Oleh:
Faisal Setiawan
Nim: 1307101030230
Nim: 1307101030157
Pembimbing:
dr. Azhari Gani, Sp. PD-KKV FCIC FINASIM
yang telah
bersedia meluangkan waktu membimbing penulis dalam penulisan laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para sahabat dan rekan-rekan yang telah
memberikan dorongan moril dan materil sehingga tugas ini dapat selesai.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bidang kedokteran
dan berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu.Semoga
Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.
Banda Aceh, Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN..
2.1 Definisi 3
2.2 Prevalensi 3
2.3 Klasifikasi 3
2.4 Patogenesis.
2.5 Patofisiologi 5
2.6 Faktor resiko 6
2.7 Gejala klinis. 8
2.8 Diagnosis. 9
2.9 Penatalaksanaan.. 10
2.10 Komplikasi 12
2.11 Pencegahan 13
BAB III. LAPORAN KASUS 15
3.1 Identitas Pasien... 15
3.2 Anamnesis.. 15
3.3 Pemeriksaan Fisik.. 17
3.4 Pemeriksaan Penunjang. 21
3.5 Diagnosis Kerja. 22
3.6 Penatalaksanaan. 22
3.7 Pencegahan 23
3.8 Anjuran.. 23
3.9 Prognosis 23
BAB 1V. PEMBAHASAN 24
BAB V. KESIMPULAN 26
DAFTAR PUSTAKA. 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika
pankreas tidak menghasilkan insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia). Angka kejadian DM yang
semakin meningkat di beberapa negara berkembang dilatar belakangi oleh
meningkatnya kemakmuran di negara tersebut yang selalu menjadi sorotan dunia.
Pendapatan perkapita yang meningkat dan perubahan gaya hidup di kota-kota
besar juga memiliki peranan penting dalam peningkatan prevalensi penyakit ini.
Pada era globalisasi saat ini telah terjadi transisi epidemiologi yaitu
berubahnya pola penyebaran penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit
tidak menular.Hal ini dikarenakan pola hidup masyarakat yang tidak sehat mulai
dari pola konsumsi yang serba instan, semakin canggihnya teknologi yang
menyebabkan seseorang kurang bergerak atau melakukan aktivitas fisik, life style,
dan lain-lain. Salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan di
masyarakat yaitu diabetes mellitus (DM) atau biasa juga disebut penyakit gula
atau kencing manis.
Jumlah penyandang DM di dunia pada tahun 2011 mencapai 336 juta jiwa
dan diprediksi akan terus bertambah menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2020. DM
termasuk penyakit terbanyak di Asia, tahun 2006 diperkirakan 89 juta penduduk
Asia menderita DM. Prevalensi DM di Asia Tenggara sebanyak 46 juta jiwa dan
diperkirakan meningkat menjadi 119 juta jiwa. Berdasarkan pola pertambahan
penduduk saat ini diperkirakan jumlah penyandang DM tahun 2010 sebanyak 306
juta jiwa, di negara-negara ASEAN 19,4 juta jiwa pada tahun 2010.
Menurut WHO (2007) Indonesia masuk ke dalam sepuluh negara dengan
jumlah kasus diabetes mellitus terbanyak di dunia. Indonesia berada pada peringkat
keempat pada tahun 2000 dengan jumlah kasus sebesar 8,4 juta orang dan diprediksi
akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 21,3 juta orang. Menurut data World
yang terbanyak setelah India, China dan Amerika Serikat. WHO memprediksi
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang
DM dari 7,0 juta jiwa pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta jiwa pada tahun 2030.
Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan
adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun
2030.
DM digolongkan atas DM tergantung insulin (DM tipe 1) dan DM tidak
tergantung insulin (DM tipe 2). DM tipe 2 yang tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan berbagai komplikasi yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik.
Komplikasi kronis DM tipe 2 dapat berupa komplikasi mikrovaskular dan
makrovaskular yang dapat menurunkan kualitas hidup penderita.Penyebab utama
kematian penyandang DM tipe 2 adalah komplikasi makrovaskular.Komplikasi
makrovaskular melibatkan pembuluh darah besar yaitu pembuluh darah koroner,
pembuluh darah otak dan pembuluh darah perifer. Mikrovaskular merupakan
lesispesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati
diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati
diabetik)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskular mikroangiopati.
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin.Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau
berada dalam rentang normal.Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent
diabetes mellitus.
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di
tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin).
