kota Mekah
merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, Nabi Muhammad SAW sendiri juga berasal dari
golongan pedagang. Tradisi Ziarah Mekah membuat kota itu menjadi pusat pertukaran gagasan dan
barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang muslim dalam jalur perdagangan Afrika-Arab
dan Asia-Arab sangat besar dan penting. Hal tersebut membuat peradaban Islam tumbuh,
berkembang dan meluas dengan berdasarkan perekonomian dagangnya.

2.

Rumusan Masalah
a.
b.
c.

3.

Periodesasi Sejarah Islam


Masa Kejayaan Islam
Tokoh-tokoh Pada Masa Kejayaan Islam

Tujuan Penulisan
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam (PAI). Adapun tujuan dari
pembahasan makalah ini yaitu: Untuk mengingat kembali tentang bagaimana masa kejayaan Islam,
untuk mengetahui bagaimana masa kejayaan Islam, dan mengetahui sederetan tokoh-tokoh masa
kejayaan Islam.

Bab II Pembahasan
A.

Periodesasi Sejarah Islam


1.

Periodisasi Sejarah Islam Menurut Nourouzzaman Shiddiqie


Menurut Nourouzzaman Shiddiqie, periodisasi sejarah islam dapat disusun sebagai berikut:

a. Periode Klasik ( 600-1258 )


Periode ini sejak kelahiran Nabi Muhammad sampai di dudukinya baghdad oleh Hulagu
Khan. Yang menjadi ciri periode ini adalah dengan mengabaikan adanya dinasti-dinasti
yang tumbuh dan tenggelam di masa Dinasti Abbasiyah, kepala negara ( khalifah ) tetap
di jabat oleh seseorang dan di angggab pimpinan tertinggi negara wlaupun hanya sekedar
simbol.

b. Periode Pertengahan (dari jatuhnya Baghdad sampai ke penghujung abad ke


-17)
Ciri periode ini adalah tanpa menghilangkan kenyataan adanya Dinasti Umayyah di
Andalusia, wilayah islam lainya telah terpecah berada di bawah 3 kekuasaan yang saling
bermusuhan. Kekuasaan Dinasti Usmaniyah di Andalusia, kekuasaan Dinastu Mamluk di
mesir, dan Dinasti Ilkhan dari Mongol di Persia.

c. Periode modern ( mulai abad ke-18 )


Ciri periode ini ialah seluruh wilayah kekuasaan Islam berada di bawah cengkraman
penjajahan Barat, sampai kemudian setelah Perang Dunia Kedua kembali memperoleh
kemerdekaannya.
Jadi, menurut Nourouzzaman Shiddiqie periodesasi sejarah islam dibagi dalam 3 periode
yaitu periode kliasik, pertengahan dan modern.

2. Periodisasi Sejarah Islam Menurut Ahmad Al-Usairy


Menurut Ahmad Al-Usairy, dalam At-Tarikh Al-Islami, menyebutkan periodisasi islam secara
lengkap di bagi dalam periode-periode sebagai berikut:

a. Periode Sejarah Klasik ( Masa Nabi Adam-Sebelum Diutusnya Nabi


Muhammad )
Periode ini merupakan fase sejarah sejak Nabi Adam dilanjutkan dengan masa-masa para
nabi hingga sebelum diutusnya Rasulullah.

b. Periode Sejarah Rasulullah ( 570-632 M )


Di dalamya diungkapkan tentang berdirinya negara islam yang dipimpin langsung oleh
Rasulullah, yang menjadikan Madinah Al-Munawaroh sebagai pusat awal ssemua
aktivitas negara yang kemudian meliputi semua Jazirah Arabia.

c. Periode Sejarah Khufaur Rasyidin ( 632-661 M )


Periode ini di mulai sejak tahun 11 H hingga 41 H. Pada masa itu terjadi penaklukanpenaklukan Islam di Persia, Syam ( Syiria ) , Mesir, dan lain-lain.

d. Periode Pemerintahan Bani Umayyah ( 661-749 M )


Pada masa ini pemerintahan islam mengalami perluasan islam yang demikian signifikan.

Hanya ada satu khalifah dalam pemerintahannya. Sayangnya, komitmen kepada syariah
Islam mengalami sedikit kemorosotan daripada periode sebelumnya.

e. Periode Pemerintahan Bani Abbasiyah ( 749-1258 M )


Periode ini memiliki karakter khusus yang ditandai dengan kemunculan beberapa
pemerintahan dan kerajaan yang independen, dimana sebagian besar telah berkontribusi
yang besar terhadap islam. Kerajaan tersebut yaitu:
1. Dinasti Idrisiyah (788-974 M)
Dinasti ini didirikan oleh salah seorang penganut syi'ah, yaitu Idris bin Abdullah pada
tahun 172 H / 789 M. Dinasti ini merupakan Dinasti Syi'ah pertama yang tercatat dalam
sejarah berusaha memasukan syi'ah ke daerah Maroko dalam bentuk yang sangat halus.
2. Dinasti Aqlabiah ( 800-811 M)
Dinasti ini muncul di akhir pemerintahan Raja Haru Al-Rasyid. Pengangkatan Ibrahim
bin Aqlab sebagai Gubernur turun temurun (800), yang kemudian menjadi Dinasti
Aqlabiah, di Afrika Utara (Magribi).
Masa ini juga di tandai dengan terjadinya gerakan kebatinan, pemerintahan syiah serta
perang salib.
f.

Periode Pemerintahan Mamluk ( 1250-1517 M )


Goresan sejarah paling penting pada masa ini yaitu berhasil di bendungnya gelombang
penyerbuan pasukan Mongolia ke beberapa belahan negeri Islam. Juga telah berhasil
eksstensi kaum Salibis dari negara Islam. Pada masa ini kaum muslimin semakin jauh
dari agamanya.

g.

