Rosydina Robiaqolbi
101614453046
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................................ 2
Daftar Gambar........................................................................................................ 3
Kata Pengantar ....................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 5
1.1 Latar belakang .................................................................................................. 5
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 6
1.3 Manfaat ............................................................................................................ 6
BAB II ISI .............................................................................................................. 8
2.1 Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)......................... 8
2.1.1 Definisi Pelatihan .................................................................................... 8
2.1.2 Definisi Pengembangan .......................................................................... 9
2.1.3 Konsep Pelatihan dan Pengembangan .................................................... 10
2.2 Pentingnya Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ..... 13
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM) ......................................................................... 14
2.3.1 Faktor Internal ......................................................................................... 14
2.3.2 Faktor Eksternal ...................................................................................... 16
2.4 Perencanaan Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ... 17
2.4.1 Pengertian Training need Assessment (TNA) ......................................... 17
2.4.2 Manfaat Training need Assessment (TNA) ............................................. 19
2.4.3 Tahapan Training need Assessment (TNA) ............................................ 19
2.5 Metode Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ........... 20
2.5.1 On the job ................................................................................................ 21
2.5.2 Off the job ............................................................................................... 24
2.6 Evaluasi Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) .......... 31
2.6.1 Model Evaluasi ....................................................................................... 31
2.6.2 Langkah Evaluasi .................................................................................... 36
2.7. Prestasi Kinerja ............................................................................................... 38
2.7.1. Definisi Kinerja ..................................................................................... 38
2.7.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja .......................................... 39
2.7.3. Konsep Penilaian Kinerja...................................................................... 41
2.7.4. Tujuan Penilaian Kinerja ...................................................................... 43
2.7.5. Manfaat Penilaian Kinerja .................................................................... 44
2.7.6. Metode Penilaian Kinerja...................................................................... 44
2.7.7. Hubungan Penilaian Kinerja dengan Kinerja ....................................... 49
2.7.8. Berbagai Kendala dalam Penilaian Kinerja .......................................... 49
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 52
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Pelatihan dan Pengembangan .............................................. 6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model 4 level Kirkpatrick ................................................................. 28
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, nikmat
serta hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul Pelatihan dan Pengembangan,
prestasi kerja ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun
kami menyadari bahwa selesainya penyusunan makalah ini berkat bantuan dan
bimbingan dari pembimbing sehingga kendala-kendala dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan yang lebih luas
tentang pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia khususnya bagi
mahasiswa program magister ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kami
mohon pembimbing untuk memberi masukan dan saran yang membangun untuk
perbaikan pembuatan makalah ini.
Hormat kami,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah organisasi akan bertahan dan menjadi lebih baik apabila dapat mengatasi
tantangan dari lingkungan. Tantangan dapat diatasi apabila individu-indivu dalam
organisasi tersebut juga dapat menyesuaikan diri dan memberikan kinerja yang baik.
Kinerja anggota organisasi dapat ditingkatkan dengan diadakannya pelatihan dan
pengembangan yang efektif dan efisien sehingga dihasilkan anggota organisasi yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut. Organisasi dan anggotanya yang
senantiasa berkembang diharapkan dapat mencapai tujuan bersama sehingga tercapai
pula kepuasan dari organisasi dan juga kepuasan personal anggotanya.
Salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia adalah training and
development bahwa untuk mendapatkan tenaga kerja yang bersumber daya manusia
baik dan tepat sangat perlu pelatihan dan pengembangan. Hal ini sebagai upaya untuk
mempersiapkan para tenaga kerja dalam menghadapi tugas pekerjaan dan jabatan
yang dianggap belum dikuasai.
Tenaga kerja baru biasanya telah memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh
organisasi. Keterampilan ini mereka telah dapatkan di lembaga pendidikan tempat ia
belajar. Namun, sedikit banyak akan terjadi kesenjangan antara keterampilan yang
mereka miliki dengan kebutuhan organisasi sehingga masih diperlukan pelatihan
untuk menyesuaikannya. Begitu pula dengan anggota yang telah lama bergabung
dengan organisasi, diperlukan juga pelatihan dan pengembangan agar dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang terjadi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Memahami pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
b. Memahami pentingnya diadakan pelatihan dan pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM).
c. Memahami faktor yang mempengaruhi kebutuhan pelatihan dan
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
d. Memahami perencanaan kebutuhan pelatihan dan pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) (Training need Assessment (TNA)).
