Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PERENCANAAN PELABUHAN
Pendahaluan
Pembangunan pelabuhan memakan biaya yang sangat besar. Oleh kerena itudiperlukan suatu perhitungan dan
pertimbangan yang masak sebelum pelabuhan tersebut dibangun. Pertimbangan bagi perencanaan pelabuhan
biasanya didasarkan pada pertimbangan - pertimbangan ekonomi, politis danteknis. yang paling penting
adalah pertimbangan ekonomis. Secara teknis hampir semua semua pelabuhan dapat di bangun, oleh
karenanya perlu teknis dapat menyesuaikan. Masalah ekonomis dapat di perhitungkan berdasarkan tujuan
dari pelabuhan tersebut, daerah belakang, daerah operasi dansebagainya.
Persyaratan dan perlengkapan pelabuhanPelabuhan
Adalah daerah yang terlindungi dari pengaruh gelombang sehingga kapal bisa berlabuh dengan aman untuk
bongkar muat barang, menarik turunkan penumpang, mengisi bahan bakar, melakukan reparasi dan
sebagainya. Untuk memberi pelayanan yang baik maka pelabuhan harus memenuhi
beberapapersyaratan,diantaranya sebagai berikut :
A. Harus ada hubungan yang mudah antar tranportasi air dan darat sepeti jalan raya dan kereta api.agar
barang barang dapat diangkut dari dan kepalebuhan dengan mudah dan cepat.
B. Pelabuhan berada disuatu lakosi yang mempunyai daerahbelakang(daerah pengaruh) subur dengan
populasi penduduk yang cukuppadat.
C. Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup
D. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan herus mampu membuang sauhselama menunggu merapat ke
dermaga.
E. Pelabuhan harus mampunyai fasilitas bongkar muat barang (kran, dsb) dangudang-gudang
penyimpanan barang.
F. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk meresparasi kapal-kapal.
Fungsi dari masing-masing bangunan yang terdapat di pelabuhan sebagaiberikut :
A. Pemecah gelombang,yang digunakan untuk melindungi daerah perairanpelabuhan dari gangguan
gelombang.gelombang yang datang dari lautlepas akan dihalangi oleh bangunan ini.
B. Alur pelayaran,berfungs untuk mengarahkan kapal-kapal yang akankeluar/masuk pelabuhan.alur
pelayaran harus mempunyai kedalaman danlebar yang cukup untuk dilalui kapal-kapal.
C. Kolam pelabuhan,merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuhuntuk melakukan bongkar
muat,melakukan gerakan untukmemutar(dikolam putar).
D. Dermaga adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatnyakapal dan menambatnyan
pada waktu bongkar muat barang.
E. Alat penambat,digunakan untuk menanmbat kapal pada waktu merpat didermaga maupun menggu
diperairan sebelum kapal merapat didermaga.
F. Gudang,yang terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang-barang yang harus menunggu
pengapalan.
G. Gedung terminal untuk keperluan administrasi.
Pemilihan lakosi pelabuhan.
Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dandaratan.
Pemilihan lokasi tergantung beberapa faktor diantaranya adalah :
A. Kondisi tanah dan geologi.
B. Kedalaman dan luas daerah perairan.
C. Perlindungan pelabuhan terhadap gelombang.
D. Arus.
E. Sedimentasi.
F. Daerah daratannya yang cukup luas untuk menampung barang yang akandibongkar muat.
G. Jalan-jalan untuk trasportasi.
H. Daerah industri dibelakangnya
Pemilihan lokasi pelabuhan harus mempertimbangkan faktor tersebut.akantetapi biasanya tidak semua faktor
tersebut bisa terpenuhi,sehingga diperlukansuatu kompromi untuk mendapatkan hasil optimal.
Berbagai faktor yang mempegaruhi penentuan lokasi pelabuhan adalah sebagaiberikut :
1.Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pantai.
2.Pengerukan pertama pada waktu pembangunan yang harus dilakukan.
3.Pengerukan selama pelabuhan beroperasi.
1. Tinjauan topografi dan geologi.

Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk membangun suatu pelabuhan dan
kemungkinan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan harus cukup luas untuk
membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti Dermaga, jalan, gudang dan juga daerah industri.
2. Tinjauan pelayaran.
Pelabuhan yang akan dibangun harus mudah dilalui kapal-kapal yang akan meggunakannya.
Pelayaran suatu kapal dipegaruhi oleh faktor-faktor alam dan angin gelombang dan arus dapat
menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada badan kapal.
3. Tinjauan sedimentasi.
Pengerukan untuk mendapatkan kedalamam yang cukup bagi pelayaran didaerah pelayaran
memerlukan biaya yang cukup besar. pengerukan ini dapat dilakukan pada waktu membangun pelabuhan
maupun selama perwatan. Pelabuhan harus dibuat sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi harus
sesedikit mungkin (kalau bisa tidak ada sama sekali)
4. Tinjauan gelombang dan arus.
Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada kapal dan bangunan pelabuhan.untuk
menghindari gangguan gelombang terhadap kapal yang berlabuh maka dibuat bangunan pelindung yang
disebut pemecah gelombang.Didalam tinjauan pelayaran,diharapkan bahwa kapal-kapal dapat masuk
kepelabuhan menurut alur

pelayaran lurus (tanpa membelok) dan alur tersebut harus searah dengan arah penjalaran gelombang
terbesar dan arah arus.
5. Tinjauan kedalaman air.
sangat berpengaruh pada perencanaan pelabuhan. di laut yangmengalami pasang surt Variasi muka air
kadang-kadang cukup besar.Menurutpengalaman,pasang surut yang kurang dari 5 m masih dapat
diadakanpelabuhan terbuka.bila pasang surut lebih dari 5 m,maka terpaksa dibuat pelabuhan tertutup yang
dilengkapi dengan pintu air untuk memasukan dan mengeluarkan kapal

Ukuran dan bentuk pelabuhan.


Ukuran pelabuhan ditentukan jumlah dan ukuran kapal-kapal yang akan menggunakannya serta
kondisi lapangan yang ada. Ditinjau dari biaya,ukuran pelabuhan harus sekecil mungkin,akan tetapi
pengoperasian yang mudah
Ukuran kolam putar tergantung pada ukuran kapal dan memudahkan gerak berputar kapal, yang di bedakan
dalam 4 macam :
A. Ukuran Optimum untuk dapat berputar dengan mudah memrlukan diameter empat kali panjang
kapal penggunanya.
B. Ukuran menengah ruang putar dapat sedikit kesulitan dalam berputar mempunyai diameter dua kali
panjang kapal terbesar yang menggunakannya.
C. Ruang putaran kecil yang mempunyai diameter kurang dari dua kali panjang kapalnya. gerakan
berputar dapat dilakukan dengan menggunakan jangkar dan bantuan kapal tunda.
D. Ukuran minimum ruang putaran harus mempunyai diameter 20% lebehpanjang kapal terbesar yang
menggunakannya.dalam gal ini untuk membantu perputaran ,kapal harus ditambat pada suatu titik
tetap, misalnya dengan pelampung, dermaga atau jangkar
Pemecah Gelombang.
Pemecah gelombang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan semi alam dan buatan. lay
out pemecah gelombang tergantung pada arah gelombang maksimum, bentuk garis pantai, ukuran minimum
pelabuhan yang diperlukan untuk melayani trafik dipelabuhan tersebut. Pemecah gelombang bisa berupa dua
lengan yang menjorok kelaut dari garispantai dan sebuah pemecah gelombang yang sejajar pantai dan
dilengkapidengan dua mulut untuk masuk dan keluarnya kapal. Bentuk lain adalah satu lengan pemecah
gelombang yang berawal dari pantai menuju laut yang kemudian membelok dan sejajar pantai. Disini
terdapat satu mulut dan digunakan apabila angin dan gelombang berasal dari satu arah. pemecah gelombang
bisa pula terdiri dua lengan yang menjorok kelaut dari garis pantai dengan kedua lengan tersebut konvergen
dan membentuk suatu bukaan di laut untuk jalan masuk dan keluar kapal
Lokasi dan lebar mulut pelabuhan.
Untuk menggurangi tinggi gelombang di perairan pelabuhan, mulut pelabuhan tidak boleh lebih besar dari
yang diperlukan untuk keamanan pelayaranya berbahaya yang ditimbulkan oleh pasang surut. perubahan
elevasi muka air karena adanya pasang surut menyebabkan arus keluar/masuk melalui mulutnya. karena
mulut pelabuhan relatif sempit maka arus tersebut mempunyai kecepatan tinggi yang dapat mengganggu
gerak kapal.Lebar mulut pelabuhan tergantung pada ukuran pelabuhan dan kapal-kapal yang menggunakan
pelabuhan.