2.2. Prevalensi
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai
57%, pada tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak
371 juta jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari
populasi dunia yang menderita diabetesmellitus dan hanya 5% dari jumlah
tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2010
(ADA 2010), dibagi dalam 4 jenisyaitu:
gestasional
berhubungan
denganmeningkatnya
komplikasi
2.4. Patogenesis
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi
melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
2.5. Patofisologi
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu :
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada
pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak
sehat.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki riwatyat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau
peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan
merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein.
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,
pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen
diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang
bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia
Berdasarkan penelitian, usia yang terkena Diabetes Melitus adalah > 45
tahun. Adalah ditandai dengan keadaan kadar lemak darah (Trigliserida > 250
mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya
HDL (<35 mg/dl) sering didapat pada pasien diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun.
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000gram
7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor
mental.Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam
kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakitini.
8. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan
peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan
kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan
rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu
metabolisme gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit
regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat
tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara
dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.
Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2 dibedakan
menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya umur, faktor genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin,
status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh.
2.7. Gejala klinis
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik
Gejala akut diabetes melitus yaitu :
nafsu makan bertambah namu beratt badan turun dengan cepat (5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu)
mudah lelah.
Kesemutan
kram
kelelahan
mudah mengantuk
pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
2.8. Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa
lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi
diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang
abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun
cepat.
panjang:
tercegah
dan
terhambatnya
progresivitas
penyulit
Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
BeratBadan (Kg)
IMT = -----------------------------------------------Tinggi Badan (m)Xtinggi Badan (m)
2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih
30 menit yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval,
Progresive,
Endurance
(CRIPE).Training
sesuai
dengan
kemampuan
pasien.Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30
menit.Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
3. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan.Pendidikan
kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat
resiko tinggi.Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien
DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada
pasien yang sudah mengidap DM dengan penyulit menahun.
4. Obat : oral hipoglikemik, insulin
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik tetapi
tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan pemakaian
obat hipoglikemik
Obat Obat
a. Antidiabetik oral
Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar gula
darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan menghilangkan
Jadi
obat
ini
bukan
menggantikan
upaya
diet,
melainkan
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang
termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi
berpotensi untuk menderita DM diantaranya :
a. Kelompok usia tua (>45tahun)
b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
d. Riwayat keiuarga DM
e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)
Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor
tersebut.Oleh karena sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini hendaknya
telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan
jenis makanan yang sehat menjaga badan agar tidak terlalu gemuk:, dan risiko
merokok bagi kesehatan.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal
penyakit.Dalam pengelolaan pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan
sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Pilar utama
pengelolaan DM meliputi:
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
d. obat berkhasiat hipoglikemik.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih
lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut
: Ny. G
Umur
: 50 tahun
Alamat
: Batoh
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Pengusaha
Berat Badan
: 70 kg
Tinggi Badan
: 158 cm
BMI
: Normoweight
Tanggal Kunjungan
: 13 Maret 2016
3.2 Anamnesis
a. Keluhan utama
Gatal-gatal di selangkangan, badan, kaki dan tangan
b. Keluhan Tambahan
Lemas, berat badan menurun, sering lapar, penglihatan kabur
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan gatal-gatal di selangkangan sejak 15 tahun yang
lalu. Gatal dirasakan terus menerus terutama pada saat malam hari. Gatal juga
dirasakan pada bagian badan, kaki dan tangan. Keluhan gatal ini sangat
mengganggu pasien dan membuat pasien menggaruk kulitnya yang gatal hingga
berdarah. Keluhan gatal hilang bila pasien meminum obat. Pasien juga
mengeluhkan sering lemas, badan, kaki dan tangan sering kebas. Namun sekarang
menurun hingga 10 kg dalam 2 bulan sejak 10 tahun yang lalu. Namun sekarang
berat badan sudah kembali normal. Pasien juga mengeluhkan sering lapar dan
haus di malam hari hingga terbangun dari tidurnya. Selain itu pasien juga
mengeluhkan penglihatannya kabur sejak muncul penyakit yang dialaminya.
Pasien mengaku sejak 2 minggu terakhir mengalami tekanan darah tinggi.
Terakhir pasien memeriksa tekanan darah di puskesmas 165/90 mmHg. Buang air
kecil dan buang air besar pasien lancar tidak ada keluhan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah mengalami diabetes mellitus sejak umur 35 tahun. Nilai
tertinggi 300 mg/dl. Riwayat hipertensi dan penyakit jantung koroner tidak ada.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kakek kandung dan adik kandung dari bapak pasien juga mengalami
penyakit diabetes mellitus.
f. Riwayat Penggunaan Obat
- Interhistin
- Cetirizine 10 mg
- Insulin Humalog
- Amlodipin 5 mg
Family Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Pasien
: Perempuan
: Meninggal
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 130/90 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36,5o C
Pernafasan
: 20x/menit
Keadaan Gizi
: Gizi cukup
Status Internus
Kulit
Turgor: Cepatkembali
Sianosis: (-)
Ikterus: (-)
Udem: (-)
Anemia: (-)
Kepala
Bentuk
Rambut
: Kesan Normocephali
: Berwarna hitam
Mata
: Konjungtiva
palpebra
inferior
(+/+)
Telinga :
serumen (-/-)
Membran timpani intak (+/+)
Hidung : Napas cuping hidung (-/-), Sekret
Bibir
Gigi geligi
Lidah
Mukosa
Tenggorokan
Faring
Mulut
: Pucat (-), Sianosis (-)
: Karies (-)
: Beslag (-)
: Basah (+)
: Tonsil T1-T1, Kripta (-), Detritus (-)
: Hiperemis (-/-), Granul (-)
Leher
Bentuk
Kel. Getah Bening
Peningkatan TVJ
: Kesan simetris
: Pembesaran KGB (-)
: Tidak ditemukan, R-2 cmH20
Thorax
1
Thoraks depan
Inspeksi
: Kesan simetris
Tipe pernafasan
: Torako-abdominal
Retraksi
: (-)
Palpasi
Stem
Fremitus
Par
Paru
kiri
kan
Lap.
an
Nor
Nor
Paru
atas
Lap.
mal
Nor
Paru
tengah
Lap.Par
mal
Nor
mal
Nor
u bawah
mal
Nor
mal
mal
Perkusi
Par
u
kan
Lap.
Paru atas
Lap.
Paru
tengah
Lap.Paru
an
Son
kiri
or
Son
bawah
Son
Sono
r
or
Paru
Sono
r
or
Sono
r
Auskultasi
Suara
pokok
kana
Lap.
n
Vesi
Paru
Paru
atas
Lap.Par
kiri
kule
r
Vesi
Paru
Vesik
uler
Vesik
u tengah
kule
Lap.Par
r
Vesi
u bawah
uler
Vesik
kule
uler
Suara
tamba
tengah
Wh(-)
Wh(
Wh(-)
Wh(
bawah
)
Rh(-)
Rh(-) ,
Lap.
Paru
Rh(-)
Rh(-) ,
Lap.
Paru
Paru
kiri
atas
kanan
han
Lap.
Paru
Paru
)
Rh(-)
Rh(-) ,
Wh(-)
Wh()
2. Thoraks Belakang
Inspeksi
Tipe pernafasan
Retraksi
: Thorako-abdominal
: (-)
Palpasi
Stem
Paru
premitu
kana
s
Lap.
n
Nor
Paru
kiri
Norm
Paru
atas
Lap.
mal
Paruten
gah
Lap.Par
Nor
al
Norm
mal
Nor
al
Norm
mal
al
bawah
Perkusi
Paru
kana
kiri
Lap.
Paru
atas
Lap.
Paruten
gah
Lap.Par
Sono
r
Sono
r
u bawah
Paru
Sono
r
Sonor
Sonor
Sonor
Paru
Auskultasi
Suara
pokok
Paru
kana
kiri
Lap.
Paru
Vesi
kuler
atas
Lap.Par
u tengah
Lap.Par
kuler
Vesi
u bawah
kuler
Vesi
Vesikule
Vesikule
r
Vesikule
r
Suara
tambaha
kana
n
Lap.
n
Rh(-)
Paru
atas
Wh(-
Lap.
)
Rh(-)
Paru
Paru
Wh(-
Lap.
)
Rh(-)
Rh(-),W
Rh(-),
Wh(-)
bawah
tengah
Paru
Paru kiri
h(-)
Wh(-
Rh(-),
Wh(-)
Jantung
Palpasi
midklavikula sinistra
Perkusi
: Batas atas
Batas kanan
dextra
Batas bawah
ICS
Linea
midklavikula sinistra
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
(-),
Auskultasi
Genetalia
Anus
Ekstremitas
Ekst
remi
Superior
an
tas
Ki
Inferior
Ki
ri
an
Pucat
an
-
Ikteri
k
Gera
kan
kti
kti
kti
kti
Tonu
f
N
f
N
f
N
f
N
s otot
an
-
ri
Sensi
or
or
or
or
ot
ot
ot
ot
on
on
on
on
us
N
us
N
us
N
us
N
bilita
s
Atrof
i otot
Pemerik
saan
H
asi
Nilai Rujukan
Kimia
Klinik
Glukosa
Puasa
Glukosa
post
prandial
Glukosa
Add
random
Protein
total
Albumin
Globulin
Bilirubin
total
SGPT
Alkali
phospata
se
Ureum
Creatinin
Asam
urat
Kolestero
l total
70-110 mg/dl
32
3
80-120 mg/dl
70-160 mg/dl
15
1
Bilirubin
direct
Bilirubin
indirect
SGOT
15
0,
8
3,
7
20
3
0,0-0,25 mg/dl
0,0-0,75 mg/dl
30-120 U/l
10-50 mg/dl
pr:0,5-0,9 mg/dl
Kolestero
l HDL
Kolestero
l LDL
Trigliseri
da
Elektroli
t
Natrium
Kalium
Chlorida
50
> 45 mg/dl
13
3
10
0
0,0-150 mg/dl
135-145 mmol/L
3,6-5,1 mmol/L
95-108 mmol/L
3.6 Penatalaksanaan
b.
a. Farmakologi
Non Farmakologis
Memberikan
Diet
yang
1.
3.7. Pencegahan
Pencegahan primer:
Menghindari makan yang terlalu manis dan berminyak.
Menghindari minuman yang dingin dan bersoda. Konsumsi air
putih dengan baik, berikan vitamin dan suplemen untuk menjaga
daya tahan tubuh
2. Pencegahan sekunder
3.8. Anjuran
3.9. Prognosis
Quo ad vitam: Bonam
Quo ad fungtionam: Bonam
Quo ad sanactionam: Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
yang lalu. Gatal dirasakan terus menerus terutama pada saat malam hari. Gatal
juga dirasakan pada bagian badan, kaki dan tangan. Pasien juga mengeluhkan
sering lemas, badan, kaki dan tangan sering kebas. Selain itu pasien juga
mengeluhkan berat badan menurun hingga 10 kg dalam 2 bulan sejak 10 tahun
yang lalu. Pasien juga mengeluhkan sering lapar dan haus di malam hari hingga
terbangun dari tidurnya. Selain itu pasien juga mengeluhkan penglihatannya kabur
sejak muncul penyakit yang dialaminya. Gejala diabetes melitus dibedakan
menjadi akut dan kronik . Gejala akut diabetes melitus yaitu: Poliphagia (banyak
makan), polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di
malam hari), nafsu makan bertambah, namun berat badan turun dengan cepat (510 kg dalam waktu 2-4 minggu) dan mudah lelah. Gejala kronik diabetes melitus
yaitu: Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas
di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa
terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
tinggi. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
Nilai tertinggi 300 mg/dl. Riwayat hipertensi dan penyakit jantung koroner tidak
ada. Berdasarkan penelitian, usia yang terkena Diabetes Melitus adalah > 45
tahun. Adalah ditandai dengan keadaan kadar lemak darah (Trigliserida > 250
mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya
HDL (<35 mg/dl) sering didapat pada pasien diabetes.
diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen
resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang
menderita Diabetes Mellitus. DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai
faktor mental. Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi
familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua
sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit
ini.
menaikkan
penguraian
glukosa
secara
oksidatif,
menaikkan
pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen,
menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa.
BAB V
KESIMPULAN
metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin yang terjadi melalui
3 cara yaitu rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat
kimia,dll), penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas, atau kerusakan
reseptor insulin di jaringan perifer. Penderita diabetes melitus biasanya
mengeluhkan gejala khas seperti poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak
minum), poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari) nafsu makan
bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu) mudah lelah, dan kesemutan. Kejadian DM Tipe 2 lebih banyak terjadi
pada wanita sebab wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang
lebih besar.
Penatalaksanaan Diabetes
Melitus
pemilihan obat oral hiperglikemik dan insulin serta modifikasi gaya hidup seperti
diet, dan olahraga teratur untuk menghindari komplikasi seperti ketoasidosis
diabetik, koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis,
penyakit jantung koroner, gagal jantung kongetif, stroke, nefropati, diabetik
retinopati (kebutaan), neuropati dan ulkus diabetikum.
DAFTAR PUSTAKA
in
women
compared
with
men.
Diabetes;57:3289-96.
Tanrutedong,
Nasional;2010
[cited
Sidenreg
2010
Rappan,.
feb
Jurnal
17].
Ilmiah
Available
from:http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=
61&src=a&id=186192
Harding, Anne Helen et al. Dietary Fat adn Risk of Clinic Type
Diabetes. A,erican Journal of Epidemiology.2003;15(1);150-9.
Slamet S. Diet pada diabetes dalam Noer dkk. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit FK-ill;2008.
properties.
Biomed
Central
Cardiovascular
Yaturu,
S.
Obesity
and
type
diabetes.
Journal
of