Pendahuluan
Kulit merupakan salah satu bagian dari sistem integument pada manusia dan
merupakan barier proteksi utama tubuh dan sangat rentan terhadap berbagai trauma.
Luka bakar atau combustion merupakan salah satu jenis trauma yang cukup sering
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya luka bakar yang disebabkan oleh
api, air mendidih, listrik, dan kimia. Sebagian besar luka bakar terjadi di dalam rumah
terutama di dapur dengan penderita terbanyak adalah dewasa muda dan anak-anak.
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma
termal. Etiologi utama adalah pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada
tubuh yang dapat dipindahkan melalui hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka
bakar dapat dikelompokan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Dan luka
bakar itu sendiri diklasifikasikan berdasarkan kedalaman dan luas daerah yang
terbakar.
Prinsip penatalaksanaan utama bagi luka bakar yaitu penutupan lesi sesegera
mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik
pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan
parut. Luka bakar ringan dapat ditangani secara konservatif. Sedangkan luka bakar
berat memerlukan tindakan bedah yakni escharotomi.
Skenario
Seorang perempuan berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS setelah mengalami
luka bakar akibat terkena ledakan dari kompor gas di rumahnya sekitar 3 jam yang
lalu.
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan adalah auto atau allo anamnesis, tergantung dari
keadaan umum dan tingkat kesadaran pasien. Prinsip anamnesis pada kejadian gawat
darurat adalah anamnesis merupakan survey sekunder dan dapat ditunda setelah
tindakan survey primer dilakukan. Survey primer meliputi A-B-C-D-E (cek jalan
pernapasan serta napas pasien, cek denyut nadi, cek kesadaran, buka baju pasien, dan
cek paparan pada pasien). Airway atau jalan napas wajib diperiksa karena pasien
dengan trauma luka bakar pasca kebakaran cenderung mengalami edema laring akibat
inhalasi udara panas sehingga dapat menyumbat jalan napas.
Pertanyaan mengenai riwayat luka bakar harus meliputi:1,2
Waktu luka bakar. Hal ini penting untuk kebutuhan resusitasi cairan dihitung
dari waktu cedera luka bakar, bukan dari waktu tibanya ke rumah sakit
penatalaksanaan awal pasien agar keadaan pasien tidak memburuk. Brief history
taking dapat dilakukan setelah keadaan pasien menjadi stabil.
Pemeriksaan Fisik
Luas luka (persentase). Dasar persentase yang digunakan dalam rumus-rumus
di bawah ini adalah luas telapak tangan dianggap 1%.3
1. Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan rule of nine, yaitu:
a. Kepala dan leher: 9%
ii.
c. Derajat 3
Mengenai semua lapisan kulit, mungkin subkutis, atau organ yang
lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi epitel yang hidup maka untuk
mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi
protein yang terjadi memberikan gambaran luka bakar berwarna
keputihan, tidak ada bula, dan tidak nyeri. 4
Kedalaman luka tidak hanya tergantung pada tipe agen bakar dan saat
kontaknya, tetapi juga terhadap ketebalan kulit di daerah luka dan penyediaan
darahnya. Daerah berkulit tebal membutuhkan kontak lebih lama terhadap sumber
panas untuk mendapat luka seluruh ketebalan kulit daripada daerah berkulit lebih
tipis. Kulit pasien lanjut usia dan bayi lebih tipis pada semua daerah daripada
kelompok umur lain, serta merupakan faktor pertimbangan penting untuk menentukan
kedalaman luka bakar pada pasien ini.4
Klasifikasi luka bakar4
Berat
Sedang
Ringan
>25%
Derajat
15-25%
dengan
luas
<15%
dengan <2 %
tangan
nafas
Luka
bakar
akibat
listrik
Pemeriksaan Penunjang
Hitung
darah
lengkap
terjadi
peningkatan
Ht
awal
menunjukkan
dan penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
Alkalin fosfat peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan
listrik.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Fotografi luka bakar memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
Derajat
Diagnosis Kerja
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma
termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak
merusak atau hanya sebagian merusak epitel kulit, dan dapat pulih dengan
penanganan konservatif. Luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua sumber
pertumbuhan kembali epitel kulit dan dapat memerlukan eksisi atau cangkok kulit bila
luas.5
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal terdiri dari 2 hal utama, yaitu resusitasi cairan dan perawatan
luka.
Resusitasi Cairan
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid (isotonik), cairan
hipertonik dan koloid.
Larutan kristaloid terdiri dari cairan dan elektrolit. Contoh larutan kristaloid
adalah RL dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya dalam plasma
atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada keadaan normal, cairan
ini tidak banya dipertahankan di ruang intravaskuler karena cairan ini banyak keluar
ke ruang interstisial. Pemberian 1L Ringer laktat akan meingkatkan volume
intravaskuler 300 ml.6
Larutan hipertonik dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan garam
hipertonik tersedia dalam beberapa konsentrasi yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5%, 7,5% dan
10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga akan cairan akan
berpindah dari intraseluler ke ekstravaskuler. Larutan garam hipertonik meningkatkan
volume intravaskuler melalui mekanisme penarikan cairan dari intraseluler.6
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES, Hetastarch, Hespan,
Hemacell) dan Dextran. Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi
membran kapiler, oleh karena itu sebagian besar akan tetap dipertahankan di ruang
intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga molekul akan berpindah ke ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk
edema interstisium yang ada. 6
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan cairan adalah efek
hemodinamik, distribusi cairan dihubungkan dengan permeabilitas kapiler, oxygen
carrier, pH buffering, efek hemostasis, modulasi respon inflamasi, faktor keamanan,
eliminasi, praktis dan efisiensi.6,7 Pada kasus luka bakar, terjadi kehilangan cairan di
kompartemen interstisial secara masif dan bermakna sehingga dalam 24 jam pertama
resusitasi dilakukan dengan pemberian cairan kristaloid. Untuk melakukan resusitasi
dengan cairan kristaloid dibutuhkan tiga sampai empat kali jumlah defisit
intravaskuler. 1L cairan kristaloid akan meningkatkan volume intravaskuler 300ml.