BAB 3
ANGIN, PASANG SURUT DAN GELOMBANG
Pasang Surut
1. Definisi Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara
berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di
bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
menarik dari benda-benda stronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang
surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah
dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding
terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua
kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan
lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan
matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan
pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari.

2. Teori Pasang Surut


2.1 Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini
menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya
ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya
permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya
pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2
yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan
naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force)
yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut,
massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua
lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
2.2 Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan
menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat
membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang
terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan
dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori
kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya
pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya
pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan
selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
Kedalaman perairan dan luas perairan
Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis
Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda
membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis
lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan
pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus
pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase
lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka
semaikin besar pengaruh gesekannya.

3. Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi
bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan
berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan
gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu
perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi
memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah
dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding
terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua
kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan
lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan
matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan
pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari (Priyana,1994)
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung
kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi)
yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari
matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71%
permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena
rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan
penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki
efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang
dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994)
4. Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe
pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat
diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu
kali surut.
Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang
hampir sama tingginya.
3. pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa
(deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk
pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1.Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di
Selat Karimata
2.Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu
hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3.Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua
kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan
Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4.Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu
kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai
Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur
5. Arus Pasut
Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air
horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat
karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga
menimbulkan arus pasut(Tidal current). Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan
pantai akan mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya
kedalaman (Mihardja et,. al 1994).
6. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut :
1.Tide Staff.
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada
pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling
sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air

laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat.
Syarat pemasangan papan pasut adalah :
1.Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air
2.Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai (aliran debit air).
3.Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara
tidak teratur
4.Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak
lurus
5.Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan
6.Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk
diikatkan terhadap titik referensi
7.Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil
8.Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah
2.Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini
memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam
komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung
yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak
dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya
air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat
(recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut
tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.
3.Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat
ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati
sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut
rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar
pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada
sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik
(radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali
oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit
altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas
permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat
pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut
periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis
deret waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi
temporal periode panjang dan fenomena sekularnya (http://gdl.geoph.itb.ac.id)
GELOMBANG LAUT
Gelombang merupakan usikan atau gangguan dari keadaan setimbang yang merambat dalam ruang.
Gelombang yang memerlukan medium untuk merambat disebut gelombang mekanik sedangkan yang tidak
memerlukan medium untuk merambat disebut gelombang elektromagnetik
.
Gelombang laut merupakan contoh dari gelombang mekanik. Secara umum, gelombang ini terjadi karena
hembusan angin secara teratur, terus-menerus, di atas permukaan air laut. Hembusan angin yang demikian
akan membentuk riak permukaan, yang bergerak kira-kira searah dengan hembusan angin.

