Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
kasih karunia dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN KEBUTAAN.
Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ikut serta dalam
penyusunan makalah ini, dan terima kasih kepada Ibu Listiani,S. Kep, selaku dosen
pembimbing. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pati, 22 November 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I LANDASAN TEORI
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2

C. Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi........................................................................................................... 3
B. Anatomi dan fisiologi..................................................................................... 3
C. Etiologi........................................................................................................... 6
D. Klasifikasi....................................................................................................... 7
E. Patofisiologi................................................................................................... 8
F. Tanda dan Gejala........................................................................................... 9
G. Patways.......................................................................................................... 10
H. Penatalaksanaan............................................................................................. 11
I. Pemeriksaan penunjang.................................................................................. 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Fokus Pengkajian .......................................................................................... 13
B. Diagnosa........................................................................................................ 14
C. Intervensi....................................................................................................... 14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 18
B. Saran.............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Terdapat 45 juta yang mengalami buta diseluruh dunia dan 135 juta dengan low
vision. Setiap tahun tidak kurang dari 7juta orang yang mengalami kebutaan, setiap 5 menit
sekali ada satu penduduk bumi menjadi buta dan 12 menit sekali terdapat satu anak
mengalami kebutaan. Sekitar 90% penderita kebutaan gangguan penglihatan ini hidup
dinegara-negara miskin dan terbelakang.
(WHO,2009).
Prevalansi kebutaan tersebut disebabkan salah satunya adalah kelainan refraksi yang
tidak terkoreksi, di dunia pada tahun 2007 diperkirakan bahwa sekitar 2,3 juta orang didunia
mengalami kelainan refraksi. Kebutaan di Indonesia merupakan bencana nasional, sebab
kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah, Hal ini berdampak pada
kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang
buta, hasil survey nasional tahun 1993-1996 angka kebutaan mencapai 1,5% angka ini
menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di asia dan nomor dua
didunia pada masa itu.
(Ali,2007).
Ditinjau dari tingkat provinsi, Jawa Tengah memiliki prevalensi katarak 1,3 % dari
total penduduk Jawa Tengah. Dari prevalensi kejadian katarak di Jawa Tengah, kabupaten
Boyolali memiliki prevalensi katarak secara keseluruhan mencapai 16,9 % dari jumlah
penduduk, baik yang pernah didiagnosa katarak oleh tenaga kesehatan atau yang baru merasa
ditemukan tanda-tanda katarak.
(Tsan,2010).
Jadi dari gambaran diatas saya sebagaimahasiswa bermangsud untuk membuat
makalah yang berjudul tentang kebutaan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksut dengan kebutaan?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada mata?
3. Bagaimana etiologi pada kebutaan?
4. Bagaimana patofisiologi pada kebutaan?
5. Bagaimanatanda dan gejala pada kebutaan?
6. Bagaimana patways pada kebutaan?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada kebutaan?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kebutaan?

9. Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien kebutaan?


C. TUJUAN
1. TujuanUmum
Mahasiswa mampu memahami konsepkebutaan dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada gangguan kebutaan.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu menjelaskan apa yang dimaksut dengan kebutaan
b) Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi pada kebutaan?
c) Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi pada kebutaan?
d) Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi pada kebutaan?
e) Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala pada kebutaan?
f)

Mahasiswa mampu menjelaskan patways pada kebutaan?

g) Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pada kebutaan?


h) Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada kebutaan
i)

Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan untuk klien kebutaan?

BAB II
LANDASAN TEORI
A.Definisi
Kebutaan dalah Seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang disebabkan oleh
hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran, kecelakaan maupun
penyakit.

(Marjuki, 2009).
Kebutaan adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak
berfungsinya indera penglihatan. Karena adanya hambatan dalam penglihatan serta tidak
berfungsinya penglihatan.
(Heward & Orlansky, 2011).
Kebutaan adalah ketidak mampuan mata untuk melihat dalam jarak 3 meter atau
kurang.
(depkes RI,2010).
Jadi secara umum kebutaan adalah suatu jenis penyakit yang menyerang mata dan
menyebabkan seseorang tidak bisa melihat.
B. Anatomi fisiologi mata
Mata adalah organ sensori yang menstranmisikan rangsang memalui saraf pada otak ke
lobus oksipital, dimana rasa penglihatan ini diterima.

