BAB I
PENDAHULUAN
bakteri
ini
tidak
membutuhkan
oksigen
dalam
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas pasien
Nama
: Di Usman
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Alamat
: Banda Aceh
No CM
: 1-07-14-08
pasien dirujuk ke RSUDZA untuk penanganan yang lebih lanjut. Saat ini pasien
masih mengeluhkan nyeri kepala yang semakin memberat, dan saat nyeri kepala
memberat juga disertai dengan penglihatan kabur bahkan sulit untuk melihat.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal. Riwayat infeksi/ gigi
berlubang (+). Riwayat keluar cairan dari telinga disangkal, trauma kepala disangkal,
batuk lama atau minum obat > 6 bulan disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengeluhkan sakit yang sama dengan pasien.
Riwayat Pemakaian Obat:
Pasien mengonsumsi obat sakit kepala yang dibeli warung
Riwayat Sosial:
Pasien adalah seorang laki-laki, kebiasaan merokok (+) 1 bungkus/hari >20
tahun, tidak ada riwayat minum-minuman beralkohol maupun memakai tatto.
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.3.1 Status Present
Keadaan Umum
: Sakit Sedang
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 82x/ menit
Pernapasan
: 18x/ menit
Suhu
: 37,0 C
: Sawo matang
Turgor
: Kembali cepat
Ikterik
: Tidak ada
Pucat
: Tidak ada
Kepala
Rambut
Mata
: Hitam
: Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-),
pupilisokor, reflek cahaya (+/+)
Telinga
: Serumen (-/-)
Hidung
Mulut
Bibir
Lidah
: Beslag (-)
Leher
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
Thorax
Inspeksi
Statis
Dinamis
Paru Paru
Tabel 2.1 Pemeriksaan fisik paru
Depan
Palpasi
Kanan
Stem
Kiri
fremitus Stem
fremitus
tidak ada
Perkusi
Sonor
Sonor
Auskultasi
Belakang
Palpasi
Perkusi
Kanan
Kiri
Sonor
Sonor
Auskultasi
Vesikuler(+),
Vesikuler(+) Ronki(+)
Ronki(+),wheezing (-)
wheezing (-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas-batas jantung
Auskultasi
Atas
Kiri
Kanan
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Tidak teraba
: Tidak teraba
: Ballotement tidak di jumpai
Hepar
Lien
Ginjal
Perkusi
Pinggang
Genitalia
: Tidak diperiksa
Anus
: Tidak diperiksa
Tulang Belakang
Kelenjar Limfe
Ekstremitas
Inferior
Kanan
Kiri
Pucat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Akral Dingin
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
kelemahan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
: E4 M6 V5
Pupil
: (+/+)
: (+/+)
Kaku kuduk
: (-)
Laseque: (-)
Kernig
: (-)
Babinski
: (-/-)
Brudzinski I
: (-)
Brudzinski II
: (-)
B. Nervus Cranialis
Nervus II (otonom) :
Kanan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ukuran pupil
Bentuk pupil
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya tidak langsung
Nistagmus
Strabismus
Kiri
3 mm
3 mm
bulat
bulat
7. Eksoftalmus
8. Penglihatan Ganda
9. Lapangan pandang
10. Ketajaman penglihatan
+, 1/60
Kanan
Kiri
+, 1/60
Lateral
Atas
Bawah
Medial
Diplopia
Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)
1. Membuka mulut
Kanan
1.
Mengerutkan dahi
2.
3.
Menutup mata
Menggembungkan pipi
4. Memperlihatkan gigi
5. Sudut bibir
Nervus IX & X (fungsi motorik)
1.
2.
Bicara
Menelan
Kiri
2. Memutar kepala
Nervus XII (fungsi motorik)
1.
2.
Artikulasi lingualis
Menjulurkan lidah
Kelompok Sensoris
1.
2.
3.
4.
C. Badan
Motorik
1. Gerakan respirasi
2. Bentuk columna vertebralis
3. Gerakan columna vertebralis
: Abdomino Thorakalis
: Simetris
: Kesan simetris
Sensibilitas
1. Rasa suhu : Dalam Batas Normal.
2. Rasa nyeri : Dalam Batas Normal.
3. Rasa raba : Dalam Batas Normal.
D. Anggota Gerak Atas
Motorik
1.
2.
3.
4.
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
: (+/+)
: 5555/5555
: N/N
: N/N
Refleks
1. Biceps
2. Triceps
: (+/+)
: (+/+)
: (-/-)
: 5555/5555
: N/N
10
Refleks
1. Patella
: (+/+)
2. Achilles
: (+/+)
3.
