Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus Puskesmas Batoh

DIABETES MELLITUS TIPE II


Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik
Senior
Pada Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala BandaAceh

Oleh:
Faisal Setiawan

Nim: 1307101030230

Devi Silvya Febriyanti

Nim: 1307101030157

Rizki Mauli Handayani Nim: 1307101030158

Pembimbing:
dr. Azhari Gani, Sp. PD-KKV FCIC FINASIM

BAGIANILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTASKEDOKTERANUNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2016

Laporan Kasus Puskesmas Batoh


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus yang berjudul Diabetes
Mellitus Tipe II. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik pada Bagian/SMF Ilmu Family Medicine Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis
sampaikan kepada dr. Azhari Gani, Sp. PD-KKV FCIC FINASIM

yang telah

bersedia meluangkan waktu membimbing penulis dalam penulisan laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para sahabat dan rekan-rekan yang telah
memberikan dorongan moril dan materil sehingga tugas ini dapat selesai.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bidang kedokteran
dan berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu.Semoga
Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.
Banda Aceh, Maret 2016
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN..

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..

2.1 Definisi 3
2.2 Prevalensi 3
2.3 Klasifikasi 3
2.4 Patogenesis.

2.5 Patofisiologi 5
2.6 Faktor resiko 6
2.7 Gejala klinis. 8
2.8 Diagnosis. 9
2.9 Penatalaksanaan.. 10
2.10 Komplikasi 12
2.11 Pencegahan 13
BAB III. LAPORAN KASUS 15
3.1 Identitas Pasien... 15
3.2 Anamnesis.. 15
3.3 Pemeriksaan Fisik.. 17
3.4 Pemeriksaan Penunjang. 21
3.5 Diagnosis Kerja. 22
3.6 Penatalaksanaan. 22
3.7 Pencegahan 23
3.8 Anjuran.. 23
3.9 Prognosis 23
BAB 1V. PEMBAHASAN 24
BAB V. KESIMPULAN 26
DAFTAR PUSTAKA. 27

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika
pankreas tidak menghasilkan insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia). Angka kejadian DM yang
semakin meningkat di beberapa negara berkembang dilatar belakangi oleh
meningkatnya kemakmuran di negara tersebut yang selalu menjadi sorotan dunia.
Pendapatan perkapita yang meningkat dan perubahan gaya hidup di kota-kota
besar juga memiliki peranan penting dalam peningkatan prevalensi penyakit ini.
Pada era globalisasi saat ini telah terjadi transisi epidemiologi yaitu
berubahnya pola penyebaran penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit
tidak menular.Hal ini dikarenakan pola hidup masyarakat yang tidak sehat mulai
dari pola konsumsi yang serba instan, semakin canggihnya teknologi yang
menyebabkan seseorang kurang bergerak atau melakukan aktivitas fisik, life style,
dan lain-lain. Salah satu penyakit tidak menular yang banyak ditemukan di
masyarakat yaitu diabetes mellitus (DM) atau biasa juga disebut penyakit gula
atau kencing manis.
Jumlah penyandang DM di dunia pada tahun 2011 mencapai 336 juta jiwa
dan diprediksi akan terus bertambah menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2020. DM
termasuk penyakit terbanyak di Asia, tahun 2006 diperkirakan 89 juta penduduk
Asia menderita DM. Prevalensi DM di Asia Tenggara sebanyak 46 juta jiwa dan
diperkirakan meningkat menjadi 119 juta jiwa. Berdasarkan pola pertambahan
penduduk saat ini diperkirakan jumlah penyandang DM tahun 2010 sebanyak 306
juta jiwa, di negara-negara ASEAN 19,4 juta jiwa pada tahun 2010.
Menurut WHO (2007) Indonesia masuk ke dalam sepuluh negara dengan
jumlah kasus diabetes mellitus terbanyak di dunia. Indonesia berada pada peringkat
keempat pada tahun 2000 dengan jumlah kasus sebesar 8,4 juta orang dan diprediksi
akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 21,3 juta orang. Menurut data World

Health Organization (WHO), jumlah penyandang DM di Indonesia merupakan

yang terbanyak setelah India, China dan Amerika Serikat. WHO memprediksi
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. International Diabetes
Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang
DM dari 7,0 juta jiwa pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta jiwa pada tahun 2030.
Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan
adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun
2030.
DM digolongkan atas DM tergantung insulin (DM tipe 1) dan DM tidak
tergantung insulin (DM tipe 2). DM tipe 2 yang tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan berbagai komplikasi yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik.
Komplikasi kronis DM tipe 2 dapat berupa komplikasi mikrovaskular dan
makrovaskular yang dapat menurunkan kualitas hidup penderita.Penyebab utama
kematian penyandang DM tipe 2 adalah komplikasi makrovaskular.Komplikasi
makrovaskular melibatkan pembuluh darah besar yaitu pembuluh darah koroner,
pembuluh darah otak dan pembuluh darah perifer. Mikrovaskular merupakan
lesispesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati
diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati
diabetik)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskular mikroangiopati.
Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin.Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau
berada dalam rentang normal.Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent
diabetes mellitus.
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di
tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin).
2.2. Prevalensi
Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai
57%, pada tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak
371 juta jiwa, dimana proporsi kejadiandiabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari
populasi dunia yang menderita diabetesmellitus dan hanya 5% dari jumlah
tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2010
(ADA 2010), dibagi dalam 4 jenisyaitu:

1. Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM


DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin
dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak
terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak
bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin
yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena
dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi
relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin
pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta
pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe
ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi
yang terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan
glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik
fungsi sel beta, defek genetikkerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan
genetik lain. Penyebab terjadinya DM tipe lain dapat dilihat pada tabel 1.
4. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa
didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan
ketiga.DM

gestasional

berhubungan

denganmeningkatnya

komplikasi

perinatal.Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita


DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.

2.4. Patogenesis
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi
melalui 3 jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
2.5. Patofisologi
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu :
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada

perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan


sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan
defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada
penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor
tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.Diabetes melitus tipe 2
bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran
insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.Keadaan ini lazim
disebut sebagai resistensi insulin.
Resistensi insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya
aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga
terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan
sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2.Defisiensi
fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan
tidak absolut.Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan
sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan
defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada
penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor
tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.
2.6. Faktor resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah,
faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American
DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak
dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur
45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000
gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan
beratbadan rendah (<2,5 kg).1,9 Faktor risiko yang dapatdiubah meliputi obesitas
berdasarkan IMT 25kg/m2 atau lingkar perut 80 cm pada wanita dan 90 cm

pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak
sehat.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki riwatyat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau
peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan
merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein.
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,
pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen
diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang
bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia
Berdasarkan penelitian, usia yang terkena Diabetes Melitus adalah > 45
tahun. Adalah ditandai dengan keadaan kadar lemak darah (Trigliserida > 250
mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya
HDL (<35 mg/dl) sering didapat pada pasien diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun.

6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000gram
7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor
mental.Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam
kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakitini.
8. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan
peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan
kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan
rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu
metabolisme gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit
regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat
tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara
dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.
Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2 dibedakan
menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya umur, faktor genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin,
status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh.
2.7. Gejala klinis
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik
Gejala akut diabetes melitus yaitu :

Poliphagia (banyak makan)

polidipsia (banyak minum),

Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari),

nafsu makan bertambah namu beratt badan turun dengan cepat (5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu)

mudah lelah.

Gejala kronik diabetes melitus yaitu :

Kesemutan

kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum

rasa kebas di kulit

kram

kelelahan

mudah mengantuk

pandangan mulai kabur

gigi mudah goyah dan mudah lepas

kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi

pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.

2.8. Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa
lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi
diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) yang
abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun
cepat.

Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji


diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak
bergejala, tetapi punya resiko DM (usia> 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi,
riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi > 4000 gr,
kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida 250 mg/dl). Uji diagnostik
dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti
dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar
2.9. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai
dengan Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien DM. Tujuan Penatalaksanaan DM adalah :
Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman
dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
Jangka

panjang:

tercegah

dan

terhambatnya

progresivitas

penyulit

mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.


Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan dan profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara
holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
1. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang
diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin.Standar yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%
danprotein 10-15%.Untuk menentukan status gizi, dihitung dengan BMI (Body

Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
BeratBadan (Kg)
IMT = -----------------------------------------------Tinggi Badan (m)Xtinggi Badan (m)
2. Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih
30 menit yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical, Interval,
Progresive,

Endurance

(CRIPE).Training

sesuai

dengan

kemampuan

pasien.Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan kaki biasa selama 30
menit.Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
3. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan.Pendidikan
kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat
resiko tinggi.Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien
DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada
pasien yang sudah mengidap DM dengan penyulit menahun.
4. Obat : oral hipoglikemik, insulin
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik tetapi
tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan pemakaian
obat hipoglikemik
Obat Obat
a. Antidiabetik oral
Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar gula
darah dan mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan menghilangkan

gejala,optimalisasi parameter metabolik, dan mengontrol berat badan. Bagi pasien


DM tipe 1 penggunaan insulin adalah terapi utama.Indikasi antidiabetik oral
terutama ditujukan untuk penanganan pasien DM tipe 2 ringan sampai sedang
yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta
olah raga. Obat golongan ini ditambahkan bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan
olah raga dilakukan, kadar gula darah tetap di atas 200 mg% dan HbA1c di atas
8%.

Jadi

obat

ini

bukan

menggantikan

upaya

diet,

melainkan

membantunya.Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan


keberhasilan terapi diabetes.Pemilihan terapi menggunakan antidiabetik oral dapat
dilakukan dengan satu jenis obat atau kombinasi.
Pemilihan dan penentuan regimen antidiabetik oral yang digunakan harus
mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit DM serta kondisi kesehatan
pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada.
Dalam hal ini obat hipoglikemik oral adalah termasuk golongan sulfonilurea,
biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing.
b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada
manusia.Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang
dihubungkan dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam amino kedua
rantai tersebut.Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian
hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif.Insulin
kadangkala dijadikan pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada
pasien DM tipe 2 yang memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan.
Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat maupun
metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin antara lain menaikkan
pengambilan glukosa ke dalam selsel sebagian besar jaringan, menaikkan
penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam hati
dan otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein
dan lemak dari glukosa.
2.10. Komplikasi

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi


akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu :
a. Komplikasi akut
- Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal (< 50
mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat
dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan
sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat
mengalami kerusakan.
- Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara
tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara
lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan
kemolakto asidosis.
b. Komplikasi Kronis
- Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum berkembang
pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak),
mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.
- Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada
penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati,
dan amputasi
2.11. Pencegahan
Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Pencegahan Premordial
Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan
dengan multimitra.Pencegahan premodial pada penyakit DM misalnya adalah
menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa konsumsi makan
kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup santai atau
kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan.

2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang
termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi
berpotensi untuk menderita DM diantaranya :
a. Kelompok usia tua (>45tahun)
b. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
c. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
d. Riwayat keiuarga DM
e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
f. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)
Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor
tersebut.Oleh karena sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini hendaknya
telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan
jenis makanan yang sehat menjaga badan agar tidak terlalu gemuk:, dan risiko
merokok bagi kesehatan.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal
penyakit.Dalam pengelolaan pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan
sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Pilar utama
pengelolaan DM meliputi:
a. penyuluhan
b. perencanaan makanan
c. latihan jasmani
d. obat berkhasiat hipoglikemik.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih
lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut

menetap.Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait


sangat diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli sesama
disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi dan lainlain.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama

: Ny. G

Umur

: 50 tahun

Alamat

: Batoh

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Pengusaha

Berat Badan

: 70 kg

Tinggi Badan

: 158 cm

BMI

: Normoweight

Tanggal Kunjungan

: 13 Maret 2016

3.2 Anamnesis
a. Keluhan utama
Gatal-gatal di selangkangan, badan, kaki dan tangan
b. Keluhan Tambahan
Lemas, berat badan menurun, sering lapar, penglihatan kabur
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan gatal-gatal di selangkangan sejak 15 tahun yang
lalu. Gatal dirasakan terus menerus terutama pada saat malam hari. Gatal juga
dirasakan pada bagian badan, kaki dan tangan. Keluhan gatal ini sangat
mengganggu pasien dan membuat pasien menggaruk kulitnya yang gatal hingga
berdarah. Keluhan gatal hilang bila pasien meminum obat. Pasien juga
mengeluhkan sering lemas, badan, kaki dan tangan sering kebas. Namun sekarang

keluhan kebas tidak ada.

