Bismiilaahirahmaanirrahim.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis bisa menyelsaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan yang merupakan tugas guna melengkapi syarat pendidikan Program
Diploma IV di Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil bandung.
Pada kesempatan ini dengan rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih,
semoga Allah SWT membalas dengan lebih baik kepada:
1. Bapak Sajinu A.P., S.Teks, MT selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
selama penulis menyelsaikan tugas akhir.
2. Bapak Ryanto selaku pembimbing pabrik yang telah bersedia memberikan
waktu dan ilmu di perusahaan
penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2
2.2.1
Permodalan .................................................................................. 12
2.2.2
Pemasaran ................................................................................... 12
2.3
Ketenagakerjaaan ............................................................................... 13
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4
BAB III
3.1
PRODUKSI ...................................................................................... 19
Perencanaan dan Pengendalian Produksi ........................................... 19
3.1.1
3.1.1
3.2
Produksi .............................................................................................. 21
3.2.1
3.2.2
3.2.1
3.2.4
3.3
3.3.1
3.3.2
3.4
3.4.1
3.4.2
Proses .......................................................................................... 58
3.4.3
Produk .......................................................................................... 59
4.2
4.2
Data Pengamatan................................................................................ 64
4.3
Pembahasan ....................................................................................... 65
Kesimpulan .......................................................................................... 67
5.2
Saran ................................................................................................... 67
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
RINGKASAN
PT Binausaha Cipta Prima adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil
terpadu, yang kegiatannya berkelanjutan dan berkesinambungan antara bagian
satu dengan bagian yang lainnya. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1980
dengan izin mendirikan perusahaan No.SIUP.132/MJA-2/2 UT-II/Non PMA
dengan badan hukum Perseroan Terbatas (PT) akta nomor 98 yang disahkan oleh
Albertus Sutjipto Budiharjoputra, S.H pada tanggal 26 Juli 1983 dan pada tahun
2001 PT Medan Jaya resmi berganti nama menjadi PT Binausaha Cipta Prima
karena alasan kepentingan perusahaan. Pada awalnya perusahaan hanya
memiliki unit persiapan dan pertenunan saja, setelah mengalami perkembangan
dan meningkatnya kebutuhan produksi, khususnya permintaan pada kain denim,
maka pada tahun 1990 PT Binausaha Cipta Prima menambah unit-unit lainnya,
yaitu unit penyempurnaan (finishing) yang meliputi proses pembakaran bulu,
penghilang kanji, pencelupan (dyeing), dan pencapan (printing). Sejak tahun 1995,
PT Binausaha Cipta Prima mengurangi produksi secara makloon dengan
mengoptimalkan sarana dan prasarana produksi yang dimiliki. Seiring
meningkatnya permintaan pembuatan kain diantaranya kain denim, maka untuk
memperlancar ketersediaan bahan baku untuk proses produksi yaitu benang
kapas yang digunakan sebagai benang lusi, PT. Binausaha Cipta Prima
mendirikan bidang pemintalan (spinning) 1 dengan bahan baku rayon-kapas dan
pemintalan (spinning) 2 dengan bahan baku kapas. Sedangkan benang pakan
dibeli dari perusahaan lain di dalam negeri. Benang pakan yang digunakan adalah
polyester, spandex, campuran polyester-spandex, campuran kapas-polyester dan
kapas-spandex.Permintaan pasar yang cukup stabil di perusahaan ini adalah
permintaan pada kain denim sehingga sampai saat ini PT. Bina Usaha Cipta Prima
sedang memfokuskan pada produk andalannya yaitu kain-kain denim (jeans)
stretch maupun non stretch dengan kapas sebagai bahan baku untuk benang lusi.
Benang pakan digunakan polyester-kapas untuk menghasilkan jenis jeans non
stretch dan polyester-kapas-spandex untuk menghasilkan jenis jeans stretch.
Praktik lapangan di laksanakan dan berfokus di Departemen Pertenunan selama
64 (enam puluh empat) hari kerja. Praktik lapangan di laksanakan dan berfokus di
Departemen Pertenunan selama 64 (enam puluh empat) hari kerja, dengan
melaksanakan praktek lapangan 10 hari praktik di departemen persiapan
pertenunan, 30 (tiga puluh) hari praktik di Departemen Weaving I, 15 (lima belas)
hari praktik dibagian departemen Weaving II, 5 hari praktik di bagian inspecting,
dan 4 hari di bagian finishing. Laporan ini terdiri dari lima bab, yang terdiri dari bab
satu berisi tentang pendahuluan, bab dua diuraikan mengenai bagian umum
perusahaan yang terdapat sub bab perkembangan perusahaan dari awal berdiri
hingga saat ini, struktur organisasi perusahaan dan struktur organisasi
departemen tempat praktik lapangan serta uraian tugas dan tanggung jawabnya
masing masing. Penjelasan selanjutnya mengenai permodalan dan pemasaran
perusahaan yang menjelaskan tentang modal yang digunakan oleh perusahaan
dan pemasaran yang telah dilakukan. Sub-bab mengenai ketenagakerjaan mulai
dari distribusi ketenagakerjaannya sampai dengan sistem pembinaan dan
pengupahan karyawan perusahaan. Bab tiga diuraikan mengenai bagian produksi
dan terdapat sub bab yang akan menjelaskan mengenai jenis produk yang
diciptakan oleh perusahaan dan hasilnya setiap bulannya dan setiap tahapannya
pada proses produksi tersebut seperti Perencanaan dan Pengendalian Produksi
(PPC), Proses Produksi, Pemeliharaan dan Perbaikan (Maintenance) dan
Pengendalian Mutu. Bagian akhir dari bab yaitu pada bab empat berisi mengenai
diskusi mengenai pemeliharaan terhadap Rapier di mesin Picanol GTX.
vi
BAB I PENDAHULUAN
pendidikannya.
Laporan
Praktek
Lapangan
ini
disusun
berdasarkan hasil pengamatan lapangan selama tiga bulan terhitung dari tanggal
3 Oktober 2016 sampai dengan 30 Desember 2016 di PT Bina Usaha Cipta Prima
yang berlokasi di daerah industri Cibaligo, yang beralamatkan di jalan Cibaligo KM
0,5 Leuwigajah Kelurahan Cibeureum, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi,
Provinsi Jawa Barat. Selama praktek lapangan, perusahaan memberikan
informasi mengenai proses pembuatan kain denim.
Praktik lapangan di laksanakan dan berfokus di Departemen Pertenunan selama
64 (enam puluh empat) hari kerja, dengan melaksanakan praktek lapangan 10 hari
praktik di departemen persiapan pertenunan, 30 (tiga puluh) hari praktik di
Departemen Weaving I, 15 (lima belas) hari praktik dibagian departemen Weaving
II, 5 hari praktik di bagian inspecting, dan 4 hari di bagian finishing.
Laporan ini terdiri dari lima bab, yang terdiri dari bab satu berisi tentang
pendahuluan, bab dua diuraikan mengenai bagian umum perusahaan yang
terdapat sub bab perkembangan perusahaan dari awal berdiri hingga saat ini,
struktur organisasi perusahaan dan struktur organisasi departemen tempat praktik
lapangan serta uraian tugas dan tanggung jawabnya masing masing. Penjelasan
selanjutnya mengenai permodalan dan pemasaran perusahaan yang menjelaskan
tentang modal yang digunakan oleh perusahaan dan pemasaran yang telah
dilakukan.
