Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN SAKARATUL MAUT DAN PERAWATAN JENAZAH

DI SUSUN
OLEH KELOMPOK 4 :
1. HARI FAJRI
2. H. MAKKI SYAMSUDIN
3. HAERUL WARISI
4. HAIRUDIN
5. HERI PURNAWANTO

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S.1
MATARAM
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan keperawatan guna
menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam
untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan
kesehatan masyarakat , sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan
dipandang sebagai bagian dari iman. Jadi walaupun seseorang sudah
menjaga kesehatannya sedemikian rupa, resiko kesakitan masih besar,
disebabkan faktor eksternal yang diluar kemampuannya menghindari.
Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit, maka profesi
keperawatan tidak bisa dihindari karena keperawatan sangat dibutuhkan
secara tradisional sampai pada yang semi modern dan super modern.
Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu: pelayanan kesehatan dan
pelayanan medis. Pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang dilakukan oleh
pranata sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat sebagai
tujuannya. Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan
pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas
dasar hubungan individual antara para ahli pelayanan medis dengan individu
yang membutuhkannya.
Sebagai seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak
professional sesuai fungsi dan tujuan dari asuhan keperawatan dengan
demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu dan
sesuai dengan syariat islam.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pendampingan pada masa kritis ?
1.2.2 Bagaimana langkah-langkah sakaratul maut ?
1.2.3 Bagaimana adab terhadap jenazah ?
1.2.4 Bagaimana tata cara mengkafani jenazah ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui pendampingan pada masa kritis
1.3.2 Mengetahui langkah-langkah sakaratul maut
1.3.3 Mengetahui adab terhadap jenazah
1.3.4 Mengetahui tata cara mengkafani jenazah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendampingan Masa Kritis
Jika seorang Muslim mengetahui atau meyaksikan seseorang yang
sedang menghadapi sakaratul maut, maka hendaklah dia melakukan hal-hal
seperti berikut
2.1.1 Menghadapkannya ke arah kiblat. caranya jika ia berbaring,maka
lambung kanannya diarahkan ke lantai.
2.1.2 Mengajarkannya atau mengingatkannya untuk mengucapkan kalimat
syahadat yaitu La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.
2.1.3 Mendo'akannya agar dosanya diampunin dan dimudahkan keluarnya
ruh .Wallahu A'lam.
2.1.4 Menasehatinya supaya ia bertobat dan berbaik sangka kepada Allah
dengan mengharap ampunan dan rahmat-Nya
2.1.5 Menjaga supaya pakaian dan tempat yang didiaminya senantiasa
bersih dan suci
2.2 Langkah-langkah Sakaratul Maut
2.2.1 Tanda 100 Hari Sebelum Hari Kematian Datang
Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan
hanya akan disadari oleh mereka-mereka yang dikehendaki-Nya.
Semua orang Islam akan mendapat tanda ini disadari atau tidak.
Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh
yaitu dari ujung rambut sehingga ke ujung kaki akan mengalami
getaran atau seakan-akan mengigil.
2.2.2 Tanda 40 Hari Sebelum Hari Kematian
Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bagian pusat
kita akan berdenyut-denyut. Pada masa ini, daun yang tertulis nama
kita akan gugur dari pohon yang letaknya di atas Arash Allah SWT.
Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mulai
membuat persediaannya ke atas kita antaranya ialah ia akan mulai
mengikuti kita sepanjang waktu.
Pada masa ini, malaikat maut ini akan memperlihatkan
wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini
akan merasakan seakan-akan bingung seketika.
Adapun malaikat maut ini wujudnya cuma seorang tetapi
kuasanya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan jumlah
nyawa yang akan dicabutnya.
2.2.3 Tanda 7 Hari Sebelum Hari Kematian
Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang
diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak
makan secara tiba-tiba menjadi berselera untuk makan.
2.2.4 Tanda 3 Hari Sebelum Hari kematian
Pada masa ini akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita
yaitu diantara dahi kanan dan kiri.