e. Memahami metode pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM)
f. Memahami evaluasi pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM).
g. Memahami prestasi kinerja
1.3 Manfaat
Adapun manfaat penyusunan makalah ini sebagai berikut:
a. Mahasiswa mampu memahami definisi pelatihan dan pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM).
b. Mahasiswa mampu memahami konsep pelatihan dan pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM).
c. Mahasiswa mampu memahami pentingnya diadakan pelatihan dan
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
d. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi kebutuhan
pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
BAB II
ISI
2.1 Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Tenaga kerja merupakan kekayaan organisasi yang paling berharga, karena dengan
segala potensi yang dimiliki, tenaga kerja dapat terus dilatih dan dikembangkan,
sehingga dapat lebih berdaya guna bagi organisasi atau lembaga atau perusahaannya,
dan prestasinya menjadi semakin optimal untuk mencapai tujuan di tempat ia bekerja.
Adanya kesenjangan antara kemampuan karyawan dengan yang dikehendaki oleh
tempat kerja, menyebabkan perlunya menjembatani kesenjangan tersebut, salah satu
caranya pelatihan dan pengembangan.
2.1.1 Definisi Pelatihan
Pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan
kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan
dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk
membekali seseorang dengan keterampilan kerja (Simanjuntak, 2005). Pelatihan
(training) adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan
prosedur sistematis dan terorganisir dimana pegawai non-managerial mempelajari
pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam tujuan terbatas (Sikula, 2000).
Pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk menyediakan pelajar dengan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan mereka saat ini (Mondy
& Noe, 2005). Pelatihan adalah mempersiapkan orang untuk melakukan pekerjaan
10
11
adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan
moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan
dan pelatihan (Hasibuan, 2001).
a. Dari beberapa pengertian dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
Pelatihan
Meningkatkan
Pengembangan
Efek
karir
karir
Relevence, artinya harus saling berhubungan sebagai contoh para peserta pelatihan
terlebih dahulu diberikan penjelasan secara umum tentang suatu pekerjaan sebelum
mereka mempelajari hal-hal khusus dari pekerjaan tersebut.
d. Transference, artinya program pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhankebutuhan yang nantinya akan dihadapi dalam pekerjaan yang sebenarnya.
e. Feedback, artinya setiap program pelatihan yang dilaksanakan selalu dibutuhkan
adanya umpan balik yaitu untuk mengukur sejauh mana keberhasilan dari program
pelatihan tersebut.
2.1.3.3 Proses Pelatihan dan Pengembangan
Sebagai sebuah proses, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia
dimulai dengan (Mondy, 2008)
13
efektif adalah bantuan yang berharga dalam perencanaan karir dan sering
14
16
sebagian
besar
melaksanakan
kegiatan
teknis,
maka
pola
oleh
organisasi.
Kebijakan
tersebut
sudah
akan
17
kemampuan
karyawan
organisasi
harus
diadaptasikan
dengan
18
19
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan training needs
assessment, yaitu manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung adalah :
a. Menghasilkan program pelatihan yang disusun sesuai dengan kebutuhan
organisasi, jabatan dan individu.
b. Sebagai dasar penyusunan program pelatihan yang tepat.
Sedangkan manfaat tidak langsung adalah :
a. Menjaga produktivitas kerja
b. Meningkatkan produktivitas dalam menghadapi tugas baru.
c. Efisiensi biaya organisasi
2.4.3 Tahap Trainning Needs Assessment (TNA)
a. Organizational assessment (Penilaian Organisasi)
Penilaian organisasi merupakan langkah dalam penentuan kebutuhan pelatihan dan
pengembangan dilihat dari perspektif organisasi secara menyeluruh yaitu tujuan,
rencana-rencana stratejik organisasi, dan perencanaan sumber daya manusia
(Mondy, 2008). Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan survei mengenai
sikap pegawai terhadap kepuasan kerja, persepsi pegawai, dan sikap pegawai dalam
administrasi. Selain itu, sebagai tahap awal perlu adanya upaya mengkaitkan
penilaian kebutuhan pelatihan dengan pencapaian tujuan organisasi. Dengan
mengkaitkan hubungan tersebut, kebutuhan pelatihan akan dapat diidentifikasi.