Sub-bab
mengenai
ketenagakerjaan
mulai
dari
distribusi
Didalam praktik kerja lapangan penulis tidak menghadapi kendala, hanya saja
pada saat praktikum kerja lapangan penulis tidak dapat masuk ke bagian
pemintalan, finishing 2 dan packing dikarenakan ada ketentuan dari pabrik, tetapi
hal tersebut tidak menjadi hambatan untuk melaksanakan kegiatan praktikum kerja
lapangan.
2.1
Perkembangan Perusahaan
13. Bengkel
4. Kantin
5. Masjid
17. Twisting
6. Kantor
produk
8. Pos satpam 2
9. Bagian pemintalan
12. Boiler
2.2
Struktur Organisasi
2.2.1
PT. Binausaha Cipta Prima mempunyai struktur organisasi berbentuk garis dan
staf. Wewenang disetiap bagian diserahkan kepada tiap-tiap pemimpin
departemen dibawahnya dalam semua bidang pekerjaan. Garis vertikal
menyatakan adanya wewenang atasan untuk memberikan instruksi kepada
bawahannya dan terdapat tanggung jawab bawahan terhadap atasanya,
sedangkan garis horizontal menyatakan hubungan kerjasama antar bagian satu
dengan bagian yang lainnya. Jalur birokrasi (komando instruksional) bersifat topdown dengan urutan seperti pada gambar di halaman selanjutnya :
Direktur
Manajer Pabrik
Operator
Keterangan:
= Lebih dari 1 orang
: Quality Control
MTC
: Maintenace
PPC
R&D
Fnl Insp
: Final Inspection
2.2.2
Uraian Tugas
Uraian tugas dan tanggung jawab secara struktural serta fungsional berdasarkan
struktur organisasi tersebut (pada Gambar 2.4) adalah sebagai berikut:
1. Direktur
Sebagai pengambil keputusan tertinggi dan pembuat garis-garis besar
kebijakan perseroan dalam bidang operasional yang mengawasi kerja para
manajer di bawahnya.
2. Staf Ahli
Membantu direktur dalam hal kesekretariatan serta pelaksanaan teknis
administrasi kantor serta pelayanan dan sehubungan dengan keperluan
perusahaan.
3. Manajer Pabrik
Membuat garis-garis kebijakan perseroan dalam bidang operasionalnya
masing-masing dengan menjabarkan garis-garis besar direktur yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan kordinasi bagian-bagian.
1) Manajer Personalia dan Umum:
- Merencanakan dan menyelenggarakan transportasi serta sistem
pengamanan perusahaan.
- Merencanakan, menyelenggarakan dan mengevaluasi kegiatankegiatan kepersonaliaan dengan general affair untuk mendukung
terciptanya jaminan pelayanan terhadap seluruh karyawan dan
perusahaan serta terciptanya hubungan kerja yang harmonis antara
sesama karyawan antara karyawan dengan perusahaan.
- Meningkatkan fungsi dan peranan sumber daya manusia.
2) Manajer Produksi:
Mengelola seluruh produksi, operasional pabrik untuk menghasilkan
produk (kain denim) sesuai dengan target produksi (secara kuantitas) dan
kualitas.
3) Manajer Pemasaran/ Marketing:
- Mengelola dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
pemasaran produk yang dihasilkan oleh bagian produksi.
- Mengatur arus permintaan dan penawaran barang di pasaran serta
mengkordinasikannya dengan bagian produksi.
4) Manajer Pemintalan:
Mengelola seluruh produksi dan opersional pabrik untuk menghasilkan
produk (benang) sesuai dengan target produksi (secara kuantitas) dan
kualitas yang telah ditetapkan dengan biaya efisien.
4. Staf
1) Staf Manajer Personalia dan Umum
Membantu Manajer Personalia dan Umum, dalam hal menyelenggarakan
dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan kepersonaliaan.
2) Staf Manajer Marketing
Membantu Manajer Marketing dalam hal pemasaran, permintaan dan
penawaran barang yang diproduksi.
5. Kepala Bagian
Sebagai
pelaksana
fungsi
manajerial-fungsional
dalam
perencanaan,
10
11
pelaksana
untuk
setiap
pekerjaan.
bertugas
mengatasi
2.2
2.2.1
Permodalan
2.2.2
Pemasaran
Sistem pemasaran yang dilakukan oleh PT. Binausaha Cipta Prima adalah sistem
penawaran dan penjualan langsung, karena perusahaan memiliki pelanggan
tetap. Hasil produksi yang berupa benang sebagian besar dipergunakan oleh
Bagian Pertenunan untuk menghasilkan kain dan sisanya dipasarkan, sedangkan
untuk hasil produksi yang berupa kain denim. PT. Binausaha Cipta Prima
memasarkan produknya ke beberapa kota besar di dalam negeri seperti: Bandung,
Jakarta, Medan, Surabaya, Bali, dan kota-kota lainya. Beberapa pelanggan
12
2.3
Ketenagakerjaaan
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
(orang)
(%)
1.
17
2,1
2.
149
18,29
3.
610
75,68
4.
30
3,72
813
100
Total
Sumber: Personalia dan Umum PT. Binausaha Cipta Prima Tahun 2016
2.3.2
Jumlah tenaga kerja di PT. Binausaha Cipta Prima sampai dengan bulan Maret
2015 tersebar ke berbagai bagian. Untuk distribusi tenaga kerja dapat dilihat pada
Tabel 2.2 di bawah ini.
No
Bagian
1.
2.
Total
Tetap
Kontrak
Harian
Pemintalan
24
92
16
132
Persiapan pertenunan
13
70
86
13
Pemeriksaan kain
17
57
72
4.
Pertenunan I
17
39
61
5.
Pertenunan II
32
137
16
185
6.
Penyempurnaan
15
34
54
7.
Pengepakan
46
11
63
8.
Utility
14
34
53
9.
Gudang sparepart
10
10.
Reserch and
development
11.
Gudang kain
15
34
12.
PPC
13.
12
26
Total
3
5
54
4
47
813 orang
Sumber: Personalia dan Umum PT. Binausaha Cipta Prima Tahun 2016
14
Waktu Kerja
Istirahat
Senin Kamis
08.00 16.00
12.00 13.00
Jumat
08.00 16.00
11.30 12.30
Sabtu
08.00 15.00
12.00 13.00
Sumber: Personalia dan Umum PT. Binausaha Cipta Prima Tahun 2016.
Waktu Kerja
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Pagi
06.00 14.00
10.30 11.00
11.00 11.30
11.30 12.00
Siang
14.00 22.00
17.30 18.00
18.00 18.30
18.30 19.00
Malam
22.00 06.00
01.30 02.00
02.00 02.30
02.30 03.00
Sumber: Personalia dan Umum PT. Binausaha Cipta Prima Tahun 2016
Karyawan diberikan hari libur setelah bekerja selama enam hari berturut-turut.
