ELECTRICAL BURN
Disusun oleh:
Syahreza M. Harahap 090100351
Khairul Ihsan Siregar 090100165
Melvitha Y.C. Siahaan 090100025
Nelly Rahayu 090100145
Indah Juliana Harahap 090100237
Amanda Sulistiani 090100032
Christella Caroline 090100127
Fina Fadilla 090100185
Suci Intan Fatrisia 090100065
Pembimbing:
dr. Eddy Sutrisno, Sp. BP-RE(K)
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Electrical burn. Penulisan makalah ini adalah salah
satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Ilmu Bedah Umum, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dokter
pembimbing, dr. Eddy Sutrisno, Sp.BP-RE(K) yang telah meluangkan waktunya
dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah presentasi ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Penulis
1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan........................................................................................... 1
BAB 2 Tinjauan Pustaka................................................................................... 3
2.1 Luka Bakar..................................................................................................... 3
2.1.1. Definisi ............................................................................................ 3
2.1.2. Etiologi............................................................................................. 3
2.1.3. Epidemiologi ................................................................................... 3
2.1.4. Patofisiologi...................................................................................... 4
2.1.5. Penilaian Luka Bakar....................................................................... 5
2.1.6. Gambaran Klinis............................................................................... 9
2.1.7. Diagnosa........................................................................................... 10
2.1.8. Penatalaksanaan................................................................................ 11
2.1.9. Komplikasi....................................................................................... 15
2.1.10. Prognosis........................................................................................ 16
2.2 Electrical burn................................................................................................ 16
2.2.1. Definisi ............................................................................................ 16
2.2.2. Etiologi............................................................................................. 14
2.2.3. Patofisiologi ..................................................................................... 17
2.2.4. Manifestasi klinis.............................................................................. 18
2.2.5. Penatalaksanaan................................................................................ 19
2.3 Compartement syndrome............................................................................... 20
BAB 3 Laporan Kasus....................................................................................... 21
BAB 4 Kesimpulan............................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 29
2
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit adalah pelindung atau barrier pada permukaan luar tubuh manusia
yang terpapar langsung dengan lingkungan luar tubuh. Apabila kulit mengalami
luka, maka jaringan internal yang dilindungi kulit dapat rusak akibat trauma,
radiasi ultraviolet, temperatur, toksin, maupun bakteri. Penyebab terjadinya luka
pada kulit bermacam-macam, salah satu penyebab yang sering ditemukan adalah
luka bakar.1,2
Luka bakar adalah kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh api, atau
oleh penyebab lain seperti oleh air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. Di
Amerika Serikat, lebih dari 2 juta orang mengalami luka bakar, dimana kira-kira
1,4 juta orang mengalami luka bakar setiap tahunnya dan diperkirakan sekitar
54.000-180.000 pasien luka bakar memerlukan perawatan di rumah sakit.
Penderita yang paling sering ditemukan adalah pada usia 20-29 tahun. Luka bakar
juga merupakan masalah besar di negara berkembang, seperti di India dimana
setiap tahunnya ditemukan lebih dari 2 juta kasus luka bakar. Di Indonesia sampai
saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar secara
keseluruhan. Data terakhir yang dikeluarkan unit luka bakar RSCM Januari 1998-
Mei 2001 menunjukkan bahwa 60% karena kecelakaan rumah tangga, 20%
karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain. Berdasarkan
data di RSUP DR Sardjito Yogyakarta, kasus luka bakar yang dirawat inap
mengalami peningkatan, dimana terdapat 76 kasus pada tahun 2005, dan
kemudian menjadi 82 kasus pada tahun 2006.2,3,4,5
Selain angka morbiditas yang tinggi, luka bakar juga memiliki angka
mortalitas yang tinggi. Di Amerika Serikat, sekitar 5% pasien luka bakar yang
dirawat inap meninggal. Berdasarkan data American Burn Association (ABA)
tahun 2002, dari 50.000 kasus luka bakar yang dirawat inap, 4.500 pasien
meninggal akibat komplikasi luka bakar. Angka mortalitas di negara berkembang
lebih tinggi di banding negara maju, seperti di Nepal tercatat 1700 kematian per
tahun untuk 20 juta penduduk, dengan angka kematian sekitar 17 kali dibanding
2
AS. Di Indonesia, angka mortalitas penderita luka bakar juga cukup tinggi, yaitu
38,59% (2001) di RSCM dan 26,41% (2000) di RS Dr. Soetomo.2,4
Berdasarkan hal tersebut di atas, pengetahuan mengenai luka bakar,
khususnya dalam menentukan derajat keparahan luka bakar dan tatalaksana yang
cepat dan tepat penting untuk diketahui oleh tenaga kesehatan. Prognosis pasien
luka bakar akan lebih baik apabila pasien menerima tatalaksana awal berupa
primary survey yang baik serta diikuti dengan tatalaksana luka lebih lanjut.6
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan jaringan kulit tubuh yang disebabkan oleh api
atau oleh penyebab lain seperti oleh air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi.