Gelombang laut berdasarkan proses terbentukknya dibedakan menjadi tiga yaitu gelombang angina,
gelombang pasang surut, dan gelombang tsunami.
1. Gelombang Angin
Gelombang angin disebabkan oleh tiupan angin di permukaan laut. Gelombang ini dapat menimbulkan
energi untuk membentuk pantai. Selain itu juga dapat menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam
arah tegak lurus di sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai.
Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak pelabuhan, alur pelayaran, dan
perencanaan bangunan pantai.
2. Gelombang Pasang Surut
Gelombang pasang surut disebabkan adanya pasang surut air laut. Pasang surut laut merupakan suatu
fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi
gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan
bulan. Pasang surut air laut ini juga merupakan faktor yang penting karena bisa menimbulkan arus yang
cukup kuat terutama di daerah yang sempit, misalkan di teluk dan muara sungai. Elevasi muka air pasang
dan air surut juga sangat penting untuk merencanakan bangunan bangunan pantai. Sebagai contoh
elevasi puncak bangunan pantai ditentukan oleh elevasi muka air pasang untuk mengurangi limpasan air,
sementara kedalaman alur pelayaran dan perairan pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.
3. Gelombang Tsunami
Gelombang tsunami adalah gelombang yang terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa bumi di
laut. Gelombang yang terjadi bervariasi dari 0,5 m sampai 30 m dan periode dari beberapa menit sampai
sekitar satu jam. Tinggi gelombang tsunami dipengaruhi oleh konfigurasi dasar laut. Selama penjalaran
dari tengah laut (pusat terbentuknya tsunami) menuju pantai, sedangkan tinggi gelombang semakin besar
oleh karena pengaruh perubahan kedalaman laut. Di daerah pantai tinggi gelombang tsunami dapat
mencapai puluhan meter. Pada gambar A.2.a ditunjukan contoh gelombang laut akibat tsunami yang
berada di laut dalam dengan ketinggian puncak gelombang < 1 m dan pada gambar A.2.b ditunjukan
contoh gelombang laut akibat tsunami yang berada di pantai dengan ketinggian puncak gelombang 30
m.

BAB 4
PEMECAH GELOMBANG
PEMECAH GELOMBANG (BREAKWATER)
A. DESKRIPSI UMUM
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah
gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan
pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi
perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di
beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty.
Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai lebih cenderung berkaitan dengan
palabuhan dan bukan dengan perlindungan pantai terhadap erosi. Selanjutnya dalam tinjauan lebih
difokuskan pada pemecah gelombang lepas pantai.
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai
dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk
perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai,
sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang
pantai.
Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak
tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas
pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas
pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah.
B. FUNGSI
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari serangan gelombang
yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi
karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Karena pemecah
gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking
zone). Maka bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi
gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan
dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui
pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi
gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang
(periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air
dan tidak lulus air) dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan)
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah
tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan
dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment
tersebut.
C. MATERIAL
Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri. Seperti halnya bangunan
pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas pantai dilihat dari bentuk strukturnya bisa dibedakan menjadi
dua tipe yaitu: sisi tegak dan sisi miring.
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material-material seperti pasangan batu, sel turap
baja yang didalamnya di isi tanah atau batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton, kaison
beton dan lain sebagainya.

Gbr 1. Berbagai jenis breakwater sisi tegak


Dari beberapa jenis tersebut, kaison beton merupakan material yang paling umum di jumpai pada
konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kaison beton pada pemecah gelombang lepas pantai adalah konstruksi
berbentuk kotak dari beton bertulang yang didalamnya diisi pasir atau batu. Pada pemecah gelombang sisi
tegak kaison beton diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi sebagai fondasi. Untuk menanggulangi
gerusan pada pondasi maka dibuat perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau blok beton :
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas pantai bisa dibuat dari
beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk sedemikian rupa (pada umumnya apabila dilihat
potongan melintangnya membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu,
Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran sangat besar.

Gbr 2. Breakwater sisi miring


Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
1. Inti(core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-partikel halus dari debu dan
pasir.
2. Lapisan bawah pertama(under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter layer) yang melindungi
bagian inti(core) terhadap penghanyutan material, biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal
batu dengan berat bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
3. Lapisan pelindung utama (main armor layer) seperti namanya, merupakan pertahanan utama dari
pemecah gelombang terhadap serangan gelombang pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran
besar dengan berat antara 1-3 ton atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk
khusus dan ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc accropode dan
lain-lain
Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali beberapa unit dengan
banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos
dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan
konvensional, prategang, fiber, besi, profil-profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk
meningkatkan kekuatan struktur unit-unit batu buatan ini. Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat
biaya, dan jarang digunakan.