Periode Pemerintahan Usmani ( 1517-1923 M )


Pada awal pemerintahan ini telah berhasil melakukan ekspansi wilayah Islam terutama di
Eropa Timur. Pemerintahan ini juga telah melebarkan kekuasaannya ke kawasan timur
wilayah Islam. Goresan sejarah yang paling agung yamg berhasil dilakukan oleh
pemerintahan Usmani adalah ditaklukannya Konstatinopel. Namun pada akhirnya
pemerintahan Turki berhasil menaburkan benih pemikiran nasionalis sehingga pemikiran
ini menjadi pemicu hancurnya pemerintahan Islam serta kaum muslimin menjadi negerinegeri kecil yang lemah dan terbelakang serta jauh dari agama mereka.

h. Periode Dunia Islam Kontemporer (1922-2000 M)


Periodeini dimulai sejak tahun 1342-1420 H/1922-2000 M. Periode ini merupakan masa
sejarah umat islam sejak berakhirnya Dinasti Turki Usmani hingga perjalanan umat Islam
pada masa sekarang.

3. Periodisasi sejarah Islam Menurut Prof. Dr. Harun Nasution


Menurut Prof.Dr.Harun Nasution,Sejarah Islam dapat dibagi kedalam tiga periode, yaitu
periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern.

A. Periode Klasik (650-1250 M)


Periode klasik ini dapat pula dibagi kedalam dua masa, masa kemajuan Islam I dan masa
disintegrasi.
1. Masa Kemajuan Islam I (650-1000 M)
Masa ini merupakn masa ekspansi, integrasi, dan keemasan Islam. dalam hal
ekspansi, sebelum Nabi Muhammad wafat ditahun 632 M. Seluruh semenanjung

Arabia telah tunduk kebawah kekuasaan islam. Ekspansi daerah-daerah diluar Arabia
dimulai dizaman khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq.
a. Khulafaur Rasyidin
Abu Bakar menjadi khalifah ditahun 632 M, tetapi dua tahun kemudian
meninggal dunia. Masanya yang singkat itu banyak dipergunakn untuk
menyelesaikan perang riddah.Yang ditimbulkan suku-suku Arab yang tidak mau
tunduk lagi kepada Madina.
Setelah perang dalam negeri tersebut, barulah Abu Bakar mulai mengirim
kekuatan-kekutan keluar Arabia. Khalid bin Walid dikiri ke Irak dan dapat
menguasai Al-Hirah ditahun 634 M. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid bin
Walid kemudian akan diperintahkan agar meninggalkan Irak, dan melampui
gurun pasir yang jarang dilalui, delapan belas hari kemudian sampailah di Suria.
Usaha-usaha yang dimulai Abu Bakar ini dilanjutkan oleh Khalifah kedua,
Umar bin Khattab (634-644 M). Dizamannyalah gelombang ekspansi pertama
terjadi, kota Damaskus jatuh ditahun 635 M dan pada tahun 636 M, setelah
tentara Bizantiun klah di pertempuran Yarmuk, daerah Syiriah jatuh kebawah
kekuasaan Islam.
Dengan adanya gelombang ekspansi pertama ini, kekuasaan Islam dibawah
Khalifah Umar telah meliputi selain semenanjung Arabia, juga Palestina, Syiria,
Irak, Persia, dan Mesir.
Pada zaman Utsman bin Affan (644-656 M) Tripoli, Cirpus, dan beberapa
daerah lain dikuasai, tetapi gelombang ekspansi pertama berhenti sampai disini.
Dikalangan umat Islam mulai terjadi perpevahan dan dalam kekacauan ynag
timbul Utsman terbunuh.
Sebagai pengganti Utsman, Ali bin abi Thalibmenjadi khalifah kempat (656661 M) tetapi mendapat tantangan dari pihak pendukung Utsman, terutama
Muawiyah, gubernur Damaskus,dari golongan Talhah dan Zubair di Mekkah dan
dari kaum Khawarij. Ali sebgaimana Utsman, terbunuh dan Muawiyah menjadi
khalifah kelima yang selanjutnya membentuk Dinasti Bani Umayah.
b. Bani Umayyah
Setelah pergantian kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib ke Muawiyah, terjadi
perombakan system kekuasaan dan pemerintahan. Sistem kekhalifahan pada
masa ini mengalami perubahan baru, yaitu system monarki (kerajaan). Suksesi
kepemimpinan seperti ini terjadi ketika Muawiyah memerintahkan untuk
mewariskan jabatan kekhalifahan kepada anaknya, Yazid ibn Muawiyah. Maka
dari sinilah awal mula system kekhalifahan berlaku.
Penyebutan Bani / Daulah Umayyah disandarkan pada nama Umayyah ibn
Abdi Syams ibn Abdi Manaf, salah satu pemimpin suku Quraisy pada zaman
jahiliyah.
Muawiyah bin Abu Sufyan, adalah tokoh penting dalam Bani Umayyah,
beliau terkenal dengan alim dan santun, juga termasuk salah satu sahabat nabi
yang sering menemani Rasulullah.
Muawiyah ibn Abu Sufyan ibn Harba dalah pendiri bani Umayyah dan
sekaligus khalifah pertama. Dia juga termasuk orang yang pertama kali dalam
sejarah kekhalifahan memindahkan ibukota kekuasaan Islam dari Kuffah ke
Damaskus.
Di zaman Muawiyah, Uqbah bin Nafi menguasia tunis dan Isalm. disana ia
mendirikan kota Kairawan yang kemudian menjadi salah satu pusat kebuadayaan
Islam. Ekspansi ke timur diteruskan sizam Abdul Al-Malik dibawah pimpinan