Jika tanda ini dapat dikesan maka berpuasalah kita selepas itu supaya
perut kita tidak mengandung banyak najis dan ini akan memudahkan
urusan orang yang akan memandikan kita nanti.
Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi
orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat
dilihat jika kita melihatnya dari bagian sisi.
Telinganya akan layu dimana bagian ujungnya akan berangsur-
angsur masuk ke dalam.
Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke
depan dan sukar ditegakkan.
2.2.5 Tanda 1 Hari Sebelum Hari Kematian
Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan
satu denyutan di sebelah belakang yaitu di kawasan ubun-ubun di
mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu
Asar keesokan harinya.
2.2.6 Tanda Akhir
Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu
keadaan sejuk di bagian pusat dan akan turun ke pinggang dan
seterusnya akan naik ke bagian halkum.
Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadat dan
berdiam diri menantikan kedatangan malaikat maut untuk
menjemput kita kembali kepada Allah SWT yang telah
menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.
2.3 Adab-Adab Kepada Jenazah
Dari Aisyah dan Ibnu Abbas radhiallahu anhuma keduanya berkata:
Artinya :Abu Bakar radhiallahu anhu mencium Nabi shallallahu alaihi
wasallam setelah beliau wafat. (HR. Al-Bukhari no. 1241)
Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata: Nabi
Shallallahualaihiwasallam telah bersabda:
Artinya :Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah meninggal
karena mereka telah mendapatkan apa yang telah mereka kerjakan. (HR.
Al-Bukhari no. 6516)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi
wasallam bahwa bersabda:
Artinya : Bersegeralah kalian menyelesaikan penyelenggaraan jenazah.
Karena bila jenazah itu orang saleh maka berarti kalian telah mempercepat
kebaikan untuknya, dan jika dia bukan orang saleh maka berarti kalian
telah menyingkirkan kejelekan dari pundak kalian. (HR. Al-Bukhari no.
1315 dan Muslim no. 944)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Artinya : Jiwa seorang mukmin itu bergantung dengan hutangnya hingga
terbayar. (HR. At-Tirmizi no. 1079, Ibnu Majah no. 2404, dan dinyatakan
shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no. 6779)
Allah Taala berfirman yang artinya, Dan sesungguhnya telah Kami
muliakan anak-anak Adam. (QS. Al-Isra`: 70) Karenanya disyariatkan
untuk memuliakan seluruh manusia secara umum, baik yang muslim
maupun yang kafir, tentunya sesuai dengan bentuk pemuliaan yang
dibenarkan oleh syariat Islam itu sendiri. Pemuliaan ini baik ketika mereka
masih hidup maupun setelah mereka meninggal.
Di antara bentuk pemuliaan kepada orang yang telah meninggal
adalah beradab kepada mereka dan memperlakukan mereka sesuai dengan
tuntunan Islam.
Di antara adab tersebut adalah:
2.3.1 Dibolehkan untuk mencium jenazah.
2.3.2 Dilarang mencela jenazah walaupun itu jenazah orang fasik dan
orang kafir. Kecuali jika pada celaan itu ada maslahat besar kepada
yang mendengarnya agar mereka waspada dari amalan jelek jenazah
tersebut.
2.3.3 Dilarang menyebarkan aib dan kejelekan fisik dan sifat si mayit
kecuali ada maslahat yang besar seperti di atas.
2.3.4 Menyegerakan pengurusan jenazahnya secepat mungkin, mulai dari
pemandian sampai penguburan.
2.3.5 Dilarang memperlambat penyelenggaraan jenazah tanpa uzur yang
dibenarkan syariat apalagi jika uzurnya melanggar syariat.
2.3.6 Keluarga melunasi semua hutang jenazah. Pelunasannya bisa
diambil dari harta jenazah atau kalau dia tidak mempunyai harta
maka dianjurkan ahli warisnya atau keluarganya yang lain
membayarkannya karena jiwanya tergantung dengan utangnya.