Selain itu pasien juga mengeluhkan berat badan

menurun hingga 10 kg dalam 2 bulan sejak 10 tahun yang lalu. Namun sekarang
berat badan sudah kembali normal. Pasien juga mengeluhkan sering lapar dan
haus di malam hari hingga terbangun dari tidurnya. Selain itu pasien juga
mengeluhkan penglihatannya kabur sejak muncul penyakit yang dialaminya.
Pasien mengaku sejak 2 minggu terakhir mengalami tekanan darah tinggi.
Terakhir pasien memeriksa tekanan darah di puskesmas 165/90 mmHg. Buang air
kecil dan buang air besar pasien lancar tidak ada keluhan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah mengalami diabetes mellitus sejak umur 35 tahun. Nilai
tertinggi 300 mg/dl. Riwayat hipertensi dan penyakit jantung koroner tidak ada.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kakek kandung dan adik kandung dari bapak pasien juga mengalami
penyakit diabetes mellitus.
f. Riwayat Penggunaan Obat
- Interhistin
- Cetirizine 10 mg
- Insulin Humalog
- Amlodipin 5 mg

g. Riwayat Kebiasaan Sosial dan Budaya


Pasien merupakan seorang Ibu rumah tangga yang kebiasaan sehariharinya menjahit baju. Pasien sangat suka dengan makanan yang manis-manis dan
mengandung lemak.

h. Keadaan Lingkungan Rumah Dan Sekitarnya


Pasien tinggal di rumah pribadinya. Jarak rumah satu dengan lainnya tidak
berdempetan. Penghuni rumah berjumlah 6 orang dan kamar tidur yang tersedia
ada 4 kamar. Penataan rumah rapi, ventilasi baik dan sanitasi rumah baik.

Lingkungan sekitar rumah juga bersih dan sistem pembuangan limbah/sampah


dan pengairan baik.

Family Genogram

Keterangan:
: Laki-laki

: Pasien

: Perempuan

: Anggota keluarga dengan riwayat DM

: Meninggal

--- : Garis perkawinan

3.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 80x/menit

Suhu

: 36,5o C

Pernafasan

: 20x/menit

Keadaan Gizi

: Gizi cukup

Status Internus
Kulit

Warna: Sawo matang

Turgor: Cepatkembali

Sianosis: (-)
Ikterus: (-)
Udem: (-)

Anemia: (-)

Kepala

Bentuk
Rambut

: Kesan Normocephali
: Berwarna hitam
Mata
: Konjungtiva

palpebra

inferior

pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya

(+/+)
Telinga :

Sekret (-/-), perdarahan (-/-),

serumen (-/-)
Membran timpani intak (+/+)
Hidung : Napas cuping hidung (-/-), Sekret

(-/-), perdarahan (-/-),massa (- )

Bibir
Gigi geligi
Lidah
Mukosa
Tenggorokan
Faring

Mulut
: Pucat (-), Sianosis (-)
: Karies (-)
: Beslag (-)
: Basah (+)
: Tonsil T1-T1, Kripta (-), Detritus (-)
: Hiperemis (-/-), Granul (-)

Leher

Bentuk
Kel. Getah Bening
Peningkatan TVJ

: Kesan simetris
: Pembesaran KGB (-)
: Tidak ditemukan, R-2 cmH20

Thorax
1

Thoraks depan

Inspeksi

Bentuk dan Gerak

: Kesan simetris

Tipe pernafasan

: Torako-abdominal

Retraksi

: (-)

Palpasi

Stem

Fremitus

Par

Paru
kiri

kan

Lap.

an
Nor

Nor

Paru

atas
Lap.

mal

Nor

Paru

tengah
Lap.Par

mal

Nor

mal

Nor

u bawah

mal

Nor

mal

mal

Perkusi

Par
u

kan

Lap.

Paru atas
Lap.
Paru

tengah
Lap.Paru

an
Son

kiri

or

Son

bawah

Son

Sono
r

or

Paru

Sono
r

or

Sono
r

Auskultasi

Suara

pokok

kana

Lap.

n
Vesi

Paru

Paru

atas
Lap.Par

kiri

kule

r
Vesi

Paru

Vesik
uler

Vesik

u tengah

kule

Lap.Par

r
Vesi

u bawah

uler

Vesik

kule

uler

Suara
tamba

tengah

Wh(-)

Wh(

Wh(-)

Wh(

bawah

)
Rh(-)

Rh(-) ,

Lap.
Paru

Rh(-)

Rh(-) ,

Lap.
Paru

Paru
kiri

atas

kanan

han
Lap.
Paru

Paru

)
Rh(-)

Rh(-) ,

Wh(-)

Wh()

2. Thoraks Belakang

Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Kesan simetris

Tipe pernafasan

Retraksi

: Thorako-abdominal
: (-)

Palpasi

Stem

Paru

premitu

kana

s
Lap.

n
Nor

Paru
kiri

Norm

Paru

atas
Lap.

mal

Paruten

gah
Lap.Par

Nor

al

Norm

mal

Nor

al

Norm

mal

al

bawah

Perkusi

Paru

kana

kiri

Lap.
Paru

atas
Lap.
Paruten

gah
Lap.Par

Sono
r

Sono
r

u bawah

Paru

Sono
r

Sonor

Sonor

Sonor

Paru

Auskultasi

Suara

pokok

Paru
kana

kiri

Lap.
Paru

Vesi

kuler

atas
Lap.Par

u tengah
Lap.Par

kuler
Vesi

u bawah

kuler

Vesi

Vesikule

Vesikule

r
Vesikule
r

Suara
tambaha

kana

n
Lap.

n
Rh(-)

Paru

atas

Wh(-

Lap.

)
Rh(-)

Paru

Paru

Wh(-

Lap.

)
Rh(-)

Rh(-),W

Rh(-),
Wh(-)

bawah

tengah

Paru

Paru kiri

h(-)

Wh(-

Rh(-),
Wh(-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba ICS V linea

midklavikula sinistra

Perkusi

: Batas atas

: ICS III sinistra

Batas kanan

: ICS V Linea parasternalis

dextra

Batas bawah

ICS

Linea

midklavikula sinistra

Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-)

Abdomen

Inspeksi

Palpasi

: Kesan simetris, distensi (-)


: Distensi abdomen (-), Nyeri tekan

(-),

Lien tidakteraba, hepar tidak teraba


Perkusi

: Timpani (+), pekak hati (-), asites (-)

Auskultasi

Genetalia

Anus

: peristaltik usus (N)


: Tidak dilakukan pemeriksaan
: Tidakdilakukanpemeriksaan

Ekstremitas

Ekst
remi

Superior

an

tas

Ki

Inferior

Ki

ri

an

Pucat

an
-

Ikteri

k
Gera

kan

kti

kti

kti

kti

Tonu

f
N

f
N

f
N

f
N

s otot

an
-

ri

Sensi

or

or

or

or

ot

ot

ot

ot

on

on

on

on

us
N

us
N

us
N

us
N

bilita
s
Atrof

i otot

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium darah tgl 4 November 2015

Pemerik
saan

H
asi

Nilai Rujukan

Kimia
Klinik
Glukosa
Puasa
Glukosa
post
prandial
Glukosa
Add
random
Protein
total
Albumin
Globulin
Bilirubin
total

SGPT
Alkali
phospata
se
Ureum
Creatinin
Asam
urat
Kolestero
l total

70-110 mg/dl

32
3

80-120 mg/dl

70-160 mg/dl

15
1

Bilirubin
direct
Bilirubin
indirect
SGOT

15
0,
8

3,
7

20
3

bayi: 4,6-7,0 g/dl

dewasa: 6,6-8,7 g/dl


3,8-5,1 g/dl
1,3-3,2 g/dl
bayi: 0-4 hari: 0,05,0 mg/dl
bayi 5 hari-1 bln:
0,0-12,0 mg/dl
bayi > 1 bln: 0,01,5 mg/dl
dewasa: 0,0-1,1
mg/dl

0,0-0,25 mg/dl

0,0-0,75 mg/dl

lk: 0-37 U/l


Pr: 0-31 U/l
Lk: 0-42 U/l
Pr: 0-32 U/l

30-120 U/l

10-50 mg/dl

lk: 0,6-1,1 mg/dl

pr:0,5-0,9 mg/dl

lk: 3,4-7,0 mg/dl

pr: 2,4-5,7 mg/dl

< 200 mg/dl

Kolestero
l HDL
Kolestero
l LDL
Trigliseri
da
Elektroli
t
Natrium
Kalium
Chlorida

50

> 45 mg/dl

13
3
10
0

< 160 mg/dl

0,0-150 mg/dl

135-145 mmol/L
3,6-5,1 mmol/L
95-108 mmol/L

3.5 Diagnosa Kerja

Diabetes Mellitus Tipe II

3.6 Penatalaksanaan

b.

a. Farmakologi

- Insulin Humalog Mix 25 100 IU (sebelum makan)

- Cetirizine tab 1x10 mg

- Amlodipine tab 1x5 mg

- Vit B complex 3x1

Non Farmakologis

Memberikan

penjelasan kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya.