Al-Hajaj bin Yusuf. Ekspansi ke Barat terjadi dizaman Al-Walid. Pulau-pulau


yang terdapat dilaut tengah, Malorca, Corsica, Sardinia, Crete, Rhodes. Cyprus
dan sebagian dariSichilia jatuh ketangan Islam. Daerah-daerah yang dikuasai
Islam dizaman Ekspansi ini adalah, Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Plaestina,
Semenanjung Arabia, Irak, sebagian dari Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah
yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia tengah.
Ekspansi yang dilakukan Bani Umayah inilah yang membuat Islam menjadi
negara besar dizaman itu. Perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan
bahasa Pahlawi ke Bahasa Arab dimulai oleh Abd. Abdullah Al-Malik. Perhatian
kepada Syair arab jahiliah timbul kembali dan penyair arab baru mulai
bermunculan. Abd. Abdullah Al-Malik. Juga mengubah mata uang yang dipakai
didaerah-daerah yang dikuasai Islam.
Kekuasaan dan kejayaan Dinasti ini mencapai puncaknya dizaman Al-Walid
I, sesudah itu ditumbangkan oleh Bani Abassiyah.
Pernyataan di atas cukup mewakili sosok Muawiyah ibn Abi Sufyan. Ia
cerdas dan cerdik. Ia seorang politisi ulung dan seorang negarawan yang mampu
membangun peradaban besar melalui politik kekuasaannya. Ia pendiri sebuah
dinasti besar yang mampu bertahan selama hamper satu abad. Dialah pendiri
Dinasti Umayyah, seorang pemimpin yang paling berpengaruh pada abad ke 7 H.
c. Bani Abbasiyah
Berdirinya Dinasti Abbasiyah didirikan atas dua strategi, yaitu: Pertama,
dengan sistem mencari pendukung dan penyebaran ide secara rahasia, ini sudah
berlagsung sejak akhir abad pertengahan hijriah yang dipusat di Al-Hamimah.
Kedua, dengan terang-terangan dan himbauan di forum-forum resmi untuk
mendirikan dinasti Abbasiyah berlanjut dengan peperangan melawan dinasti
Umayyah.
Sistem pemerintahan dinasti Abbasiyah meniru cara Umayyah dasar
pemerintahan Abbasiyah diletakkan oleh khalifah kedua, Abu Jafar Al-Mansur.
Sistem politik Abbasiyah yang dijalankan antara lain: para khalifah tetap dari
turunan Arab murni, kota Baghdad sebagai ibu kota negara yang menjadi pusat
kegiatan politik, ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat
penting, kebebasan berfikir sebagai HAM diakui penuh, dan para menteri
turunan Persia diberi hak penuh dalam menjalankan pemerintahannya
Pendiri Dinasti Abbasiyah adalah Abu Al Abbasiyah tetapi pembangunnya
adalah Al Mansyur. Sebagai khalifah baru musuh-musuh ingin menjatuhkannya
sebelum ia bertambah kuat. Dalam usaha mempertahankan kekuasaan Bani
Abbasiyah, Al-Mansur menggunakan kekerasan.
Al Mansyur merasa tidak aman berada di tengah bangsa Arab dan kemudian
mendirikan ibu kota baru sebagai pengganti Damaskus, Baghdad didirikan di
dekat bekas ibu kota Persia. Al Mahdi menggantikan Al Mansyur sebagai
khalifah, dan di masa pemerintahan, perekonomiannya mulai meningkat. Pada
zaman Harun Ar-Rasyid hidup mewah telah memasuki kehidupan masyarakat.
Kekayaan yang banyak juga dipergunakan untuk keperluan sosial. Hanya Ar
Rasyid adalah Raja Besar di zaman it.
Anaknya Al-Makmun meningkatkan perhatian pada ilmu pengetahuan.
Khalifah Al-Mutasim sebagai anak dari ibu yang berasal dari Turki. Dengan
demikian, pengaruh turki mulai masuk ke pusat pemerintahan Bani Abbasiyah.
Tentara pengawal Turki ini kemudian menjadi sangat berkuasa di istana dan
khalifah pada akhirnya hanya sebagai boneka.

Alwatsiq kemudian melepaskan diri dari pengaruh Turki, mendirikan ibu kota
Samarra dan pindah dari baghdad. Tetap justru tambah mudah di kuasai
pengawal Turki. Al-Mutawakkil merupakan khalifah besar terakhir di dari
Dinasti Abbasiyah. Khalifah yang paling terakhir adalah Al-Mutashim Billah.
Pada masa ini baghdad dihancurkan oleh hulagu dari Mongol.
2. Masa Disintegrasi ( 1000-1250 M )
Disintegrasi dalam bidang politik telah mulai pada akhir zaman Bani Umayyah, tetapi
memuncak pada di zaman Bani Abbasiyah. Disentegrasi pada bidang politik
membawa pada disintegrasi dalam bidang kebudayaan,bahkan juga dalam bidang
agama. Perpecahan di kalangan umat islam menjadi besar.
B. Periode Perkembangan ( 1250-1800 M )
Periode ini dapat pula di bagi kedalam dua masa yaitu :
1. Masa Kemunduran I ( 1250-1500 M )
Pada zaman ini jenghiz khan dan keturunannya datang menghancurkan dunia
islam. Jenghiz Khan berasal dari Mongolia setelah menduduki Peking di tahun 2121
M, ia mengalihkan serangan-serangannya kearah Barat. Satu demi satu kerajaankerajaan Islam jatuh ketangannya.
Serangan ke Baghdad dilakukan oleh cucunya Hulagu Khan. Terlebih dahulu ia
mengalahkan Khurasan di Persia dan kemudian menghancurkan Hasysyasyin di
Alamut. Khalifah dn keluarga serta sebagian penduduk dibunuh. Sebagian besar
penduduk dibunuh. Beberapa dari anggota keluarga Bani Abasiyah dapat melarikan
dan diantaranya ada yang menetap di Mesir.
Dari sini Hulagu menerusknan serangannya ke Syiria dan dari Syiria ia ingin
memasuki Mesir. Akan tetapi, di Ain Jalut ( Goliath) ia dapat dikalahkn oleh Baybars,
Jenderal mamluk dari Mesir, ditahun 1260 M.
Baghdad dan daerah yang ditaklukan Hulagu selanjutmya diperintah oleh Dinasti
Ilkhan. Ikhlan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu. Daerah yang dikuasai
dinasti ini dalah daerah yang terletak antara asia kecil di Barat dan di India di Timur.
Dinasti Ikhln berumur 100 tahun. Hulagu bukanlah beragama Islam dan anaknya
Abaga 91265-1281 M) masuk Kristen. Diantara keturunannya ynag pertama masuk
Islam yaitu cucunya Tagudar dengan nama Ahmad, tetapi mendapat tantangan dari
para Jendralnya.
Ghasan Mahmud (1295-1305 M) juga masuk Islam dan demikian juga Uljaytu
Khuda Banda (1305-1316 M). Uljaya pada mulanya beragama Kristen, ia adalah Raja
Mongol besar yang terakhir. Kerajaan yang dibentuk Hulagu akhirnya menjadi
beberapa kerajaan kecil, diantaranya Kerajaan Jaylar (1336-1411 M) dengan
Baghdad sebagi ibu kota, kerajaan Salghari (1148-1282 M) di Paris, dengan kerajaan
Muzaffari (1313-1393 M) juga di Paris.
Timur Lenk, seorang yang berasal dari keturunan Jeng Hizkan dapat menguasai
samarkand pada tahun 1369 M. Dari samarkand ia mengadakan serangan-serangan ke
sebelah barat dan dapat menguasai daerah yang terletak diantara Delhi dan laut
Marmara. Keganasan Timur Lenk digambarkan oleh pembunuhan massal yang
dilakukannya dikota-kota yang tidak mau menyerah tetapi justru melawan
kedatangannya dikota yang telah ditundukannya.
Di Mesir khilafah Fatimiyah digantikan oleh Dinasti Salahudin al-ayubi. Dengan
kedatangnnya Mesir kembali kealiran Sunni. Di India persainagn dan kekuasaan juga

