Pembimbing :
Oleh:
Giovani Anggastasandy Wijaya
NPM 111170029
FAKULTAS KEDOKTERAN
CIREBON
2015
1
I. IDENTITAS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Masyeba Permai Blok B No. 19
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Masuk RS : 30 Januari 2017
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 30 Januari 2017
pukul 11.10 WIB
A. Keluhan utama : Gatal-gatal
Gatal-gatal ini sempat membaik setelah diberi salep dan minum obat dari
dokter yang tidak diketahui nama obatnya, tapi akhir-akhir ini gatal di bagian
selangkangan malah semakin meluas sampai bokong dan lesi kemerahan semakin
melebar disertai rasa kasar di kulit yang gatal tersebut.
2
ke bagian yang gatal, namun keluhan tidak mereda, bahkan lesi kemerahan
meluas.
3
Sianosis : Tidak ada
Ptekie : ada
f. Kepala : bentuk normocepal, rambut warna hitam, lebat, distribusi
merata, tidak mudah dicabut.
g. Mata : CA -/-, SI -/-, Rc (+/+) (+/+) isokor 3mm/3mm
h. Telinga : Bentuk normal, simetris, inflamasi (-), sekret minimal.
i. Hidung : Simetris, PCH (-), sekret (-)
j. Mulut : Bentuk normal, mukosa tidak hiperemis
k. Lidah : Tidak pucat, tidak kotor, warna merah muda
l. Tonsil : Tidak ada pembesaran
m. Faring : Tidak hiperemis
n. Leher : Tidak ada pembesaran KGB
o. Thorak
Paru-paru : Inspeksi : Bentuk : Simetris
Retraksi : tidak ada
Gerakan napas: Simetris
Palpasi : Ekspansi napas : Simetris
Fremitus taktil : simetris
Perkusi :
Auskultasi : Vesikuler kanan = kiri, Rh -/-, Wh -/-
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis terlihat di ICS 5 linea
midclavicula sinistra
Palpasi : Nyeri tekan (-), Thrill (-)
Perkusi :
Batas jantung kanan : ICS 4 linea midclavicula
dextra
Batas jantung kiri : ICS 5 linea midclavicula
sinistra
Batas pinggang jantung :
ICS 3 linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-),
gallop (-)
4
p. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Datar
Umbilicus : Ditengah, inflamasi (-)
Massa (-),
Auskultasi : Bising usus (+) 11x/m
Perkusi : Timpani seluruh lapang perut
Hepar: 1 jari bawah arcus costa
Lien : tidak ada pembesaran
Palpasi : Nyeri tekan (-), distensi (-), masa tidak teraba,
Hepar : teraba 1 jari bac,
Lien : tidak ada pembesaran,
Ginjal : tidak teraba.
q. Ekstremitas
Akral : hangat
CRT : <2 dtk
Sianosis : tidak ada
Edema : (-/-)
STATUS DERMATOLOGI
Inspeksi :
a. Lokasi : 1. Regio abdominalis medial
2. Regio abdominalis lateral dextra
3. Regio abdominalis lateral sinistra
4. Regio femoris posterior dextra
b. Efloresensi :
5
1. Makula eritematous sirkumskrip (berbatas tegas) dengan
skuama halus dan ekskoriasi. Central healing (+)
c. Diameter : 3-4 cm
Palpasi :
a. Suhu : sama dengan kulit sekitar
b. Permukaan : kasar
c. Nyeri (+)
IV. RESUME
ANAMNESIS
Penderita datang ke RSUD Tugurejo pada tanggal 18 September 2015 pukul
10.29 dengan keluhan gatal-gatal di badan, di bawah lipat payudara kanan dan
kiri, perut, aksila, dan sekitar paha sudah sejak 3 bulan ini. Awalnya muncul
sedikit- sedikit saja, disertai warna kemerahan, bentuk seperti keringet buntet,
terasa agak basah. Karena merasa gatal sangat mengganggu pasien sering
menggaruk-garuk bagian tubuhnya yang gatal sehingga disertai luka, terasa perih
dan warna menjadi kehitaman. Gatal terutama dirasakan waktu berkeringat, gatal
di daerah kepala tidak ada, gatal di antara jari- jari kaki juga tidak ada. Gatal juga
tidak timbul waktu pasien makan-makanan tertentu sperti ikan laut atau ayam
potong. Gatal-gatal ini sempat membaik setelah diberi salep miconazole, salep 88,
dan minum obat dari dokter, tapi akhir-akhir ini gatal di bagian badan malah
semakin meluas sampai perut dan punggung dan lesi kemerahan semakin melebar
sampai ke paha disertai rasa kasar di kulit yang gatal tersebut.