b. Task Assessment (Penilaian Tugas)
Task assessment menganalisis skill, knowledge, and abilities apa yang harus
dimiliki karyawan agar memberikan dampak positif dalam meningkatkan kinerja
karyawan. Penilaian tugas berfokus pada kebutuhan tugas yang dibebankan pada
20
satu posisi tertentu. Tugas dan tanggungjawab posisi ini dianalisa untuk diketahui
jenis ketrampilan apa yang dibutuhkan sehingga dapat ditentukan jenis training
macam apa yang diperlukan (Mathis & Jackson, 2006).
c. Individual Assessment (Penilaian Individu)
Penilaian individu menganalisis bagaimana seorang karyawan dapat
melakukan pekerjaan dengan baik dan menentukan kemampuan individu dalam
menyelesaikan new and different work. Penilaian dalam tahap ini menghasilkan
informasi mengenai training apa yang dibutuhkan oleh karyawan. Penilaian
individu dapat dilakukan dengan menggunakan data penilaian kerja (Mathis &
Jackson, 2006). Dalam hal ini melihat kinerja karyawan dibandingkan dengan hasil
yang diharapkan. Adapun pengumpulan data kinerja karyawan dapat dilakukan
dengan menggonakan metode survei, obeservasi, wawancara individu, focus group,
performance appraisal.
21
a. Metode on the job training dibagi menjadi 6 macam yaitu job instruction training,
apprenticeship, internship dan assistantships, job rotation dan transfer, junior
boards dan committee assingments, couching dan Counseling
b. Metode off the job Training dibagi menjadi 13 macam yaitu vestibule training,
lecture, independent self-study, visual presentations, conferences dan discussion,
teleconferencing, case studies, role play, simulation, programmed instruction,
computer-based training, laboratory training, programmed group excercise
Menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2005: 186) menyebutkan bahwa
metode-metode pelatihan dan pengembangan terdiri dari:
a. Metode-metode Pelatihan On the job Training
yaitu meliputi job instruction training, coaching, job rotation, dan apprenticeship.
b. Metode-metode pelatihan off the job Training yaitu lecture, video presentation,
vestibule training, role playing, case study, self study, program learning, laboratory
training dan action training.
1. On The Job
On the job adalah metode pelatihan yang dilaksanakan di tempat kerja yang
sebenarnya dan dilakukan sambil bekerja. Metode ini merupakan metode yang
paling banyak dilakukan. Kategori metode on the job terdiri dari dua jenis, yaitu :
a.
Dalam metode ini tidak tersedia pelatih secara khusus. Peserta pelatihan harus
memperhatikan dan mencotoh pekerja lain yang sedang bekerja untuk kemudian
melakukan pekerjaan tersebut sendiri.
22
b.
Peserta
mempunyai
pembimbing
khusus.
Pembimbing
tersebut
sambil
23
24
cukup mahal, dan kemungkinan kurangnya motivasi dari pemangku jabatan tertentu
sehingga tidak menunjukkan pekerjaan yang benar.
4) Internship and Assistantships
Pelatihan ini hampir sama dengan pelatihan Apparenticeship hanya saja pelatihan
ini mengarah pada kekosongan pekerjaan yang menuntut pendidikan formal yang
lebih tinggi. Contoh internship training dan cooperative education project,
maksudnya adalah pelatihan bagi pelajar yang menerima pendidikan formal di
sekolah yang bekerja di suatu perusahaan dan diperlakukan sama seperti karyawan
dalam perusahaan tetap pengawasan praktisi yang ahli.
5) Junior Boards dan Committee Assingments (Penugasan sementara)
Penempatan peserta/karyawan pada posisi manajerial atau anggota panitia
tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan. Peserta terlibat dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah-masalah organisasional nyata. Kelebihan dari
metode penugasan sementara adalah peserta/karyawan diberikan tanggung jawab
secara langsung sehingga peserta/karyawan bekerja dengan serius. Kelemahnnya
adalah tentang pemberian waktu yang relatif singkat.
25
Kelemahan dari metode ini adalah adanya tambahan biaya untuk melatih para
pelatih.
2. Off the job
Metode pelatihan dengan menggunakan situasi di luar pekerjaan. Umumnya
digunakan apabila target yang perlu dicapai banyak. Metode off the job training
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan, lebih fokus
pada pengalaman belajar, mempunyai kesempatan untuk bertukar pengalaman dengan
karyawan lainnya dari lur lingkungan unit kerjanya, mendapatkan ide-ide baru yang
dapat dibawa kembali ke tempat kerjanya, serta memperoleh wawasan yang lebih luas.