selalu terjadi sehingga India senangtiasa menghadapi perubahan penguasa. Di Spayol


terjadi peperangan diantara dinasti-dinasti islam disana diantara raja-raja Kristen.
Pada masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan
antara Sunni dan syiah, demikian juga antara Arab dan Persia bertambah tampak.
Dunia Islam pada zaman ini terbagi dua, yaitu : Bagian Arab yang terdiri dari Arabia,
Irak, suria, Palestina, Mesir dan Afrika Utara, dengan Mesir sebagai pusat, dan bagian
Persia yang terdiri atas Balkan, asia keil, asia Tengah dengan Iran sebagai
Pusat.Dizaman ini pula hancurnya Khulafah secara formal bagian yang merupakan
pusat dunia islam jatuh ketangan bukan islam untuk beberapa waktu dan terlebih dari
itu islam lenyap dari Spanyol. Perbedaan antara kaum Sunni dan kaum Syiah menjadi
memunck demikian pula antara Arab dan Persia. Disamping itu, pengaruh tarekattarekat bertambah mendalam dan bertambah meluas didunia islam. Pendapat yang
ditimbulkan dizaman disintegrasi itu bahwa pintu ijtihad telah tertutup diterima
secara umum dizaman ini.
2. Masa Tiga Kerajaan besar ( 1500-1800 )
Masa ini pula dibagi dua fase yaitu :
a. Fase Kemajuan ( 1500-1700 )
Fase ini merupakan kemajuan Islam II.tiga kerajaan besar yang di maksud adalah
kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Syafawi di persia, dan kerajaan Mughal di
India.
Sultan Muhammad Al-Fatih ( 1451-1481 M ) dari kerajaan Usmani
mengalahkan kerajaaan Bizantium dengan menduduki Istambul di tahun 1453 M.
Dengan demikian Ekspansi ke arah barat berjalan lebih lancar. Akan tetapi, di
zaman sultan salim 1 (1512-1520 M ) perhatian ke barat d alihkan ke timur. Persia
mulai di serang dan dalam peperangan Syah Ismail di kalahkan. Stelah menguasai
syiria, sultan Shalim merebut Mesir dari tangan Dinasti Mamluk. Kairo jatuh
pada tahun 1517 M. Kemajuan-kemajuan lain di buat oleh sultan Sulaiman AlQanuni tahun 1520-1566 M. Sultan sulaiman adalah sultan usmani yang terbesar.
Di zamannya Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Bedapest, dan Yaman dapat di
kuasai.Di masa kejayaannya, daerah kekuasaan kerajaan Usmani mencakup asia
kecil.
Gedung-gedung yang di tinggalkan periode ini antara lain Taj Mahal di Agra,
benteng merah, masjid-masjid, istana-istana dan gedung-gedung pemerintahan di
Delhi. Pada zaman ini, perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Dia
mengalami kemorosotan. Dengan timbulnya Turki dan India sebagai kerajaan
besar, di samping bahasa Arab dan Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu juga
mulai muncul sebagai bahasa penting dalam Islam. Bahasa Arab di jadikan
sebagai bahasa persatuan mengalami penurunan.
Kemajuan dalam bidang politik dan jauh lebih kecil dari kemajuan islam I.
Disamping itu Barat mulai bangkit akan tetapi kekuatan Eropa masih lemah jika
dibandingkan dengan kekuasaan Islam.
b. Fase Kemunduran II (1700-1800 M)
Sesudah Sulaiman Qanuni, kerajaan Usmani tidak lagi mempunyai Sultansultan yang kuat. Kerajaan ini memulai memasuki fase kemundurannya pada abad
17. Didalam negeri timbul pemberontakan, seperti di Syria dan di Lebanon.
Disamping itu, terjadi pula peperangan-peperangan dengan negara tetangga,
seperti Venifia, dan dengan Syah Abassiyah dari Persia, dalam peperangan itu
kerajaan Usmani mengalami kekalahan dan daerahnya di Eropa mulai diperkecil

sedikit demi sedikit. Kerajaan Syafawi di Persia mendapat serangan dari Raja
Afgan yang menganut paham Sunni. Di India terjadi pemberontakanpemberontakan di Negara Hindu yang merupakan mayoritas penduduk India
sementara itu Inggris telah pula turut memainkan peranan dalam politik india dan
menguasai India. Pada masa ini kekuatan militer, politik, perdagangan, dan
ekonomi umat islam semakin menurun. Akhirnya tahun 1798 M. Napoleon
menduduki Mesir sebagai salah satu pusat Islam terpenting.
C. Periode Modern (1800-Sekarang)
Periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir
berakhir tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan Mesir, akan
kemunduran dan kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan barat. Raja
dan pemuka Islam mulai berpikir untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan Islam.
Kontak Islam dengan barat sekarang sangat berlainan dengan ketika periode
klasik. Pada periode klasik, Islam tampak gemilang dan Barat tampak kegelapan. Tetapi
sekarang Islam tampak kegelapan dan Barat tampak gemilang. Dengan demikian,
timbullah apa yang disebut pemikiran atau aliran pembaruan atau modernisasi Islam.