6
Keluhan serupa : Penderita belum pernah merasakan keluhan serupa
Alergi : Alergi telur (bisulan dan gatal-gatal)
Riwayat Penyakit Keluarga
STATUS DERMATOLOGI
Inspeksi :
a. Lokasi : 1. Regio abdominalis medial
2. Regio abdominalis lateral dextra
3. Regio abdominalis lateral sinistra
4. Regio femoris posterior dextra
b. Efloresensi :
b. Diameter : 3-4 cm
V. DIAGNOSIS BANDING
7
- Tinea corporis et cruris
- Dermatitis kontak alergika
- Dermatitis seboroik
- Kultur
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
2. Medikamentosa
8
a. ketoconazole 1 x 200 mg/hari
A. Topikal
- Salep Whitfield
B. Sistemik
9
hari setelah makan, itrakonazol 100-200 mg/hari selama 2-4 minggu
atau 200 mg/hari selama 1 minggu, flukonazol 150 mg 1x/mgg
selama 2-4 minggu, terbinafin 250 mg/hari selama 1-2 minggu.
IX. PROGNOSIS
Umumnya baik jika faktor pencetus dihindari
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
PEMBAHASAN
A. PENDAHULUAN
Tinea korporis dan kruris merupakan suatu infeksi jamur Dermatofita pada
kulit yang penyakitnya disebut dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai
10
sifat mencernakan keratin. Penyakit ini termasuk dalam kelompok mikosis
superfisialis. (1)
B. SINONIM
C. DEFINISI
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita yang mengenai kulit tubuh
tidak berambut (globorous skin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea.
Tinea kruris adalah infeksi jamur jamur dermatofita yang mengenai lipat
paha, daerah genitalia dan di sekitar anus yang dapat meluas ke bokong dan perut
bagian bawah. (1,3,4)
D. EPIDEMIOLOGI
Tinea korporis dan kruris banyak diderita oleh semua umur, terutama lebih
sering menyerang orang dewasa, terutama pada orang-orang yang kurang
mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat
serta kelembaban kulit yang lebih tinggi.. Lebih sering menyerang pria daripada
wanita. Tersebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah tropis, dan insidensi
(2,4)
meningkat pada kelembaban udara yang tinggi.
E. ETIOPATOGENESIS
11
Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya di dalam
jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi
ke dalam jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.
Pertumbuhan jamur dengan pola radial di dalam stratum korneum
menyebabkan timbulnya lesi kulit yang sirsinar dengan batas yang jelas dan
meninggi. Reaksi kulit semula berbentuk papul kemudian berkembang menjadi
suatu reaksi peradangan berupa suatu dermatitis. (6)
F. GEJALA KLINIS
Gambaran klinis dari tinea korporis merupakan lesi anular, bulat atau
lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan
vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang ( tanda
peradangan lebih jelas pada daerah tepi ) yang sering disebut dengan central
healing. Tapi kadang juga dijumpai erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada
umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan
kulit dapat juga terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena
beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Selain itu lesi dapat berupa arsiner, atau
sinsiner. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang
selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi dan
skuamasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadi bersama-sama dengan tinea
kruris. (1,2,3,7)
Pada tinea kruris keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat. Lesi
umumnya bilateral walaupun tidak simetris, berbatas tegas, tepi meninggi yang
dapat berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting-lenting kemerahan, atau kadang
terlihat lenting-lenting yang berisi nanah. Bagian tengah menyembuh berupa
daerah coklat kehitaman bersisik. Lesi aktif, polisiklik, ditutupi skuama dan
kadang-kadang disertai dengan banyak vesikel kecil-kecil. Biasanya disertai rasa
gatal dan kadang-kadang rasa panas. Garukan terus-menerus dapat menimbulkan
gambaran penebalan kulit. Buah zakar sangat jarang menunjukkan keluhan,
meskipun pemeriksaan jamur dapat positif. Apabila kelainan menjadi menahun
maka efloresensi yang nampak hanya macula yang hiperpigmentasi disertai
skuamasi dan likenifikasi. (1,6,7)
12
G. DIAGNOSA BANDING
H. DIAGNOSIS
I. PENATALAKSANAAN
1. Umum
13
Menghilangkan fokal infeksi ditempat lain misalnya di kuku atau di kaki.
2. Khusus
Topikal
- Salep Whitfield
Sistemik
J. PROGNOSIS
Tinea korporis dan tine kruris mempunyai prognosa baik dengan
pengobatan yang adekuat dan kelembaban dan kebersihan kulit yang selalu
dijaga. (1,4)
14
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. halaman 92-
99
Mikosis superficial, diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf.
Harahap M. 2002. Ilmu Penyakit Kulit Cetakan I. Jakarta: Hippokrates.
halaman 77-78
Tinea kruris, diunduh dari http://www.klikdokter.com/illness/detail/140
Budimulja, U. 2009. Diagnosis dan penatalaksanaan dermatomikosis. Jakarta:
FKUI. halaman 47-53
Abdullah B. Dermatologi pengetahuan dasar dan kasus di rumah sakit.
Surabaya: Percetakan Universitas Airlangga. Halaman 69-76
Infeksi Kulit, diunduh dari
http://ilmukesehatankulitdankelamin.blogspot.com/2009_06_01_archive.
html
15