Untuk karyawan shift mendapatkan istirahat 1 hari yang diberikan secara bergiliran
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan pada setiap bagian, sedangkan untuk
karyawan non-shift waktu libur diberikan serentak pada hari Minggu.
15
2.3.4
2.3.4.1 Pengupahan
Upah minimum yang diberikan PT. Binausaha Cipta Prima didasarkan kepada
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia yang terbaru. Dasar
pengupahan yang terdapat di PT. Binausaha Cipta Prima terdiri dari upah bulanan
yang memiliki komponen sebagai berikut:
1 Gaji pokok
Pemberian gaji pokok disesuaikan dengan peraturan pemerintah tentang Upah
Minimum Daerah (UMD)
2. Tunjangan masa kerja dan prestasi
Besarnya uang tunjangan ini diberikan kepada karyawan berdasarkan pada
masa kerja dan penilaian loyalitas, kedisiplinan, keterampilan dan hasil kerja.
3. Tunjangan jabatan
Diberikan kepada karyawan yang memiliki jabatan dan besarnya disesuaikan
dengan tingkatan jabatannya.
4. Premi hadir bulanan
Diberikan sesuai dengan presensi karyawan setiap bulan.
5. Premi kesejahteraan
Diberikan kepada karyawan atas ketentuan dan kebijakan perusahaan.
6. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)
16
17
perlengkapan kerja seperti ear plug, masker, topi, kaca mata las, kaos
tangan, safety shoes dan lain-lain.
5. Konsumsi
Setiap karyawan mendapatkan jatah 1 kali makan dalam 1 hari kerja yang
diberikan pada waktu istirahat.
6. Peribadatan
Perusahaan menyediakan sarana peribadatan berupa 1 buah mesjid dengan
luas 200 m2 yang terletak dalam lingkungan pabrik dan mushola di setiap
bagian produksi sehingga karyawan dapat beribadah dengan mudah tanpa
meninggalkan lokasi pabrik.
7. Transportasi
Berdasarkan kesepakatan awal antara perusahaan dengan calon karyawan
bahwa lokasi tempat tinggal disyaratkan dekat dengan lokasi pabrik, sehingga
PT Binausaha Cipta Prima tidak menyediakan sarana transportasi bagi bagi
karyawannya.
8. Koperasi karyawan
Perusahaan menyediakan koperasi karyawan untuk memenuhi kebutuhan
pokok serta sebagai sarana simpan pinjam dan pengelolaannnya ditangani
oleh karyawan.
9. Rekreasi, olah raga dan kesenian
Fasilitas olah raga dan kesenian tidak disediakan oleh perusahaan, namun
perusahaan memberikan kebebasan kepada karyawan untuk melakukan
aktivitas olah raga, yaitu bulu tangkis dengan cara menyewa fasilitas olah
raga.
18
Perencanaan Produksi
19
Konsumen
Bagian
Bagian
Pemasaran
Produksi
PPC
Pembeli
Menerima
sampel
pemesan
Menawark
an sampel
Konfirmasi
kesesuaian
dengan
kosumen
Menerima
sampel
pemesan
dari
manager
pemasaran
Menerima
sampel
pemesan
dari
manager
produksi
Bagian
Bagian
Laboratorium
Produksi
QC
Packing
Membuat
sampel yang
ditawarkan
oleh
pemesan
Membuat
sampel
produksi
Membuat
rencana
produksi
Memberik
an
sampel
ke bagian
PPC
Memberika
n sampel
ke manajer
pemasaran
Tidak
Menerima
rekomendasi
perbaikan
sampel dari
manajer
pemasaran
Membuat
sampel
baru
Menerima
rekomendasi
perbaikan
sampel dari
manajer
pemasaran
Melakuka
n rencana
perbaikan
Sesuai
Ya
Memberika
n sampel
ke manajer
produksi
Menerima
sampel yang
telah
disetujui
Menerima
sampel yang
telah
disetujui
manajer
pemasaran
Melakuka
n
perencan
aan
produksi
20
Melakuka
n proses
produksi
sesuai
dengan
perencan
aan
produksi
Melaku
kan
proses
pemeri
ksaan
cacat
kain
dan
kesesu
aian
denga
n
permint
aan
Melaku
kan
penge
pakan
Siap
kirim
Jenis produksi yang dihasilkan oleh PT Binausaha Cipta Prima yaitu benang dan
kain tenun dengan bahan baku kapas. Untuk saat ini produk yang dihasilkan
adalah kain denim stretch dan non-stretch, namun tidak menutup kemungkinan
untuk memproduksi kain-kain kebutuhan rumah tangga, kain-kain untuk bahan
pakaian dan kain-kain untuk keperluan industri dengan bahan kapas ataupun
poliester. Selain menghasilkan kain-kain denim PT Binausaha Cipta Prima sendiri,
juga menghasilkan benang untuk dijual ke perusahaan-perusahaan lain. Benang
yang diproduksi diperdagangkan dengan nomor (Ne1) meliputi nomor 6, 7, 10, 12,
14, dan 20.
Tabel 3.1 Jenis dan Jumlah produksi di PT Binausaha Cipta Prima
Bulan
Oktober 2016
2.254
1.671.078
November 2016
2.470
1.604.248
3.2.2
Mesin Warping
Mesin Rewinding
Mesin Pertenunan
Mesin Tying
21
Mesin inspeksi
Agar lebih jelas, daftar mesin - mesinnya bisa dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Daftar Mesin-mesin Produksi di PT Binausaha Cipta Prima
No
Nama
Mesin
Mesin
Pengha
nian
(Warpin
g)
Mesin
Pengelo
san
(Rewind
ing)
Mesin
Pencelu
panPenganj
ian
(DyeingSizing)
Merek/
Jumlah
Buatan
Model
Tahun
Pembuatan
Kecepatan/
Fungsi
kapasitas
2 unit
Panon
PL-84
Taiwan
1996
360
m/menit
/650 Kg
1 unit
Panon
PLW
84
Taiwan
1997
360
m/menit
/60-0 Kg
1 unit
Taya
Tipe:
500Ends
Taiwan
1991
350
m/menit
/650 Kg
1 unit
She
yang
Zhionyi
2001
350
m/menit
/500 Kg
RRC
(China)
1 unit
Kamitz
u Tipe:
GA
014
Jepang
2009
1 unit
Panon
Tipe:
PLDS81
Taiwan
1996
1 unit
Panon
PL-81
Taiwan
1992
1 unit
Wuxi
Huali
RRC
2007
(China)
720
m/menit /12
spindel
Mengubah bentuk
gulungan benang
lusi daric cones
atau bobbin ke
dalam
bentuk
beam hani
- Mengubah
bentuk
gulungan
dari
cheese
ke
cones
atau
sebaliknya
- Menyesuaikan
volume benang
Merupakan
proses kontinyu:
16 18
m/menit /12
beam
- Merserisasi
- Pencelupan
benang
Penganjian
benang lusi
1 unit
Panon
Tipe:
PL-94
Taiwan
22
2002
No
Nama
Mesin
Jumlah
157 unit
4
Kecepatan/
Pem-
Fungsi
Model
buatan
Kapasitas
gamma
2007
450 Rpm/3
hari/ 1 beam
Belgia
52 unit
Buatan
Mesin
Tenun
Rapier
Mesin
Interlice
Tahun
Merek/
Picanol
GX
Proses Pertenunan
2002
6 unit
Indonesia
1995
40 yard/ menit/
lebar kain 189
cm
Menggintir
benang
polyester
dan
spandex
untuk
bennag pakan
Mesin
inspeksi
11 unit
Setia
logam
produk
Tipe:
SL-160
10
Mesin
Bakar
Bulu
(Gas
Singeing)
1 unit
Osthoff
Jerman
1990
60 m/ menit
11
Mesin
sanforisa
si
2 unit
Monfort
ex
Jerman
1991
30-35 m/menit
12
Mesin
Stenter
1 unit
Monfort
ex
Jerman
1990
20 m/menit
13
Mesin
penyamb
ung
benang
(Tying)
2 unit
Oskar
fisher
Jerman
14
Mesin
Rotary
1 unit
Indonesia
1999
100 Rpm/ 20
kg
Proses
kain
2 unit
Komina
mi
(HAF3A dan
F-25)
Jepang
1991
100 m/menit
Untuk
kain
15
Mesin
Rolling
23
Memeriksa
pada kain
Proses
bulu
cacat
pembakaran
Proses sanforisasi
Pengeringan
pelemasan
dan
Untuk menyambung
antara benang
pelusuhan
menggulung
3.2.2.2
10
P3
k
11
1
4
V
24
Proses Produksi
Urutan proses produksi di PT Binausaha Cipta Prima untuk pembuatan kain denim
dibagi menjadi 4 bagian produksi yaitu:
1. Bagian Pemintalan
Urutan proses dimulai dari pembukaan serat kapas, pengarukan, pelurusan
serat kapas dan pemintalan serat kapas menjadi benang.