4.
5.
6.
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
Babinski
Chaddok
Gordon
Oppenheim
Klonus
1.
2.
3.
4.
Paha
Kaki
Tanda Laseque
Tanda Kernig
Sensibilitas
: (-/-)
: (-/-)
: tidak diperiksa
: tidak diperiksa
kanan
kiri
Rasa suhu
dbn
dbn
Rasa nyeri
dbn
dbn
Rasa raba
dbn
dbn
2.4
Pemeriksaan Penunjang
11
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium (tanggal 17 November 2015)
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
KGDs
Ureum
: 14,2 gr/dl
: 43 %
: 19,7 l
: 5200000/mm3
: 419000/mm3
: 144 mg/dl
: 21 mg/dl
Rontgent Thorax
Kreatinin
CT/BT
Difftel
Natrium
Kalium
Klorida
: 0,70 mg /dl
: 7/2 menit
: 0/10/85/7/7 %
: 130 mmol/L
: 4,5 mmol/L
: 93 mmol/L
12
Expertise :
13
CT-Scan Kepala
14
Ekpertise:
15
Ekpertise:
16
17
Kesimpulan :
Hydrocephalus noncommunicating
2. Tumor otak
3. Metastase otak
18
2.6 Diagnosa
Diagnosa Etiologi
Diagnosa Patologi
2. Astrositoma
3. Metastase
2. Astrositoma
3. Metastase
2.7 Terapi
Head up 300
IVFD NaCl 0,9% 500cc/12jam
IV Ceftriakson 2gr/ 6 jam
IV Metronidazole 500mg/12
IV Mecobalamin 1 amp/12jam
Drip Paracetamol 1 gr/8jam
Laxadyn Syr 3x15cc
jam
2.8 Prognosis
Qou ad vitam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
19
Pembagian otak:
maupun serebelum. Abses otak biasanya terjadi akibat infeksi fokal di bagian tubuh
lain dengan proses infeksi umumnya terdapat pernanahan yang terlokalisir diantara
jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus dan
protozoa.
Abses otak dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, namun paling
sering terjadi pada anak berusia 4 sampai 8 tahun. Penyebab abses otak yaitu,
embolisasi oleh penyakit jantung kongenital dengan pintas atrioventrikuler (terutama
tetralogi of fallot), meningitis, otitis media kronis dan mastoiditis, sinusitis, infeksi
jaringan lunak pada wajah ataupun scalp, status imunodefisiensi dan infeksi pada
20
pintas ventrikuloperitonial. Patogenesis abses otak tidak begitu dimengerti pada 1015% kasus.
antibiotika saat ini telah mengalami kemajuan, namun rate kematian penyakit abses
otak masih tetap tinggi, yaitu sekitar 10-60% atau rata-rata 40%.Penyakit ini sudah
jarang dijumpai terutama di negara-negara maju, namun karena resiko kematiannya
sangat tinggi, abses otak termasuk golongan penyakit infeksi yang mengancam
kehidupan masyarakat (life threatening infection).
sakit merupakan faktor yang sangat mempengaruhi rate kematian. Jika kondisi pasien
buruk, rate kematian akan tinggi. Hasil penelitian Xiang Y Han (The University of
Texas MD.Anderson Cancer Center Houston Texas) terhadap 9 penderita abses otak
yang diperolehnya selama 14 tahun (1989-2002), menunjukkan bahwa jumlah
penderita laki-laki > perempuan dengan perbandingan 7:2, berusia sekitar 38-78
tahun dengan rate kematian 55%.2 Demikian juga dengan hasil penelitian Hakim AA.
Terhadap 20 pasien abses otak yang terkumpul selama 2 tahun (1984-1986) dari
RSUD Dr Soetomo Surabaya, menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, dimana
jumlah penderita abses otak pada laki-laki > perempuan dengan perbandingan 11:9,
berusia sekitar 5 bulan-50 tahun dengan angka kematian 355 (dari 20 penderita, 7
meninggal).
lingkungan.
1. Faktor tuan rumah (host)
mencakup kesehatan umum yang sempurna, struktur sawar darah otak yang utuh dan
efektif, aliran darah ke otak yang adekuat, sistem imunologik humoral dan selular
yang berfungsi sempurna.
21
2. Faktor kuman
meningitis bakterial akut, memiliki beberapa faktor virulensi yang tidak bersangkut
paut dengan faktor pertahanan host.Kuman yang memiliki virulensi yang rendah
dapat menyebabkan infeksi di susunan saraf pusat jika terdapat ganggguan pada
system limfoid atau retikuloendotelial.