2.3.7 Dilarang duduk dan menginjak kuburan. Ini telah kami sebutkan
pada artikel tersendiri.
2.4 Cara Mengkafani
Menyiapkan 5 lembar kain berwarna putih yang terdiri dari surban
atau kerudung, baju kurung, sarung atau sewek, dan 2 lembar kain untuk
menutup seluruh tubuh mayit. Untuk memudahkan proses mengkafani,
urutan peletakannya adalah sebagai berikut:
2.4.1 Tali.
2.4.2 Kain kafan pembungkus seluruh tubuh.
2.4.3 Baju kurung.
2.4.4 Sarung atau sewek.
2.4.5 Sorban atau kerudung.
2.4.6 Setelah kain kafan diletakkan di tempatnya, letakkan mayit yang
telah selesai dimandikan dengan posisi terlentang di atasnya dalam
keadaan tangan disedekapkan.
2.4.7 Letakkan kapas yang telah diberi wewangian pada anggota tubuh
yang berlubang, anggota tubuh ini meliputi:
1. Mata
2. Lubang hidung
3. Telinga
4. Mulut
5. Dubur
Demikian juga pada anggota sujud, meliputi:
1. Jidat
2. Hidung
3. Kedua siku
4. Telapak tangan
5. Jari-jari telapak kaki
2.4.8 Mengikat pantat dengan kain sehelai.
2.4.9 Memakaikan baju kurung, sewek atau sarung, dan surban atau
kerudung.
2.4.10 Mayit dibungkus dengan kain kafan yang menutupi seluruh
tubuhnya, dengan cara melipat lapisan pertama, dimulai dari sisi kiri
dilipat ke sisi kanan, kemudian sisi kanan dilipat ke kiri. Begitu pula
untuk lapis kedua dan ketiga.
2.4.11 Mengikat kelebihan kain di ujung kepala dan kaki (dipocong), dan
diusahakan pocongan kepala lebih panjang.
2.4.12 Setelah ujug kepala dan ujung kaki diikat, sebaiknya ditambahkan
ikatan pada bagian tubuh mayit; seperti perut dan dada, agar kafan
tidak mudah terbuka saat dibawa ke pemakaman.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendampingan keagamaan sangat penting di berikan bagi pasien,
ketika medis membuat prediksi beratnya penyakit bahkan sampai kemudian
dinyatakan sudah tidak bisa dilakukan apa-apa, bisa jadi pendamping
keagamaan membawa pasien pada tingkat kepasrahan yang tinggi, setelah
itu terjadi perbaikan dari penyakit itu.
Sabar dan ridha atas ketentuan Allah, serta berbaik sangka kepada-
Nya. Berobat dengan cara-cara yang sunnah atau mubah dan tidak
bertentangan dengan syariat. Bila sakitnya bertambah parah atau tidak
kunjung sembuh, tidak diperbolehkan mengharapkan kematian. Apabila
dirinya mempunyai kewajiban (seperti hutang, pinjaman, dll), atau amanah
yang belum dia tunaikan, atau kezaliman terhadap hak orang lain yang dia
lakukan, hendaknya dia bersegera menyelesaikannya dengan yang
bersangkutan, bila memungkinkan.
3.2 Saran
Dalam merawat pasien seorang perawat harus memperhatikan aspek-
aspek hati-hati,teliti,dan cekatan serta tanggung jawab terhadap semua
tindakan yang dilakukan. Menganjurkan pasien utuk tidak lupa
melaksanakan mewajiban sebagai umat muslim. Sesibuk apapun kegiatan
yang dilakukan perawat maupun petugas kesehatan yang lain tidak boleh
meninggalkan sholat, dan tidak lupa Memegang teguh prinsip perawat
profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan
Eds 2. Salemba Medika: Jakarta
Kisyik, Abdul Hamid. 1991. Mati Menebus Dosa. Jakarta: Gema Insani
Press.
Potter dan Perry. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai