Anda di halaman 1dari 2

Cara terbaik menyikapi rasa tidak suka.

Ada sebuah kisah dari sebuah kota, sebut saja namanya Kota Damai. Pernah suatu ketika,
seorang suami yang baru pulang dari perjalanan yang jauh, istrinya telah menyambutnya dengan
suka-cita di depan pintu rumah. Lelaki itu pun senyum menghampirinya, memeluknya, dan
mencium keningnya. Mereka pun masuk ke dalam rumah.

Seperti biasa istri tercinta selalu membuatkan minum sang suami sepulangnya berpergian. Dan
sebagaimana kebiasaan sang istri yang mulia itu, sang suami pun tidak pernah lupa menyisakan
setengah gelas dari isi minuman tersebut kepada istrinya. Sungguh kisah yang romantis bukan?

Namun pada hari itu, kebiasaan memberi minum dan menyisakan setengahnya itu tidak terjadi
sebagaimana biasanya. Si suami tidak memberikan setengah minuman tersebut kepada istrinya,
tetapi malah hendak menghabiskannya. Ini bukanlah kebiasaan mereka. Sehaus apapun keadaan
suami, ia tidak pernah lupa untuk memberi setengah bagian dari minuman tersebut untuk
istrinya.

Sang istri-pun merasakan kejanggalan itu, tapi tidak enak mau mengungkapkan langsung di
depan suaminya. Suami merasakan kegelisahan sang istri tersebut, namun lebih memilih diam
dan menunggu apa yang akan dikatakan istrinya.

Setelah sekian jeda waktu yang penuh kecanggungan itu, sang istri pun memberanikan diri untuk
bertanya, melepas segala keraguan, mencoba berterus-terang dengan kegelisahannya. Dengan
sangat hati-hati, sang istri bertanya kepada suami, sayang, biasanya kau sisakan setengah dari
minuman tersebut untukku, kenapa kali ini kau tidak membagikannya untukku?

Suami masih terdiam, tidak tahu harus menjawab apa.

Sayang, biasanya kau sisakan setengah dari minuman tersebut untukku, kenapa kali ini kau
tidak membagikannya untukku?

Setelah sang istri bertanya untuk kedua kalinya, barulah sang suami memberikan gelas tersebut
kepadanya istrinya. Minuman tersebut sudah hampir habis, hanya menyisakan kira-kira satu
tegukkan saja. Si istri pun langsung mengambil gelas tersebut dan meminumnya.

Astagfirullah.

Sang istri yang baru saja menegukkan minuman tersebut langsung memuntahkannya.
Menyemburkan ke lantai.

Maafkan aku sayang. Sungguh maafkan aku. Aku tidak tahu kalau aku campur minuman ini
dengan garam, aku kira itu gula. Maafkan aku sayang. -,-
Suami tercinta akhirnya tersenyum melihat istrinya yang merasa bersalah. Sang istri hanya
menunduk menyembunyikan rasa malu dan bersalahnya.[]

*Repost catatan lama.


**Surakarta, 06 Oktober 2013 (01.10 AM)

(Kisah tersebut terinspirasi dari kisah Nabi Muhammad Saw., & Istri tercinta, Aisyah ra. Saya
tulis kembali berdasarkan versi saya sendiri.hehe. Ternyata benar, cara bersikap yang baik
mampu mencairkan suasana yg tidak nyaman menjadi lebih indah dan bersahabat. Ternyata juga,
cara bersikap yg baik mampu mengalahkan kata-kata bijak sekalipun).

Anda mungkin juga menyukai