1.Mata eksternal
a) Kelopak mata
Adalah lipatan-lipatan kulit denga pelekatan otot yang memungkinkannya untuk
bergerak. Kelopak mata melindungi bola mata yang berkedip secara reflektif dan
menggerakan cairan yang melumasi diatas permukaan mata.

b) Fisura palpebra
Adalah lubang diantara kelopak mata bagian atas dan bagian bawah. Bulu mata pada
tepi kelopak mencegah objek dari udara masuk kemata. Intropion dimana kelopak mata
terlipat kedalam sehingga bulu mata menggesek mata menyebabkan abrasi kornea. Ektropion
dimana kelopak mata terbalik keluar, mencegah penutupan, dan menyebabkan kemerahan dan
kongesti bola mata.
c) Alis mata
Terletak secara transpersal diatas kedua mata sepanjang puncak orbital superior tulang
tengkorak. Rambut pendek dan tebal ini mencegah keringat masuk kemata. sesuai proses
penuaan alis berubah kelabu.
d) Konjugtiva
Suatu yang tipis, transparan dan mensekresi mucus, terbagi dalah dua bagian :
konjungtiva palpebra yang membatasi permukaan interior dari masing-masing kelopak mata
dan tampak merah muda berkilauan hingga merah dan konjungtiva bulbaris yang membatasi
permukaan anterior bola mata sampai tembus dan tampak jelas. Sesuai dengan proses
penuaan, konjungtivca menipis dan bewarna kakuningan.
e) Apratus Lakrimalis
Terdiri dari kelenjar lakrimalis, duktus dan pungta lakrmalis. Kelnjar lakrimalis terletak
pada bagian superolateral pada orbit dan dipersarafi oleh saraf kranialis VII ( fasialis ).
Kelenjar ini yang melembabkan konjungtiva dan kornea.

2. Mata internal
a) Sklera
Sclera atau bagian putih mata tersusun atas jaringan-jaringa elastis dan kolagen yang
memberi bentuk dan melindungi struktur-struktur bagian dalam dari bola mata. Beberapa
lansia dapat terjadi bintik-bintik coklat pada sklera.
b) Lensa
Lensa memisahkan bola mata dalam dua rongga ; ruang anterior dan posterior. Ruang
anterior terlatak didepan iris dan dibelakang kornea. Ruang posterior diantara iris dan lensa.
Glokoma suatu penyakit mata yang sering kali berhubungan dengan proses penuaan.

c) Iris
Iris adalah piringan bulat dan berpigmen dikelilingi oleh serat otot polos. Kontraksi
serat otot ini mengatur diameter pupil, lubang ditengah iris. Sesuai dengan proses penuaan
pulpil menurun dalam ukuran dan kemampuannya untuk kontraksi pada respon dan cahaya
akomodasi.
d) Retina
Retina adalah lapisan mata paling dalam dimana bayangan diproyeksikan. Struktur
retina tampak dengan optalmokopis meliputi piringan optic atau saraf utama pada saraf optic.
Saraf optic : pembuluh-pembuluh darah retina yang timbulm dari piringan optic : macula,
dimana penglihatan pusat dan persepsi warna dikonsentrasikan dan latara belakang retina
jingga kemerahan itu sendiri.
3. Otot-otot ekstraokuler
Gerakan-gerakan bola mata dikontrol oleh enam otot ektrinsik : otot rektusuporior,
inferior, radial, dan median dan otot-otot obliqsuperior dan inferior. Mata bergerak dalam
arah yang sama karena otot pada satu mata bekerja dengan otot yang berhubungan dengan
mata yang lainnya. Otot mata dipersarafi oleh tiga saraf cranial, saraf inferior dan otot
oblique superior dan inferior. Saraf troklear( SK IV) mempersarafi otot oblique superior dan
otot abdusen (SK VI) mempersarafi otot rektus lateral.