2. Bagian Persiapan
Proses persiapan terdiri dari: penghanian (warping), pengelosan (rewinding),
perangkapan benang (doubling), merserisasi, pencelupan benang dan
penganjian benang lusi, pencucukan (drawing in), penyambungan (tying),
penggintiran (twisting), dan proses benang leno.
3. Bagian Pertenunan
Benang yang terdiri dari benang lusi yang telah dicelup dan benang pakan
ditenun menggunakan mesin tenun rapier.
4. Bagian Penyempurnaan
Penyempurnaan kain denim dimulai dari pembakaran bulu, penghilangan
kanji, pelemasan, kemudian kain mengalami penyempurnaan anti mengkeret
secara mekanik (sanforisasi.
5. Bagian Inspeksi
Inspeksi kain dilakukan 2 kali yaitu pada saat kain telah selesai di produksi di
bagian pertenunan dan pada saat kain telah selesai di bagian penyempurnaan
untuk inspeksi akhir. Kemudian pengepakkan ( packing ) dan pemberian label
atau merk.
Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Binausaha Cipta prima secara lebih
jelas dapat diamati pada diagram alir yang dapat dilihat pada Gambar 3.2
pada halaman selanjutnya.
25
Benang
Spandex
Pakan
Benang
Poliester
Penghanian
(Warping)
Pakan
Benang
Tunggal
Pengelosan
Merserisasi
Pencelupan
Benang
Pengajian
Penggintiran
Benang
Pencucukan
Penyambungan
Benang
Ganda
Pertenunan
Pemeriksaan
Penyempurnaan
Pemeriksaan
Akhir
Packing
Keterangan :
= Denim Stretch
= Denim Non Stretch
26
3.2.3.1
27
28
Keterangan gambar:
1
Bak merserisasi
Silinder penegang
Bak pembilasan
10 Bak pembilasan
11 Silinder pengering
12 Bak penganjian
13 Ruang pengeringan benang
14 Rol-rol penegang benang
15 Bagian pemisahan benang
16 Penggulungan benang pada beam tenun
Cara kerja mesin Dyeing-sizing:
1. Benang dari gulungan beam hani (1), setelah melewati rol-rol penghantar (2),
benang masuk ke dalam bak merserisasi (3), dan silinder penegang (4),
kemudian dibilas dengan air bersih sebanyak 2 kali (5).
2. Benang ditegangkan melalui rol-rol penegang, kemudian masuk ke dalam bak
celup (6).
3. - Untuk warna biru (zat warna indigo):
Setelah dari bak celup, benang dioksidasi dengan udara yaitu melewati pada
rol-rol (airing) (7), kemudian dicelup lagi. Demikian seterusnya hingga benang
masuk ke dalam bak celup sebanyak 7 kali.
- Untuk warna hitam (zat warna belerang) :
setelah dari bak pembilasan (5), benang langsung dihubungkan ke dalam bak
celup (8) sebanyak 3 kali.
Sedangkan untuk zat warna belerang yang dioksidasi dengan udara (airing),
proses pencelupannya sama seperti pencelupan dengan zat warna indigo,
hanya dilakukan pada mesin dyeing-sizing lain yang tempatnya berbeda.
- Untuk topping :
29
3.2.3.2.2
Penghanian (Warping)
30
2.
3.
4.
Lebar benang yang digulung pada beam tenun harus sama dengan lebar
beam tersebut
5.
Lebar benang pada beam tenun harus lebih lebar dari sisir
6.
Lebar benang harus lebih dari panjang kain yang akan ditenun
7.
Setiap corak mempunyai kebutuhan jumlah benang yang berbeda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya kontruksi kain yang meliputi: jenis
benang lusi, jenis benang pakan, panjang kain, lebar kain, kerapatan pakan
(density), dan anyaman.
Corak kain yang diorderkan melalui order warping ini akan ditulis secara gamblang
mengenai data-data corak tersebut, misalnya:
1. Nama mesin warping
3. Nama corak
9. Konstruksi kain
: 1233 BTN
Kontruksi
: 7s x 27/4 x 72
Total ends
: 4320 helai
Panjang
: 22.000 meter
Jumlah beam
: 12
Benang 7s memiliki berat 1 cones 3 kg dan jumlah cones per karung adalah 8
(berat per karung = 24 kg).
Kebutuhan benangnya adalah:
No benang (Ne1) x 768 m
31
= 7 x 1.693 x 3
= 35.553 m
Bila panjang yang diinginkan 22.000 m, berarti 1 cones bisa digunakan untuk 2
beam*).
Pemasangan tiap beam
4320
12
= 360 helai
Total kebutuhan benang
3.2.3.2.4
Proses perangkapan benang ini sama dengan mesin kelos biasa, teknik kerjanya,
bentuknya, hasilnya, dan peralatannya sama dengan mesin kelos biasa.
Perbedaan antara mesin rangkap dengan mesin kelos biasa hanya pada
perlengkapan stop-motion dan pengatur tegangan serta pembersih benang.