Kerusakan ini dapat menyertakan jaringan bawah kulit. Luka bakar juga dapat
menyebabkan koagulasi nekrosis pada kulit dan terpaparnya jaringan lapisan
dalam, juga mempunyai efek terhadap sistem organ lain.3
2.1.2. Etiologi
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga
pajanan suhu yang tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas, banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga.7
Bahan kimia, kontak dengan benda bersuhu panas, api, kilatan dari ledakan
materi eksplosif, gesekan dari benda ke kulit, radiasi dari matahari, radioterapi,
laser, radiasi panas dari pemanas ruangan atau perapian, cairan panas semacam air
panas atau minyak, sengatan listrik atau tersambar petir.3
2.1.3. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, lebih dari 2 juta orang mengalami luka bakar, dimana
kira-kira 1,4 juta orang mengalami luka bakar setiap tahunnya dan diperkirakan
sekitar 54.000-180.000 pasien luka bakar memerlukan perawatan di rumah sakit.
Penderita yang paling sering ditemukan adalah pada usia 20-29 tahun. Luka bakar
juga merupakan masalah besar di negara berkembang, seperti di India dimana
setiap tahunnya ditemukan lebih dari 2 juta kasus luka bakar. Di Indonesia sampai
saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar secara
keseluruhan. Data terakhir yang dikeluarkan unit luka bakar RSCM Januari 1998-
Mei 2001 menunjukkan bahwa 60% karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena
kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain. Berdasarkan data di
RSUP DR Sardjito Yogyakarta, kasus luka bakar yang dirawat inap mengalami
4
peningkatan, dimana terdapat 76 kasus pada tahun 2005, dan kemudian menjadi
82 kasus pada tahun 2006.2,3,4,5
Selain angka morbiditas yang tinggi, luka bakar juga memiliki angka
mortalitas yang tinggi. Di Amerika Serikat, sekitar 5% pasien luka bakar yang
dirawat inap meninggal. Berdasarkan data American Burn Association (ABA)
tahun 2002, dari 50.000 kasus luka bakar yang dirawat inap, 4.500 pasien
meninggal akibat komplikasi luka bakar. Angka mortalitas di negara berkembang
lebih tinggi di banding negara maju, seperti di Nepal tercatat 1700 kematian per
tahun untuk 20 juta penduduk, dengan angka kematian sekitar 17 kali dibanding
AS. Di Indonesia, angka mortalitas penderita luka bakar juga cukup tinggi, yaitu
38,59% (2001) di RSCM dan 26,41% (2000) di RS Dr. Soetomo.2,4
2.1.4. Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas kapiler menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang banyak
mengandung elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada
luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat
tiga. Bila luas luka bakar <20%, biasanya masih terjadi kompensasi tubuh, dan
>20% akan terjadi syok hipovolemik.7
Pada kebakaran di ruangan tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat
terjadi kerusakan mukoa jalan nafas karena gas, asap atau uap panas yang
terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan
nafas dengan gejala sesak nafas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna
gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun
lainnya. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak
mampu lagi mengikat oksigen.7
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi
mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke dalam pembuluh darah. Ini
ditandai dengan peningkatan dieresis.7
5
- Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam ditandai oleh lepuh
atau jaringan kering yang sangat tipis yang menutupi luka yang
kemudian terkelupas. Luka kemudian tidak nyeri.
- Luka bakar derajat ketiga ketebalan penuh tampak datar, tipis dan
kering. Dapat ditemukan koagulasi pembuluh darah. Kulit ttampak putih,
merah atau hitam dan kasar.
- Luka bakar listrik mungkin mirip dengan luka bakar panas atau mungkin
tampak sebagai daerah keperakan yang menjadi gelebung. Luka bakar
biasanya timbul di titik kontak listrik. Kerusakan internal akibat luka
bakar listrik mungkin jauh lebih parah daripada luka yang tampak di
bagian luar.8
2.1.7. Diagnosa
1. Anamnesis
Anamnesa riwayat trauma sangat penting dalam penanganan luka bakar.
Seaktu menyelamatkan diri dari tempat kebakaran, akan mungkin terjadi cedera
penyerta. Ledakan dapat melemparkan penderita, yang mengakibatkan
misalnya cedera otak, jantung, paru-paru, trauma abdomen dan fraktur. Catat
waktu terjadinya trauma. Luka bakar yang terjadi di ruangan tertutup harus
dicurigai terjadinya trauma inhalasi.11
Anamnesa dari penderita sendiri atau keluarga, hendaknya juga mencakup
riwayat singkat penyakit yang diderita sekarang, misalnya diabetes, hipertensi,
jatung, paru-paru dan atau ginjal serta obat-obatan yang sedang dipakai untuk
terapi. Pentiing juga diketahui riwayat alergi atau status imunisasi tetanus.10
2. Pemeriksaan Fisik
Untuk dapat merencanakan dan menangani penderita dengan baik, lakukan
hal berikut ini, yaitu tentukan luas dan dalamnya luka bakar, periksa apakah
ada cedera ikutan, dan timbang berat badan penderita.10
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
Ambil contoh darah untuk pemeriksaan darah lengkap, golongan darah dan
crossmatch, kadar kaboksihemoglobin, gula darah, elektrolit dan tes kehamilan
pada wanita usia subur. Darah arteri juga diambil untuk analisa gas darah.10
b. Radiologi
10
Pemeriksaan foto thoraks bisa dilakukan secara seri beberapa kali bila diperlukan
dan bila dicurigai adanya cedera ikutan.10
2.1.8. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama dalam luka bakar bertujuan untuk menghentikan proses
bakar, mendinginkan luka bakar dan menutupi luka bakar. Menghentikan proses
bakar dengan cara menjauhkan/ mematikan sumber panas atau memutuskan
sambungan istrik pada luka bakar listrik atau dengan cara menyiramkan air pada
luka bakar untuk mendinginkan luka bakar. Mendinginkan luka bakar dengan
irigadi air dingin dengan suhu 150C selama 20 menit yang bermanfaat untuk
mendinginkan luka bakar, mengurangi nyeri dan mengurangi edema serta
bermakna pada reepitalisasi jaringan. Pemberian analgetik berguna untuk
mengurangi nyeri.3
Bila ditemukan salah satu dari keadaan diatas, sangat mungkin terjadi
trauma inhalasi yang memerlukan penanganan dan terapi definitif termasuk
pembebasan jalan nafas. Sebelum dirujuk harus dilakukan dahulu intubasi
untuk menjamin jalan nafas. Selain itu stridor juga merupakan indikasi
untuk segera melakukan intubasi. Luka bakar yang melingkari leher
11
b. Breathing
Penanganan awalnya didasarkan atas tanda dan gejala yang ada yang timbul
akibat trauma, sebagai berikut:
- Trauma bakar langsung menyebabkan edema dan atau obstruksi jalan nafas
bagian atas
- Inhalasi hasil pembakaran dan asap beracun menyebabkan trakeobronkitis
kimiawi, edema dan pneumonia
- Keracunan CO10
c. Circulation
Setiap penderita luka bakar >20% luas permukaan tubuh memerlukan cairan
infus karena pada penderita luka bakar sering mengalami syok hipovolemik.
Cara yang banyak dipakai adalah menggunakan rumus Baxter, yaitu : % x BB
x 4 ml.
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit,
yaitu larutan RL, dan hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Selain
12
d. Exposure
Lepaskan seluruh pakaian dan perhiasan dan jaga tubuh tetap pada suhu
optimal dan hindarkan dari hipotermi.3,10
e. Analgetik
Pemberian analgetik dapat mengaburkan tanda-tanda terjadinya
hipoksemia dan hipovolemia, dan sebaiknya diberikan dalam dosis kecil,
diulang dan hanya diberikan secara intravena.10
g. Antibiotik
Pemberian antibiotik profilaksis tidak dianjurkan pada luka bakar yang
baru terjadi. Antibiotik ditujukan untuk terapi bila terjadi infeksi.10
h. Tindakan Bedah
Eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang
terus berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan
sirkulasi sehingga bagian distal mati. Tanda dini penjepitan adalah nyeri,
kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung distal. Keadaan
ini dapat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng
sampai penjepitan bebas.7
Debrideman diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati
dengan jalan eksisi tangensial.7
13
14
2.1.9. Komplikasi
- Infeksi
- Sepsis
- Gangguan elektrolit
- Kongesti paru
- Kecacatan8
2.1.10. Prognosis
Penanganan dan prognosis ditentukan oleh derajat luka bakar, luas luka
bakar, daerah luka bakar, usia, dan keadaan kesehatan.7
15
2.2.2 Etiologi
2.2.2.1. Low-voltage Injuries
Luka bakar voltase rendah terjadi jika arus listrik kurang dari 1000 V.
Luka bakar ini umumnya kurang menyebabkan pengrusakan banyak jaringan.
Biasanya, luka bakan voltase rendah terjadi di rumah atau kantor. Pada kasus luka
bakar anak-anak akibat menggigit kabel, daerah yang terkena luka bakar bagian
bibir, wajah, dan lidah. 11,12,13
2.2.3 Patofisiologi
Secara umum, listrik adalah aliran elektron yang melewati potensial gradien dari
konsentrasi tinggi ke rendah melalui material konduktif. Voltase (V)
menggambarkan magnitud dari perbedaan potensial dan biasanya menggambarkan
bentuk sumber listriknya. Arus merupakan aliran dari listrik. Ada tiga mekanisme
utama dari luka bakar listrik, yaitu:
1 Energi listrik menyebabkan kerusakan jaringan langsung.
2 Konversi energi listrik menjadi energi panas yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan masif dan nekrosis koagulasi.
3 Luka mekanik akibat terjatuh atau kontraksi otot yang berlebihan.11,13
Faktor yang mempengaruhi luka bakar aadalah besar energi, resistensi arus,
jalur arus, dan durasi kontak. Arus listriks sangat berhubungan dengan voltase dan
resistensi, sesuai dengan hukum Ohm (I=V/R; dimana I=arus, V= voltase, R=
resistensi).11
Hampir seluruh resistensi tubuh teretak di kulit. Semakin tebal kulit, maka
akan semakin tinggi resistensinya sehingga kerusakan jaringan tubuh akan
semakin sedikit. Sebaliknya, jika kulit rusak atau basah makan akan menurunkan
resitensinya, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada organ interna.11
17
Tabel 2.2. Urutan Jaringan Tubuh dengan Resistensi Rendah hingga Resistensi Tinggi11
Resistensi rendah Saraf
Darah
Membran mukosa
Otot
Resistensi sedang Kulit
Tendon
Resistensi tinggi Tulang
2.2.5 Penatalaksanaan
Resusitasi perlu dilakukan bagi pasien dengan electrical burn. Selain itu,
segera operasi harus dilakukan pada 2 kondisi yang unik. Nekrosis jaringan yang
dalam akan menyebabkan asidosis atau myoglobinuria. Keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan resusitasi standard. Oleh sebab itu, debridement atau amputasi
perlu dilakukan.16
Selain itu, rusaknya jaringan yang dalam akan menyebabkan edema,
peningkatan risiko untuk terjadinya compartement syndrome, dan berpotensial
menyebabkan kehilangan jaringan yang lebih lanjut. Eschariotomy dan
fasciotomy harus dilakukan bila tekanan di dalam kompartemen di atas 30 mmHg
atau bila secara klinis terjadi compartement syndrome. Adanya defisit nervus
ulnar dan median yang progresif merupakan indikasi untuk dilakukan immediate
median and ulnar nerve release.16
BAB III
LAPORAN KASUS
1.2. Anamnesis
Keluhan utama : Luka bakar listrik di wajah, kedua lengan dan
kedua tungkai.
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 1 hari sebelum masuk
RSHAM. Awalnya pasien ingin memperbaiki posisi antena, pasien pada saat itu
membawa payung di tangan kiri dan secara tidak sengaja menyenggol kabel listrik
yang terdapat di atas rumah pasien. Sehingga pasien tersengat arus listrik.
Kemudian pasien merasa hoyong dan terjatuh di atap rumah. Pasien dibawa ke
rumah sakit daerah Siantar untuk mendapatkan pertolongan pertama dan
mendapat perawatan ICU, kemudian pasien dirujuk ke RSUP HAM untuk
mendapatkan tindakan lanjutan. Riwayat pingsan tidak dijumpai, mual dan
muntah tidak dijumpai, riwayat jantung berdebar setelah tersambar petir tidak
dijumpai, riwayat penyakit jantung tidak dijumpai, BAB (+), BAK (+). Pasien
mendapatkan pencucian luka pada tanggal 12 November 2014
RPT : DM (-), Hipertensi (-), asma (-), operasi perut (-)
RPO : Tidak jelas
Luka bakar derajat III 4,5 %, regio manus, bula (-), dasar
putih , pus (-), perdarahan (-), tepi irreguler.
Pulse (-), pucat(+), parasthesia (-), paralysis (-), pain (+)
Kanan : tidak dijumpai kelainan
Inferior :
Kiri : luka bakar derajat III 4%, regio pedis, bula (-), dasar
putih, pus (+), perdarahab (-), tepi irreguler
Kanan : luka bakar derajat III 9%, regio femur, cruris, pedis, bula
9-), dasar putih, pus (+), perdarahan (-), tepi irreguler
Status Lokalisata
Kepala dan leher : 5,5%
Trunkus anterior : 1%
Trunkus posterior : 0%
Ekstremitas atas kanan : 0%
Ekstremitas atas kiri : 5,5%
Ekstremitas bawah kanan : 9%
Ekstremitas bawah kiri : 4%
Genitalia : 0% +
Total : 25%
Fungsi Ginjal
Ureum : 30,70 mg/dl
Kreatinin : 0,83 mg/dL
23
Kesan:
Elektrolit
Na/K/Cl : 135/4,7/105 mEq/L
Hemostasis
PT (kontrol/pasien) : 28,1/14,6 detik
INR : 1,99
APTT : 30,9/36,5 detik
TT : 11,9/17,5 detik
1.6. Pemeriksaan Radiologi
a. Thorax Erect
1.7. Diagnosis
Electrical burn grade II 25% on the head, neck, axillary, (L) antebrachii, (L)
manus, (L) pedis, (R) femoralis, cruris dan pedis + compartement syndrome on
the (L) antebrachii
1.8. Penatalaksanaan
- Bed rest
- Pasien dipuasakan
- IVFD RL20 gtt/menit
- Inj.Ceftriaxone 1 gr/12jam
- Inj.Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 30mg /8jam
-ATS 3.000 IU
- NGT (25 kkal x 65 kg) + (40 kkal x 25%) = 2625 kkal
3.9. Rencana
- Foto thorax AP erect
- permeriksaan darah rutin, HST, RFT, elektrolit, albumin, AGDA, KGD adr
- urinalisis
- EKG
- fasiotomy
FOLLOW UP PASIEN
-
-
-
- -
BAB IV
KESIMPULAN
Laki-laki, 27 tahun datang ke IGD RSUP HAM bersama orang tuanya. Dari
alloanamnesa didapatkan keluhan utamanya adalah luka bakar listrik, yang telah
dialami os sejak 24 jam sebelum masuk rumah sakit. Awalnya os sedang
membetulkan posisi antenna saat gerimis sehingga os naik k atap dengan
memegang paying. Pada saat itu, payung yang os pegang mengenai kabel listrik.
Os kemudian dibawa ke RSUD namun setelah 1 hari di ICU, keluarga os meminta
os untuk dirujuk ke RSUPHAM.
Pada pemeriksaan fisik, dijumpai luka bakar di kepala, leher, ekstremitas
atas, serta ekstremitas atas. Total luas luka bakar sebesar 25%. Luka bakar terlihat
kering dengan dasar berwarna putih, nyeri tidak dijumpai pada luka. Pasien
didiagnosa dengan electrica burn grade III 25%, dimana pada luka bakar grade
III, luka bakar mencapai lapisan di bawah dermis bahkan dapat sampai ke organ
dalam.
Pada pasien ini dilakukan fasiotomy. Pasien ini dirawat di RR lantai 1 RSUP
HAM selama 1 hari lalu dipindahkan ke RB3. Pada pasien tidak dilakukan
resusitasi cairan yang agresif karena pasien telah melewati 24 jam pertama dan
produksi urin pasien baik.
DAFTAR PUSTAKA