Teknik-teknik metode off the job training yang biasa digunakan antara lain:
a. Lecture
Adalah metode pelatihan dengan menggunakan system kuliah ceramah untuk
menyampaikan informasi tertentu kepada pegawai. Kelebihan metode ini adalah
biaya yang diperlukan relatif murah, waktu pelatihan cepat, materi yang diberikan
relatif lengkap dan dapat digunakan untuk melatih banyak orang sekaligus. Namun
metode kuliah ini kurang efektif untuk peserta pelatihan yang tingkat minatnya
kecil dan pemahamannya rendah karena kurangnya penerapan prinsip-prinsip
belajar seperti partisipasi, repetisi, pengalihan dan umpan balik, dan terkadang
membuat peserta pelatihan menjadi jenuh dan malas untuk mengikuti pelatihan
secara total.
b. Video presentation
Adalah metode pelatihan yang hampir mirip dengan lecture, hanya saja dalam
prosesnya menggunakan video dan atau slide presentasi. Beberapa sumber
26
menyebutkan bahwa video presentation adalah bagian dari lecture, beberapa yang
lain tidak, karena beranggapan bahwa lecture adalah metode yang hanya
mengandalkan kuliah ceramah tanpa bantuan media presentasi.
Kekuatan dari metode ini adalah adanya variasi dalam tampilan kuliah ceramah.
Peserta pelatihan dapat dibuat lebih tertarik dengan apa yang disajikan oleh
presentator, serta membantu peningkatan pemahaman karena biasanya dalam
video dan atau slide presentasi ditambahkan animasi-animasi tertentu sebagai
gambaran materi yang dijelaskan. Sedangkan kelemahan dari metode ini hampir
sama juga dengan metode lecture, yaitu kemungkinan kurangnya penerapan
prinsip-prinsip belajar seperti partisipasi, repetisi, dan umpan balik.
c. Vestibule training
Adalah metode pelatihan untuk meningkatkan keterampilan, terutama yang
bersifat teknikal, di tempat pekerjaan, akan tetapi tanpa mengganggu aktivitas
kerja sehari-hari. Scenario penggunaannya adalah sebagai berikut : Misalkan
sebuah organisasi akan melakukan vestibule training. Organisasi akan
menyediakan lokasi tertentu dalam organisasi untuk meniru kegitan-kegiatan
yang berlangsung dalam organisasi yang bersangkutan. Akan tetapi, karena lokasi
meniru itu disediakan di tempat khusus, kegiatan-kegiatan sebenarnya tidak
terganggu sama sekali.
Kelebihan dari metode ini adanya penerapan partisipasi, pengalihan keterampilan,
dan repetisi sebagai prinsip belajar. Disamping itu, peserta pelatihan dapat segera
menerima umpan balik tentang hasil pelatihan yang baru saja diikutinya. Melalui
metode ini, peserta dapat terhindar dari tekanan dan kebingungan sehingga dapat
27
lebih berkonsentrasi pada materi. Manfaat lain yang tidak kalah penting ialah
bahwa jika pegawai yang sedang mengikuti pelatihan berbuat kesalahan dalam
pelaksanaan tugas, kesalahan itu dapat segera diperbaiki tanpa merusak citra
organisasi. Sehingga organisasi dapat terhindar dari kerugian akibat kesalahan
yang mungkin dilakukan pekerja dalam pekerjaan yang sebenarnya. Sayangnya,
kelemahan dari metode ini adalah perlunya ketersediaan perusahaan/organisasi
dalam menyiapkan ruangan khusus sebagai sarana pelatihan yang tentu saja
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
d. Role playing
Adalah metode pelatihan dengan teknik memainkan peran tertentu dalam suatu
situasi kerja. Pegawai kemudian diminta untuk memberikan response terhadap
peran yang lain, memberikan sejumlah tanggapan berupa kritikan atau pujian yang
membangun. Metode ini biasanya digunakan untuk sensivity job, dengan sasaran
pelatihan terutama bukan untuk meningkatkan keterampilan, melainkan yang
menyangkut keperilakuan, terutama yang berwujud kemampuan menumbuhkan
sikap empati dan melihat sesuatu dari kacamata orang lain. Teknik
penggunaannya ialah dengan mengharuskan peserta pelatihan terlibat dalam suatu
permainan dimana seseorang memainkan peranan pihak lain tertentu. Misalnya,
agar seorang pegawai memahami pandangan dan cara kerja manajernya, maka
pegawai tersebut melakukan role play sebagai manajer dan menyelesaikan
masalah tertentu dengan orang lain yang berperan sebagai pegawai/bawahannya.
