Anda di halaman 1dari 6

Tugas Sejarah

APEC (Asia Pasific Economic Cooperation)

DISUSUN OLEH :
1. OKTI VIVI ANGGRAINI
2. PENDI PRASETYO

Kelas XII IPA. 2

SMA NEGERI 1 PEKALONGAN


LAMPUNG TIMUR
TP. 2016/2017
APEC (Asia Pasific Economic Cooperation)

A. Sejarah APEC
APEC (Asia Pasific Economic Cooperation) merupakan wadah kerja
sama negara negara di kawasan Asia Pasific di bidang ekonomi. APEC
resmi terbentuk pada bulan Nopember 1989 di Canberra, Australia.
Pembentukan forum ini merupakan usulan mantan Perdana Menteri Australia,
Bob Hawke, yang merupakan kelanjutan dari berbagai usulan dan upaya untuk
mengadakan kerja sama ekonomi regional Asia Pasific. Ada dua faktor
dominan yang mendorong lahirnya APEC, yaitu :
1. Adanya kekhawatiran akan gagalnya perundingan putaran Uruguay yang
dapat berakibat meningkatnya proteksionisme dan munculnya kelompok
kelompok perdagangan, seperti Pasar Tunggal Eropa dan Pasar Bebas
Amerika Serikat.
2. Perubahan besar di bidang politik dan ekonomi yang sedang terjadi dan
berlangsung di Uni Soviet dan Eropa Timur.
Dua faktor inilah yang melatarbelakangi kelahiran APEC, suatu forum kerja
sama internasional yang dimaksudkan untuk meningkatkan kerja sama
ekonomi di kawasan Asia Pasifik, terutama di bidang perdagangan dan
investasi. Keanggotaannya bersifat terbuka dan kegiatannya lebih menekankan
pada kerja sama di bidang ekonomi. Dengan kata lain, forum ini pada
dasarnya ingin membentuk sebuah blok terbuka yang keanggotaannya bersifat
suka rela, dengan fokus perhatian pada masalah ekonomi, bukan politik.
Empat tahun setelah pendiriannya pada tahun 1989, para pemimpin
negara negara anggota APEC mulai menggelar dialog intensif dan setahun
setelah mendirikan sekretariat pada tahun 1992 APEC mulai dengan tahap
pembentukan visi.
Pada pertemuan para pemimpin ekonomi anggota APEC (AELM) yang
pertama di Blake Island, Seattle, AS. APEC menetapkan visi bahwa kawasan
yang mewakili (saat itu) populasi 40 % dari penduduk dunia, dan Produk
Nasional Bruto (PNB) mencapai sekitar 55 % PNB dunia, siap memainkan
peranan penting dalam perekonomian dunia.
Berkaitan dengan ini, APEC mendukung sepenuhnya sistem
perdagangan multilateral serta yakin bahwa perdagangan dan investasi bebas
akan mampu mengantarkan Asia Pasifik menjadi kawasan yang memiliki
peran penting dalam perekonomian dunia.
Liberalisasi perdagangan dan investasi merupakan sasaran utama APEC
dan hal ini menjadi sangat jelas sejak Deklarasi Bogor tahun 1994, ketika para
pemimpin APEC menetapkan sasaran perdagangan bebas dan investasi untuk
negara maju tahun 2010 dan negara berkembang 2020.
Sejak digelarnya AELM di Seattle, AS tahun 1993, setiap tahun
dilahirkan deklarasi atau kesepakatan bersama di antara para pemimpin negara
negara anggota APEC.

B. Deklarasi APEC
1. Blake Island, Seattle, AS tahun 1993
Para pemimpin APEC berhasil menciptakan visi ekonomi (Economic
Vision of APEC Leaders). Dalam pertemuan ini disepakati untuk
menciptakan sistem perdagangan yang lebih terbuka di Asia Pasifik.
Cara yang akan ditempuh adalah dengan menetapkan kerangka kerja
sama perdagangan, investasi, dan pengalihan teknologi, termasuk
permodalan. Para pemimpin APEC menegaskan bahwa liberalisasi
perdagangan dan investasi adalah dasar identitas dan aktivitas APEC.

2. Bogor, Indonesia tahun 1994


Pada pertemuan di Bogor disepakati bahwa negara yang sudah pada
tingkat industrialisasi (negara negara maju) akan mencapai sasaran
perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka (liberalisasi) paling
lambat tahun 2010, dan wilayah yang tingkat ekonominya sedang
berkembang paling lambat tahun 2020.
Sehubungan dengan ini, para pemimpin ekonomi APEC sepakat
untuk memperluas dan mempercepat program permudahan perdagangan
dan investasi di kalangan APEC. Selain itu, disepakati peningkatan kerja
sama pembangunan di antara anggota melalui program pengembangan
sumber daya manusia, pengembangan pusat pusat pengkajian APEC dan
kerja sama di bidang IPTEK (termasuk alih teknologi). Deklarasi Bogor
dikenal sebagai Deklarasi Tekad Bersama (Declaration of Common
Resolve).
a. Osaka, Jepang tahun 1995
Pada pertemuan di Osaka disepakati (Osaka Declaration), bahwa
APEC mulai melangkah ke tahap aksi dengan tiga pilar, yaitu
perdagangan dan investasi, fasilitas serta kerja sama ekonomi dan
teknik. Prinsip prinsip untuk memandu pencapaian liberalisasi dan
fasilitasi meliputi konsistensi dengan WTO, komparabilitas,
nondiskriminasi, transparasi, komprehensivitas, standstill.
Pada pertemuan di Osaka juga disepakati untuk menyusun
agenda Rencana Aksi Individual dan Rencana Aksi Kolektif yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya di Manila.