C.Etiologi
Penyebab cacat mata atau kebutaan adalah sebagai berikut :
1.Katarak
Adalah opasitaslensa kristalina yang normalnya jernih. Biasnya terjadi akibat proses
penuaan tetapi dapat timbul pada saat proses kelahiran (katarak konginetal).
2. Glukoma
Adalah berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus.
3. Unveitis
Adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea karena uvea mengandung banyak
pembuluh darah yang memberi nutrisi mata dan membatasi bagian mata yang lain, maka
inflamasi lapisan ini dapat mengancam penglihatan.
4. Kemerosotan macula
Adalah keadaan yang mengakibatkan kehilangan penglihatan sentral progresif yang
mengakibatkan kebutaan.

5. Trakoma
Adalah penyakit infeksi yang mengenai lebih dari 500 juta manusia diseluruh dunia.
6. Strabismus (juling)
Istilah strabismus digunakan untuk menunjukkan suatu kondisi dimana image obyek
yang dilihat tidak diterima secara baik oleh mata kanan dan mata kiri. Dengan kata lain kedua
mata tidak bekerja secara bersama-sama karena tidak ada koordinasi yang baik antara otototot mata. Akibatnya dalam retina terdapat dua image terhadap satu obyek yang sedang
dilihat. Kondisi ini disebut diplopia. Untuk menolong penderita strabismus dapat dilakukan
operasi pada otot mata.
7. Nystagmus
Nystagmus adalah suatu kondisi dimana mata bergerak secara cepat dan tidak teratur.
Nystagmus dapat terjadi pada seseorang karena kelelahan atau stress dan juga dapat terjadi
karena adanya kerusakan pada otak atau gangguan medis lain yang kronis. Penderita
nystagmus tidak dapat melihat suatu obyek dengan baik karena matanya sselalu bergerak dan
tidak dapat memfokuskan obyek yang sedang dilihat.
8.Retinopati diabetic
Adalah komplikasi diabetes yang sering disebabkan oleh kerusakan atau penyumbatan
pembuluh darah yang memberi nutrisi retina sebagai akibat kontrol glukosa darah yang tidak
adekuat.

D.Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi jenis kebutaan yaitu:
1.Kebutaan warna
Adalah ketidak mampuan untuk melihat perbedaan antara beberapawarna namun yang
lain bisa membedakan,hal ini paling sering diwarisi dan mempengaruhi sekitar 8% dari lakilaki dan dibawah 1% dari perempuan.
2. Kebutaan Malam
Adalah kesulitan untuk melihat pada situasi pencahayaan yang menurun,halini dapat
disebabkan oleh genetik atau bisa saja dengan faktor keturunan.
3. Cidera
Cidera mata sering kali terjadi pada mereka dibawah umur 30 tahun merupakan
penyebab buta.
4. Cacat Genetik

Mereka dengan albino sering kali menderita cact penglihatan sehingga banyak tingkat
yaitu kebutaan total,meskipun hanya sedikit dari mereka buta sepenuhnya.
5. Keracunan
Sebagian kecil dari seluruh kasus kebutaan karena memakai bahan kimia
tertentu,contoh adalah methanol yang terdapat dalam spirtus alcohol.

E.Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis: Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan
mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya traansparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula)
yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan: koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi
Kebutaan bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis
(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling
sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol,
merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

F.Tanda Dan Gejala


Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti
rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil
mata seakan akan bertambah putih.
1. Kehilangan, keredupan penglihatan.
2. Mata berair.

3. Seperti melihat benda terapung atau kilatan cahaya.


4. Kesulitan melihat ketika malam hari.
5. Mata tersasensitif ketika melihat cahaya.
`
G.Patways

H. Penatalaksanaan
1.Penatalaksanaan Keperawatan
a) Orientasi danmobilitas dalam membantu pasien yang mengalami gangguan penglihatan
b) Meningkatkan keamanan, kenyamanan dan mengurangi ansietas dalam lingkungan pasien
yang tidak mampu meihat.
c) Mendukung dan memberi motivasi pada pasien.
d) Pemberian asuhan keperawatan.
2. Penatalaksanaan Medis
a) Diberikan alat bantu
1) Buku berbicara.
2) Braille.
3) Jam tangan dan jam dinding yang angkanya dapat diraba.
4) Permainan di atas meja yang dimodifikasi dengan rabaan.
5) Tongkat.
b) Pembedahan
1) Trasplantasi kornea adalah operasi yang dilakukan dengan cara mengangkat kornea penderita
yang keruh dan menggantinya dengan kornea donor yang masih jernih.
2) Operasi vitreoretinal adalah operasi mata untuk mengatasi kelainan retina (selaput syaraf
mata) atau vitreus.