B.

Masa Kejayaan Islam


Masa Kejayaan Islam (750 M-1258 M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur di
Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan,
baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi
mereka sendiri.

1. Penyebab
Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungan dengan geografi. Bahkan
sebelum kehadiran Islam, kota Mekah merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab dan
Nabi Muhammad SAW sendiri merupakan seorang pedagang. Tradisi ziarah ke Mekah
menjadi pusat pertukaran gaagasan dan barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang
Muslim atas jalur perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sangat besar sekali. Akibatnya,
peradaban Islam tumbuh, berkembang, dan meluas dengan berdasarkan pada ekonomi
dagangnya, berkebalikan dengan orang-orang Kristen, India, dan Cina yang membangun
masyarakat dengan berdasarkan kebangsawanan kepemilikan tanah pertanian. Pedagang
membawa barang dagangan dan menyebarkan agama mereka ke Cina (berujung pada
banyaknya penduduk Islam di Cina dengan perkiraan jumlah sekitar 37 juta orang, yang
terutama merupakan etnis Uyghur Turk yang wilayahnya dikuasai oleh Cina), India, Asia
tenggara, dan kerajaan-kerajaan di Afrika barat. Ketika para pedagang itu kembali ke Timur
Tengah, mereka membawa serta penemuan-penemuan dan ilmu pengetahuan baru dari
tempat-tempat tersebut.

2. Filsafat
Hanya dalam bidang filsafat, para ilmuwan Islam relatif dibatasi dalam menerapkan gagasangagasan nonortodoks mereka. Meskipun demikian, Ibnu Rushd dan polimat Persia Ibnu Sina
membberikan kontribusi penting dalam melanjutkan karya-karya Aristoteles, yang gagasangagasannya mendominasi pemikiran nonkeagamaan dunia Islam dan Kristen. Mereka juga
mengadopsi gagasan-gagasan dari Cina dan India, yang dengan demikian menambah
pengetahuan mereka yang sudah ada sebelumnya. Ibnu Sina dan para pemikir spekulatif

lainnya seperti al-Kindi dan al-Farabi menggabungkan Aristotelianisme dan Neoplatonisme


dengan gagasan-gagasan lainnya yang diperkenalkan melalui Islam.
Literatur filsafat Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Ladino, yang ikut
membantu perkembangan filsafat Eropa modern. Sosiolog-sejarawan Ibnu Khaldun, warga
Kartago Konstantinus orang Afrika yang menerjemahkan naskah-naskah kedokteran Yunani
dan kumpulan teknik matematika Al-Khwarzimi adalah tokoh-tokoh penting pada Zaman
Kejayaan Islam. Pada masa ini juga terjadi perkembangan filsuf non-Muslim. Filsuf Yahudi
Moses Maimonides yang tinggal di Andalusia adalah salah satu contohnya.

3. Sains
Banyak ilmuwan penting Islam yang hidup dan berkegiatan selama Zaman Kejayaan Islam.
Di antara pencapaian para ilmuwan pada periode ini antara lain perkembangan trigonometri
ke dalam bentuk modernnya (sangat menyederhanakan penggunaan praktiknya untuk
memperhitungkan fase bulan), kemajuan pada bidang optik pada Cammera Obscura 200
tahun sebelum Leonardo Da Vinci, memberi komentar pada Euklides dan Ptolomeus perihal
penembusan dan perjalanan sinar,[1] dan kemajuan pada bidang astronomi.

4. Kedokteran
Kedokteran adalah bagian penting dari kebudayaan Islam Abad Pertengahan. Sebagai
tanggapan atas keadaan pada waktu dan tempat mereka, para dokter Islam mengembangkan
literature medis yang kompleks dan banyak yang meneliti dan menyintesa teori dan praktik
kedokteran.
Kedokteran Islam dibangun dari tradisi, terutama pengetahuan teoretis dan praktis yang
telah berkembang sebelumnya di Yunani, Romawi, dan Persia. Bagi para ilmuwan Islam,
Galen dan Hippokrates adalah orang-orang yang unggul, disusul oleh para ilmuwan Hellenik
di Iskandariyah. Para ilmuwan Islam menerjemahkan banyak sekali tulisan-tulisan Yunani ke
bahasa Arab dan kemudian menghasilkan pengetahuan kedokteran baru dari naskah-naskah
tersebut. Untuk menjadikan tradisi Yunani lebih mudah diakses, dipahami, dan diajarkan, para
ilmuwan islam mengusulkan dan menjadikan lebih sistematis pengetahuan kedokteran
Yunani-Romawi yang luas dan kadang inkonsisten dengan cara menulis ensikolpedia dan
ikhtisar.
Pembelajaran Yunani dan Latin dipandang sangat jelek di Eropa Kristen Abad
Pertengahan Awal, dan baru pada abad ke-12, setelah adanya penerjemahan dari bahasa Arab
membuat Eropa Abad Pertengahan kembali mempelajari kedokteran Hellenik, termasuk
karya-karya Galen dan Hippokrates. Jauh sebelum itu, bangsa Eropa telah banyak belajar
dengan umat Islam dalam hal kedokteran. Di Sisilia, sebuah sekolah kedokteran dengan
dokter-dokter Muslim sebagai pengajarnya, menjadi sumber ilmu kedokteran di Eropa.[2]
Dengan memberikan pengaruh yang setara atau mungkin lebih besar di Eropa Barat adalah
Kanon Kedokteran karya Ibnu Sina, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan
dibuat manuskrip lalu dicetak dan disebarkan ke seluruh Eropa. Selama abad kelima belas
dan keenam belas saja, karya tersebut diterbitkan lebih dari lima kali. Sejarah mencatat, ada
sekitar 300 buku kedokteran yang diterjemahkan bangsa Eropa.
Di dunia Islam Abad Pertengahan, rumah sakit mulai dibangun di semua kota besar,
misalnya di Kairo, rumah sakit Qalawun memiliki staf pegawai yang terdiri dari dokter,
apoteker, dan suster. Orang juga dapat mengakses apotek, dan fasilitas penelitian yang
menghasilkan kemajuan pada pemahaman mengenai penyakit menular, dan penelitian
mengenai mata serta mekanisme kerja mata.