Kristaloid hanya sedikit meningkatkan cardiac output dan memperbaiki transpor
oksigen.6
Perhitungan resusitasi cairan dapat menggunakan formula Parkland
Formula Parkland : %luka bakar x BB (kg) x 4cc
Hari pertama: Hanya menggunakan cairan RL untuk mencegah syok hipovolemik.
Diberikan nya dalam 8 jam I dan nya dalam 16 jam berikut.
Hari II: kebutuhan faali 50 cc x BB/24 jam, diberikan cairan RL dan dextran L 500
ml, NaCl fisiologis, D10% atau Martos.
Perawatan luka
Bila terdapat luka terbuka, cek status imunisasi tetanus pasien. Bila belum
diimunisasi, beri ATS atau immunoglobulin tetanus (jika ada). Bila sudah diimunisasi,
beri ulangan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) jika sudah waktunya. Jika tidak
diketahui sudah diimunisasi atau belum, berikan ATS kepada pasien sebab luka bakar
dengan luka terbuka sangat rentan terkena infeksi tetanus.
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas, mekanisme
bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi debridement, nekrotomi
dan pencucian luka. Tujuan perawatan luka adalah mencegah degradasi luka dan
mengupayakan proses epitelisasi.8
Berikan analgetik efektif seperti morfin atau petidin secara intravena. Hati-hati
dengan pemberian intramuskuler karena dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi
penimbunan dalam otot. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian
Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus. Dapat terjadi
kongesti paru akibat gagal jantung kiri atau infark miokardium, serta sindrom
distress pernafasan pada orang dewasa
Syok luka bakar dapat merusak ginjal secara irreversible sehingga timbul
gagal ginjal dalam 1-2 minggu pertama setelah luka bakar. Dapat terjadi gagal
ginjal akibat hipoksia ginjal atau rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada
tubulus ginjal akibat nekrosis otot yang luas)
Etiologi
Luka bakar disebabkan pengalihan energi dari sumber panas ke tubuh melalui
hantaran atau radiasi elektromagnetik. Penyebab tersering luka bakar antara lain:5
Trauma suhu yang berasal dari sumber panas yang kering (api, logam panas)
atau lembab (cairan, gas panas)
Kimia (biasanya terjadi pada kecelakaan industri akibat trauma asam atau
basa)
sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan.
Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka
bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agen penyebab (burning agent).5
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu burning agent dan lamanya kontak
dengan agen tersebut. Sebagai contoh, pada kasus luka bakar akibat tersiram air panas
pada orang dewasa, kontak selama satu detik dengan air panas bersuhu 68,9 oC akan
merusak epidermis dan dermis sehingga terjadi luka bakar derajat tiga (full thickness
injury). Pajanan selama 15 menit dengan air bersuhu 56,1 oC menyebabkan cedera
yang sama. Suhu kurang dari 44oC dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama
tanpa menyebabkan luka bakar.5
Epidemiologi
Sekitar dua juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun, di
mana 100.000 penderita dirawat di rumah sakit dan 20.000 penderita yang perlu
dirawat dalam pusat-pusat perawatan luka bakar. Dewasa ini, penderita luka bakar
lebih dari 50% daerah permukaan tubuh memiliki cukup kemungkinan untuk bertahan
hidup bila dirawat dengan tepat. Insiden puncak luka bakar pada dewasa muda yaitu
pada umur 20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 tahun ke bawah. Luka bakar jarang
terjadi pada umur 80 tahun ke atas.5
Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Penyebab luka bakar tersering pada
anak usia 3-14 tahun, penyebab tersering ialah nyala api yang membakar baju. Dari
umur ini sampai 60 tahun, luka bakar tersering disebabkan kecelakaan industri.
Setelah umur ini, luka bakar biasanya terjadi karena kebakaran di rumah akibat rokok
yang membakar tempat tidur atau berhubungan dengan lupa mental.5
Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan terjadi peningkatan permeabilitas.
Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
pada derajat luka bakar, luas permukaan tubuh yang terkena, komplikasi yang
menyertai, serta kecepatan penatalaksanaan pada pasien.
Daftar pustaka
1. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3. Jakarta:
penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. H: 103-10.
2. David C. Sabiston. Buka ajar Bedah;alih bahasa, Petrus Andrianto, Timan I.S;
editor, jonatan Oswari. Jakarta : EGC. 2008. h:276-90
3. Bresler MJ, Sternbach GL. Manual kedokteran darurat. Edisi ke-6.
Jakarta:EGC;2006.h.294-8.
4. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta
kedokteran. Edisi ke-3. Volume 2. Jakarta:Media Aesculapius;2001.h.365-70.
5. Wedro
BC.
Burn
percentage
in
adults.
Diunduh
dari:
PA,
Borley
NR.
Jakarta:Erlangga;2006.h.87-8.
At
A Glance
Ilmu
Bedah.
Edisi
ke-3.