I.Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
kueus/ vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakitsistem syaraf, penglihatan keretina.
2. Lapang penglihatan: penurunan mungkin karena masa tumor,karotis, glikoma.

3. Pengukuran tonografi: TIO (12-25 mmHg).


4. Pengukuran gonioscopy : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Test provokatif : menentukan adanya/tipe glukoma.
6. Oftalmoscopy: mengkaji struktur internal okuler, otrofi, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap. LE : menunjukkan anemi sistemik atauinfeksi.
8. EKG, kolesterol, serum, lipit.
9. Test toleransi glukosa: kontrol DM.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A.Fokus Pengkajian
/ Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

anan / Cairan

nsori

: Mual, muntah

: Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan
bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang
gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan
tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : -Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
-Peningkatan penyebab katarak mata.

Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala.

Pembelajaran : -Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.


-Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena),
ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

B.Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori perceptual penglihatan berhubungan kebutaan.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan harga diri rendah.

C.Intervensi Keperawatan
1. Gangguan sensori perceptual b/d dengan kebutaan.
Tujuan : Pasien akan mengenal gangguan sensori dan berkompetensi terhadap perubahan.
KH

: Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.

Mengenal gangguan sensori dan berkompetensi perubahan.


Mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :
a) Tentukan ketajaman penglihatan cacat, apakah satu ataukedua mata.
Rasional: Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilanga penglihatan terjadi
lambat dan progresif.
b) Orientasikan pasien terhadap lingkungan,staf,orang lain diareanya.
Rasional: Memberikan peningktan kenyamanan serta peran keluarga dapat menurunkan kecemasan.
c) Observasi tanda-tanda dan gejala disorentasi, pertahankan pagar tempat tidur sampai benarbenar sadar dari anastesia.
Rasional: Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan
dapat mengakibatkan kebingungan pada orang tua dan dapat meningkatka resiko jatuh dari
tempat tidur.
d) Pendekatan pada sisi yang tidak dioperasi dan anjurkan keluarga pasien selalu tinggal untuk
menemani pasien.
Rasional: Memberikan rangsangan sensori tepat terhadap isolasi dan mengurangi resiko jatuh.
e) Perhatikan tentang penglihatan kabur dan iritasi mata dimana dapat terjadi bila menggunakan
tetes mata.
Rasional : Gangguan penglihtan atau iritasi dapat berakhir1-2 jam setelah tetes mata digunakan tetapi
secara bertahap menurun dengan penggunaan.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan

: Pasien dapat menurunkan atau menghilangkan ansietas.

KH

: Pasien tampak rileks


Menunjukan keterampilan memecahkan masalah
Intervensi:
a) Dorong percakapan untuk mengetahui perasaan dan tingkat

pemahaman pasien.

Rasional: Informasi dapat menghilangkan ansietas


b) Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan
kondisi saat ini.
Rasional: Faktor ini dapat mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman dini,potensial siklus
ansietas dan dapat mempengaruhi upaya medic untuk mengontrol TIO.
c) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaanya.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklasifikasi salah konsepsi
dan pemecahan masalah.
d) Identifikasi sumber/orang yang menolong.
Rasional:Memberikan keyakinan bahwa pasien dapat mengatasi masalahnya.
3. Resiko cidera b/d kerusakan penglihata
Tujuan
KH

:Pasien dapat menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cidera.
:-Menujukan perubahan perilaku,pola hidup untuk menurunkan faktordan melindungi diri
dari cidera.
-Mengubah lingkungan sesuai indikasi keamanan.
Intervensi :
a) Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.