3.2.3.2.5
Penggintiran (Twisting)
32
3.2.3.2.6
Merserisasi
Proses merserisasi adalah untuk meningkatkan daya serap dan kilau benang
kapas. Proses merserisasi dilakukan terhadap benang grey sebelum benang
tersebut di celup dengan zat warna menggunakan NaOH 5oBe untuk pencelupan
zat warna bejana dengan warna biru dan 16oBe untuk benang kapas yang dicelup
dengan zat warna belerang larut dengan warna hitam. Proses ini dikerjakan pada
mesin dyeing-sizing Panon (Gambar 2.8 di halaman 22) temperatur kamar dan
kecepatan mesin 16-18 m/menit dengan waktu kontak selama 20 detik. Setelah
melalui bak merserisasi, benang melewati bak pencucian yang terdiri dari 3 buah
yang masingmasing hanya menggunakan air dingin tanpa penambahan zatzat
yang lain karena proses selanjutnya (pencelupan) juga menggunakan NaOH.
Resep merserisasi untuk zat warna belerang (Sulphol Black):
NaOH
: 16oBe
Temperatur
Waktu
: 20 detik
3.2.3.2 Pencelupan
Pencelupan merupakan proses pemberian warna pada bahan secara merata dan
permanen dengan menggunakan zat warna. Zat warna yang digunakan dalam
pencelupan benang ini adalah zat warna indigo biru (Indigo Blue) dan zat warna
belerang hitam (Sulphol Black), kedua zat warna ini tidak larut dalam air sehingga
sebelum dilakukan proses pencelupan terlebih dahulu dibuat leuko zat warna
yang larut dalam air sehingga substantif terhadap serat. Leuko zat warna indigo
biru dibuat dengan mereduksikan zat warna indigo biru dengan natrium hidrosulfit
(Na2S2O4) dan natrium hidroksida (NaOH). Leuko zat warna belerang dibuat
dengan mereduksikan zat warna belerang dengan natrium sulfida (Na2S) dan
natrium karbonat (Na2CO3), selain itu digunakan pula zat warna belerang larut
dengan pereduksi dengan senyawa turunan (derivate) glukosa dan NaOH.
33
Proses pencelupan dengan zat warna indigo biru dilakukan pada temperatur
kamar (30oC) dengan kecepatan mesin 16-18 m/menit. Pencelupan dengan zat
warna belerang hitam dilakukan pada temperatur 90oC, setelah itu dilakukan
proses oksidasi yang bertujuan untuk mengoksidasi zat warna kembali sehingga
menjadi pigmen zat warna yang tidak larut dan berwarna. Oksidasi leuko zat
warna indigo dilakukan dengan cara airing (oksidasi dengan udara), sedangkan
untuk leuko zat warna belerang, dioksidasi dengan cara direndam-peras dalam
larutan oksidator senyaawa peroksida (Sky Oxidant) dan dioksidasi dengan udara
(airing). Setelah itu dilakukan pembilasan untuk menghilangkan zat warna yang
tidak terfiksasi. Selain itu, terdapat pula proses topping untuk memperoleh warna
biru kehitaman (blue-black). Mula-mula benang dicelup dengan zat warna indigo
(pad-airing dengan beberapa kali perendaman) kemudian dicelup dengan zat
warna belerang. Atau untuk warna hitam kebiruan (Black Blue), awalnya
dilakukan celup dengan zat warna belerang kemudian dioksidasi dan dicuci,
setelah itu dicelup dengan zat warna indigo. Proses ini dikerjakan pada mesin
dyeing-sizing Panon (Gambar 2.8. di halaman 22) pada temperatur kamar dan
kecepatan mesin 16 18 m/menit.
Resep yang digunakan pada proses pencelupan zat warna indigo dan zat warna
belerang adalah sebagai berikut:
1. Untuk warna biru:
-
: 2,1 g/l
Na2S2O4
: 6,05 g/l
o
NaOH 48 Be
: 5 g/l
: 1 g/l
: 7 bak ( 12.600 l)
Temperatur
: 30oC
Waktu perendaman/bak
: 25 detik
: 75 detik
: 65%
Kecepatan mesin
: 16 18 m/menit
NaOH 48oBe
: 10 ml/l
: 10 g/l
: 2 g/l
34
: 2 g/l
: 1 bak ( 1.800 l)
Temperatur
: 90oC
Waktu perendaman/bak
: 25 detik
: 75 detik
: 65%
Kecepatan mesin
: 16 18 m/menit
Resep Oksidasi:
-
: 20 ml/l
: 15 ml/l
: 1 bak ( 1.800 l)
Temperatur
: 600 C
Waktu perendaman/bak
: 25 detik
: 75 detik
: 65%
Kecepatan mesin
: 16 18 m/menit
Indigo blue adalah zat warna bejana jenis indigo yang memberikan warna biru
pada benang kapas.
Sulphol black adalah zat warna belerang larut yang digunakan untuk
memberikan warna hitam pada benang kapas.
Na2S2O4 adalah reduktor yang digunakan untuk mereduksi zat warna indigo
sehingga larut dalam air.
35
NaOH sebagai alkali kuat yang digunakan untuk proses reduksi dalam
pembentukan zat warna indigo dan belerang yang larut (leuko).
Zat anti migrasi (Fimbli) adalah zat anti migrasi yang berfungsi untuk
mencegah bermigrasinya zat warna indigo yang telah tercelup pada saat
padding.
Solarine adalah zat anti migrasi yang berfungsi untuk mencegah bermigrasinya
zat warna belerang yang telah tercelup pada saat padding.
- Asam asetat (sky acid) berfungsi untuk menetralisir sisa alkali pada benang
(setelah pencelupan) sehingga kondisi benang tidak terlalu alkalis.
3.2.3.2.1
Penganjian
Proses penganjian benang lusi bertujuan meningkatkan daya tenun sehingga akan
menghasilkan benang yang kuat dan tidak mudah putus terhadap pengaruh
gesekan-gesekan pada saat dilakukan proses pertenunan.
Proses penganjian ini menggunakan kanji alam, dalam hal ini digunakan kanji
alam yaitu kanji tapioka yang dimodifikasi. Selain kanji, ditambah pula wax / lilin
untuk mengurangi kekakuan benang hasil penganjian. Proses ini dilakukan pada
temperatur 90oC dengan kecepatan mesin 16 18 m/menit dan konsentrasi 7
9% (diukur dengan menggunakan refactometer). Konsentrasi larutan kanji
disesuaikan dengan nomor dan ukuran benang yang digunakan.
Resep penganjian yang digunakan pada nomor benang 7s:
-
Polyzise
: 75 g/l
Tera Wax
: 6 g/l
: 65%
Kecepatan mesin
: 16 m/menit
36
Polysize
lapisan film pada benang, agar dapat melindungi serat yang ada pada
permukaan benang agar tidak berbulu dan kekuatan benangnya meningkat.
-
Terawax
lapisan kanji.
Proses penganjian dilakukan langsung setelah proses pencelupan, cara
penganjiannya sama dengan pencelupan, menggunakan sistem dyeing-sizing
dengan sistem pengeringan menggunakan silinder pengering.
Urutan prosesnya adalah benang yang telah dicelup, direndam-peras dalam
larutan kanji, kemudian dikeringkan dengan silinder pengering, selanjutnya
benang dipisahkan secara horizontal dan vertikal kemudian digulung pada beam
tenun.
37
38
rapier, dimana mesin ini menggunakan dua buah rapier, yaitu rapier pembawa
benang pakan dan rapier penerima benang pakan.
Prinsip kerja peluncuran benang pakan pada mesin tenun rapier adalah sebagai
berikut: benang pakan yang berada pada mesin satu sisi mesin tenun ditarik oleh
rapier pembawa dan dibawah ketengah kemudian dipindahkan benang pakan
tersebut ke rapier penerima kemudian rapier penerima bergerak mundur yang
membawa benang pakan kesisi mesin lainnya dan gerakan rapier bolak balik.
Kelancaran proses pertenunan sangat tergantung pada proses persiapan
pertenunan, apabila proses persiapan pertenunan menghasilkan benang dengan
mutu yang baik, maka pada proses pertenunan kemungkinan besar akan
menghasilkan hasil tenun yang baik pula.
1. Rapier pembawa (carrier rapier) siap siap membawa benang pakan
Rapier Pembawa
Rapier Penerima
Rapier Pembawa
Rapier Penerima
39
Rapier pembawa
Rapier penerima
Rapier Pembawa
Rapier Penerima
Gambar 3.5 Fase fase Memberi dan Menerima Benang Pakan Pada Mesin
Tenun Rapier
catatan:
Rapier pembawa (carrier rapier) dan rapier penerima (receiver rapier) bekerja
secara harmonis atau dengan beriringan.
40
Pemeriksaan awal
Pembakaran bulu
Pelemasan
Penyempurnaan anti
mengkeret (Sanforisasi)
Penghilangan Kanji
Pemeriksaan akhir
Bio Washing
Penggulungan dan
packing
41
Proses pembakaran bulu ini dapat dilakukan dengan melewatkan kain diantara api
dengan kecepatan 60 yard/menit disesuaikan dengan konstruksi dan jenis kain
yang akan diproses. Untuk jenis kain tipis dan stretch dengan sedikit bulu
kecepatan mesin dipercepat tetapi nyala apinya diperkecil. Kain tebal dan nonstretch, kecepatan mesin diperlambat serta nyala api diperkecil, sedangkan untuk
konstruksi kain, ada kain plat (anyaman polos) dilakukan pembakaran pada dua
sisi yaitu atas dan bawah. Konstruksi kain dengan anyaman twill pembakaran bulu
hanya pada bagian atas kain saja.
Keterangan gambar:
1. Gulungan kain yang akan diproses
2. Cloth guider
3. Ruang Penyikatan
4. Rol sikat
5. Penyedot debu
6. Ruang Pembakaran bulu
7. Pembakaran bulu
8. Rol penegang kain
9. Pengatur pelipatan kain
42
43
Stockosoft wk-100
: 2 g/l
Ultratex Sf 6
: 24 g/l
Larutan
: 500 l
9. Stenter
2. Cloth guider
4. Doctor knife
44
8. Rol pengering
Cara kerja:
1. Kain yang telah diproses (1) dilewatkan pada cloth guider (2) guna membuka
lipatan yang terjadi pada kain yang telah diproses, kemudian dilewatkan pada
rol pengatur tegangan kain (3), selanjutnya dilewatkan pada doctor knife (4)
dan pemberian busa pelemab dan pelemas kain (5).
2. Kain dilewatkan di antara silinder (6) dan selimut karet yang dilapisi busa (7)
agar terjadi pemindahan busa pada kain dengan bantuan tekanan.
3. Kain dilewatkan pada rol-rol pengering (8) agar busa bisa meresap pada kain.
4. Setelah itu kain dilewatkan pada stenter (9) untuk memengkeretkan benang
pakannya.
5. Kemudian kain dilewatkan pada silinder panas (10), dan selimut karet (rubber
belt) (11) untuk memengkeretkan benang lusinya.
6. Kemudian kain masuk ke silinder pengering (12) dan dilipat dengan pengatur
pelipatan kain (15).
Keterangan dari gambar yang berada dalam lingkaran garis putus-putus sebagai
berikut:
Enzim amilase
: 2 g/l
Sabun
: 1 g/l
pH
:6
Temperatur
: 55 60oC
Waktu
: 35 menit
Vlot
: 1:10
Enzim
Sabun
dan bahan
3.2.3.7.5 Bio Washing
Proses bio washing bertujuan untuk mendapatkan kain denim yang mempunyai
sifat seperti sudah dicuci berulang-ulang, efek lusuh, pegangan lembut dan tebal,
tetapi tidak keras dan kaku. Efek warna lusuh yang diperoleh pada proses bio
washing adalah akibat
dengan jalan
46
pengerjaan dengan waktu 55 menit untuk kain denim yang berwarna biru karena
mempunyai ketahanan luntur yang baik.
Resep yang digunakan pada proses bio washing menggunakan enzim selulase
asam untuk semua jenis zat warna:
-
Enzim selulase
: 2 g/l
Sabun
: 1 g/l
pH
:56
Temperatur
: 55oC
Waktu
: 30 menit
Vlot
: 1 : 10
Fungsi Invazyme merupakan enzim selulase tipe asam yang berfungsi untuk
menghidrolisa permukaan serat selulosa sehingga menghasilkan efek lusuh
pada kain denim. Asam asetat berfungsi sebagai pemberi suasana asam pada
proses pelusuhan kain denim.
Keterangan:
1. Kain yang akan diproses
7. Bak IV
o
8. Bak V
9. Bak VI
4. Bak I
47
5. Bak II
6. Bak II
3.2.3.8 Packing
Kain hasil pemeriksaan di mesin inspeksi, kemudian diukur panjangnya untuk
menentukan jarak pemotongan kain tiap helai sesuai dengan standar yang
diminta oleh pemesan. Standar ukuran panjang kain tiap helai adalah 100 yard.
Setelah itu kain digulung dengan dengan menggunakan mesin penggulung
(rolling). Gulungan kain tersebut kemudian diberi label dan selanjutnya dikemas
ke dalam plastik. Kain hasil pengepakan ini dikirim ke gudang dan akhirnya dikirim
ke pemesan.
1.
2.
Jenis
Energi
Listrik PLN
Listrik
Generator
Kapasitas
Terpasang
Pemakaian/bulan
Sumber
(Perum/Captive)
MS : 1.110 kVA
423.400 kWh
PT PLN (Persero)
BN I :
555 kVA
79.320 kWh
PT PLN (Persero)
BN II : 555 kVA
152.600 kWh
PT PLN (Persero)
BU : 1.385 kVA
606.000 kWh
PT PLN (Persero)
2 x 500 kVA
Cadangan
Sendiri
48
Tekanan Uap
(kg/jam)
(Kg/cm2)
Batu Bara
10.000
67
Standar Kessel
Batu Bara
3.250
67
Standar Kessel
Batu Bara
3.250
67
No
Merek Mesin
Bahan Bakar
Omnical
2
3
3.2.4.3
3.2.4.3.1
Air proses di PT Binausaha Cipta Prima diambil dari dua sumber air yaitu dari air
sumur dengan menghasilkan air sebanyak 1.000 m3/hari dan air Sungai Cigugur
dengan menghasilkan air sebanyak 4.000 m3/hari, sehingga keseluruhan air yang
dihasilkan sebanyak 5000 m3/hari.
Air dari sumur bor ini digunakan untuk kebutuhan proses produksi dan rumah
tangga ditampung dalam bak penampungan kemudian langsung dipergunakan,
sedangkan untuk kebutuhan boiler, air dari sumur tersebut diproses kembali.