b. Teluk Subic, Filipina tahun 1996


Pada pertemuan di Filipina disepakati untuk menciptakan
liberalisasi perdagangan dan investasi yang lebih progresif dan
komprehensif guna mencapai tujuan Deklarasi Bogor. Para pemimpin
APEC merekomendasikan diadakannya Rencana Aksi Individual
masing masing negara anggota untuk membahas dalam pertemuan di
Vancouver, Kanada.
Selain itu disepakati pula untuk memfasilitasi dunia usaha dalam
melakukan transaksi bisnis baik di dalam maupun antaranggota
ekonomi APEC. Kesepakatan yang dicapai di Filipina ini disebut
sebagai Rencana Aksi Manila untuk APEC (Manila Action Plan for
APEC/ MAPA).

c. Vancouver, Kanada tahun 1997


Pada pertemuan ini disepakati penerapan paket EVSL atau
liberalisasi sektoral sukarela secara dini sebagai wujud Rencana Aksi
Individual. Adapun sektor sektor yang disetujui untuk diliberalisasi
secara dini adalah ikan dan produk ikan, produk kehutanan, peralatan
kedokteran, energi, mainan, permata dan perhiasan, produk kimia,
telekomunikasi serta peralatan pengaman lingkungan, dan produk
penunjangnya.
Dan sejumlah sektor yang ditolak liberalisasi dininya adalah
sektor otomotif, produk pesawat terbang sipil, pupuk, karet, dan karet
sintetis, minyak, dan produk minyak dan makanan.

d. Kuala Lumpur, Malaysia tahun 1998


Salah satu keputusan penting yang dihasilkan di Kuala Lumpur
(Cyberjaya Declaration) adalah kesepakatan mendesak negara industri
maju untuk membenahi institusi keuangannya (peraturan yang
menyangkut keuangan). Seperti diketahui pada pertengahan tahun
1997, beberapa negara di kawasan Asia dilanda krisis keuangan dan
salah satu faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah kelemahan
peraturan atau kebijakan keuangan di negara maju.
Selain itu negara maju diminta untuk lebih transparan
menyangkut standar internasional bagi institusi keuangan swasta yang
terlibat langsung dalam pergerakan arus modal internasional.
Pada pertemuan kali ini juga para pemimpin APEC
mengharapkan agar lembaga keuangan internasional dapat dan mampu
menyajikan analis analis yang lebih obyektif. Selanjutnya para
pemimpin ekonomi APEC sepakat untuk meningkatkan upaya upaya
inovatif dalam rangka pemulihan arus masuk modal. Hal ini akan
diupayakan melalui kerja sama dengan lembaga multilateral seperti
Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia.

e. Auckland, Selandia Baru tahun 1999


Pada pertemuan Selandia Baru disepakati bahwa untuk
mempercepat pemulihan ekonomi dapat dan akan dilakukan melalui
penajaman komitmen liberalisasi dengan antara lain penghapusan
hambatan perdagangan, baik tarif maupun nontarif.
Selain itu disepakati bahwa untuk memperkuat sistem ekonomi
pasar di antara negara anggota, perlu membentuk pusat jaringan usaha
kecil menengah (UKM). Dsb.
C. Manfaat Apec Bagi Negara Indonesia
Bagi Indonesia, KTT APEC adalah momentum untuk meningkatkan
kerjasama ekonomi yang disinergikan konsep MP3EI (Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) dan 4 paket kebijakan
ekonomi nasional. Titik beratnya adalah untuk membuka akses terhadap arus
investasi guna memacu pencapaian target pembangunan koridor dalam MP3EI
maupun mendorong perluasan akses pasar untuk produk Indonesia yang kerap
berbenturan dengan kebijakan proteksi sejumlah negara APEC. Hal ini penting
bagi kebutuhan modal pembangunan maupun peningkatan produktifitas
industri dalam negeri, serta menutup celah defisit perdagangan internasional.
Perlu diketahui bahwa realisasi MP3EI untuk sektor rill dan infrastruktur
sejak tahun 2011 hingga pertengahan 2013 mencapai Rp 647,46 T, 36%
berasal dari investasi swasta nasional dan asing. Sementara itu, untuk tahun
2015 sudah direncanakan (pipeline) dalam MP3EI mencapai Rp 4.481 T
terdiri dari 1.568 proyek, baik sektor rill Rp 2.177 T (583 proyek), maupun
infrastruktur Rp 2.304 T (terdiri dari 985 proyek). Proyeksi itu tentu
membutuhkan arus investasi yang besar dan kerjasama kawasan yang lebih
erat dan saling menguntungkan, dan tentu akan menjadi daya tarik tersendiri
bagi negara anggota APEC untuk meningkatkan investasinya di Indonesia.
Perdagangan bebas kawasan memang dapat menjadi peluang sekaligus
tantangan. Di satu sisi dapat membuka pasar bagi industri dalam negeri yang
semakin meningkat. Namun, di sisi lain apabila Indonesia tidak menyiapkan
diri dengan baik, tentu akan dapat menjadi jajahan produk asing yang dapat
menghancurkan kemampuan produktif dalam negeri.
Tugas pemerintah yang penting dan harus dilakukan adalah merubah
persepsi masyarakat atau rakyat Indonesia yang menganggap produk luar/
asing lebih menarik, walaupun kualitasnya belum tentu lebih baik dari produk
lokal. Serta meningkatkan dan mendorong UKM di daerah daerah.

Anda mungkin juga menyukai