Edukasinya adalah:
-

Menjaga pola makan dengan pengaturan diet

Diet

yang

dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang, dalam


hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi
-

yang baik sebagai berikut:


Karbohidrat: 60-70%
- Protein: 10-15%
Lemak: 20-25%
Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
Olahraga teratur minimal 3 sampai 4 kali seminggu
Perbanyak minum air putih


1.

3.7. Pencegahan

Pencegahan primer:
Menghindari makan yang terlalu manis dan berminyak.
Menghindari minuman yang dingin dan bersoda. Konsumsi air
putih dengan baik, berikan vitamin dan suplemen untuk menjaga
daya tahan tubuh
2. Pencegahan sekunder

Pasien dan keluarga:

a. Segera antarkan pasien ke puskesmas bila mengalami keluhan yan


berulang dan tidak kunjung sembuh
b. Kontrol pasien untuk minum obat secara teratur
c. Istirahat yang cukup
d. Pasien dan keluarga harus menghindari minuman dingin, makanan
yang manis-manis dan berminyak
3. Pencegahan tersier
Lakukan pemeriksaan ulang ke puskesmas bila pasien tak kunjung
sembuh dan gejala semakin memberat.

3.8. Anjuran

1. Pasien harus dapat mengontrol makanan dengan makanan yang sehat.


Menghindari faktor pencetus seperti minum air dingin dan makan yang
berminyak.
2. Jika gejala semakin memburuk segera periksakan pasien ke Puskesmas
terdekat agar mendapat terapi yang lebih baik.

3.9. Prognosis
Quo ad vitam: Bonam
Quo ad fungtionam: Bonam
Quo ad sanactionam: Bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien mengeluhkan gatal-gatal di selangkangan sejak 15 tahun

yang lalu. Gatal dirasakan terus menerus terutama pada saat malam hari. Gatal
juga dirasakan pada bagian badan, kaki dan tangan. Pasien juga mengeluhkan
sering lemas, badan, kaki dan tangan sering kebas. Selain itu pasien juga
mengeluhkan berat badan menurun hingga 10 kg dalam 2 bulan sejak 10 tahun
yang lalu. Pasien juga mengeluhkan sering lapar dan haus di malam hari hingga
terbangun dari tidurnya. Selain itu pasien juga mengeluhkan penglihatannya kabur
sejak muncul penyakit yang dialaminya. Gejala diabetes melitus dibedakan
menjadi akut dan kronik . Gejala akut diabetes melitus yaitu: Poliphagia (banyak
makan), polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di
malam hari), nafsu makan bertambah, namun berat badan turun dengan cepat (510 kg dalam waktu 2-4 minggu) dan mudah lelah. Gejala kronik diabetes melitus
yaitu: Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas
di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa
terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.

Pasien mengaku sejak 2 minggu terakhir mengalami tekanan darah

tinggi. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.

Pasien sudah mengalami diabetes mellitus sejak umur 35 tahun.

Nilai tertinggi 300 mg/dl. Riwayat hipertensi dan penyakit jantung koroner tidak
ada. Berdasarkan penelitian, usia yang terkena Diabetes Melitus adalah > 45
tahun. Adalah ditandai dengan keadaan kadar lemak darah (Trigliserida > 250
mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya
HDL (<35 mg/dl) sering didapat pada pasien diabetes.

Kakek kandung dan adik kandung dari bapak pasien juga

mengalami penyakit diabetes mellitus. Seorang yang menderita Diabetes Mellitus

diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen
resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang
menderita Diabetes Mellitus. DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai
faktor mental. Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi
familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua
sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit
ini.

Riwayat Penggunaan Obat: Interhistin, Cetirizine 10 mg, Insulin

Humalog, Amlodipin 5 mg. Pemilihan terapi menggunakan antidiabetik oral dapat


dilakukan dengan satu jenis obat atau kombinasi. Pemilihan dan penentuan
regimen anti diabetik oral yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat
keparahan penyakit DM serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk
penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik
oral adalah termasuk golongan sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase
dan insulin sensitizing. Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul
5808 pada manusia. Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua
rantai yang dihubungkan dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam
amino kedua rantai tersebut. Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau
pemberian hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat
efektif.Insulin kadangkala dijadikan pilihan sementara, misalnya selama
kehamilan. Namun pada pasien DM tipe 2 yang memburuk, penggantian insulin
total menjadi kebutuhan. Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi
metabolisme karbohidrat maupun metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin
antara lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam selsel sebagian besar
jaringan,

menaikkan

penguraian

glukosa

secara

oksidatif,

menaikkan

pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen,
menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa.