Gambar distribusi pengolahan air dapat dilihat pada gambar 3.13 pada halaman
selanjutnya.
49
Recycle Q = 19 m3/hari
Cooler
Q = 20 m3/hari
Boiler
Q = 50 m3/hari
S
U
Q = 2.250 m3/hari
G
A
I
Water
Treatment
Plant
IPAL (Instalasi
Pengolahan Air
Limbah)
Q = 4.396 m3/hari
C
I
G
U
Pencucian
Q = 2.385 m3/hari
Air Tanah dan Air
Permukaan
Q= 5.000 m3/hari
Q = 2.146 m3/hari
U
R
Menyerap
Q = 15 m3/hari
MCK (makan, cuci, kakus)
Q = 25 m3/hari
Septi Tank
Q = 15 m3/hari
50
Soft water
treatment
(penukar ion)
Cadangan
Boiler
Bak penampung
Penampungan utama
Pabrik
(non produksi)
Pompa
Bak
penampung
Masyarakat
Sumur bor
Gambar 3.12 Skema Distribusi Air Sumur Bor di PT Binausaha Cipta Prima
51
Air sungai
Penyaringan 1
Penetralan
Koagulasi
Pengendapan
Untuk keperluan
produksi
bersih
Gambar 3.13 Diagram Alir Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan
Proses Produksi di PT Binausaha Cipta Prima
3.2.4.3.2
Limbah tekstil umumnya bersumber dari kotoran-kotoran yang berasal dari serat
dan zat-zat kimia hasil proses tekstil yang dihilangkan dari benang kemudian
dibuang sebagai limbah. Pengolahan air limbah adalah suatu proses penghilangan
atau penguraian zat pencemar yang terkandung dalam air limbah sehingga air
buangan tersebut aman bagi lingkungan. Pengolahan air limbah yang dilakukan di
PT Binausaha Cipta Prima ditujukan untuk mengolah air bekas proses produksi
dan limbah domestik. Kemudian diproses sampai air proses produksi dan limbah
domestik tersebut siap untuk dibuang dan tidak mengganggu serta mencemari
lingkungan hidup.
Tahap awal yang dilakukan air bekas produksi sebelum dibuang ke sungai Cigugur
limbah cair tersebut harus diolah dahulu untuk mengurangi beban pencemaran
bagi lingkungan. Tujuan dibangun IPAL PT Binausaha Cipta Prima adalah agar air
52
penyumbatan
sistem
penyambungan,
53
dibuang ke sungai.
8. Pengolahan lumpur.
Pada bak penampungan lumpur terjadi pengadukan dan pengentalan lumpur
dengan menggunakan baling-baling pengaduk sebelum lumpur dialirkan ke
sistem pengolahan lumpur berikutnya.
Bak penyaringan I
Bak ekualisasi
Bak pengendapan
Penampungan
lumpur
Bak penyaringan II
Bak kontrol pH
Pemadatan lumpur
Bak penampungan
Akhir
Limbah padat
Sungai
Pembuatan Batako
54
Inlet
Outlet
Satuan
pH
10
7,1
6,0 9,0
Total
Padatan
tersuspensi
(TSS)
mg/L
90
35
50
BOD5
mg/L
96
40
60
COD
mg/L
376
124
150
Fenol
mg/L
0,02
Ttd
0,5
Krom Total
(Cr)
mg/L
1,5
Ttd
1,0
Amonia
Total (NH3N)
mg/L
0,5
0,3
8,0
Sulfida
mg/L
0,03
Ttd
0,3
Minyak
mg/L
0,2
Ttd
3,0
Keterangan
Ttd
: Tidak terdeteksi
3.2.4.4 Laboratorium
Laboratorium di PT Binausaha Cipta Prima salah satu aktivitasnya adalah untuk
mengetahui kualitas kain denim apabila diproses lebih lanjut (biasanya proses
tersebut dilakukan di industri garmen). Pengerjaan di laboratorium ini hanya
dilakukan dalam jumlah kecil (sekitar dua yard), karena hasilnya hanya digunakan
sebagai contoh bagi konsumen. Proses-proses yang dilakukan meliputi: bleach
washing, penghilangan kanji menggunakan enzim, bio washing, pencucian dan
pembilasan. PT Binausaha Cipta Prima tidak memiliki fasilitas penandingan warna
55
3.2.4.5 Pergudangan
Gudang merupakan salah satu tempat yang menunjang kebutuhan produksi yang
dapat digunakan untuk menyimpan bahan baku, bahan pembantu serta untuk
menyimpan produk jadi (kain denim) yang siap dikirim kepada konsumen.
PT Binausaha Cipta Prima memiliki empat macam gudang, antara lain:
1. Gudang bahan baku yaitu berfungsi untuk menyimpan bahan baku produksi
seperti benang kapas, benang poliester dan benang spandex.
2. Gudang suku cadang yaitu berfungsi untuk menyimpan suku cadang (spare
part) mesin-mesin produksi, mesin-mesin penunjang produksi atau mesinmesin yang lama sudah tidak berproduksi serta pelumas mesin.
3. Gudang zat kimia yaitu tempat menyimpan zat-zat kimia dan zat warna yang
dipergunakan dalam proses produksi.
4. Gudang jadi yaitu berfungsi untuk menyimpan kain (hasil produksi) sebelum
selanjutnya dipasarkan atau dikirim ke pemesan.
3.3
3.3.1
Pemeliharaan Mesin
56
mekanika mesin.
Bagian Perawatan ini melakukan tugas pengontrolan mesin secara berkala.
Bagian ini dilengkapi dengan bengkel yang juga menyediakan suku cadang,
sehingga bila terjadi kerusakan maka perbaikannya dapat dilakukan di bengkel
sendiri.
Pemeliharaan mesin antara lain bertujuan untuk:
1) Mencegah kerusakan mendadak saat mesin sedang berjalan.
2) Menjaga dan memelihara agar efisiensi mesin tetap tinggi.
Pemeliharaan yang dilakukan di PT. Binausaha Cipta Prima yaitu Pemeliharaan
Pencegahan (Preventive Maintenance) yang merupakan pemeliharaan yang
bersifat pencegahan, untuk menghindari kerusakan mesin, kegiatan ini meliputi
pembersihan (cleaning), pelumasan (oiling), dan scouring yang merupakan
kegiatan
pembersihan
secara
menyeluruh
yang
meliputi
pembersihan,
3.3.2
Perbaikan Mesin
Perbaikan mesin di PT. Binausaha Cipta Mandiri dilakukan jika terjadi kerusakan
pada mesin dan harus diganti suku cadangnya oleh yang baru. Perbaikan mesin
di perusahaan ini meliputi :
1. Perbaikan Setelah Kerusakan (Corrective Maintenance)
Kegiatan ini meliputi perbaikan dan pengantian bagian yang rusak pada mesin,
apabila terjadi kerusakan.
2. Pembongkaran Mesin (Overhaul)
Kegiatan dimana seluruh bagian mesin dibuka, dibersihkan, dan bagian yang
rusak diperbaiki atau diganti, diberi pelumas dan diatur kembali untuk
mengembalikan kondisi mesin dalam keadaan normal.
3.4
Pengendalian Mutu
57
3.4.1
yaitu
benang kapas yang digunakan sebagai benang lusi, PT. Binausaha Cipta Prima
mendirikan bidang pemintalan (spinning) 1 dengan bahan baku rayon-kapas dan
pemintalan (spinning) 2 dengan bahan baku kapas. Sedangkan benang pakan
dibeli dari perusahaan lain di dalam negeri. Benang pakan yang digunakan adalah
polyester, spandex, campuran polyester-spandex, campuran kapas-polyester dan
kapas-spandex.
Pengendalian mutu untuk benang dilakukan pengujian di laboratorium pengujian
benang yang berfungsi untuk menguji karakteristik benang hasil proses
pemintalan sebelum dikirim ke Bagian Pertenunan. Mesin yang ada di
laboraturium Bagian Pemintalan PT Binausaha Cipta Prima, yaitu: mesin kekuatan
tarik benang (Asano), Mesin Reeling, Lea Tester dan Neraca Analitik.
3.4.2
Proses
58
Setiap proses selalu disertai dengan kartu proses produksi agar tidak
terjadi kesalahan proses.
Setiap kepala shift yang menangani proses produksi wajib mengisi dan
menyerahkan laporan kerja harian kepada kepala bagian.
Bila operator atau pengawas mesin tidak dapat mengatasi masalah maka
harus segera melaporkannya ke atasan menurut jenjang jabatannya.
3. Setelah Produksi
Setelah semua proses dilewati, sebelum diserahkan kepada pemesan,
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap cacat produk pada seluruh
bagian kain dan pengelompokan kain berdasarkan point cacat. Tindak lanjut
dari pemeriksaan ini dibedakan menjadi 2, diantaranya:
-
Bila cacat tersebut disebabkan oleh bagian mesin yang rusak atau bagian
operator yang kurang baik, maka bagian pemeriksaan akan melapor ke
bagian produksi dan bagian perawatan mesin.
Pada proses ini dilakukan analisa data terhadap kartu produksi dan
laporan-laporan. Hasil evaluasi dan surat harian kerja yang berupa kartu
proses dan resep produksi yang sudah dipakai dijadikan arsip.
3.4.3
Produk
59
akhir. Dari hasil pemeriksaan kain tersebut akan diperoleh grade serta menjaga
mutu kain yang akan dikemas dan dikirim kepada pembeli (konsumen). Dari
pemeriksaan tersebut terdapat beberapa cacat yang disebabkan oleh bahan baku,
pertenunan dan pencelupan.
Jenis-jenis cacat yang diperiksa meliputi:
1. Cacat benang, misalnya: pakan besar atau kecil tidak teratur, lusi besar atau
kecil dan sebagainya.
2. Cacat karena persiapan, misalnya: noda kanji, kanji kasar, pakan kendor,
kanji lengket, lusi kendor, lusi belang, dan sebagainya.
3. Cacat karena pertenunan, misalnya: lusi kurang, lusi putus, pakan rapat,
pakan kosong, pakan carang, pakan double, stopmark, ring tample, salah
masuk sisir, dan sebagainya.
4. Cacat karena penyempurnaan, misalnya: belang bekas air, bekas lipatan,
kain keriput, masih terdapat bulu pada kain.
Nilai (Point)
03
46
79
Lebih dari 9
Aturan tambahan:
Point 4 hanya boleh 4 kali dalam 120 yard kain denim arah lusi dan arah pakan,
jika lebih dari 4 kali maka kain denim tersebut termasuk grade B.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, kain dikelompokkan berdasarkan grade atau
golongan. Penentuan golongan kain ini berdasarkan jumlah cacat yang ada.
Setelah nilai cacat yang ada dijumlahkan (untuk setiap panjang 120 yard)
berdasarkan rumus:
60
Tolat (Point)
Grade =
Nilai (point)/yard
Arti
0 0,4
Amat baik
0,41 0,61
Baik
0,62 0,8
Cukup
BS
61
3. Counter
4. Meja inspeksi
5. Lampu neon
6. Motor penggerak
7. Pelipat kain
8. Kain yang telah diperiksa
62
BAB VI DISKUSI
63
Jumlah mesin tenun rapier yang ada di departemen weaving I PT Bina Usaha
Cipta Prima GTX ada 53 (lima puluh tiga)
Jadwal perawatan dan pelaksanaan mesin rapier dapat dilihat pada tabel
berikut:
Pelumas/spare
part
Panduan
Pelaksanaan
1.
Hamess transmition
Oil
3 minggu sekali
Sesuai panduan
2.
3.
Back rest
Filling cutter
Grease
Oil
3 minggu sekali
3 minggu sekali
Sesuai panduan
Sesuai panduan
4.
Leno Device
Stemplet
3 minggu sekali
Sesuai panduan
5.
6.
Gear Beam
Harness Guiede
Stemplet
Oil
3 minggu sekali
3 minggu sekali
Tidak tentu
Sesuai Panduan
7.
Take Up motion
Oil
Tidak tentul
8.
9.
As Harness Drive
Bush Presurre Roll &
Pinion sand Roll
Stemplet
Stemplet
Tidak tentu
Tidak tentu
10.
Bearing Beam
Oil
5 Bulan sekali
Tidak tentu
11.
Grease
5 Bulan sekali
Tidak tentu
12.
Grease
5 Bulan sekali
Tidak Tentu
13.
Dobby
Oil
5 Tahun sekali
Tidak tentu
14.
Lain - lain
Spare part
Tidak tentu
64
3. Pengamatan data kerusakan pada rapier dapat dilihat pada Laporan data
produksi yang di susun pada tabel berikut:
no
Tanggal
No mesin
Jenis
rapier
23 Oktober 2016
13,7,46,21,39,5
24,28
4.3
kerusakan
24 Oktober 2016
29,9,46,13
25 Oktober 2016
34,21
26 Oktober 2016
50.26
-Griffer patah
-Rapier keluar jalur
27 Oktober 2016
32.36
-Rampung
28 Oktober 2016
5, 22, 24
-Rampung
29 Oktober 2016
7,46,22,35
Pembahasan
pembersihan
secara
menyeluruh
65
yang
meliputi
pembersihan,
Manusia
Teknisi harus mengetahui cara merawat dan membersihkan mesin dengan baik.
Selain itu juga, manusia harus memiliki rasa tanggung jawab dan kedisiplinan yang
tinggi sehingga dapat mematuhi setiap peraturan yang ada. Sebagai contohnya
yaitu ketika ada panduan jadwal perawatan dan pembersihan pada mesin oleh
perusahaan maka seharusnya
Metode
Perlu adanya pengawasan yang dilakukan oleh kepala bagian produksi atau
kepala bagian perawtan untuk dapat mengkontrol kegiatan perawatan atau
perbaikan yang berlangsung. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan frekuensi
tertentu dan secara rutin. Akan lebih baik lagi jika kegiatan pencegahan dan
perawatan
rapier
dibuat
panduan
pelaksanaan
jadwal
perawatan
dan
Peralatan
66
BAB IV PENUTUP
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
67
68