3. Faktor lingkungan
ke dalam tubuh melalui kontak antar individu, vektor, melalui air, atau udara.
g.
melalui klep vena diploika menuju lobus frontalis atau temporal Bentuk absesnya
biasanya tunggal, terletak superficial di otak, dekat dengan sumber infeksinya.
22
h.
lobus frontalis.
i. Sinusitis sphenoidalis dapat menyebabkan abses pada lobus frontalis atau
temporalis.
j. Sinusitis maxillaris dapat menyebabkan abses pada lobus temporalis. Sinusitis
ethmoidalis dapat menyebabkan abses pada lobus frontalis. Infeksi pada telinga
tengah dapat menyebar ke lobus temporalis.
k. Infeksi pada mastoid dan kerusakan tengkorak kepala karena kelainan bawaan
seperti kerusakan tegmentum timpani atau kerusakan tulang temporal oleh
kolesteoma dapat menyebar kedalam cerebellum.
l. Infeksi parasit (Schistosomiasis, Amoeba, Fungus (Actinomycosis, Candida
albicans) dapat menimbulkan abses, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.
3.6 Patofisiologi
fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau
secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi
oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering pada
pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya
berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu.
Pada tahap awal Abses otak terjadi reaksi radang yang difus pada
jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udema, perlunakan dan kongesti
jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan.Setelah beberapa hari sampai
beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk
suatu rongga abses.Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang
nekrotikan.Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan
fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris.Tebal kapsul
antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Beberapa ahli membagi
perubahan patologi Abses otak dalam 4 stadium yaitu :
1.
23
limfosit dan plasma sel dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai pada hari
pertama dan meningkat pada hari ke 3.Sel-sel radang terdapat pada tunika adventisia
dari pembuluh darah dan mengelilingi daerah nekrosis infeksi.Peradangan
perivaskular ini disebut cerebritis. Saat ini terjadi edema di sekita otak dan
peningkatan efek massa karena pembesaran abses.
2. Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis)
nekrosis membesar oleh karena peningkatan acellular debris dan pembentukan nanah
karena pelepasan enzim-enzim dari sel radang.Di tepi pusat nekrosis didapati daerah
sel radang, makrofag-makrofag besar dan gambaran fibroblast yang terpencar.
Fibroblast mulai menjadi reticulum yang akan membentuk kapsul kolagen. Pada fase
ini edema otak menyebar maksimal sehingga lesi menjadi sangat besar
3. Stadium pembentukan kapsul dini (Early Capsule Formation)
Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acellular debris dan sel-sel radang.
Daerah tepi dari sel radang, makrofag, dan fibroblast.
Kapsul kolagen yang tebal.
Lapisan neurovaskular sehubungan dengan serebritis yang berlanjut.
Reaksi astrosit, gliosis, dan edema otak di luar kapsul.
24
meluas ke arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis.
meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat menyebabkan Abses otak
yang berlokasi pada lobus frontalis.Otitis media, mastoiditis terutama menyebabkan
Abses otak lobus temporalis dan serebelum, sedang abses lobus parietalis biasanya
terjadi secara hematogen.
Pada stadium awal gambaran klinik Abses otak tidak khas, terdapat
Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-gejala
dan mengecap didapatkan disfasi, defek penglihatan kuadran atas kontralateral dan
hemianopsi komplit. Gangguan motorik terutama wajah dan anggota gerak atas dapat
terjadi bila perluasan abses ke dalam lobus frontalis relatif asimptomatik, berlokasi
terutama di daerah anterior sehingga gejala fokal adalah gejala sensorimotorik. 7
Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan menyebabkan gangguan
koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan nistagmus. Abses batang otak jarang
sekali terjadi, biasanya berasal hematogen dan berakibat fatal.
3.7 Diagnosis
25
status mental, derajat kesadaran, fungsi saraf kranialis, refleks fisiologis, refleks
patologis, dan juga tanda rangsang meningeal untuk memastikan keterlibatan
meningen.
yaitu pemeriksaan lekosit dan laju endap darah; didapatkan peninggian lekosit dan
laju endap darah.Pemeriksaan cairan serebrospinal pada umumnya memperlihatkan
gambaran yang normal. Bisa didapatkan kadar protein yang sedikit meninggi dan
sedikit pleositosis, glukosa dalam batas normal atau sedikit berkurang. Kecuali bila
terjadi perforasi dalam ruangan ventrikel.
penting
dalam hemisfer.EEG
26
a. Early cerebritis (hari 1-3): Terdapat daerah yang hipodens dengan sebagian
gambaran seperti cincin. Pada hari ketiga gambaran cincin lebih jelas sesuai
diameter cerebrititis. Yang mengelilingi daerah nekrosis.
