PENDAHULUAN
1
yang tercetak membatu di batu endapan lava dan abu gunung vulkanik purba.
Selain itu Geopark merangin berada dalam kawasan taman nasional Kerinci
Seblat yang masih terjaga keasriannya.
1.4 Manfaat
2
Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai bentang lahan geomorfologi dengan analisis langsung
di lapangan. Menambah kecakapan dalam mendeskripsikan langsung struktur
maupun tekstur dari batuan yang dijumpai langsung dilapangan.nMenambah
pengetahuan dan pemahaman mengenai fosil yang ditemukan dilapangan
sehingga mampu menganalisis umur batuan yang mengandung fosil tersebut
dan melatih kekuatan fisik praktikan untuk bertahan di lapangan
1.5 Metodelogi
Pengamatan daerah
Tahap Pelaksanaan
pemetaan secara topografi
Kegiatan Ekskursi Pencarian akses jalan
menuju daerah yang akan
Geomorfologi
diamati
Litologi
Penentuan metode geologi
Potensi Geologi
lapangan
Tata guna lahan
Menentukan bentang alam
Pengambilan sampel
yang ada
Dokumentasi lapangan
Menentukan proses dan
Tahap Pengolahan Data jenis
dan dari fosil
Analisis
Analisis kualitatif :
Tahap Penyelesaian :
Laporan Ekskursi Lapangan Geopark
Merangin
1.5.2 Tahap Pekerjaan
a. Tahap persiapan
3
Tahap ini meliputi perencanaan dan persiapan kegiatan ekskursi seperti
penyediaan peta topografi, peminjaman alat dan bahan keperluan ekskursi,
surat perizinan resmi, hingga persiapan mental dan fisik.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam kegiatan Ekskursi yang meliputi
penulisan laporan dari hasil analisis data geologi yang dicatat ketika melakukan
kegiatan ekskursi di Geopark Merangin.
4
Mengetahui posisi
di lapangan
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
5
Gambar 1. Peta Zonasi Geopark Merangin Jambi
6
dengan rata-rata curah hujan mencapai 3.030 mm, sedangkan jumlah
penyinaran matahari 4,2 jam/hari dengan kelembaban udara rata-rata sebesar
97%. Suhu udara rata-rata mencapai 270C, sedangkan di dataran tinggi
mencapai 220C.
7
terbuka hijau dan hutan sehingga kegiatan konservasi sangat memungkinkan
untuk dikembangkan di kawasan tersebut.
Luas
Jumlah Kepadatan
Kabupaten/Kota kabupaten
Penduduk penduduk
(km2)
8
Gambar 2. Peta Fisiografi Merangin
9
dipakai sebagai penentu umur. Lingkungan pengendapannya berkisar dari
lingkungan darat sampai laut dangkal.
Pada akhir Trias - awal Jura, terjadi penerobosan Granit Tantan terhadap
batuan berumur Perem, yang disertai dengan pencenanggaan pemalihan
regional berderajat rendah. Kegiatan penurunan yang berlangsung dari Jura
10
Tengah sampai Kapur Awal, pada kala Jura Akhir-awal Kapur ditandai dengan
terendapkannya batuan sedimen klastika halus Formasi Peneta.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Lokasi Pengamatan 1, Jeram Ladeh (02o 10 4,5 S dan 102o 8 30,6 E)
3.1.1. Geomorfologi
11
Foto 1. Singkapan batuan granit dan granodiorit di tepi sungai Merangin ( photo by Farid S. )
Stopsite pertama berada pada daerah jeram ladeh yang tepatnya berada
pada cabang anak sungai merangin yang termasuk ke dalam sungai stadia muda
dengan bentuk V. Gaya yang bekerja adalah tektonik berupa pengangkatan
sehinga terdapat banyak singkapan batuan granit dan juga granodiorit. Stopsite
ini berada disungai diantara tebing-tebing yang curam dengan batuan dominan
adalah Granit dan Granodiorit yang merupakan batuan beku sehingga dapat
diindikasikan bahwa dahulu daerah ini terdapat gunung api purba disekitar
stopsite. Pembelokan yang terjadi pada sungai diperkirakan sebagai akibat
aktivitas tektonik karena air tidak mungkin menembus batuan beku yang sangat
keras sehingga aliran air menuju ke area batuan dengan resistensi yang rendah
dan didaerah ini batuan beku tersebut belum mengalami pelapukan secara
dominan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berbeloknya arah sungai ini
mengikuti arah patahan dan resistensi batuan. Sungai di daerah ini berada
dilembah disekitar lereng yang cukup curam, sehingga diketahui bahwa daerah
ini merupakan daerah sistem perbukitan.