BAB V
KESIMPULAN

Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit gangguan

metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin yang terjadi melalui
3 cara yaitu rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat
kimia,dll), penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas, atau kerusakan
reseptor insulin di jaringan perifer. Penderita diabetes melitus biasanya
mengeluhkan gejala khas seperti poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak
minum), poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari) nafsu makan
bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu) mudah lelah, dan kesemutan. Kejadian DM Tipe 2 lebih banyak terjadi
pada wanita sebab wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang
lebih besar.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008

prevalensi DM di Indonesia membesar hingga 57%. Peningkatan Kejadian


Diabetes Melitus tipe 2 di timbulkan oleh faktor faktor seperti riwayat diabetes
melitus dalam keluarga, umur, Obesitas, tekanan darah tinggi, dyslipidemia,
toleransi glukosa terganggu, kurang aktivitas, riwayat DM pada kehamilan. Untuk
menegakkan diagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu ditemukan keluhan dan
gejala yang khas dengan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl,
glukosa darah puasa >126 mg/dl.

Penatalaksanaan Diabetes

Melitus

dapat dilakukan dengan

pemilihan obat oral hiperglikemik dan insulin serta modifikasi gaya hidup seperti
diet, dan olahraga teratur untuk menghindari komplikasi seperti ketoasidosis
diabetik, koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis,
penyakit jantung koroner, gagal jantung kongetif, stroke, nefropati, diabetik
retinopati (kebutaan), neuropati dan ulkus diabetikum.

DAFTAR PUSTAKA

Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses


penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006.

Williams K, Tchernof A, Hunt KJ, Wagenknecht LE, Haffner SM,


Sniderman AD. Diabetes, abdominal adiposity, and atherogenic
dyslipoproteinemia

in

women

compared

with

men.

Diabetes;57:3289-96.

Bennett, P. Epidemiology of Type 2 Diabetes Millitus. In Le Roith


et. al, Diabetes Millitus a Fundamental and Clinical Text.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkin s. 2008;43(1): 544-7.

Buraerah, Hakim. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di


Puskesmas

Tanrutedong,

Nasional;2010

[cited

Sidenreg
2010

Rappan,.
feb

Jurnal

17].

Ilmiah

Available

from:http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=
61&src=a&id=186192

Departemen Kesehatan. Pharmaceutical Care untuk Penyakit


Diabetes Melitus.2005.

Harding, Anne Helen et al. Dietary Fat adn Risk of Clinic Type
Diabetes. A,erican Journal of Epidemiology.2003;15(1);150-9.

Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada


Penderita Diabetes Melitus Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta [dissertation]. Universitas Diponegoro (Semarang). 2008.

Slamet S. Diet pada diabetes dalam Noer dkk. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit FK-ill;2008.

Sujaya, I Nyoman.Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali


sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal
Skala Husada. 2009;6(1);75-81.

Teixeria L. Regular physical exercise training assists in preventing


type 2 diabetes development: focus on its antioxidant and antiinflammantory

properties.

Biomed

Central

Cardiovascular

Diabetology. 2011; 10 (2); 1-15.

Wild S , Roglic G, Green A, Sicree R, king H. Global prevalence of


diabetes: estimates for the year 2000 and projections for 2030.
Diabetic care. 2004;27 (3); 1047-53.

Yaturu,

S.

Obesity

and

type

diabetes.

Journal

of

DiabetesMellitus. 2011; 1 (4); 10-6.

Waspadji S. Kaki diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi


I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid III, edisi kelima. Jakarta: Interna publishing, 2009.
h.1961.

PB PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes


melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta; 2011.

Ibrahim ZS. Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi


darah kaki pasien diabates melitus tipe 2 Di RSUP Fatmawati
Jakarta Tahun 2012 [skripsi]. Jakarta: Universitas Pembangunan
Nasional Veteran; 2012.

Anda mungkin juga menyukai