Rasional: Dipergunakan untuk melindungi dari cidera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.
b) Tempatkan seluruh peralatan mkan dan barang-barang pribadi dalam jangkauan yang mudah
diraih.
Rasional: Memberikan peningkatan kenyamanan dan menurunkan kecemasan.
c) Perhatikan keamnan lingkungan.
Rasional: Untuk mencegah resiko cidera pada pasien.
d) Dorong untuk memanggil perawat sebelum ambulasi, bantu dengan jalan berdiri disamping
tempat tidur.
e) Rasional: Menurunkan resiko jatuh apabila klien merasa bingung/tidak kenal ukuran tempat
tidur

f)

Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala secara tiba-tiba dan menggerakkan mata secara
berlebih.
Rasional: Menurunkan stress/menurunkan TIO.

g) Ambulasi dengan bantuan, berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.
Rasional: Memerlukan sedikit pegangan daripada penggunaan pispot yang dapat meningkatkan TIO.
4.Gangguan konsep diri b/d harga diri rendah
Tujuan

:Gangguan konsep diri teratasi

KH

:-Klien tampak membaik.


-Klien merasa optimis.
-Dapatbergaul dengan lingkungan.

Intervensi

a) Beri kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaanya.


Rasional: Memvalidasi persaan dan persepsi klien,meningkatkan kesadaran diri dan
mempertinggikonsep diri.
b) Beri dukungan psikologis.
Rasional: Dapat bersikap realistis dan menerima keadaan.
c) Beri informasi tentang penyaitnya.
Rasional: Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya sehinggan ansietasya dapat
berkurang dan dapat menerima diri apa adanya.
d) Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaanya terhadap rasa bermusuh dan perasaan
marahnya.
Rasional : Membantu pasien untuk mengenal dan mulai memahami perasaan ini.
e) Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun dalam kemandirian pasien.
Rasional : Membantu menurunkan perasaan marah dan ketidak berdayaan dan menimbulkan perasaan
adanya perkembangan.
f)

Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.

Rasional : Membantu meningkatkan rasa harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan.

BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Kebutaan adalah salah satu jenis penyakit yang menyerang mata dan menyebabkan
seseorang tidak dapat melihat. Anatomi dan fisiologi mata di bagi menjadi dua yaitu ekternal
terdiri dari kelopak mata,palbebra,alis mata,konjungtiva,apratus lakrimalis, sedangkan bagian
internal terdiri dari sclera,lensa,iris retina dan otot ekstraokuler.
Penyebab cacat mata bisa karena katarak, glukoma,trakoma,juling dan lain-lain tanda
dan gejala padakebutaan adalah kehilangan penglihatan,mata berair, kesulitan melihat pada
malam hari dan sensitive terhadap cahaya.
Penatalksanaan untuk kasus kebutaan di bagi menjadi dua yaitu penatalksanaan
keperawatan dan penatalaksanaan medis,pemeriksaan penunjang untuk kbutaan salah
satunya adalah bisa dengan cara menggunakan kartu snallen dan test toleransi glukoma.
A.Saran
Diharapkan bagi masyarakat untuk selalu menjaga dan memelihara kesehatan mata
dengan cara menjaga lingkungan tetap bersih agar mata dapat terhindar dari debu atau bendabenda yang dapat membahayakan kesehatan mata atau membahayakan mata, hindari obat-

obat atau cairan kimia yang dapat membahayakan mata, dapat juga konsultasikan kepada
dokter atau perawat bagaimana cara memelihara mata agar tetap terjaga dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Ali.2007.Kelainan pada anak-anak sekolah.Jakarta :EGC.


Depkes Ri.2010.Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta.
Doenges.2006.Rencana asuhan keperawatan.Jakarta : EGC.
Brunner&suddarth.2006.Buku ajar keperawatan medical bedah.Jakarta: EGC.
Gibson.2009.Fisioligi & Anatomi Modern Untuk Perawat,edisi ke 5.Jakarta:EGC.
Ilyas.2009. Ilmu penyakit mata.Jakarta : balai penerbit FKUI.
Marjuki.2009.Statistik penerapan untuk penelitian ilmu-ilmu sosial.Yogyakarta:Universitas gajah
mada.
Nurarif.2015.aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis& NANDA NICNOC.Jogjakarta: Mediaction.
Tsan.2010.Word sight day dan vision 2020 di Indonesia.
Vaughan.2006.oflamologi umum.Jakarta : Widya Medika

Anda mungkin juga menyukai