5. Perdagangan
Selain di sungai Nil, Tigris dan Efrat, sungai-sungai yang dapat dilalui tidaklah banyak, jadi
perjalanan lewat laut menjadi sangat penting. Ilmu navigasi amat sangat berkembang,
menghasilkan penggunaan sekstan dasar (dikenal sebagai kamal). Ketika digabungankna
dengan peta terinci pada periode ini, para pelaut berhasil berlayar menjelajahi samudara dan
tak lagi perlu bersusah payah melalui gurun pasir. Para pelaut muslim juga berhasil
menciptakan kapal dagang besar bertiang tiga ke Laut Tengah. Nama karavel kemungkinan
berasal dari perahu terawal Arab yang dikenal sebagai qrib.[3] Sebuah kanal buatan yang
menghubungkan sungai Nil dengan Terusan Suez dibangun, menghubungkan Laut Merah
dengan Laut Tengah meskipun itu sering berlumpur.

C.

Tokoh-tokoh Pada Masa Kejayaan Islam


1. Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid) dalam bahasa Arab dan dalam bahasa Latin
Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia).
a. Ikhtisar
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah
(1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya.
Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta.
Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu
Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan
ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi"
(hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan
komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen pada abad
pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi
Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.
b. Pemikiran Ibnu Rusyd
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk
karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan
ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya
aslinya sudah tidak ada. Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti

yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang
akidah dan sikap keberagamaannya.
c. Karya
1. Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih)
2. Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran)

2. Al-Ghazali

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di


Thus; 1058 / 450 H meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 5253 tahun)
adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat
abad Pertengahan. Ia berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama Hamid.
Gelar dia al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu
kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (Iran).
Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa dia bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari
keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi
orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam
yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia
pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian
tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505
Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat
kelahirannya.
a. Sifat Pribadi
Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul
Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk
dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai
bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga
sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta
meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum dia memulai

pengembaraan, dia telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan
Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah
mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah,
Jerusalem, dan Mesir. Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan
nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi
dia telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini menyebabkan dia benci kepada sifat
riya, megah, sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat,
wara', zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari
sesuatu untuk mendapat ridha Allah SWT.
b. Pendidikan
Pada tingkat dasar, dia mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena
kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan dia
menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam
terhadap ilmu, dia mula mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat,
dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang
dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, dia melanjutkan pelajarannya dengan
Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam
Harmaim di Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, dia telah
dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiyah (sebuah universitas yang didirikan
oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian dia dilantik pula
sebagai Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa tempat seperti
Mekkah,Madinah,Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana
untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, dia menulis kitab
Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran
manusia dalam semua masalah.

3. Al Kindi

Abu Ysuf Yaqb ibn Ish q as -S abbh al-Kind(Arab: ,


Latin: Alkindus) (lahir: 801 - wafat: 873), dikenal sebagai filsuf pertama yang lahir dari
kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani.
Banyak karya-karya para filsuf Yunani diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain
karya Aristoteles dan Plotinos. Sayangnya ada sebuah karya Plotinus yang diterjemahkannya

sebagai karangan Aristoteles yang berjudul Teologi menurut Aristoteles, yang di kemudian
hari menimbulkan sedikit kebingungan.
Ia adalah filsuf berbangsa Arab dan dipandang sebagai filsuf Muslim pertama. Secara etnis,
al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu suku
besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat
Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing
tersebut.
Al Kindi telah menulis banyak karya dalam pelbagai disiplin ilmu, dari metafisika, etika,
logika dan psikologi, hingga ilmu pengobatan, farmakologi, matematika, astrologi dan optik,
juga meliputi topik praktis seperti parfum, pedang, zoologi, kaca, meteorologi dan gempa
bumi.
Di antaranya ia sangat menghargai matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi
al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah
ini begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam
filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang
bilangan, harmoni, geometri dan astronomi.
Yang paling utama dari seluruh cakupan matematika di sini adalah ilmu bilangan atau
aritmetika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun.
Al-Kindi membagi daya jiwa menjadi tiga: daya bernafsu (appetitive), daya pemarah
(irascible), dan daya berpikir (cognitive atau rational). Sebagaimana Plato, ia
membandingkan ketiga kekuatan jiwa ini dengan mengibaratkan daya berpikir sebagai sais
kereta dan dua kekuatan lainnya (pemarah dan nafsu) sebagai dua ekor kuda yang menarik
kereta tersebut. Jika akal budi dapat berkembang dengan baik, maka dua daya jiwa lainnya
dapat dikendalikan dengan baik pula. Orang yang hidupnya dikendalikan oleh dorongandorongan nafsu birahi dan amarah diibaratkan al-Kindi seperti anjing dan babi, sedang bagi
mereka yang menjadikan akal budi sebagai tuannya, mereka diibaratkan sebagai raja.
Menurut al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya bukan untuk menggugat kebenaran wahyu
atau untuk menuntut keunggulan yang lancang atau menuntut persamaan dengan wahyu.
Filsafat haruslah sama sekali tidak mengajukan tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju
kebenaran dan mau merendahkan dirinya sebagai penunjang bagi wahyu.
Ia mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala sesuatu sejauh jangkauan
pengetahuan manusia. Karena itu, al-Kindi dengan tegas mengatakan bahwa filsafat memiliki
keterbatasan dan bahwa ia tidak dapat mengatasi problem semisal mukjizat, surga, neraka,
dan kehidupan akhirat. Dalam semangat ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia
ex nihilio, kebangkitan jasmani, mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehancuran
dunia oleh Tuhan.
Al-Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian
diselesaikan oleh Ibnu Sina (Avicenna) seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang
berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarkan oleh para
bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran yang dianggap bid'ah, dan dalam
keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam), al Kindi dapat
membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan religius-ortodoks itu.