3.1.2. Petrologi
12
Foto 2. Singkapan batu Granit (photo by Edo Kurniawan A.)
Sampel batuan yang ditemukan adalah batu granit pada koordinat 02o 10
17,8 S dan 102o 8 30,8 E dengan ciri litologi berupa warna abu-abu gelap,
derajat kristalisasi holokristalin karena batuan ini tersusun sepenuhnya oleh
mineral, granularitas fenerik, bentuk kristal anhedral dan relasi yang
inequigranular. Struktur yang dijumpai dari sampel ini adalah massif dengan
komposisi mineralnya terdiri dari kuarsa, piroksin, plagioklas, biotit dan juga
hornblende. Selain itu juga ditemukan sampel batuan granodorit pada koordinat
02o 10 17,5S dan 102o 8 30,9 E, dengan warna abu-abu gelap, derajat
kristalisasi holokristalin, granularitas fanerik, bentuk kristal anhedral dan relasi
inequigranular dengan struktur massif dan komposisi mineralnya yaitu kuarsa,
orthoklas, plagioklas.
Batuan granit dan granodiorit juga termasuk ke dalam batuan beku asam
yang terbentuk melalui pendinginan magma, kedua tipe batuan ini
mengindikasikan adanya gunung api purba di daerah ini, yang sampai sekarang
belum diketahui secara pasti koordinat geografis keberadaanya. Batuan ini juga
memperkuat bukti bentuk lahan yang terdiri dari lereng yang curam dan lembah
yang cukup dalam sehingga dapat dikatakan sebagai sistem perbukitan/
pegunungan karena adanya batuan granit dan granodiorit ini sebagai
pengindikasi adanya gunung purba.
3.1.3. Paleontologi
13
Pada stopsite ini tidak ditemukan adanya fosil, karena komposisi batuan
dominan adalah bataun beku berupa granit dan granodiorit yang tidak
memungkinkan adanya fosil.
3.2 Lokasi Pengamatan 2, Teluk Gedang (02o 9 41,7 S dan 102o 8 55,5 E)
3.2.1 Geomorfologi
Stopsite ini juga berada ditepi sungai muda dengan bentuk V, dimana
dalam daerah ini banyak sekali ditemukan fosil kayu sungkai disepanjang aliran
anak sungai yang salah satunya ditemukan pada koordinat 02o 9 41,5 S dan
102o 8 53,9 E. Pada stopsite ini juga dijumpai air terjun yang merupakan hasil
aktivitas tektonik berupa pengangkatan. Di dinding anak sungai didominasi oleh
batu pasir yang sudah mengalami pelapukan, terlihat dari perubahan warna yang
sudah mulai coklat kemerahan dan mudah dihancurkan. Di daerah seberang
sungai tepat berada di dinding sungai terdapat singkapan struktur yang
berbentuk perbukitan monoklin yang berbentuk bukit dengan litologi perlipatan
yang searah yang merupakan perlapisan dari batuan sedimen berupa bartu pasir.
Di kawasan ini juga ditemukan pasir dan juga pasir besi di tepi sungai yang tidak
ditemukan di stopsite-stopsite lain.
14
dan dapat dikatakan stopsite ini berada di antara daerah perbukitan dengan
adanya asosiasi antara lembah, lereng dan juga sungai. Dengan kemiringan
lereng yang cukup curam ini seharusnya terjadi erosi yang kuat, akan tetapi hal
tersebut tidak terjadi karena banyaknya vegetasi yang ada, sehingga akar-akar
vegetasi tersebut berfungsi sebagai penahan terjadinya erosi yang kuat.
3.2.2 Petrologi
3.2.3 Paleontologi
Proses : Histometabasis
15
Pada fosil kayu ini walaupun seluruh molekulnya telah terganti namun struktur
mikroskopisnya tetap terpelihara.
3.3 Lokasi Pengamatan 3, Kali Tinggi (02o 9 36,4 S dan 102o 8 54,1 E)
3.3.1 Geomorfologi
Lokasi ini berada di anak sungai dengan dinding sungai tingkat pelapukan
yang sangat kuat dan batuannya terlapuk oleh lumut (pelapukan Biologis).
Sungai yang terbentuk juga masih di akibatkan oleh gaya/tenaga tektonik berupa
pengangkatan dengan bentuk sungai zig-zag dan pola penhgaliran rectangular
berada di lembah atau diantara tebing yang curam . Walaupun banyak
pepohonan disekitarnya erosi tetap kuat karena derajat kemiringan lereng yang
tinggi. Stopsite ini juga merupakan berada di daerah sistem perbukitan dimana
kondisi di sekelilingnya merupakan daerah yang berbukit.
3.3.2 Petrologi
3.3.3 paleontologi
16
Foto 5. Fosil Kerang (photo by Farid S.)
