Vol - IX No.02 II Puslit Januari 2017
Vol - IX No.02 II Puslit Januari 2017
Abstrak
Kasus kekerasan seksual terhadap anak bahkan disertai dengan pembunuhan sampai
saat ini masih kerap terjadi. Pemerintah sendiri telah mengupayakan berbagai
cara guna memberikan perlindungan terhadap anak-anak dari kekerasaan seksual.
Keberadaan undang-undang yang ada, telah cukup memadai untuk menjamin adanya
perlindungan hukum bagi anak-anak dari kekerasan seksual, antara lain dengan
memuat ancaman yang berat bagi pelaku. Namun demikian ancaman pidana yang
diperberat tidak akan cukup menekan angka kasus kekerasan seksual karena tanpa
penegakan hukum terhadap aturan-aturan yang ada maka ancaman pidana itu sendiri
tidak akan efektif. Penegakan hukum dipengaruhi tidak hanya oleh UU itu sendiri,
melainkan juga dari faktor aparat penegak hukumnya, sarana dan prasarana, dan
masyarakat yang mendukung dalam pencegahan kejahatan kekerasan seksual terhadap
anak.
Pendahuluan
*) Peneliti Madya Hukum Pidana pada Bidang Hukum, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: lidyadhi@yahoo.com dan lidya.widayati@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.puslit.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-1-
Dalam
perkembangannya,
terkait
dengan banyaknya kasus kekerasan seksual
terhadap anak dibentuklah UU No. 23 Tahun
2002 sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak (UU Perlindungan Anak). Pembentukan
UU ini bertujuan untuk melindungi anakanak dari kekerasan yang dialaminya baik
fisik, psikis maupun kekerasan seksual.
Dalam UU Perlindungan Anak, ancaman
pidana terhadap pelaku kekerasan seksual
terhadap anak lebih berat jika dibandingkan
dengan ancaman pidana dalam KUHP, yaitu
pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp300.000.000,- (tiga
ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp
60.000.000,- (enam puluh juta rupiah).
Selanjutnya UU Perlindungan Anak
diubah untuk kedua kalinya melalui
pembentukan Perpu No. 1 Tahun 2016.
Secara umum, Perpu ini mengatur
pemberatan sanksi pidana bagi pelaku,
yakni penambahan ancaman pidana menjadi
paling lama 20 tahun, pidana seumur hidup,
dan hukuman mati. Salah satu perubahan
yang sangat menonjol dalam Perpu ini
adalah adanya sanksi tambahan berupa
pengumuman identitas pelaku, serta dapat
dikenakan tindakan berupa pemasangan alat
deteksi elektronik dan kebiri kimia disertai
dengan rehabilitasi bagi pelaku. Mengenai
rehabilitasi, Perpu menyebutkan akan diatur
lebih lanjut dalam peraturan menteri.
Ancaman
pidana
bagi
pelaku
kekerasan seksual dalam lingkup rumah
tangga juga diatur dalam UU No. 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga. Salah satu ketentuan
pidana dalam UU ini menyebutkan bahwa
setiap orang yang melakukan perbuatan
kekerasan seksual dipidana dengan pidana
penjara paling lama 12 (dua belas) tahun
atau denda paling banyak Rp 36.000.000,(tiga puluh enam juta rupiah).
Adanya kekhawatiran terhadap angka
kekerasan seksual terhadap anak merupakan
faktor yang mendorong lahirnya kebijakan
hukum pidana dengan memperberat sanksi
pidana dalam menanggulangi kasus tersebut.
Dengan
memperberat
sanksi
pidana,
diharapkan dapat menimbulkan efek jera bagi
pelaku. Namun demikian, pada prinsipnya
hukum pidana seharusnya digunakan
Referensi
Barda Nawawi Arief. (2009). Tujuan dan
Pedoman
Pemidanaan.
Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Dorong Kesadaran Perlindungan Anak,
Kompas, 17 Januari 2017.
Hukuman Berat Tak Cukup, Republika, 17
Januari 2017.
Isu Perempuan dan Anak Diabaikan,
Kelompok Dengan Pengaruh Politik Kuat
Lebih Diutamakan, Kompas, 16 Januari
2017.