4. Al Farabi

Ab Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Frbi' (870-950, Bangsa Turk: Farabi, Bahasa
Persia: ) singkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam berasal dari Farab,
Kazakhstan.[1] Ia juga dikenal dengan nama Ab Nasir al-Frbi (dalam beberapa sumber ia
dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi,
juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir.
Kemungkinan lain, Farabi adalah seorang Syiah Imamiyah[2] (Syiah Imamiyah adalah salah
satu aliran dalam islam di mana yang menjadi dasar aqidah mereka adalah soal Imam) yang
berasal dari Turki.
a. Kehidupan dan pembelajaran
Al-Farabi berpakaian rapi sejak kecil. Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan
Persia, sedangkan ibunya berdarah Turki asli. Sejak dini ia digambarkan memiliki
kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang
dipelajari. Pada masa awal pendidikannya ini, al-Farabi belajar al-Quran, tata bahasa,
kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits) dan aritmetika dasar.AlFarabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan tinggal di Kazakhstan
sampai umur 50. Ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20
tahun.Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di Baghdad, yaitu kira-kira pada tahun 920 M,
al Farabi kemudian mengembara di kota Harran yang terletak di utara Syria, di mana saat
itu Harran merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil. Ia kemudian belajar filsafat
dari Filsuf Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin Jilad.Tahun 940M, al Farabi
melajutkan pengembaraannya ke Damaskus dan bertemu dengan Sayf al Dawla al
Hamdanid, Kepala daerah (distrik) Aleppo, yang dikenal sebagai simpatisan para Imam
Syiah. Kemudian al-Farabi wafat di kota Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/
Desember 950 M) pada masa pemerintahan Khalifah Al Muthi (masih dinasti
Abbasiyyah).Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia

Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para
filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di
berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah
menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik,
Kitab al-Musiqaa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat
musik. Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena
kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam
ilmu filsafat. Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan,
mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan
Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.
Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al Dawla dan di zaman
pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk Monarki yang dipimpin oleh seorang
Khalifah. Ia lahir dimasa kepemimpinan Khalifah Mutamid (869-892 M) dan meninggal
pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muthi (946-974 M) di mana periode tersebut
dianggap sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik. Dalam
kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-pemikiran dari para ahli Filsafat
Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba mengkombinasikan ide atau pemikiranpemikiran Yunani Kuno dengan pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah negara
pemerintahan yang ideal (Negara Utama).
b. Buah Pemikiran
1. Karya
Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan,
karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian
2. Logika
a. Ilmu-ilmu Matematika
b. Ilmu Alam
c. Teologi
d. Ilmu Politik dan kenegaraan
e. Bunga rampai (Kutub Munawwaah).
Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara
Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan
hubungan antara rejim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum
Ilahiah islam. Filsafat politik Al-Farabi, khususnya gagasannya mengenai penguasa
kota utama mencerminkan rasionalisasi ajaran Imamah dalam Syi'ah.
3. Pemikiran tentang Asal-usul Negara dan Warga Negara
Menurut Al-Farabi manusia merupakan warga negara yang merupakan salah satu
syarat terbentuknya Negara. Oleh karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu
membutuhkan bantuan orang lain, maka manusia menjalin hubungan-hubungan
(asosiasi). Kemudian, dalam proses yang panjang, pada akhirnya terbentuklah suatu
Negara. Menurut Al-Farabi, negara atau kota merupakan suatu kesatuan masyarakat
yang paling mandiri dan paling mampu memenuhi kebutuhan hidup antara lain:
sandang, pangan, papan, dan keamanan, serta mampu mengatur ketertiban masyarakat,
sehingga pencapaian kesempurnaan bagi masyarakat menjadi mudah. Negara yang
warganya sudah mandiri dan bertujuan untuk mencapai kebahagiaan yang nyata ,
menurut al-Farabi, adalah Negara Utama.

Menurutnya, warga negara merupakan unsur yang paling pokok dalam suatu Negara.
yang diikuti dengan segala prinsip-prinsipnyaprinsip-prinsipnya (mabadi) yang berarti
dasar, titik awal, prinsip, ideologi, dan konsep dasar.
Keberadaan warga negara sangat penting karena warga negaralah yang menentukan
sifat, corak serta jenis Negara. Menurut Al-Farabi perkembangan dan/atau kualitas
negara ditentukan oleh warga negaranya. Mereka juga berhak memilih seorang
pemimpin negara, yaitu seorang yang paling unggul dan paling sempurna di antara
mereka.
Negara Utama dianalogikan seperti tubuh manusia yang sehat dan utama, karena
secara alami, pengaturan organ-organ dalam tubuh manusia bersifat hierarkis dan
sempurna. Ada tiga klasifikasi utama:
Pertama, jantung. Jantung merupakan organ pokok karena jantung adalah organ
pengatur yang tidak diatur oleh organ lainnya.
Kedua, otak. Bagian peringkat kedua ini, selain bertugas melayani bagian peringkat
pertama, juga mengatur organ-ogan bagian di bawahnya, yakni organ peringkat ketiga,
seperti : hati, limpa, dan organ-organ reproduksi.
Organ bagian ketiga. Organ terbawah ini hanya bertugas mendukung dan melayani
organ dari bagian atasnya.
Al-Farabi membagi negara ke dalam lima bentuk, yaitu:
a. Negara Utama (Al-Madinah Al-Fadilah): negara yang dipimpin oleh para nabi dan
dilanjutkan oleh para filsuf; penduduknya merasakan kebahagiaan.
b. Negara Orang-orang Bodoh (Al-Madinah Al-Jahilah): negara yang penduduknya
tidak mengenal kebahagiaan.
c. Negara Orang-orang Fasik: negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, tetapi
tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara orang-orang bodoh.
d. Negara yang Berubah-ubah (Al-Madinah Al-Mutabaddilah): pada awalnya
penduduk negara ini memiliki pemikiran dan pendapat seperti penduduk negara
utama, namun kemudian mengalami kerusakan.
e. Negara Sesat (Al-Madinah Ad-dallah): negara yang dipimpin oleh orang yang
menganggap dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak
dengan ucapan dan perbuatannya.
4. Pemikirannya Tentang Pemimpin
Dengan prinsip yang sama, seorang pemimpin negara merupakan bagian yang paling
penting dan paling sempurna di dalam suatu negara. Menurut Al Farabi, pemimpin
adalah seorang yang disebutnya sebagai filsuf yang berkarakter Nabi yakni orang yang
mempunyai kemampuan fisik dan jiwa (rasionalitas dan spiritualitas).
Disebutkan adanya pemimpin generasi pertama (the first one dengan segala
kesempurnaannya (Imam) Selanjutnya al-Farabi mengingatkan bahwa walaupun
kualitas lainnya sudah terpenuhi , namun kalau kualitas seorang filsufnya tidak
terpenuhi atau tidak ambil bagian dalam suatu pemerintahan, maka Negara Utama
tersebut bagai kerajaan tanpa seorang Raja. Oleh karena itu, Negara dapat berada
diambang kehancuran. dan karena sangat sulit untuk ditemukan (keberadaannya) maka
generasi kedua atau generasi selanjutnya sudah cukup, yang disebut sebagai (Rais)
atau pemimpin golongan kedua.

