Anda di halaman 1dari 3

PRESENTASI KASUS

Seorang wanita usia 75 tahun masuk ke IGD dengan sesak nafas dan penurunan
kesadaran mendadak saat hemodialisa. Pasien tidak mempunyai riwayat tamponade jantung,
hanya penyakit ginjal terminal akibat hipertensi. Pasien menjalani hemodialisa melalui
kateterisasi vena subklavia kanan, karena arteriovenous fistula pada tangan kiri pasien tidak
terbentuk sempurna. Pasien sudah menjalani hemodialisa selama satu tahun.
Tekanan darah pada awal proses hemodialsa adalah 163/68 mmHg, tetapi tekanan darah
mendadak menurun menjadi 63/45 mmHg setelah dua jam hemodialisa dimulai. Pada foto
Thorax di IGD, ujung dari kateter vena sentral 14.5 Fr (Hemostar Long-term Homodialysis
Catheter, BARD Access Systems, Inc., Salt Lake City, USA) terproyeksi antara atrium kanan dan
ventrikel (Gambar 1A). Perhatian utama dokter IGD adalah emboli paru masif, sehingga
dilakukan CT angiografi. Hasil menunjukkan kompresi berat ventrikel kanan dan atrium oleh
hemoperikardium dan distensi vena cava inferior, hal ini sesuai dengan gambaran tamponade
jantung (Gambar 1B dan 1C). Kebocoran langsung material kontras (Gambar 1C) dari dinding
ventrikel kanan kedalam rongga perikardium terlihat pada potongan koronal foto CT. Ditegakkan
diagnosis pasien adalah ruptur ventrikel kanan akibat kateter vena sentral, dan dilakukan operasi
darurat. Pada ekokardiografi intra operatif tampak dorongan dari ujung kateter vena sentral pada
dinding ventrikel kanan, hal ini memperlihatkan bahwa penyebab tamponade jantung adalah
cedera akibat kateter vena sentral. Saat operasi, sebuah robekan lurus berukuran 3-4 mm dengan
perdarahan aktif ditemukan pada dinding ventrikel kanan (Gambar 1D), dan dilakukan
penutupan langsung pada robekan tersebut.
PEMBAHASAN
Ruptur ventrikel kanan yang disebabkan cedera akibat kateter vena sentral sangat langka.
Kateter vena sentral dapat berubah posisi akibat gerakan leher, pernafasan, atau denyut jantung.
Dengan demikian, penempatan ujung kateter vena sentral dalam vena kava superior adalah
teknik yang optimal untuk menghindari komplikasi serius. Namun terdapat beberapa hambatan
dalam pemasangan kateter vena sentral, yaitu terkait keadaan pasien terutama pada bayi dan
orang tua. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa insidensi tamponade jantung yang terjadi 7
hari setelah pemasangan kateter vena sentral adalah sebesar 18%. Pada penelitian lebih lanjut,

kateter vena sentral pada pasien ini sudah berada pada jantung kanan sekitar satu tahun yang
mengakibatkan peningkatan resiko terjadinya tamponade jantung. Gambaran CT tamponade
jantung tersering ditemukan pada kasus pasien ini, yaitu terlihat hemoperikardium yang banyak
sehingga menekan atrium dan ventrikel kanan serta dilatasi vena kava inferior.
Penelitian sebelumnya memperlihatkan kompresi ventrikel kanan sangat spesifik untuk
diagnosis tamponade jantung. Penemuan kebocoran material kontras kedalam ruangan
perikardium pada gambaran CT kasus ini kemungkinan disebabkan oleh dua faktor. Faktor
pertama adalah ukuran defek yang diakibatkan oleh kateter vena sentral pada ventrikel kanan
kemungkinan tidak cukup besar untuk menyebabkan kematian, sehingga memberikan cukup
waktu untuk teridentifikasi pada foto CT. Faktor kedua yang memungkinkan adalah kecepatan
injeksi material kontras yang tinggi kedalam ventrikel kanan pada CT angiografi dapat
menyebabkan kebocoran kontras kedalam perikardium. Perlu ditekankan bahwa jika hanya foto
CT potongan axial yang dievaluasi, maka kebocoran kontras dari ventrikel kanan kedalam
rongga perikardium dapat disalah interpretasikan sebagai artefak yang diakibatkan gerakan
jantung sehingga terabaikan. Oleh karena itu evaluasi foto CT potongan koronal dan sagital
wajib dilakukan dalam evaluasi kasus tamponade jantung.
Kesimpulannya, lokasi ujung kateter vena sentral harus di evaluasi secara hati-hati untuk
menghindari resiko ruptur atrium kanan ataupun ventrikel kanan. Selain itu, dokter IGD dan
radiolog harus menilai kebocoran material kontras dari ruang jantung kedalam ruang
perikardium pada CT pasien dengan hemoperikardium dan kateter vena sentral yang terpasang.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
1. Kim MH, Lee DJ, Kim MC. Bilateral hydrothorax and cardiac tamponade after right
subclavian vein catheterization -A case report. Korean J Anesthesiol. 2010;59 Suppl:S2117.
doi: 10.4097/kjae.2010.59.S.S211. [PubMed:21286444].
2. Nichols J, Berger N, Joseph P, Datta D. Subacute right ventricle perforation by pacemaker lead
presenting with left hemothorax and shock. Case Rep Cardiol. 2015;2015:983930. doi:
10.1155/2015/983930. [PubMed:25785204].
3. Spodick DH. Acute cardiac tamponade. N Engl J Med. 2003;349(7):68490. doi:
10.1056/NEJMra022643. [PubMed: 12917306]. 4. Ellis LM, Vogel SB, Copeland EM.

Central venous catheter vascular erosions. Diagnosis and clinical course. Ann Surg.
1989;209(4):4758. [PubMed: 2930292].
5. Greenall MJ, Blewitt RW,McMahonMJ. Cardiac tamponade and central venous catheters. Br
Med J. 1975;2(5971):5957. [PubMed: 1131628]. 6. SchiavoneWA. Cardiac tamponade: 12
pearls in diagnosis and management. Cleve Clin J Med. 2013;80(2):10916. doi:
10.3949/ccjm.80a.12052. [PubMed: 23376916].
7. Giacoia GP. Cardiac tamponade and hydrothorax as complications of central venous parenteral
nutrition in infants. JPEN J Parenter Enteral Nutr. 1991;15(1):1103. [PubMed: 1901100].

Anda mungkin juga menyukai