Begitu banyak jenis tulisan kalau kita mau menggolong-golongkannya. Ada fiksi
dan nonfiksi. Ada berita hardnews dan analisa. Ada pula biografi, esai, artikel,
skrip radio dan teve, editorial, weblog, surat cinta dan segudang lainnya. Jangan
lupa, ada yang berkaitan dengan bisnis, seperti surat penawaran, minutes
meeting, dan ribuan jenis business letter.
W1 = What
W2 = Who
W3 = When
W4 = Where
W5 = Why
H = How
WHAT adalah apa yang akan kita tulis. Tema apa yang ingin kita ungkapkan. Hal
apa yang ingin kita tuangkan dalam tulisan. What ini bisa apa saja. Bisa soal
Lumpur Lapindo yang tidak selesai-selesai, Situs porno diharamkan dan akan
diblokir Pemerintah, Bagaimana bisa menjadi kaya, sukses sekaligus mulia?
atau topik yang sedang hot di dunia gosip: Apakah anak kandung Mayangsari
juga anak kandung Bambang Tri?.
What yang kita tentukan ini akan menjadi dasar untuk 4W lainnya. Mari kita
ambil topik mengenai Mayangsari saja. Mumpung masih hangat.
WHO adalah siapa tokoh yang menjadi tokoh utama di WHAT. Dalam studi kasus
ini, who-nya minimal bisa tiga tokoh: Mayangsari, Bambang Trihatmodjo, dan
sang anak yang baru berusia dua tahun: Khirani Siti Hartina Trihatmodjo. Yang
pertama dan kedua sudah amat terkenal. Sosok mereka sudah tertulis di mana-
mana.
Meski Who is Mayangsari sudah banyak yang tahu, masih banyak sisi lain yang
menarik untuk dieksplorasi. Bahkan kebungkamannya mengenai tes DNA
anaknya, menjadikan sosoknya makin layak tulis, sampai-sampai bagaimana ia
merayakan ulang tahun anaknya secara diam-diam dan bagaimana ia
menjenguk ibunya di rumah sakit dijadikan bahan pemberitaan. Suasananya hati
Mayangsari digali dengan baik sehingga makin menegaskan sosoknya dalam
menghadapi isu anak kandungnya.
Buat kita, yang tidak perlu jadi wartawan untuk bisa menulis sebaik mereka, Who
harus menjadi bagian yang berkaitan dengan What. Kalau kita ketemu Who yang
tidak dikenal target pembaca kita, maka kita harus mengupasnya dengan baik
sehingga jelas keterkaitannya dengan What.
WHEN adalah waktu kejadian WHAT. Ini yang sering diabaikan oleh banyak
penulis pemula. Kapan kejadiannya akan memberi tambahan informasi dan
imajinasi pembacanya.
WHY adalah mengapa terjadi WHAT. Ini yang paling menarik karena bisa dikupas
dari berbagai sudut. Permintaan tes DNA keluarga mantan presiden Soeharto
terhadap anak Mayangsari bisa dikupas dari sisi hukum, keluarga maupun
pribadi. Bahkan kalau mau diseret jauh hingga ke dunia mistis, misalnya minta
diteropong oleh ahli nujum.
Yang jelas, dengan 5W+1H, tulisan kita dari segi kelengkapan informasi sekali
lagi: kelengkapan informasi tidak akan mengecewakan pembaca kita. Kalau
ada yang kecewa itu biasanya karena disebabkan oleh kekurangtepatan kita
mengungkap WHY dan HOW-nya di mata pembaca.
Jangan salah faham: rumus ini bukan hanya untuk nulis artikel, esai atau tulisan
serius lain. Bahkan surat lamaran kerja, undangan meeting, surat cinta bahkan
diskusi pendek-pendek di berbagai milis, rumus ini amat penting untuk
menghindari kesalahpahaman dan kekuranglengkapan informasi.
Cukupkah berbekal rumus baku di atas? Tidak. Bagi mereka yang ingin menulis
dan mendapat respon pembacanya, ada satu hal lagi yang tidak kalah
pentingnya dari rumus 5W+1H. Yakni Daya Tarik Tulisan. Nanti akan dibahas
dalam tulisan berikutnya.