5. Ibnu Sina

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang Iran). Ia juga seorang penulis yang
produktif di mana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi
banyak orang, dia adalah "Bapak Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi sebutan
baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran.
Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan Referensi di bidang
kedokteran selama berabad-abad. Ibnu Sina bernama lengkap Ab Al al-Husayn bin
Abdullh bin Sn (Persia Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab :
) . Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang
wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamada n,
Persia (Iran).Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar.
Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak
orang sebagai "bapak kedokteran modern." George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan
paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat,
dan waktu". Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of
Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
a. Latar Belakang
Ibnu Sina merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dokter dan penulis aktif yang lahir di
zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan muslim
banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia dan India. Teks
Yunani dari zaman Plato, sesudahnya hingga zaman Aristoteles secara intensif banyak
diterjemahkan dan dikembangkan lebih maju oleh para ilmuwan Islam.
Pengembangan ini terutama dilakukan oleh perguruan yang didirikan oleh Al-Kindi.
Pengembangan ilmu pengetahuan pada masa ini meliputi matematika, astronomi,
Aljabar, Trigonometri, dan ilmu pengobatan. Pada zaman Dinasti Samayid dibagian
timur Persian wilayah Khurasan dan Dinasti Buyid dibagian barat Iran dan Persian
memberi suasana yang mendukung bagi perkembangan keilmuan dan budaya. Di
zaman Dinasti Samaniyah, Bukhara dan Baghdad menjadi pusat budaya dan ilmu
pengetahun dunia Islam. Ilmu ilmu lain seperti studi tentang Al-Quran dan Hadist
berkembang dengan perkembangan dengan suasana perkembangan ilmiah. Ilmu lainya
seperti ilmu filsafat, Ilmu Fikih, Ilmu Kalam sangat berkembang dengan pesat. Pada

masa itu Al-Razi dan Al-Farabi menyumbangkan ilmu pengetahuan dalam bidang
ilmu pengobatan dan filsafat. Pada masa itu Ibnu Sina memiliki akses untuk belajar di
perpustakaan besar di wilayah Balkh, Khwarezmia, Gorgan, Kota Ray, Kota Isfahan
dan Hamedan. Selain fasilitas perpustakaan besar yang memiliki banyak koleksi buku,
pada masa itu hidup pula beberapa ilmuwan muslim seperti Abu Raihan Al-Biruni
seorang astronom terkenal, Aruzi Samarqandi, Abu Nashr Mansur seorang
matematikawan terkenal dan sangat teliti, Abu al-Khayr Khammar seorang fisikawan
dan ilmuwan terkenal lainya.
b. Karya Ibnu Sina
Jumlah karya yang ditulis Ibnu Sina (diperkirakan antara 100 sampai 250 buah judul).
Kualitas karyanya yang bergitu luar biasa dan keterlibatannya dalam praktik
kedokteran, mengajar, dan politik, menunjukkan tingkat kemampuan yang luar biasa.
Beberapa Karyanya yang sangat terkenal di antara lain :
1. Qanun fi Thib (Canon of Medicine) (Terjemahan bebas : Aturan Pengobatan)
2. Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
3. An Najat
4. Mantiq Al Masyriqin (Logika Timur)
Selain karya filsafatnya tersebut, Ibnu Sina meninggalkan sejumlah esai dan syair.
Beberapa esainya yang terkenal adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Hayy ibn Yaqzhan


Risalah Ath-Thair
Risalah fi Sirr Al-Qadar
Risalah fi Al- 'Isyq
Tahshil As-Sa'adah

Dan beberapa Puisi terpentingnya yaitu :


1. Al-Urjuzah fi Ath-Thibb
2. Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah
3. Al-Qasidah Al- 'Ainiyyah

Bab III Penutup

1.

Kesimpulan
Selama 500 tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan, dan
peradabannya yang tinggi. Periode tersebut terjadi pada saat para filsuf, ilmuwan, dan insinyur
muslim bisa memberikan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan.
Mereka melakukannya baik dengan menjaga tradisi yang telah ada maupun dengan menciptakan
penemuan-penemuan sendiri.
Sekitar 750 M sampai sekarang adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur di
Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan,
baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi
mereka sendiri. Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungkan dengan
geografi. Bahkan sebelum kehadiran Islam, kota Makkah merupakan pusat perdagangan di Jazirah
Arab dan Muhammad sendiri merupakan seorang pedagang.
Banyak sekali tokoh Islam yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang ilmu yaitu: Ibnu
Rusyid, Al-Ghazali, Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina.

Daftar Pustaka

Buku PAI Kelas XI Untuk SMA/MA/SMK/MAK, K. 2013


http://id.wikipedia.org
http://www.google.com

Anda mungkin juga menyukai