b. Late cerebritis (hari 4-9): Gambaran cincin sempurna 10 menit setelah pemberian
kontras perinfus. Kontras masuk ke daerah sentral dengan gambaran lesi homogen
yang menunjukkan adanya cerebritis.
c. Early capsule stage (hari 10-14): gliosis post infeksi, fibrosis, hipervaskularisasi
pada batas pinggir daerah yang terinfeksi. Pada stadium ini dapat terlihat
gambaran ring enhancement. Hampir sama dengan fase late tapi daerah nekrosis
lebih kecil dan kapsul terlihat lebih tebal.
d. Late capsule stage (hari >14): gambaran kapsul dari abses terlihat jelas sedangkan
daerah nekrosis tidak diisi oleh kontras. Terdapat daerah sentral yang hipodens
(sentral abses) yang dikelilingi dengan kontras - ring enhancement (kapsul abses)
27
metastasis) dari CT scan, ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk
membedakan keduanya antara lain : umur penderita, ketebalan ring (cicin tipis hanya
3-6 mm) dan biasanya uniform, diameter ring, rasio lesi dan ring. Pada kasus,
kapsul bagian medial lebih tipis dari kapsul subkortikal. Hal ini menunjukkan
sedikitnya vaskularisasi dari massa putih dan menjelaskan mengapa daughter abscess
biasanya berkembang di medial.
(yang tersering dari paru), lokasi pada daerah yang diperdarahi oleh arteri serebri
media di daerah perbatasan massa putih dan abu-abu dengan tingkat mortalitas yang
tinggi.
density tumor, ring enhancement yang berlekuk-lekuk disertai perifokal edema yang
luas.
3.8 Penatalaksanaan
28
b.
c.
d.
e.
f.
dikombinasikan
immunocompromised
dengan
digunakan
terapi
aminoglikosida.Pada
antibiotik
yang
pasien
berspektrum
dengan
luas
Tabel 3.1 Dosis dan Cara Pemberian Antibiotik pada Abses Otak
Drug Dose
Cefotaxime
(Claforan)50-100
Frekuensi
dan
rute
2-3
per
kali
dan
29
mg/KgBBt/Hari
Ceftriaxone(Rocephin)50-100
mg/KgBBt/Hari
Metronidazole
dapat
(Flagyl)35-50
mg/KgBB/Hari
Nafcillin (Unipen, Nafcil)2 grams
Vancomycin15 mg/KgBB/Hari
hari,IV
2-3 kali
hari,IV
3 kali per hari,IV
setiap 4 jam,IV
setiap 12 jam,IV
per
mempengaruhi
penetrasi
antibiotik
tertentu
dan
dapat
menghalangi
pembentukan kapsul abses.Tetapi penggunaannya dapat dipertimbangkan pada kasuskasus dimana terdapat risiko potensial dalam peningkatan tekanan intrakranial. Dosis
yang dipakai 10 mg dexamethasone setiap 6 jam intravenous, dan ditapering dalam 37 hari.
3.9 Komplikasi
komplikasinya adalah:
a.
b.
c.
d.
3.10 Prognosis
signifikan berkurang, dengan perkiraan 5-10% didahului CT-Scan atau MRI dan
antibiotik yang tepat, serta manajemen pembedahan merupakan faktor yang
berhubungan dengan tingginya angka kematian, dan waktu yang mempengaruhi lesi,
abses mutipel, kesadaran koma dan minimnya fasilitas CT-Scan. Angka harapan yang
terjadi paling tidak 50% dari penderita, termasuk hemiparesis, kejang, hidrosefalus,
abnormalitas nervus kranialis dan masalah-masalah pembelajaran lainnya.
30
Dengan alat-alat canggih dewasa ini AO pada stadium dini dapat lebih
dengan densitas yang bervariasi, dapat ditemukan gambaran hipodens, hiperdens atau
campuran.Dengan pemberian media kontras, dapat terlihat enhancement pada tumor
otak yang dapat terjadi dengan dua mekanisme yaitu ekstravaskuler dan konsentrasi
intravaskuler dari media kontras.Terlihatnya kontras pada CT scan tumor dapat terjadi
karena adanya kebocoran media kontras melalui sawar darah otak yang
abnormal.Enhancement pada tumor otak dapat menyerupai cincin, yang mirip dengan
temuan pada abses otak.Perbedaan gambaran enhancement yang berbentuk cincin
pada tumor otak yaitu bentuk cincin dapat ireguler dan dengan ketebalan yang
bervariasi.Karakteristik gambaran tumor juga dapat dijumpai berbagai macam, seperti
adanya kalsifikasi, homogen atau tidak homogen terhadap media kontras, adanya
bagian nekrosis dan kistik.Batas tumor dapat berbatas tegas dan bisa juga tidak
jelas.Perbedaan temuan pada CT scan tersebut juga tergantung dengan jinak atau
ganasnya tumor.