Teknik ini sering pula digunakan jika yang menjadi sasaran ialah peningkatan
kemampuan menyelesaikan konflikdan melakukan interaksi positif dengan orang
28
lain yang mungkin berbeda dalam berbagai hal, seperti latar belakang social,
pendidikan, daerah asal, dan lain-lain.
Kekuatan dari metode ini adalah dapat membentuk rasa toleransi antar pegawai
karena telah mengetahui persamaan dan perbedaan dari masing masing individu
serta mengembangkan kreativitas yang potensial dari pegawai, karena telah
mengetahui karakteristik dari pekerjaannya. Kelebihan lainnya, metode ini
memberikan kesempatan kepada peserta untuk berlatih kemampuan verbal, belajar
memberikan pandangan terhadap tingkah laku dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan hubungan antar manusia, mengembangkan kepercayaan diri dan
keberanian peserta dalam membuat suatu keputusan. Kelemahannya adalah
pengalaman pelatihan kadang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, terkadang
metode ini ditangkap sebagai hiburan semata sehingga tujuan pembelajaran tidak
tercapai, dan juga memerlukan banyak waktu.
e. Case study
Adalah metode pelatihan dengan prinsip penyelesaian kasus tertulis. Penggunaan
studi kasus sebagai instrument pelatihan dapat mempunyai dua makna. Pertama,
peserta pelatihan mempelajari situasi problematic tertentu dengan proses
penyelesaian dari orang lain. Kedua, peserta pelatihan menganalisis situasi
problematic sendiri dan menemukan solusi terbaik penyelesaian masalah.
Penggunaan metode studi kasus sering diberikan kepada manajer atau calon
manajer untuk mengasah kemampuan dalam mengambil keputusan dan atau
menyelesaikan masalah. Adapun kekuatan dari metode ini adalah adanya
kesempatan berlatih untuk memunculkan skill dalam menginterpretasikan data dan
29
30
Inti dari metode ini adalah pembelajaran terhadap informasi kerja yang dilakukan
secara mandiri oleh pegawai. Banyak organisasi yang mendorong pegawainya
untuk belajar sendiri, akan tetapi terkendali melalui proses belajar yang
terprogram. Organisasi dapat menyediakan bahan pelajaran yang beraneka ragam
bentuknya, seperti buku pedoman, buku petunjuk, rekaman video, slide presentasi
atau yang lainnya yang kesemuanya mengandung bahan-bahan pelajaran yang
dianggap penting dikuasai oleh pegawai.
Kekuatan dari metode pelatihan ini adalah penyesuaian kecepatan belajar dapat
disesuaikan dengan kecepatan pemahaman masing-masing pegawai, serta
penghematan biaya untuk perusahaan yang memiliki jumlah pekerja yang banyak
dan tersebar di beberapa daerah yang berbeda. Kelemahannya, dalam metode ini
susah dilakukan pemantauan secara merata dan umpan balik secara konsisten
antara penyelia dengan pegawai yang diberikan pelatihan.
h. Programmed learning
Inti dari metode ini adalah penggunaan prinsip memberikan pertanyaan kepada
peserta pelatihan. Metode ini dilakukan secara otomatis dengan membuat program
khusus pada computer yang memungkinkan adanya umpan balik penyelesaian
secara langsung pada setiap pertanyaan yang telah dijawab.
Kekuatan dari program ini adalah adanya pengetahuan lebih yang dimiliki pegawai
terkait informasi-informasi perusahaan, atau pemecahan masalah tertentu yang
terdapat dalam pelatihan. Biaya yang dikeluarkan juga relative lebih murah, karena
sarana yang digunakan dapat ditekan seminimal mungkin, dengan hanya
menyediakan program khusus dalam computer. Kelemahannya, tidak semua
31
peserta pelaihan dapat menggunakan computer atau memiliki skill yang tinggi
dalam pengoperasian IT. Kejenuhan juga dapat terjadi karena efek melihat layar
monitor yang terlalu lama.
i. Laboratory training
Metode ini dikembangkan dalam bentuk latihan kelompok. Latihan ini dapat
digunakan untuk mengembangkan sensitivitas antar anggota kelompok yang
nantinya dapat diterapkan pada lingkungan kerja.