Kekerasan Seksual Marak, Republika, 16
Januari 2017.
Komnas PA: 2015, Kekerasan Anak Tertinggi
Selama 5 Tahun Terakhir, http://news.
liputan6.com/read/2396014/komnas-pa2015-kekerasan-anak-tertinggi-selama-5tahun-terakhir, diakses 24 Januari 2017.
Michael J. Allen. (1999). Criminal Law.
Edisi Kelima, London: Blackstone Press
Limited.
Soerjono Soekanto. (2008). Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Penegakan
Hukum. Jakarta: Rajawali Pers.
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
UU No. 17 Tahun 2016 tentang Penetapan
Perpu No. 1 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua Atas UU No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Menjadi Undang-Undang.
Penutup
Perlindungan hukum pidana terhadap
anak dari kekerasan seksual telah diatur
dalam beberapa undang-undang, antara lain
dalam KUHP, UU tentang Perlindungan
Anak, UU tentang Sistem Peradilan Anak,
dan UU tentang Perlindungan Kekerasan
Rumah Tangga. Meskipun keberadaan UU
ini telah cukup memadai untuk menjamin
adanya perlindungan hukum bagi anakanak dari kekerasan seksual namun tanpa
penegakan hukum terhadap aturan-aturan
dalam UU tersebut maka ancaman pidana
itu sendiri tidak akan efektif.
Selain itu, penegakan hukum itu
sendiri dipengaruhi tidak hanya oleh
undang-undangnya, melainkan juga dari
faktor aparat penegak hukum, sarana dan
prasarana, dan masyarakat yang mendukung
dalam pencegahan kejahatan tersebut. Oleh
karena itu, masih terjadinya kekerasan
seksual terhadap anak memerlukan kajian
atau penelitian lebih jauh di lapangan terkait
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum pidana.
-4-
Majalah
HUBUNGAN INTERNASIONAL
Abstrak
Tulisan ini ingin menganalisa mengenai peningkatan kerja sama bilateral IndonesiaJepang. Jepang merupakan salah satu mitra dagang dan investor terbesar Indonesia.
Selain di sektor ekonomi, perdagangan dan investasi, Indonesia juga membutuhkan
Jepang dalam kerja sama infrastruktur. Sementara Jepang membutuhkan Indonesia
dalam peningkatan kerja sama pertahanan-keamanan. Sebagai salah satu negara yang
paling berpengaruh di ASEAN, Jepang membutuhkan Indonesia untuk mengajak China
berdialog dan patuh pada Konvensi Hukum Laut PBB terkait situasi Laut China Selatan.
Selain itu, Jepang juga membutuhkan Indonesia untuk mengajak Korea Utara agar
mau menjaga stabilitas keamanan di Semenanjung Korea. Jadi, kerja sama bilateral
kedua negara dilandaskan pada asas saling membutuhkan. Kendati demikian, Indonesia
harus dapat meningkatkan level kerja sama bilateral kedua negara ini agar dapat lebih
menguntungkan bagi Indonesia di kemudian hari.
Pendahuluan
Kerja sama bilateral Jepang dan
Indonesia telah terjalin sejak tahun 1958. Sejak
saat itu, kerja sama di antara kedua negara
telah menghasilkan beberapa kesepakatan,
seperti The Strategic Economic Partnership
Agreement pada tahun 2006 dan IndonesiaJapan Economic Partnership Agreement
pada tahun 2007, serta yang terbaru adalah
pembentukan Indonesia-Japan Maritime
Forum pada tahun 2016.
Kerja sama kedua negara yang telah
berjalan baik tersebut juga ditandai dengan
adanya kunjungan Perdana Menteri (PM)
*) Peneliti Muda Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Penelitian,
Badan Keahlian DPR RI. Email: lisbet.sihombing@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.puslit.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-5-
Kepentingan Indonesia
Di sektor perdagangan, Jepang adalah
mitra dagang strategis terbesar kedua bagi
Indonesia. Nilai kerja sama Indonesia dan
Jepang pada tahun 2016 telah mencapai 31
miliar dolar AS. Adapun produk Indonesia
yang diekspor ke Jepang di antaranya adalah
mesin dan perlengkapan, bahan bakar, bahan
makanan, bahan-bahan kimia, tekstil, dan
bahan mentah, sedangkan beberapa produk
yang diimpor Indonesia dari Jepang antara
lain: kendaraan bermotor, perlengkapan
transportasi,
semi
konduktor,
produk
elektronik, dan bahan-bahan kimia.