Gbr 3. Beberapa macam material batu buatan


Seiring perkembangan jaman dalam konstruksi pemecah gelombang lepas pantai juga mengalami
perkembangan. Belakangan juga dikenal konstruksi pemecah gelombang komposit. Yaitu dengan
menggabungkan bangunan sisi tegak dan bangunan sisi miring. Dalam penggunaan matrial pun
dikombinasikan misalnya antara kaison beton dengan batu-batuan sebagai pondasinya.
C. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Ada berbagai macam metode dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi pemecah gelombang lepas
pantai baik itu sisi tegak maupun sisi miring. Untuk sis tegak ada sebuah metode pelaksanaan yang cukup
unik pada sebuah konstruksi pemecah gelombang kaison. Metode ini agak berbeda dan sempat mejadi
pertentangan pada saat ditemukan.
Adapun gambaran umum metode pelaksanannya adalah sebagai berikut:

Kaison yang terbuat dari beton pracetak diletakan dipermukaan air dengan bagian dasarnya yang
terbuka menghadap ke bawah. Dengan mengatur tekanan udara didalam kaison, maka tingkat
pengapungannya dapat dikendalikan untuk memastikan stabilitas dan mengatur aliran udaranya
selama pemindahan ke lokasi pemasangannya.

Gbr 4. Ilustrasi kaison yang diapungkan dengan mengontrol tekanan udara

Adapun untuk proses pemindahan kaison kelokasi pemasangan bisa dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya dengan didorong menggunakan sebuah tugboat.

Gbr 5. Ilustrasi pemindahan kaison dengan cara didorong tugboat

Pada saat sudah berada dilokasi pemasangan, udara didalam kaison dikeluarkan dan kaison
ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengandalkan beratnya sendiri. Kemudian setelah kaison
ditenggelamkan dan berada pada posisi yang telah direncanakan, maka kaison diisi dengan material
pengisi untuk meningkatkan kekuatan strukturnya.

Karena kaison tebuka dibagian dasarnya maka bagian ujungnya hanya mempunyai luasan permukaan
yang sangat kecil jika dibandingkan dengan area yang dicakup oleh kaison itu sendiri. Luas
permukaan ujung yang kecil ini digabungkan dengan berat kaison yang besar mengakibatkan kaison
lebih mudah ditenggelamkan hinga menancap ke dasar laut dengan dengan kedalaman yang cukup.
Ini untuk memastikan kaison dapat menahan pergerakan horisontal dari struktur setelah dipasang.

Disamping itu juga dimaksudkan agar material dasar laut yang berada dalam cakupan kaison dapat
dijadikan sebagai bahan pengisi kaison itu sendiri sebagai salah satu solusi menghemat pemakaian
material pengisi.

Sedangkan jika tanah di dasar laut terlalu lunak untuk mendukung kaison selama pengisian dan
setelah dinding-dinding vertikal menembus dasar laut sampai kedalaman yang diinginkan, penurunan
selanjutnya dapat dicegah dengan memelihara udara bertekanan yang ada di dalam kaison.

Kaison itu kemudian diisi dengan cara memompa masuk material kerukan melalui suatu lubang
masuk. Ketika material kerukan seperti lumpur dan/atau pasir dipompa masuk kedalam kaison, udara
bertekanan yang tersisa dalam kaison itu dikurangi seperti yang dilakukan pada air yang mengisi
kaison, sehingga struktur itu berada dibawah dukungan hidrolik sementara.

Pada akhirnya setelah kaison itu cukup diisi dengan material padat, maka lubang-lubang udara dan
hidrolik ditutup dengan beton atau material lain.

Gb5 6. Ilustrasi kaison yang sudah berada pada lokasi pemasangan dan diisi dengan material pengisi
Sedangkan untuk tipe bangunan sisi miring metode pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan bangunan
pelindung pantai lainya seperti groin dan jeti yang juga menggunakan konstruksi sisi miring. Yang
membedakan hanya cara pemindahan material dan alat-alat beratnya saja. Karena pemecah gelombang lepas
pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai maka untuk pemidahan material
dan alat berat ke lokasi pemasangan menggunakan alat transportasi air misalnya kapal atau tongkang
pengangkut material. Adapun metode pelaksanaannya dapat dipilah per lapisan sebagai berikut:

Untuk lapisan inti (core) material ditumpahkan ke dalam laut menggunakan dump truk. untuk
memudahkan penimbunan material oleh truk, bagian inti(core) idealnya mempunyai lebar antara 4-5
meter pada bagian puncak dan kira-kira 0,5 meter di atas level menengah permukaan laut, ketika ada
suatu daerah pasang surut yang besar, sebaiknya berada diatas level tertinggi air pasang.