Metode ini hampir sama dengan role playing, hanya saja dalam laboratory training
dilakukan dengan jumlah orang yang lebih banyak (berkelompok).
Kekuatan dari metode ini adalah timbulnya rasa saling memahami antar anggota
kelompok, sedangkan kelemahannyaadalah lamanya proses pelatihan yang tidak
dapat diprediksi akurat penyelesaian targetnya, karena setiap individu memiliki
tingkat penyesuaian diri dan pemahaman akan orang lain yang berbeda-beda.
j. Conference
Pelatihan yang biasa digunakan dalam pengambilan keputusan dimana peserta
dapat belajar satu dengan yang lainnya
k. Teleconference
Pelatihan menggunakan satelit dimana pelatih dan peserta mungkin berada di
tempat yang berbeda
l. Programmed Group Exercise
Pelatihan yang melibatkan peserta untuk bekerja sama dalam memecahkan suatu
masalah
32
efektif
yang digunakan
untuk
mengevaluasi
pelatihan
dan
pengembangan berfokus pada proses dan outcome (Sjafri, 2003). Kirkpatrick (1996),
mengemukakan beberapa alasan perlunya diadakan suatu evaluasi terhadap pelatihan,
diantaranya adalah
1. Reaksi peserta terhadap muatan isi dan proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan, dari sangat tidak puas sampai sangat puas.
2. Pengetahuan dari pembelajaran yang diperoleh melalui pengalaman pelatihan dan
pengembangan, dari sangat kurang sampai sangat meningkat.
3. Perubahan dalam perilaku, yaitu dari sikap dan keterampilan yang dihasilkan.
4. Hasil atau perbaikan terukur pada individual dan organisasi, seperti menurunnya
perputaran karyawan, kecelakaan kerja dan ketidakhadiran.
2.6.1
Model Evaluasi
Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat
33
35
36
kebutuhan,
masalah-masalah,
asset,
dan
37
Langkah Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi terhadap program pelatihan pada umumya terdapat
4 langkah antara lain (Purwanto & Suparman, 1999):
1. Menyusun Desain Evaluasi
Menyusun rencana evaluasi yang menghasilkan desain evaluasi. Pada
langkah ini mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan evaluasi meliputi tujuan evaluasi, model yang akan digunakan,
informasi yang akan dicari serta metode pengumpulan data dan analisis data.
2. Mengembangkan Instrument Pengumpulan Data
Menentukan bentuk instrument yang akan digunakan serta kepada siapa
instrument ditujukan. Untuk memperoleh data yang valid maka instrument
perlu diperhatikan masalah validitas dan reliabilitas. Jenis instrument yang
paling sering digunakan dalam evaluasi pelatihan adalah tes, angket, ceklis
pengamatan, dan wawancara.
38
42
43
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Tujuan dari penilaian Kinerja
adalah :
1. Tujuan penilaian yang berorientasi pada masa lalu :
o Mengendalikan perilaku karyawan dengan menggunakan hasil penilaian
sebagai instrumen untuk memberikan ganjaran, hukuman, dan ancaman
o Mengambil keputusan mengenai kenaikan gaji dan promosi
o Menempatkan karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan tertentu
2. Tujuan penilaian yang berorientasi pada masa depan :
o membantu karyawan untuk semakin banyak mengerti tentang perannya
dan mengetahui secara jelas fungsi-fungsinya
o membantu karyawan mengerti kekuatan dan kelemahan dirinya dikaitkan
dengan peran dan fungsi dalam perusahaan
o menambah adanya kebersamaan antar karyawan dan penyelia sehingga
setiap karyawan memiliki motivasi, rasa senang bekerja, dan sekaligus mau
memberikan kontribusi pada perusahaan
44
o memberi peluang bagi karyawan untuk mawas diri dan evaluasi diri, serta
menetapkan sasaran pribadi sehingga terjadi pengembangan yang
direncanakan dan dimonitor sendiri
o membantu mempersiapkan karyawan untuk memegang pekerjaan pada
jenjang yang lebih tinggi
2.7.5. Manfaat Penilaian Kinerja
Manfaat bagi pekerja : terutama sebagai feedback (umpan balik) tentang prestasi
kerjanya selama ini sangat berguna bagi pekerja untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan yang ada pada dirinya, untuk tujuan pengembangan diri lebih lanjut
Manfaat bagi perusahaan : antara lain sebagai dasar untuk mengambil keputusan
dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas, serta pengalaman dan
pelatihan yang diperolehnya
Kemampuan Konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas
perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke dalam bidang
operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya individual tersebut
memahami tugas, fungsi, serta tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan
Kemampuan Hubungan Interpersonal, yaitu kemampuan untuk bekerjasama dengan
Pada metode ini, evaluasi subjektif dilakukan oleh penilai terhadap prestasi kerja
pegawai dengan skala tertentu dari rendah sampai tinggi.