Proses : Cast
Proses pemfosilannya adalah cast dimana fosil ini merupakan hasil cetakan
dari jejak oleh material asing yang terjadi apabila rongga terisi zat lain dari luar,
sedang fosilnya sendiri sudah lenyap. Fosil ini merupakan fosil kerang air tawar
dan dapat dikatakan sebagai hal yang unik, karena umumnya lingkungan
perairan di daerah daratan sulit untuk terfosilkan.
3.4 Lokasi Pengamatan 4, Muara karing (02o 09 8,1 S dan 102o 9 14,3 E)
3.4.1 Geomorfologi
17
Foto 6. Air Terjun Muara Karing
Stopsite keempat berada pada air terjun Muara Karing dengan proses
pembentukan berupa pengangkatan dengan sungai stadia muda bentuk V dan
aliran yang deras. Pada daerah ini juga dilakukan pengukuran strike dip N 33o
E/ 82o pada koordinat 02o 9 7,8 S dan 102o 9 13,9 E. Bentang lahan di
kawasan ini juga dapat dikatakan sebagai sistem perbukitan, dimana sungai yang
ada juga berasosiasi dengan lereng-lereng yang curam dan aliran sungai yang
deras menandakan sungai ini berada pada dataran tinggi, karena sungai dengan
arus yang tenang biasanya hanya berada pada dataran yang landai seperti daerah
alluvial yang umumnya datar.
3.4.2 Petrologi
Daerah ini didominasi oleh batuan sedimen berupa pasir, lanau dan
lempung yang telah termetakan dengan intrusi batuan yang cukup besar. Maksud
dari termetakan adalah batuan sedimen yang mengalami tekanan dari gaya
tektonik namun belum menjadi batuan metamorf. Karena didominasi oleh
batuan sedimen yang sangat memungkinkan ditemukannya fosil karena
materialnya yang bersifat protektif dengan kekerasan batuan yang mampu
mempertahankan fosil di dalamnya.
3.4.3 Paleontologi
Didaerah ini ditemukan fosil pandan pada koordinat 02 o 9 8,4 S dan 102o
9 14,0 E dan juga pada koordinat 02o 9 8,0 S dan 102o 9 14,2 E, fosil
18
tunggul pada kordinat 02o 9 7,8 E dan 102o 9 14,5 E dan juga fosil tunggul
yang merupakan fosil insitu (fosil yang terbentuk dilingkungan organisme
tersebut tumbuh/ tidak mengalami perpindahan) pada koordinat 02 o 9 8,0 S dan
102o 9 14,2 E.
Proses : Impression
19
Foto 9. Fosil Pandan
Proses : Impression
Proses : Impression
Selain itu, ditemukan pula fosil daun pandan di dua tempat yaitu pada
koordinat 02o 9 08,4 S dan 102o 9 14,0 E dan 02o 9 08,0 S dan 102o 9 14,2
20
E dengan nama Ilmiah Pandanus Sp. Yang terbentuk melalui proses impression,
yaitu jejak-jejak organisme berelief rendah.
Nama Ilmiah : -
Proses : Histometabasis
Di stopsite ini ditemukan pula fosil tunggul, yakni kayu yang terfosilkan di
tempatnya tumbuh. Fosil ini merupakan fosil insitu yang keberadaanya sangat
jarang di dunia. Fosil ini terbentuk melalui proses histometabasis yaitu
penggantian total tiap-tiap molekul dari jaringan tumbuhan oleh mineral-mineral
asing yang meresap ke dalam tumbuhan tersebut.
21
yang terjadi tidak cukup kuat, dimana vegetasi juga berfungsi sebagai penahan
dari terjadinya erosi.
3.5.2 Petrologi
Batuan dominan pada stopsite ini adalah batuan sedimen dengan
kandungan fosil yang cukup melimpah di dalamnya. Batuan sedimen yang ada
umumnya adalah batu pasir dan lanau, dimana keduanya merupakan batuan jenis
sedimen kataklastik karena terbentuk dari hasil transportasi material-material
batuan yang telah ada sebelumnya sehingga memiliki kenampakan butir di
dalamnya. Batuan sedimen ini mendominasi singkapan-singkapan yang ada dan
sangat jarang ditemukan dalam bentuk bongkahan. Namun, selain itu juga
banyak ditemukan bongkahan-bongkahan batuan metamorf maupun beku
disekitar singkapan seperti kuarsit. Bongkahan batu ini berasal dari tempat lain
yang kemudian terbawa arus hingga ketempat ini. Jadi tidak semua batuan yang
ada di daerah ini yang merupakan batuan asli, tetapi sebagian ada batuan hasil
transportasi yang ditemukan.