Gbr 7. Pengurugan lapisan inti dengan dump truk

Lapisan bawah pertama(under layer) yang terdiri dari potongan-potongan tunggal batu. Penempatan
batu-batu lapisan ini dapat dilakukan menggunakan ekskavator hidrolis, selain itu juga bisa dengan
menggunakan sebuah mobile crane normal jika tersedia ruang yang cukup untuk landasannya. Jangan
pernah menggunakan crane dengan ban karet pada lokasi yang tidak rata tanpa landasan yang cukup
luas. Ekskavator harus menempatkan batuan yang lebih berat secepat mungkin sehingga bagian
inti(core) tidak mengalami hempasan ombak. Jika suatu ombak badai mengenai lokasi dimana terlalu
banyak bagian inti(core) yang mengalaminya, maka ada suatu bahaya yang serius pada bagian
inti(core) yaitu penggerusan material. Gambar 9 menunjukkan susunan lapisan bawah. Dalam hal ini
kemiringan lerengnya adalah 2,5/1 dan jarak H, adalah ketinggian dari puncak lapisan bawah ke
dasar laut. Suatu tiang dari kayu harus ditempatkan pada bagian atas inti (core) dan disemen untuk
meperkokohnya. Pada jarak sama dengan 2,5 x H, sebuah batu ladung yang berat dengan sebuah
pelampung penanda harus ditempatkan di dasar laut. Sebuah senar nilon berwarna terang akan
direntangkan dari batu ladung ke ketinggian yang diperlukan (H) pada tiang. Prosedur ini harus
diulangi setiap 5 m untuk membantu operator crane atau ekskavator untuk menempatkan puncak
lapisan di tingkatan yang benar. Seorang perenang dapat memastikan bahwa masing-masing batu
batuan yang terpisah ditempatkan di dalam profil yang dibatasi oleh senar nilon.

Gbr 7. Penempatan batuan lapisan bawah menggunakan ekskavator

Lapisan pelindung utama (main armor layer). Dalam pelaksanaan penempatan batu maupun batu
bauatan dapat menggunakan crawler crane (crane penggerak roda kelabang) atau tracked crane (crane
dengan rel). Crane jenis tersebut adalah alat berat yang paling cocok untuk pekerjaan menempatkan
batuan berukuran besar. Batu-batu yang besar harus diangkat satu demi satu menggunakan sling atau
pencengkram dan harus ditempatkan didalam air dengan pengawasan dari seorang penyelam. Ia harus
ditempatkan satu demi satu berdasar urutannya untuk memastikan ia saling berkesinambungan. Hal
ini untuk meyakinkan bahwa ombak tidak bisa menarik satu batu ke luar, yang menyebabkan batubatu pada bagian atas longsor, menerobos lapisan pelindung dan mengakibatkan terbukanya bagian
bawah yang batuannya lebih kecil.

Gbr 8. Ilustrasi penempatan batu lapisan pelindung utama menggunakan crane.jpg

Untuk memastikan bahwa batu-batu ditempatkan dengan baik, penyelam tadi perlu mengarahkan
operator crane setiap kali suatu batu ditempatkan sampai lapisan pelindung ini menerobos permukaan
air. Sama seperti lapisan bawah, diperlukan dua lapisan pelindung untuk menyelesaikan lapisan
pelindung utama. Profil kemiringan dapat diatur pada interval tetap 5 m menggunakan prosedur yang
sama.

E. DAMPAK LINGKUNGAN
Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa berkurangnya energi gelombang di daerah
terlindung oleh pemecah gelombang akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka
pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang
bangunan. Pengendapan tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang
terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.
Sedangkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai dapat
dijelaskan sebagai berikut. Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli, terjadi
difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak gelombang membelok dan
berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan
sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang bangunan. Pengendapan
sedimen tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate dibelakang bangunan.
Proses tersebut akan berlanjut sampai garis pantai yang terjadi sejajar dengan garis puncak
gelombang yang terdifraksi. Pada keadaan tersebut transport sedimen sepanjang pantai menjadi nol. Seperti
terlihat pada gambar 1-14, dimana arah gelombang dominan hampir tegak lurus garis pantai asli, garis
puncak gelombang dari sisi kiri dan kanan pemecah berpotongan di titik A. Puncak cuspate akan terjadi pada
titik A. Dengan demikian pembentukan tombolo tergantung pada panjang pemecah gelombang lepas pantai
dan jarak antara bangunan dengan garis pantai. Biasanya tombolo tidak terbentuk apabila panjang pemecah
gelombang lebih kecil dari jaraknya terhadap garis pantai. Jika bangunan menjadi lebih panjang dari pada
jaraknya terhadap garis pantai maka kemungkinan terjadinya tombolo semakin tinggi.
Apabila gelombang datang membentuk sudut dengan garis pantai maka laju transport sedimen
sepanjang pantai akan berkurang, yang menyebabkan pengendapan sedimen dan terbentuknya cuspate.
Pengendapan berlanjut sehingga pembentukan cuspate terus berkembang hingga akhirnya terbentuk tombolo.
Tombolo yang terbentuk akan merintangi/menangkap transport sedimen sepanjang pantai. Sehingga suplai
sedimen kedaerah hilir terhenti yang dapat berakibat terjadinya erosi pantai di hilir bangunan.Pemecah
gelombang lepas pantai dapat direncanakan sedimikian sehingga terjadi limpasan gelombang yang dapat
membantu mencegah terbentuknya tombolo. Manfaat lain dari cara ini adalah membuat garis pantai dari
cuspate menjadi lebih rata dan menyebar ke arah samping sepanjang pantai.

BAB V
DERMAGA
Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan
bongkar muat barang dan orang dari dan keatas kapal.
Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran
untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan.
Jenis demaga :
1. Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk bongkarmuat barang
umum/general cargo keatas kapal.
2. Dermaga peti kemas, dermaga yang khusus diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas. Bongkar
muat peti kemas biasanya menggunakan kran (crane)
3. Dermaga curah, adalah dermaga yang kusus digunakan untuk bongkar muat barang curah yang
biasanya menggunakan ban berjalan (conveyor belt)
4. Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk mengangkut barang khusus, seperti
bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan lain sebagainya.
5. Dermaga marina, adalah dermaga yang digunakan untuk kapal pesiar, speed boat.
6. Demaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal ikan.
Type dermaga :
Dermaga quay wall
Terdiri struktur yang sejajar pantai, berupa tembok yang berdiri diatas pantai, konstruksi sheet pile
baja/beton atau caisson beton. Biasanya dilokasi pantai tidak landai yang sering disebut sebagai pelabuhan
alam sehingga kedalaman yang diinginkan tidak terlalu jauh dari garis pantai.
Dermaga dolphin
Tempat sandar kapal berupa dolphin diatas tiang pancang. Biasanya dilokasi dgn pantai yang landai,
diperlukan jembatan trestel sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan.

Gambar Dermaga dolphin

Dermaga system Jetty


Dapat berupa dermaga apung umumnya digunakan untuk kapal-kapal penumpang pada dermaga angkutan
sungai/danau yang tidak membutuhkan konstruksi yang kuat untuk menahan muatan barang yang akan
diangkut dengan kapal.

BAB VI
FENDER DAN ALAT PENAMBAT
Kapal yang merapat ke dermaga masih mempunyai kecepatan baik yang digerakkan oleh mesinnya sendiri
atau ditarik oleh kapal tunda. Pada waktu kapal merapat akan terjadi benturan antara kapal dengan dermaga,
untuk menghindari kerusakan pada kapal dan dermaga karena benturan maka di depan dermaga diberi
bantalan yang berfungsi sebagai penyerap energi benturan. Bantalan yang diletakkan di depan dermaga
tersebut dinamakan fender.
Pada waktu kapal melakukan bongkar muat, maka kapal harus tetap berada pada tempatnya dengan tenang,
untuk itu kapal diikat dengan penambat. Alat penambat harus mampu manahan gaya tarik yang ditimbulkan
oleh kapal.

Fender

Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga. Fender akan menyerap energi
benturan antara kapal dan dermaga.
Ada beberapa tipe fender, yaitu :

Fender kayu

Fender kayu bisa berupa batang-batang kayu yang dipasang horisontal atau vertikal. Fender kayu ini
mempunyai sifat untuk menyerap energi.
Fender tiang pancang kayu yang ditempatkan di depan dermaga dengan kemiringan 1 H : 24 V akan
menyerap energi karena defleksi yang terjadi pada waktu dibentur kapal.
Penyerapan energi tidak hanya tidak hanya diperoleh dari defleksi tiang kayu, tetapi juga dari balok kayu
memanjang. Tiang kayu dipasang pada setiap seperempat bentang.

Fender karet

Karet banyak digunakan sebagai fender, bentuk paling sederhana dari fender ini berupa ban-ban luar mobil
untuk kapal kecil yang dipasang pada sisi depan di sepanjang dermaga.
Fender karet mempunyai bentuk berbeda seperti fender tabung silinder dan segiempat, blok karet berbentuk
segiempat dan fender Raykin.

Fender gravitasi

Fender ini terbuat dari tabung baja yang diisi dengan beton dan sisi depannya diberi pelindung kayu dengan
berat sampai 15 ton. Apabila terbentur kapal maka fender tersebut akan bergerak ke belakang dan ke atas,
sedemikian sehingga kapal dapat dikurangi kecepatannya, karena untuk menggerakan ke belakang
diperlukan tenaga yang besar. Prinsip kerja fender gravitasi adalah mengubah energi kinetik menjadi energi
potensial.

Photo Fender Pelabuhan Gilimanuk

BAB VII
FASILITAS PELABUHAN
Fasilitas pelabuhan pada dasarnya dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang. Pembagian ini dibuat berdasarkan kepentingannya terhadap kegiatan pelabuhan itu sendiri.
A. FASILITAS POKOK PELABUHAN
Fasilitas Pokok Pelabuhan terdiri dari alur pelayaran (sebagai jalan kapal sehingga dapat
memasuki daerah pelabuhan dengan aman dan lancar), penahan gelombang (breakwater untuk
melindungi daerah pedalaman pelabuhan dari gelombang, terbuat dari batu alam, batu buatan dan dinding
tegak), kolam pelabuhan (berupa perairan untuk bersandarnya kapal-kapal yang berada di pelabuhan) dan
dermaga (sarana dimana kapal-kapal bersandar untuk memuat dan menurunkan barang atau untuk
mengangkut dan menurunkan penumpang).
B. FASILITAS PENUNJANG PELABUHAN
Fasilitas penunjang pelabuhan terdiri dari gudang, lapangan penumpukan, terminal dan jalan.
1. Gudang
Gudang adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang berasal dari kapal
atau yang akan dimuat ke kapal. Gudang dibedakan berdasarkan jenis (lini-I, untuk penumpukan sementara
dan lini-II sebagai tempat untuk melaksanakan konsolidasi/distribusi barang, verlengstuk bangunan dalam
lini-II, namun statusnya lini-I, enterpot bangunan diluar pelabuhan, namun statusnya sebagai lini-I),
penggunaan (gudang umum, gudang khusus untuk menyimpan barang-barang berbahaya, gudang CFS
untuk stuffing/stripping).
2. Lapangan Penumpukan
Lapangan penumpukan adalah lapangan di dekat dermaga yang digunakan untuk menyimpan barangbarang yang tahan terhadap cuaca untuk dimuat atau setelah dibongkar dari kapal.
3. Terminal
Terminal adalah lokasi khusus yang diperuntukan sebagai tempat kegiatan pelayanan bongkar/muat
barang atau petikemas dan atau kegiatan naik/turun penumpang di dalam pelabuhan. Jenis terminal meliputi
terminal petikemas, terminal penumpang dan terminal konvensional.

4. Jalan
Adalah suatu lintasan yang dapat dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki, yang menghubungkan
antara terminal/lokasi yang lain, dimana fungsi utamanya adalah memperlancar perpindahan kendaraan di
pelabuhan.

REFERENSI :
1.
2.
3.
4.
5.

Bambang Triatmodjo, Pelabuhan, Beta Offset Yogyakarta, 1996


http://id.wikipedia.org
http://id.wordpress.com
http://www.scribd.com/doc/56697343/Perencanaan-pelabuhan
dan berbagai sumber dari internet.

Anda mungkin juga menyukai