Checklist Metode
penilaian ini dimaksudkan untuk untuk mengurangi beban penilai. Penilai tinggal
memilih kalimat-kalimat atau kata- kata yang menggambarkan prestasi kerja dan
karakteristik pegawai.
Metode Peristiwa Kritis
Pada metode ini, wakil ahli departemen personalia turun ke lapangan dan
membantu para penyelia dalam menilai.
Tes dan Observasi Prestasi Kerja Bila jumlah pekerjaan terbatas, penilaian
prestasi kerja biasa didasarkan pada tes pengetahuan dan ketrampilan. Agar
berguna harus reliabel dan valid.
Metode Evaluasi Kelompok Penilaian ini biasanya dilakukan oleh penyelia atau
dilakukan oleh para psikolog, terutama untuk menilai potensi pegawai di waktu
yang akan datang.
46
47
standar ini dianggap objektif, para pekerja harus memahami secara jelas
bagaimana standar yang ditetapkan.
5. Ranking Penilai
Menempatkan seluruh pekerja dalam satu kelompok sesuai dengan peringkat
yang disusun berdasarkan kinerja secara keseluruhan. Contohnya, pekerja
terbaik dalam satu bagian diberi peringkat paling tinggi dan pekerja yang
paling buruk prestasinya diletakkan di peringkat paling bawah. Kesulitan
terjadi bila pekerja menunjukkan prestasi yang hampir sama atau sebanding.
6. Forced distribution
Penilai harus memasukkan individu dari kelompok kerja ke dalam
sejumlah kategori yang serupa dengan sebuah distribusi frekuensi normal.
Contoh para pekerja yang termasuk ke dalam 10 persen terbaik ditempatkan
ke dalam kategori tertinggi, 20 persen terbaik sesudahnya ke dalam kategori
berikutnya, 40 persen berikutnya ke dalam kategori menengah, 20 persen
sesudahnya ke dalam kategori berikutnya, dan 10 persen sisanya ke dalam
kategori terendah. Bila sebuah departemen memiliki pekerja yang semuanya
berprestasi istimewa, atasan dipaksa untuk memutuskan siapa yang harus
dimasukan ke dalam kategori yang lebih rendah.
7. Behaviourally Anchored Rating Scales (BARS)
Evaluator menilai pegawai berdasarkan beberapa jenis perilaku kerja yang
mencerminkan dimensi kinerja dan membuat skalanya. Misalnya penilaian
pelayanan pelanggan. Bila pegawai bagian pelayanan pelanggan tidak
menerima tip dari pelanggan, ia diberi skala 4 yang berarti kinerja lumayan.
Bila pegawai itu membantu pelanggan yang kesulitan atau kebingungan, ia
diberi skala 7 yang berarti kinerjanya memuaskan, dan seterusnya. Metode
ini mendeskripsikan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tingkat kinerja
yang diharapkan.
48
Memotivasi pekerja
49
b. Kesalahan Penilaian
Penilaian yang benar dan dapat dipercaya terutama penting di dalam
menggunakan kesempatan yang sama pada pekerja untuk mendapatkan petunjuk
pelaksanaan (Juklak) atau guidelines kerja. Sayangnya supervisor dapat membuat
kesalahan yang mengakibatkan peniaian menjadi kurang benar dan kurang dapat
dipercaya.