Salah satu batuan sedimen yang ditemukan dalam bentuk bongkah adalah
batu bara. Batu ini ditemukan disekitar bongkahan batu lainnya, dengan ciri
litologi berwarna hitam, struktur amorf. Batu bara termasuk dalam batuan
sedimen nonklastik, yaitu terbentuk dari material yang tidak mengalami
transportasi dan biasanya terendapkan dilingkungan yang berbentuk cekungan,
material-materialnya berasal dari organisme yang tertimbun dan membatu di
cekungan tersebut dan terkena tekanan (pressure) dan suhu yang tinggi (heat)
sehingga membentuk batu bara.
Batu ini sebenarnya juga dapat dikatakan sebagai fosil dengan proses
pembentukannya yaitu destilasi/ karbonisasi. Proses pembentukannya dengan
menguapnya kandungan gas-gas atau zat lain yang mudah menguap dalam
tumbuhan atau hewan karena bagian tubuh/rangkanya mengalami tekanan, yang
kemudian tersedimentasi dan menginggalkan residu C (karbon) berupa lapisan-
lapisan tipis dan kumpulan unsur karbon (C) yang menyelubungi sisa-sisa
organisme yang tertekan tadi.
3.5.3 Paleontologi
22
Foto 13. Fosil pandan
Proses : Impression
Di stopsite ini juga ditemukan fosil daun pandan dengan proses Impression
yang merupakan jejak-jejak organisme yang memiliki relief rendah. Fosil ini
juga ditemukan di Daerah Sungai Muara Karing yang telah dijelaskan
sebelumnya. Persamaan fosil yang ditemukan ini bukan hal yang aneh atau tidak
mungkin mengingat setiap stopsite masih berada pada satu kawasan Geopark
Merangin Jambi.
23
Foto 14. Fosil Kayu
Proses : Histometabasis
Fosil Kayu dengan nama ilmiah Araucarioxylon ini pun juga ditemui di
stosite ini yang tersebar disekitar singkapan batuan sedimen dan bongkahan-
bongkahan batuan metamorf dengan melalui proses histometabasis yaitu
penggantian total tiap-tiap molekul dari jaringan tumbuhan oleh mineral-mineral
asing yang meresap ke dalam jasad tumbuhan. Mineral- mineral asing yang
masuk tidak mengubah struktur molekulnya, tetapi hanya menggantikan tiap
molekul saja. Fosil kayu yang ditemukan di daerah ini sebenarnya bukan hanya
satu, akan tetapi terdapat beberapa bagian yang ditemukan secara terpisah
namun tetap berimpitan/bersebelahan. Sehingga hanya di ambil satu buah
sampel saja yang mewakili secara keseluruhannya. Fosil kayu ini merupakan
fosil yang paling banyak dijumpai pada tiap stosite dan juga merupakan salah
satu aset penting dalam kawasan Geopark Merangin Jambi dimana fosil
termasuk dalam fosil insitu, yaitu fosil yang memfosil di lingkungannya tumbuh.
Fosil insitu ini termasuk dalam fosil yang sangat sulit ditemukan di seluruh
dunia sehingga menjadikan Geopark Merangin Jambi ini memiliki sesuatu yang
langka.
24
Foto 15.Fosil pakis
Proses : Impression
Proses : Impression
Fosil pakis juga banyak dijumpai di daerah tepi-tepi sungai dan juga
banyak yang ditemukan di singkapan. Fosil ini termasuk kedalam filum
25
pteridophyta yang terbentuk sebagai jejak-jejak organisme yang berelief rendah
yaitu Impression.
Proses : Cast
Lokasi :02o1048,69Sdan102o1035,61 E
26
BAB IV KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil laporan ekskursi ini adalah sebagai berikut.
4.1 Bentang lahan yang dominan adalah sistem perbukitan dengan stopsite-
stopsite yang umumnya berada pada kawasan sungai berasosiasi dengan
lereng yang curam dan vegetasi yang cukup rapat. Dibeberapa tempat
ditemukan erosi yang cukup kuat terjadi.
4.2 Batuan yang banyak dijumpai adalah batuan sedimen yang mengandung
fosil, batuan beku pada stosite jeram ladeh dengan formasi granit tantan,
sedikit batuan metamorf (Kuarsit) dan batu bara di sungai Mengkarang
4.3 Fosil-fosil yang dietemukan berupa fosil kayu dengan proses pemfosilan
histometabasis, fosil pandan dan pakis dengan proses impression dan fosil
kerang (Brachiopoda) dengan proses Cast. Ditemukan pula fosil tunggul
yang merupakan fosil insitu (memfosil ditempat organisme tersebut
tumbuh).
27