Pada sektor perdagangan, Indonesia
membutuhkan Jepang terutama dalam
membangun Industri Kecil Menengah yang
terdapat di Indonesia. Pada tahun 2017, kerja
sama perdagangan kedua negara akan fokus
pada pelaksanaan bilateral value change
antara Industri Kecil Menengah (IKM) Jepang
dan Indonesia melalui The Japan External
Trade Organization (JETRO); pengembangan
program E-Smart IKM; serta peningkatan
kualitas IKM yang beroperasi di Ceper, Klaten
dan Tegal, Jawa Tengah. Melalui programprogram ini diharapkan IKM di Jawa Tengah
dapat lebih berdaya saing dan memiliki akses
pasar yang luas melalui Japan International
Cooperation Agency (JICA). Selain itu, kerja
sama perdagangan kedua negara juga akan
difokuskan untuk peningkatan daya saing
produk logam yang berasal dari IKM Ceper,
seperti pada pemenuhan standar produk
logam melalui sertifikasi SNI dan pelaksanaan
bimbingan teknis dalam pembuatan blokrem
komposit.
Sedangkan di sektor investasi, pada
tahun 2016, nilai realisasi investasi Jepang
di Indonesia mencapai 4,5 miliar dolar AS.
Nilai investasi ini mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya, terlebih lagi di
tengah kelesuan ekonomi dunia saat ini.
Kendati demikian, pada tahun 2015, Jepang
memberikan kontribusi investasi paling tinggi
melalui industri otomotif yaitu sebesar 1,18
miliar dolar AS, lalu di sektor industri dan
-6-
Kepentingan Jepang
Di sektor pertahanan dan keamanan,
kerja sama military-military kedua negara
sudah dimulai dengan program peningkatan
kualitas sumber daya manusia, peningkatan
sistem lalu lintas kapal dan penyediaan kapal
patroli dari Jepang. Meski demikian, kedua
negara menyadari bahwa kerja sama tersebut
perlu ditingkatkan pada level yang tinggi lagi.
Oleh karena itu, pada tanggal 1 November
2011, diselenggarakan First Political-Military
dan Fourth Military-Military Talk pada
level Direktur Jenderal dari Kementerian
Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan.
Pertemuan ini merupakan perintis terhadap
pertemuan rutin 2 + 2 (Political-Military
Talks) pada level Menteri kedua negara yang
dilaksanakan pada tanggal 17 Desember
2015, yang merupakan pertemuan pertama
antar Menteri Luar Negeri dan Menteri
Pertahanan dari kedua negara (First JapanIndonesia Foreign and Defense Meeting).
Pada pertemuan ini, para menteri dari kedua
negara membahas semua isu yang terkait
dengan sektor pertahanan dan keamanan
maupun sektor maritim seperti isu Laut China
Selatan dan Semenanjung Korea.
Bagi Indonesia dan Jepang, Laut China
Selatan merupakan jalur yang sangat penting
bagi kedua negara untuk melakukan aktivitas
ekonomi dunia dan kelangsungan hidup. Oleh
karena itu, Indonesia dan Jepang sama-sama
memiliki kepentingan terhadap perdamaian
dan stabilitas keamanan di Laut China Selatan.
Dalam menangani situasi ini, kedua negara juga
menekankan pentingnya prinsip penegakan
hukum, tidak menggunakan paksaan atau
kekuatan; penyelesaian sengketa secara
damai; dan menjunjung tinggi kebebasan
dalam bernavigasi dan penerbangan, serta
perdagangan tanpa hambatan yang dilakukan
dengan prinsip penghormatan kepada hukum
internasional termasuk Konvensi Hukum Laut
PBB (United Nations Convention on the Law of
the Sea/UNCLOS) tahun 1982.
Jepang
berkepentingan
terhadap
situasi di Laut China Selatan karena Jepang
khawatir terhadap sikap China yang semakin
agresif. Beberapa waktu lalu, China telah
melaksanakan pembangunan sistem anti
-7-
bkpm.go.id/publication/detail/indonesiajepang-terus-pacu-peningkatanperdagangan-dan-investasi, diakses 23
Januari 2017.
Joint Statement First Japan-Indonesia
Foreign Defense Ministerial Meeting, 17
Desember 2015, http://www.mod.go.jp/j/
press/youjin/2015/12/17_js_e.pdf, diakses
23 Januari 2017.
Kunjungan PM Jepang Shinzo Abe; RIJepang Sepakati 22 Poin Kerja Sama,
Suara Pembaruan, 16 Januari 2017.
Mitra Utama Indonesia; Kerja Sama Ekonomi
RI-Jepang Dipererat, Suara Pembaruan,
16 Januari 2017.
Pernyataan Pemerintah Indonesia Mengenai
Uji Coba Nuklir oleh Pemerintah Republik
Demokratik Rakyat Korea, http://www.
kemlu.go.id/id/berita/Pages/pernyataanindonesia-uji-coba-nuklir-korea-utara.
aspx, diakses 23 Januari 2017.
PM Jepang Merasakan Kehangatan dan
Ketulusan Indonesia, http://nasional.
kompas.com/read/2017/01/16/07543511/
pm.jepang.merasakan.kehangatan.dan.
ketulusan.indonesia, diakses 17 januari
2017.
Sella Panduarsa Gareta, Indonesia Fokus
bangun Empat Kerja Sama Teknik dengan
Jepang,
http://www.antaranews.com/
berita/607419/indonesia-fokus-bangunempat-kerja-sama-teknik-dengan-jepang,
diakses 17 Januari 2017.
Sella
Panduarsa
Gareta,
Kemenperin
Dorong Jepang Perkuat Rantai Pasok di
Indonesia, http://www.antaranews.com/
berita/607071/kemenperin-dorong-jepangperkuat-rantai-pasok-di-indonesia, diakses
17 Januari 2017.
Tegakkan Solusi Damai di LTS, Kompas, 16
Januari 2017.
Yuni Arisandy, Kunjungan PM Jepang ke
Indonesia Fokus Ekonomi, http://
www.antaranews.com/berita/606345/
kunjungan-pm-jepang-ke-indonesia-fokusekonomi?utm_source=related_news&utm_
medium=related&utm_campaign=news,
diakses 17 januari 2017.
Penutup
Adanya peningkatan kerja sama bilateral
antara Indonesia dan Jepang dilandaskan
pada asas saling membutuhkan. Jepang
membutuhkan dukungan Indonesia di
sektor pertahanan dan keamanan terutama
dalam menghadapi situasi yang terjadi di
Laut China Selatan dan Semenanjung Korea.
Sementara Indonesia membutuhkan Jepang
dalam banyak sektor, seperti ekonomi,
perdagangan, investasi, infrastruktur, serta
maritim. Padahal, jika dilihat dari nilai
produknya, produk yang diimpor Indonesia
dari Jepang merupakan produk-produk yang
bernilai tinggi/mahal, sedangkan produkproduk Indonesia yang diekspor ke Jepang
masih bernilai rendah karena berupa bahan
mentah dan bahan makanan. Oleh karena itu
ke depan, Indonesia perlu berusaha agar kerja
sama kedua negara di sektor perdagangan bisa
lebih menguntungkan Indonesia.
Selama ini kerja sama bilateral kedua
negara memang lebih banyak dilakukan aktor
pemerintah dan sektor swasta, dan dengan
semakin meningkatnya kerja sama bilateral
kedua negara, parlemen (melalui aktivitas
diplomasi parlemen) perlu turut memperkuat
kerja sama bilateral ini. DPR RI melalui GKSB
DPR RI-Parlemen Jepang dapat menjadi
bagian dalam upaya peningkatan kerja sama
bilateral Indonesia-Jepang tersebut.
Referensi
Filipina Protes Tiongkok atas Pembangunan di
LCS, Suara Pembaruan, 17 Januari 2016.
Indonesia dan Jepang Terus Kembangkan
Kerja Sama Ekonomi, http://presidenri.
go.id/kabar-presiden/kegiatankepresidenan/indonesia-dan-jepang-teruskembangkan-kerjasama-ekonomi.html,
diakses 17 Januari 2017.
Indonesia-Jepang Terus Pacu Peningkatan
Perdagangan dan Investasi, http://www.
-8-
Majalah
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Abstrak
Pengelolaan air limbah domestik, yang merupakan salah satu komponen bidang
sanitasi, masih kurang mendapatkan perhatian dan sangat mengandalkan sistem
pengelolaan setempat. Salah satu penyebab rendahnya pembangunan subbidang
air limbah adalah pengaturan yang minim, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Oleh karena itu, dalam rangka mencapai target 100% akses sanitasi layak pada 2019
mendatang perlu didorong pembentukan undang-undang yang khusus mengatur
tentang pengelolaan air limbah domestik sebagai dasar hukum untuk membentuk
peraturan perundang-undangan turunan yang lebih teknis guna mewujudkan
pengelolaan air limbah domestik yang terarah, terukur, dan berkesinambungan.
Pendahuluan
Ibu Kota Jakarta setiap harinya
menghasilkan air limbah domestik sebanyak
2 juta meter kubik, namun, yang terolah
hanya sekitar 35 ribu meter kubik saja.
Keterbatasan lahan untuk membangun
instalasi pengolahan adalah kendala utama
yang dihadapi. Fakta yang terjadi di Jakarta
tersebut merupakan gambaran masa depan
pengelolaan air limbah bagi kota-kota besar
lainnya di Indonesia. Terlebih, menurut
prediksi Bank Dunia, pada tahun 2025
mendatang sekitar 68% penduduk Indonesia
akan tinggal di kota. Jika tidak dilakukan
perubahan mendasar dalam pengelolaan
air limbah domestik, niscaya kota-kota di
Indonesia tidak akan mampu menyediakan
lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi
*) Peneliti Muda Kebijakan Lingkungan pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: teddy@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.puslit.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-9-
Perkembangan Pembangunan
Subbidang Air Limbah Domestik
Menurut WHO dan Unicef pada
publikasinya di tahun 2010, Indonesia
adalah negara yang belum memperlihatkan
perbaikan signifikan dalam bidang sanitasi.
Meskipun demikian, upaya sinergitas
antara program pembangunan danTujuan
Pembangunan Milenium (TPM/MDG's)
telah berhasil meningkatkan akses terhadap
fasilitas air limbah yang layak dari 24,81%
pada tahun 1993 menjadi 62,14% pada tahun
2015. Walaupun capaian bidang air limbah
domestik tersebut sebenarnya masih berada
di bawah target MDGs yang telah berakhir
periode pelaksanaannya pada 2015 yang lalu.
Melalui program lanjutannya, yaitu
Sustainable Development Goals (SDGs/
TPB), para pemimpin dunia dalam Sidang
Umum PBB ke-70 kembali menargetkan
pencapaian
subbidang
air
limbah
domestik dalam tujuan ke-6 dari 17 tujuan
pembangunan berkelanjutan yang disepakati
dengan subtujuan, antara lain: mencapai
akses terhadap sanitasi yang layak dan
adil untuk semua serta mengakhiri buang
air di tempat terbuka pada tahun 2030
mendatang. Target SDGs ini, seperti halnya
program MDGs sebelumnya, tentunya
akan menjadi acuan bagi pemerintah untuk
mengembangkan sistem pengelolaan air
limbah domestik di Indonesia.
Namun lebih cepat dari itu, arah
kebijakan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
telah mengamanatkan bahwa pada tahun
2019 Indonesia bisa mencapai 100% akses
sanitasi layak melalui target akses universal
(universal access). Artinya, sampai akhir
tahun 2019 setiap masyarakat Indonesia
- 10 -
Penutup
Indonesia saat ini tengah giat
melakukan percepatan pembangunan bidang
sanitasi, termasuk subbidang air limbah
domestik, guna memperbaiki reputasi
Indonesia yang buruk di mata dunia dalam
bidang tersebut. Diperlukan payung hukum,
baik pada tingkat pusat maupun daerah,
yang khusus mengatur tentang pengelolaan
air limbah domestik. Pengaturan diperlukan
untuk
menjamin
upaya
percepatan
pembangunan subbidang air limbah domestik
yang meliputi aspek teknik operasional,
kelembagaan, pembiayaan, peraturan, dan
peran serta masyarakat.
DPR RI sebenarnya telah menaruh
perhatian pada bidang ini. Rancangan
Undang-Undang tentang Sanitasi, yang
diusulkan
Pemerintah,
sudah
masuk
dalam Daftar Perubahan Program Legislasi
Nasional 2015-2019. DPR RI perlu
mendorong agar RUU tentang Sanitasi
tersebut dapat dibahas dalam waktu dekat
karena memiliki tingkat kepentingan yang
mendesak.
Referensi
"10 Negara dengan Sanitasi Terburuk di
Dunia, Indonesia Peringkat 2", https://
health.detik.com/read/2013/03/25/
090253/2202429/763/10-negara-dengansanitasi-terburuk-di-dunia-indonesiaperingkat-2, diakses 16 Januari 2017.
"52 Persen Penduduk Tinggal di Kota,
Urbanisasi Mendesak Dikendalikan",
http://properti.kompas.com/
read/2016/11/07/190000621/52.persen.
penduduk.tinggal.di.kota.urbanisasi.
mendesak.dikendalikan,
diakses
22
Januari 2017.
- 12 -
Majalah
Abstrak
Pengelolaan tambang dan mineral hingga saat ini masih belum optimal. Beberapa komoditi
tambang diekspor tanpa pengolahan dan peningkatan nilai tambah maksimal. Pada tanggal
11 Januari 2017, Pemerintah kembali mengeluarkan aturan mengenai relaksasi ekspor
mineral mentah. Dalam jangka panjang, dikeluarkannya aturan ini berpotensi meningkatkan
penerimaan negara, kinerja ekspor dan menjamin perusahaan tambang dan mineral segera
membangun smelter dalam jangka waktu lima tahun ke depan. Namun perlu diperhatikan
dalam jangka pendek, relaksasi ekspor ini menyebabkan harga mineral jatuh, selain itu
industri smelter yang telah dibangun dapat terancam ditutup. DPR RI harus mengawal
implementasi aturan ini agar ke depan smelter dapat terbangun dan DPR RI harus segera
merevisi UU Minerba agar terdapat kepastian dalam pengelolaan tambang di kemudian hari.
Pendahuluan
Industri
pertambangan
mineral
di Indonesia merupakan hal vital karena
menguasai hajat hidup banyak orang. Selama
ini pemerintah menghadapi tantangan yang
sangat besar untuk bisa membuat kebijakan
yang selaras dengan amanat UUD 1945 Pasal 33
ayat 3 tentang bumi, air, dan seluruh kekayaan
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pemerintah
seharusnya mengambil peran sentral dalam
pengelolaan usaha pertambangan mineral
dengan menghadirkan kebijakan-kebijakan
prorakyat yang sesuai dengan program
Nawacita dan Trisakti demi terwujudnya
kedaulatan dan kemandirian bangsa Indonesia.
Hanya
saja,
hambatan
dalam
implementasi hilirisasi mineral sering
muncul. Misalnya, belum adanya keinginan
para pelaku usaha pertambangan untuk
membangun fasilitas pemurnian (smelter).
Pemanfaatan teknologi dalam mengelola
bahan tambang dan mineral masih sangat
minim, beberapa produk tambang di ekspor
dalam bentuk bijih, seperti nikel, bauksit dan
dalam bentuk konsentrat untuk tembaga.
Pemerintah terus berupaya untuk mendorong
pelaku usaha agar melakukan terobosan
guna meningkatkan nilai tambah tambang
dan mineral sehingga dapat bersaing dalam
perdagangan tambang dan mineral dunia dan
lebih berkontribusi dalam mensejahterakan
*) Peneliti Muda Ekonomi Terapan pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
E-mail: lisnawati.dpr@gmail.com
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.puslit.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 13 -
Permasalahan
yang
dikeluhkan
perusahaan dalam pembangunan smelter
adalah birokrasi dan tata ruang selain dari
mahalnya investasi pembangunan smelter.
Pertama,
birokrasi
dan
regulasi
di Indonesia sering menghambat proses
penghiliran. Perizinan yang rumit, pembebasan
lahan, hingga tumpang tindih peraturan
menjadi penghalang utama.
Kedua, tata ruang. Investasi sering
terkendala ketidakjelasan tata ruang. Masih
ada tumpang tindih antara peta kehutanan,
peta pertambangan, dan rencana tata ruang
wilayah.
Ketiga,
ketersediaan
infrastruktur.
Smelter
membutuhkan
infrastruktur
penunjang seperti listrik untuk menjalankan
pabrik, jalan untuk mengangkut bahan
mentah dan hasil olahan, dan pelabuhan
untuk mendistribusikan hasil produksi
smelter. Kebutuhan infrastruktur tersebut
gagal disediakan pemerintah. Masih banyak
jalan rusak, pelabuhan yang tidak efisien, dan
sulitnya mendapatkan akses listrik.
Infrastruktur listrik di daerah yang
memiliki potensi tambang sering memiliki
rasio elektrifikasi rendah, seperti Sumatera
Selatan sebesar 72,71%, Kalimantan Tengah
67%, Kalimantan Selatan 75%, dan Papua
29,25%. Smelter biasanya akan dibangun
dekat dengan sumber tambang agar dapat
menekan biaya transportasi. Dengan tingkat
elektrifikasi rendah, investor akan berpikir dua
kali sebelum membangun industri smelter.
Permasalahan yang dialami oleh
para pelaku usaha harus segera diatasi oleh
Pemerintah. Birokrasi harus segera dipercepat,
tata ruang diperjelas serta infrastruktur harus
disediakan agar pembangunan smelter dapat
segera terealisasi dan dengan diterbitkannya
PP No. 1 Tahun 2017 maka diharapkan para
pemegang KK seperti PT Freeport Indonesia,
PT Amman Mineral Nusa Tenggara, dan
sebagainya dapat segera merubah status KK
menjadi IUPK sehingga kepastian fasilitas
pemurnian mineral dapat dibangun dalam
jangka waktu lima tahun ke depan.
pembangunan
smelter
dan
tahapan
divestasi yang akan dilakukan sehingga ke
depan kedaulatan negara atas energi dapat
terlaksana.
Selain itu terkait dengan fungsi
pengawasan, Pemerintah bersama DPR
RI perlu segera merevisi UU Minerba.
Penghiliran sektor tambang dan mineral
merupakan proyek besar bangsa Indonesia
sehingga tata kelola dunia pertambangan dan
mineral di Indonesia dapat semakin efisien.
Referensi
A. Daud, Pemerintah Optimis Penerimaan
Naik Berkat Aturan Baru Minerba,
http://katadata.co.id/berita/2017/01/19/
pemerintah-optimis-penerimaan-negaranaik-dari-aturan-baru-minerba, diakses
19 Januari 2017.
F. Abdurachman, Maju Mundur Smelter
Freeport ..., http://bisniskeuangan.kompas.
com/read/2016/09/14/225326026/maju.
mundur.smelter.freeport.?page=all, diakses
19 Januari 2017.
Far, OJK Klaim Regulasi Minerba Dongkrak
Ekspor,
http://www.jpnn.com/news/
ojk-klaim-regulasi-minerba-dongkrakekspor, diakses 18 Januari 2017.
Lima Tahun Untuk Bangun Smelter dengan
Pengawasan per Enam Bulan, http://
esdm.go.id/index.php/post/view/LimaTahun-Untuk-Bangun-Smelter-denganPengawasan-per-Enam-Bulan/, diakses
19 Januari 2017.
M. Ardhian, BPS Prediksi Aturan Baru
Pertambangan Bisa Genjot Ekspor,
http://katadata.co.id/berita/2017/01/16/
bps-aturan-relaksasi-mineral-bisagenjot-kinerja-ekspor-indonesia, diakses
17 Januari 2017.
S.
Hidayatullah,
Bom
Waktu
UU
Minerba,
http://tekno.kompas.com/
read/2013/03/11/02234018/bom.waktu.
uu.minerba, diakses 18 Januari 2017.
Penutup
Kebijakan yang baru saja dikeluarkan
Pemerintah diibaratkan pedang bermata
dua. Dibukanya ekspor akan berpotensi
meningkatkan
penerimaan
negara,
meningkatkan
kinerja
ekspor
dan
pembangunan smelter, namun di sisi lain
akan mempengaruhi harga komoditas
karena pasokan melimpah dan mengancam
perusahaan yang telah membangun smelter.
Keputusan relaksasi yang dibuat
Pemerintah ini tentu dibuat dengan tujuan
menghadirkan negara dalam mengendalikan
sektor tambang dan mineral sehingga
dapat digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Fungsi pengawasan
DPR RI menjadi hal yang penting dilakukan
untuk mengawal implementasi PP minerba
ini. Konsistensi Pemerintah perlu dijaga
terutama dalam implementasi pengawasan
- 16 -
Majalah
Abstrak
Debat publik yang difasilitasi oleh KPUD DKI Jakarta merupakan salah satu bagian dari
kampanye pilkada. Debat publik bertujuan agar pasangan calon dapat menyampaikan
pesan kampanyenya secara efektif kepada masyarakat. Debat publik juga bertujuan untuk
menginspirasi pemilih, serta mampu meningkatkan partisipasi pemilih, terutama bagi
masyarakat yang belum mantap dengan pilihan pasangan calonnya (undecided voters/swing
voters). Pada masyarakat Jakarta, swing voters yang merupakan pemilih rasional cenderung
akan dipengaruhi oleh visi, misi, maupun program kerja yang ditawarkan calon. Mereka lebih
menyukai pemaparan program kerja yang memberi solusi, realistis dan aplikatif sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, debat publik menjadi salah satu instrumen penting
dalam peningkatan partisipasi pemilih pada pelaksanaan pilkada.
Pendahuluan
Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPUD) DKI Jakarta telah menyelenggarakan
debat publik pertama terhadap 3 pasangan
calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur
DKI Jakarta, Agus Harimurti YudhoyonoSylviana Murni (Agus-Sylvi), Basuki Tjahaja
PurnamaDjarot Saiful Hidayat (AhokDjarot), dan Anies BaswedanSandiaga
Uno (Anis-Sandi). Debat pertama tersebut
dilaksanakan pada tanggal 13 Januari
2017, dan selanjutnya akan diadakan pada
tanggal 27 Januari 2017 dan 10 Februari
2017. Debat publik ini merupakan salah satu
strategi kampanye yang diperintahkan oleh
UU No. 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Kedua Atas UU No. 1 Tahun 2015 Tentang
*) Peneliti Muda Politik dan Pemerintahan Indonesia pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Penelitian,
Badan Keahlian DPR RI. Email: debora.sanur@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.puslit.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 17 -
Referensi
Penutup
Debat
publik
terhadap
paslon
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta
yang diselenggarakan KPU merupakan
salah satu strategi kampanye yang penting.
Debat publik ini penting karena perannya
dalam memastikan pemilih yang telah
mendukung salah satu paslon tidak
berpindah mendukung dan memilih paslon
lainnya. Melalui debat, para paslon dapat
menjelaskan programnya secara detail
kepada masyarakat sehingga akan efektif
untuk meraih suara swing voters.
Ada beberapa hal yang perlu menjadi
fokus para paslon dalam merebut suara
swing voters. Salah satunya adalah dengan
menampilkan gagasan dan program yang
aplikatif untuk menyelesaikan masalah
yang ada di Jakarta. Dalam hal ini, swing
voters perlu diyakinkan dengan cara paslon
memaparkan solusi secara teknis untuk
setiap permasalahan yang ada di Jakarta.
KPUD sebagai pihak penyelenggara debat
juga perlu meningkatkan kualitas debat,
agar debat semakin memancing minat
masyarakat.
Mengingat besarnya peran debat
publik sebagai bagian dari kampanye dalam
meningkatkan jumlah partisipasi pemilih,
Pemerintah dan DPR RI diharapkan dapat
memberikan perhatian khusus mengenai
kampanye di dalam pengaturan regulasi.
Dalam draft RUU Penyelenggaraan Pemilu,
sebagai revisi UU No. 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum, kampanye
dan debat publik perlu mendapat porsi yang
lebih besar dibandingkan dalam pengaturan
sebelumnya. Dukungan DPR RI terhadap
ketentuan ini sangat diharapkan.
- 20 -