Kesalahan yang mungkin dilakukan oleh penilai berkaitan dengan
faktor manusia, dimana penilai tidak dapat terlepas dari unsur subyektif dalam
manusia. Kesalahan tersebut di antaranya adalah :
1). Hallo Effect dan Horn Effect
Kesalahan dapat dilakukan oleh penilai. Kesalahan halo effect sangat dimungkinkan
bila penilai terpesona oleh perilaku pegawai seperti penampilan
atau
nilai
sebenarnya.
Seringkali
panilai
mencantumkan
khawatir disalahkan oleh organisasi. Karena bisa jadi rendahnya nilai bukan sematamata kesalahan pegawai
(tidak valid dan tidak reliable) atau penetapan target yang salah.
51
BAB III
KESIMPULAN
Dari makalah ini kita dapat menyimpulkan bahwa dalam sebuah organisasi jika ingin terus
berkembang maka harus memiliki SDM dengan kinerja atau prestasi kerja yang baik. Salah satu
faktor yang bisa mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan dan keterampilan individu.
Kemampuan dan keterampilan individu ini bisa diasah dengan program pelatihan dan
pengembangan.
Pelatihan dan Pengembangan SDM ini dapat disimpulkan beberapa hal, bahwa pelatihan
berbeda dari pengembangan dari segi kebutuhan jangka waktu pelatihan, karyawan manajerial atau
non-manajerial yang melakukan, serta program yang diberikan berupa keterampilan atau teori
konseptual. Program pelatihan dan pengembangan SDM perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
dan manfaat program berdasarkan prinsip-prinsip yang berlaku serta menghindari timbulnya
gejala-gejala yang menyebabkan harusnya pelatihan dan perkembangan SDM dilakukan. Ada
beberapa faktor internal maupun eksternal yang bisa mempengaruhi kebutuhan pelatihan dan
pengembangan SDM. Dalam menganalisa kebutuhan pelatihan dan pengembangan, dibutuhkan
Training Need Assessment (TNA). Setelah menganalisa kebutuhan, diperlukan untuk memilih
salah satu diantara beberapa metode dalam pelatihan dan pengembangan, kemudian
diimplementasikan dan langkah terakhir adalah mengevaluasi program pelatihan dan
pengembangan dengan pilihan model yang sesuai.
52
DAFTAR PUSTAKA
Cherrington, D. J., 1995. The Management of Human Resources. 4th ed. New Jersey: Prentice
Hall Inc.
Davis, K. & Newstrom, J. W., 1985. Human Behaviour at Work : Organizational Behaviour.
New York: Mc. Graw-Hill Inc.
Handoko, H. T., 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE
Hasibuan, M. S., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: Bumi aksara.
Huraki, A., 2012. Pelatihan dan Pengembangan. [Online]
Available at: <anahuraki.lecture.ub.ac.id>
Kirkpatrick, D. L., 1996. Techniques for evaluating training programs. s.l.:Libraries Unlimited.
Madaus, G. F., Scriven, M. S. & Stuffebeam, D. L., 1993. Evaluation models, viewpoints on
educational and human services evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
Mathis, R. & Jackson, W., 2006. Human Resources Development (Track MBA
series/terjemahan). Jakarta: Prestasi Pustaka.
Mondy, R. W., 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.
Mondy, R. W. & Noe, R. M., 2005. Human Resource Management. Ninth ed. USA: Prentice
Hall.
Notoatmojo, S., 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto & Suparman, A., 1999. Evaluasi program diklat. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Lembaga Administrasi Negara.
Rivai, V., 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Rosset, A., 1987. Training Needs Assessment. New Jersey: Educational Technology Publications
Englewood Cliffs.
Rosset, A. & Arwady, J. W., 1987. Training Need Assessment. New Jersey: Education
Technology Publication Inc.
Rosset, A. & Sheldon, K., 2001. Beyond the Podium: Delivering Training and Performance to a
Digital Word Vol 1. New York: Pfeiffer.
Sikula, A. E., 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Erlangga.
53
Simamora, H., 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. 2nd ed. Yogyakarta: STIE YKPN.
Simanjuntak, P. J., 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE UI.
Sjafri, M., 2003. Manjemen Sumber Daya Mnausia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Syafaruddin, A., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia : Strategi Unggulan Kompetitif.
Yogyakarta: BPFE.
Werther, W. B. & Davis, K., 1996. Human Resources and Personal Management. 5th ed. United
States of America: McGraw-Hill, Inc rights reserved.
54