Gambaran Glioblastoma
31
2. Metastase Otak
32
difusi
nodular
atau
enhancement
yang
menyerupai
3. Infark Serebri
a. Gambaran pendangkalan sulcus serebri (sulcal effacement)
33
media (cabang M2 atau M3) yang tampak sebagai titik hiperdens pada fisura Sylvii.
34
BAB IV
ANALISA KASUS
adanya tekanan intrakranial yang meningkat, papil edema dan gambaran edema yang
luas serta midline shift pada CT scan. Kortikosteroid diberikan dalam 2 minggu
setelah itu di tap-off, dan terlihat bahwa berangsur-angsur sakit kepala berkurang dan
pada pemeriksaan nervus optikus hari XV tidak didapatkan papil edema.
Penatalaksanaan
secara
bedah
pada
abses
otak
dipertimbangkan
dengan
antimikrobial dan tindakan bedah. Pada studi terakhir, terapi eksisi dan drainase abses
melalui kraniotomi merupakan prosedur pilihan. Tetapi pada center-center tertentu
lebih dipilih penggunaan stereotaktik aspirasi atau MR-guided aspiration and biopsy.
Tindakan aspirasi biasa dilakukan pada abses multipel, abses batang otak dan pada
lesi yang lebih luas digunakan eksisi.
seperti: small deep abscess, multiple abscess dan early cerebritic stage. Kebanyakan
studi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara penderita yang
mendapatkan terapi konservatif ataupun dengan terapi eksisi dalam mengurangi risiko
kejang.
mengingat proses desak ruang yang cukup besar dan untuk mengurangi efek massa,
baik oleh edema maupun abses itu sendiri. Disamping itu pertimbangan ukuran abses
yang cukup besar, tebalnya kapsul dan lokasinya di temporal.Antibiotik mungkin
digunakan tersendiri seperti pada keadaan abses berkapsul, dan secara umum jika luas
lesi yang menyebabkan sebuah massa yang berefek terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial. Jika terjadi seperti ini harus ditatalaksanakan dengan kombinasi
antibiotik dan aspirasi abses.
hipertermia
Peningkatan TIK
Penekanan area
fokal
Edema serebral
Penekanan area
pengaturan kesadaran
Nyeri resiko
tinggi cedera
Penurunan kesadaran
Koma
kematian
BAB VI
KESIMPULAN
Abses otak adalah proses supurasi fokal parenkim otak yang biasanya
terjadi akibat infeksi fokal di bagian tubuh lain dengan proses infeksi umumnya
terdapat pernanahan yang terlokalisir diantara jaringan otak yang disebabkan oleh
berbagai macam variasi bakteri, fungus dan protozoa. Penyebaran terutama adalah
dari infeksi telinga tengah atau mastoiditis.Abses otak ditandai dengan gejala infeksi
umum, kenaikan tekanan intrakranial serta tanda fokal.
hipodens yang setelah pemberian kontras akan dikelilingi oleh enhancement yang
seperti cincin. Gambaran CT scan harus dibedakan dari penyakit lainnya yang juga
dapat memberikan gambaran enhancement seperti cincin, seperti pada tumor, infark
maupun metastase.
(abses dan edema), aspirasi atau eksisi abses, pemberian antibiotik dan terapi suportif.
Hasil pengobatan tergantung pada cepatnya diagnosis ditegakkan, derajat perubahan
patologis, jumlah lesi serta penanganan yang adekuat. Telah dilaporkan Ny. Harmiati
Yahya berusia 43 tahun dengan diagnosa abses serebri dengan hidrosefalus dan IVH,
yang terlihat dari gambaran radiologi CT scan dengan adanya lesi hipodens dengan
ring enhancement setelah pemberian kontras, dilatasi ventrikel dan lesi hiperdens
berdensitas darah pada ventrikel lateral.
DAFTAR PUSTAKA
1983;72;220-224.
Edwin G. Fischer, James E. McLennan, Yamato Suzuki. 1981. Cerebral Abscess
at
http://biology.about.com/od/humananatomybiology/a/anatomybrain.htm accessed
20 Desember 2015
9. Mardjono, M. Sidharta, P. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat.