Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi di integritas tulang,penyebab
terbanyak adalah insiden kecelakaan tetapi factor lain seperti proses degenerative juga
dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur (Brunner & Suddarth, 2002). Fraktur
terjadi jika tulang dikenai strees atau beban yang lebih besar dan kempuan tulang untuk
mentolelir beban tersebut. Fraktur dapat menyebabkan disfungsi organ tubuh atau
bahkan dapat menyebabkan kecacatan atau kehilangan fungsi ekstrimitas
permanen,selain itu komplikasi awal yang berupa infeksi dan tromboemboli (emboli
fraktur) juga dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cedera. Sedangkan
fraktur depress adalah fraktur pada tulang tengkorak dimana terdapat fragmen yang
tertekan di bawah permukaan normal (Brunner & Suddarth, 2002). Dalam kehidupan
sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan, maka tidak menutup
kemungkinan untuk terkena penyakit sebagai akibat dari pengaruh lingkungan yang
kurang baik, misalnya saja fraktur.
Fraktur atau bahasa awamnya patah tulang dapat disebabkan karena benturan,
gerakan memutar mendadak maupun kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat
gangguan atau penyakit primer seperti osteoporosis. Fraktur mempunyai komplikasi
yang kadang-kadang tidak diketahui oleh banyak orang. Adapun komplikasi tersebut
yang paling berbahaya adalah hypovolemik shock karena banyaknya perdarahan yang
dapat mengakibatkan kematian.

Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mencatat terdapat


lebih dari 7juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta
orang mengalami kecacatan fisik. Oleh karena itu peran perawat sangan penting dalam
memberikan materi bagaimana mencegah terjadinya kecelakaan dengan senantiasa berhati-
hati dalam melakukan aktifitas sehari-hari, serta memberikan asuhan keperawatan secara
2

tepat kepada penderita fraktur dan memberi penyuluhan tentang pentingnya asupan
karbohidrat, protein dan kalsium yang cukup untuk proses penyembuhan dan pembentukan
tulang baru.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Khusus
Setelah membuat asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur, mahasiswa
diharapkan dapat:
a. Mengetahui tentang pengertian fraktur
b. Mengetahui tentang anatomi-fisologi
c. Mengetahui tentang etiologi dan tanda gejala fraktur
d. Mengetahui patofisiologi dari fraktur
e. Melakukan pengkajian pada pasien dengan fraktur
f. Membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
g. Melakukan intervensi dan implementasi pada pasien dengan fraktur

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur
terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Brunner &
Suddarth, 2002).
3

Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan,
deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Price & Wilson, 2006).
Fraktur depress adalah fraktur pada tulang tengkorak dimana terdapat fragmen yang
tertekan dibawah permukaan normal tulang. Menurut Iskandar (2004) fraktur depress dalah
fraktur dengan tabula eksternal pada satu atau lebih tepi fraktur terletak dibawah level
anatomic normal dari tabula interna tulang tengkorak sekitarnya yang masih utuh. (Brunner
& Suddarth, 2002).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpukan bahwa fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang yang dapat disebabkan oleh trauma, ruda paksa atau oleh penyebab
patologis, yang dapat digolongkan sesuai dengan jenis dan kontinuitasnya.
B. ANATOMI-FISIOLOGI
1. Tulang
Tulang membentuk rangka penunjang dan perlindungan bagi tubuh dan tempat
melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Tulang panjang disusun untuk
menyangga berat badan dan gerakan, ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi
jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium.

a. Fungsi tulang
a) Sebagai formasi krangka, dengan membentuk rangka tubuh, menentukan
bentuk dan ukuran tubuh.
b) Pergerakan, yaitu untuk berbagai aktifitas selama pergerakan.
c) Perlindungan, yaitu melindungi organ-organ yang lunak dalam tubuh.
d) Hemtopoiesis yaitu pembentukan sel-sel darah merah yang terjadi pada
sumsum tulang merah.
e) Tempat penyimpanan mineral, antara lain kalsium dan fospor.
b. Komposisi jaringan tulang
Tulang terdiri dari sel-sel (osteosit, osteoblash dan osteoklas) dan matrik
ekstraseluler yang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam pada
substansi dasar dan garam-garam anorganik tulang seperti fospor dan kalsium.
a. Klasifikasi tulang
Klasifikasi tulang menurut bentuknya terbagi atas:
4

a) Tulang panjang yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri


dari diafisis dan efifisis yang berfungsi untuk menahan berat tubuh
dan berperan dalam pergerakan.
b) Tulang pendek yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya
ditemukan berkelompok yang berfungsi memberikan kekuatan dan
kekompakan pada area yang pergerakannya terbatas.
c) Tulang pipih yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang
berfungsi untuk memberikan suatu permukaan yang meluas untuk
perlengketan otot dan memberikan perlindungan.
d) Tulang ireguler yaitu tulang yang bentuknya tidak beraturan dengan
struktur tulang yang sama dengan tulang pendek.
e) Tulang sesamoid yitu tulang kecil bulat yang masuk dalam pormasi
persendian yang bersambung dengan kartilago, ligamentum atau
tulang lainnya.

2. Persendian
Persendian adalah adalah pertemuan antara 2 buah tulang atau beberapa tulang
kerangka. Suatu persendian terjadi saat permukaan dari 2 tulang bertemu yang
memungkinkan adanya pergerakan atautidak yang bergantung pada sambungannya.
a. Klasifikasi pesendian secara struktural terbagi menjadi
a) Persendian fibrosa, yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan
diperkokoh dengan jaringan ikat fibrosa.
b) Persediaan kartilago yaitu persendian yang tidak memiliki rongga sendi dan
diperkokoh dengan jaringan kartilago
c) Persendian sinovial yaitu persendian yang memiliki rongga sendi dan
diperkokoh dengan kapsul dan ligamen artikular yang membungkusnya.
b. Klasifikasi persendian menurut fungsinya dibagi menjadi:
a) Sendi sinartosis (sendi mati), sendi ini dibungkus dengan jaringan ikat
fibrosa atau kartilago. Sendi jenis ini adalah antara lain:
a. Sutura, yaitu sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa
rapat yang hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh: sutura
sagital dan parietal.
b. Sinkodrosis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan
kartilagi hialin. Contoh: lempeng epifisis sementara antara epifisis
dan diafisis pada tulang panjang anak.
5

b) Sendi amfiartosis (sendi dengan pergerakan terbatas). Sendi ini


memungkinkan gerakan terbatas sebagai respon terhadap torsi dan
kompresi. Sendi jenis ini antara lain adalah:
a. Simfisis, adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan
diskus kartilago, yang menjadi bantalan sendi dan memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan. Contoh: simpisis pubis.
b. Sindesmosis, terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan
dihubungkan dengan serat-serat jaringan ikat kolagen. Contoh:
ditemukan pada tulang yang bersisihan seperti radius dan ulna, serta
tibia dan fibula.
c. Gomposis, adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk
dengan pas dalam kantong tulang seperti pada gigi yang tertanam
pada tulang rahang.
c) Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi
sinovial. Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial yang
terdiri dari:
a. Sendi sferoidal yang terdiri dari sebuah tulang yang masuk kedalam
rongga berbentuk cangkir pada tulang lain.Contoh : sendi panggul
dan bahu
b. Sendi engsel, terdiri dari sebuah tulang yang masuk dengan pas pada
permukaan konkaf tulang kedua, sehingga memungkinkan gerakan
satu arah
c. Sendi kisar, yaitu tulang bentuk kerucut yang masuk pas cekungan
tulang kedua dan dapat berputar kesemua arah. Contoh : tulang atlas,
persendian bagian kepala
d. Sendi kondiloid, merupakan sendi biaksial yang memungkinkan
gerakan kedua arah disudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi
antara tulang radiusdan tulang karpal.
e. Sendi pelana, permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf
disatu sisi dan konkaf pada sisi lain, sehingga tulang akan masuk
dengan pas seperti dua pelana yang saling menyatu. Satu-satunya
sendi pelana sejati yang ada dalam tubuh adalah persediaan antara
tulang karpal dan metakarpal pada ibu jari.
6

f. Sendi peluru adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang
berartikulasi berbentuk datar, sehingga memungkinkan gerakan
meluncur antara satu tulang dengan tulang yang lainnya. Persendian
seperti ini disebut sendi nonaksia.
c. Pergerakan sendi
Pergerakan sendi merupakan hasil kerja otot rangka yang melekat pada tulang
dan membentuk artikulasi dengan cara memberikan tenaga. Tulang hanya berfungsi
sebagai pengungkit dan sendi sebagai penumpu.
Beberapa pergerakan sendi antara lain:
a. Fleksi, adalah gerakan memperkecil sudut antara dua tulang. Contoh: saat
menekuk siku, menekuk lutut atau menekuk torso kearah lain.
a) Dorsofleksi, adalah gerakan menekuk telapak kaki dipergelangan
kearah depan (meninggalkan dairah dorsal kaki)
b) Plantar fleksi adalah gerakan meluruskan telapak kaki pada
pergelangan kaki.
b. Ekstensi, adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang
c. Abduksi, adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh seperti
gerakan abduksi jari tangan dan jari kaki.
d. Aduksi, adalah gerakan tubuh saat kembali keaksis utama tubuh (kebalikan
dari gerakan abduksi)
e. Rotasi, adalah gerakan tulang yang berputar disekitar aksis pusat tulang itu
sendi tanpa mengalami dislokasi lateral, seperti saat menggelengkan kepala
untuk menyatakan tidak.
a) Pronasi, adalah rotasi medial lengan bawah dalam posisi anatomis
yang mengakibatkan telapak tangan menghadap kebelakang.
b) Supinasi yaitu rotasi lateral lengan bawah yang mengakibatkan telapak
tangan menghadap kedepan.
f. Sirkumduksi, adalah kombinasi dari semua gerakan argular dan berputar
untuk membuat suatu ruang berbentuk kerucut seperti saat menagyunkan
lengan berbentuk putaran
g. Inversi, adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan tulapak
kaki menghadap kedalam atau kearah medial
h. Eversi, adalah pergerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan
tulapak kaki menghadap kearah luar
i. Protaksi, adalah memajukan bagian tubuh seperti saat menonjolkan rahang
bawah kedepan atau memfleksi girdel pektoral untuk membungkuskan dada
7

j. Retraksi, adalah gerakan menarik bagian tubuh kearah belakang seperti saat
menstraksi mandibula
k. Elevasi adalah pergerakan suatu struktur kearah superiorseperti saat
mengatupkan mulut
l. Depresi adalah menggerakkan suatu struktur kearah inferior, seperti saat
membuka mulut.
3. Otot
Struktur jaringan otot dikhususkan untuk melakukan gerakan, baik oleh badan
secara keseluruhan gerakan, baik oleh badan secara keseluruhan maupun oleh berbagai
bagian tubuh yang satu terhadap yang lain. Sel-sel otot sangat berkembang dalam
fungsi kontraktil dan tidak begitu berkembang dalam hal konduktivitas. Kekhususan ini
meliputi pemanjangan sel-selnya sesuai sumbu kontroksi.
Pada jaringan otot, sel-sel atau serat otot itu biasanya bergabung dalam berkas-
berkas, sehingga jaringan otot tidak hanya terdiri atas serat-serat otot saja. Karena harus
melakukan kerja mekanis, serat-serat otot memerlukan banyak kapiler darah yang
mendatangkan makanan dan oksigen, dan mengangkut keluar produk sisa toksik.
Pembuluh-pembuluh darah itu terdapat di dalam jaringan ikat fibrosa, yang juga
berguna untuk mengikat serat-serat otot menjadi satu dan sebagai pembungkus,
pelindung sehingga tarikan dapat berlangsung secara efektif. Komponen-komponen sel-
sel otot seperti hal-hal yang lain, tetapi memiliki istilah khusus, membran sel disebut
sarkolema, sitoplasma disebut sarkoplasma, retikulum endoplasma disebut retikulum
sarkoplasma, dan mitokondria disebut sarkosoma. Ada tiga macam otot digolongkan
berdasarkan struktur dan fungsi, yaitu otot rangka, otot jantung, dan otot polos.
a. Otot Rangka
Otot rangka disebut juga otot lurik karena sesuai namanya mempunyai
bagian yang gelap dan terang menyerupai garis lurik. Otot lurik ini terdiri dari
serabut-serabut otot, apabila menggabung semuanya disebut kulit. Setiap
gabungan serabut diselaputi oleh suatu selaput disebut fasia propria.Gabungan
dari seluruh serabut diseluputi lagi oleh fase supersial.
b. Otot Polos
Otot polos berbentuk kumparan, yaitu kedua ujungnya meruncing dengan
bagian tengahnya membesar dan mempunyai satu inti sel. Kerja otot polos tidak
dipengaruhi oleh kehendak kita, maka otot ini disebut otot tak sadar. Otot polos
mempunyai karakteristik yang lain, yaitu: tidak melekat pada tulang, aktivitasnya
8

lambat dan teratur, mampu berkontraksi dalam waktu yang lama, tidak mudah
lelah, gerakannya berada dalam kendali saraf otonom (tidak sadar), banyak
dijumpai di lambung, usus, indung telur paru-paru, dan pembuluh darah.
c. Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercabang-cabang dan berinti banyak. Kerja
otot jantung kontraksinya dipengaruhi oleh saraf tidak sadar. Otot jantung terus
berkontraksisepanjang waktu dengan gerakan yang teratur berirama dalam
memompa darah keseluruh tubuh. Denyut jantung disebabkan kontraksi otot
jantung secara normal. Pada orang dewasa berlangsung 72 kali setiap menit.
Setiap berkontraksi sangat memerlukan oksigen yang cukup. Bila jantung tidak
mendapat oksigen selama 30 detik saja, kontraksi jantung akan berhenti.
C. JENIS FRAKTUR
1. Berdasarkan sifat fraktur
a. Fraktur tertutup
Apabila fragmen tulang yang patah tidak tampak dari luar
b. Fraktur terbuka
Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar
1. Derajat I
Luka < 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit dan tidak ada tanda luka remuk
2. Derajat II
Laserasi > 1 cm, kerusakan jaringan lunak, flap/avulsi
3. Derajat III
Kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi.
2. Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur
a. komplit
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran bergeser
dari posisi normal)
b. Fraktur inkomplit
Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
3. Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme trauma
a. Fraktur transversal
Arah melintang dan merupakan akibat trauma angulasi / langsung
b. Fraktur oblik
Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat
dari trauma langsung
c. Fraktur spiral
Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi
d. Fraktur kompresi
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
9

4. Istilah lain
a. Fraktur komunitif
Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
b. Fraktur depress
Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang
tengkorak dan tulang wajah).
c. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, tumor, metastasis
tulang).
d. Fraktur avulse
Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya.
D. DEFENISI FRAKTUR DEPRESS
1. Defenisi
Fraktur depress diartikan sebagai fraktur dengan tabula eksterna pada satu atau
lebih tepi fraktur terletak dibawah level anatomic normal dari tabula interna tulang
tengkorak sekitarnya yang masih utuh. Fraktur depress adalah fraktur pada tulang
tengkorak dimana terdapat fragmen yang tertekan di bawah permukaan normal
(Brunner & Suddarth, 2002).
Jenis fraktur ini terjadi jika energy benturan relative besar terhadap area benturan
yang relative kecil. Misalnya benturan oleh martil, kayu, batu, pipa besi, dan lain-lain.
Pada gambaran radiologis akan terlihat suatu area double density (lebih radio opaque)
karena adanya bagian-bagian tulang yang tumpang tindih. Fraktur depresi adalah fraktur
dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan
wajah).
2. Etiologi
Menurut Tarwoto (2007) & Iskandar (2004), Penyebab dari fraktur depress
adalah:
a. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana
bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang, cedera; jatuh/kecelakaan).
b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, yaitu terkena bukan pada bagian
langsung yang terkena trauma. misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam
keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri
rapuh/ ada underlying disesase dan hal ini disebut dengan fraktur patologis,
misalnya; osteoporosis, kanker tulang metastase.
10

d. Penyebab lainnya, misalnya: Patah karena letih, Olahraga atau latihan yang
berlebihan
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada klien dengan fraktur, diantaranya:
a. Nyeri yang menetap atau setempat
Nyeri ini disebabkan oleh adanya spasmeotot pada daerah yang fraktur dan
dianjurkan untuk mobilisasi daerah yang fraktur tersebut
b. Edema/bengkak dan perubahan warna local pada kulit akibat trauma yang
mengikuti fraktur karena adanya trauma,perdarahan,pergeseran fragmen
tulang tengkorak dan biasnaya disertai dengan perubahan fungsi.
c. Spasme otot,mobilitas abnormal,krepitasi, dan deformitas
Biasanya terjadi pemendekan tulang pada daerah yang fraktur atau tulangnya
mengalami kerusakan.
d. Pusing dan peningkatan TIK (Tekanan Intra Cranial)
Peningkatan TIK terjadi karena tekanan yang terdapat di dalam ruang cranial
seperti volume darah , prenkim otak dan cairan serebro spinal yang berlebihan
e. Gangguan fungsi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur
f. Syok hipovolemik, terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan yang
hebat (Greenberg, 2008).
4. Patofisiologi
Fraktur depress adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak yang disebebkan
oleh trauma, sehingga segmen tulang bergeser ke dalam. Fraktur tersebut terdepres di
dalam tabula pada kalvaria yang berdekatan , jika fraktur ini terjadi diatas struktur
penting seperti sinus venosus atau korteks motorik atau sensorik. Ini dapat terjadi
dengan kerusakan otak dan menimbulkan dampak tekanan yang kuat. Patah tulang
tengkorak depress mungkin mengekspos otak ke lingkungan dan bahan
asing,menyebabkan infeksi atau pembentukan abses dalam otak.
5. Lokasi Anatomis
a. Konveksitas (kubah tengkorak)
yaitu fraktur yang terjadi pada tulang-tulang yang membentuk konveksitas
(kubah) tengkorak seperti os.Frontalis, os. Temporalis, os. Parietalis, dan os.
Occipitalis.
a) Basis crania (dasar tengkorak)
yaitu fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk dasar tengkorak.
Dasar tengkorak terbagi atas tiga bagian yaitu :
a) fossa Anterior
b) fosa Media
11

c) fosa Posterior
b) fraktur pada masing-masing fosa akan memberikan manifestasi yang berbeda.
6. Keadaan Luka
a. terbuka
Patah tulang terbuka memerlukan pertolongan segera. Penundaan waktu
dalam memberikan pertolongan akan mengakibatkan komplikasi infeksi kerena
adanya pemaparan dari lingkungan luar. Waktu yang optimal untuk melaksanakan
tindakan sebelum 6-7 jam sejak kecelakaan,disebut golden period.
Secara klinis patah tukang terbuaka dibagi menjadi tiga derajat
(Pusponegoro A.D, 2007),Yaitu:
Derajat I : Terdapat luka tembus kecil seujung jarum,luka ini di
dapat dari tusukan fragmen-fragmen tulang dari dalam.
Derajat II : Luka lebih besar disertai dengan kerusakan kulit
subkutis. Kadang-kadang ditemukan adanya benda-
benda asing disekitar luka.
Derajat III : luka lebih besar dibandingkan dengan luka pada
derajat II. Kerusakan lebih hebat karena sampai
mengenai tendong dan otot-otot saraf tepi.
b. tertutup
Luas lapisan tipe fraktur ditentukan oleh beberapa hal, pertama
ditentukan oleh besarnya energy yang membentur kepala (energy kinetic objek),
kedua ditentukan oleh Arah benturan, ketiga ditentukan oleh bentuk tiga dimensi
(geometris) objek yang membentur, keempat ditentukan oleh lokasi anatomis
tulang tengkorak tempat benturan terjadi, dan kelima ditentukan oleh
perbandingan antara besar energi dan luasnya daerah benturan, semakin besar
nilai perbandingan ini akan cenderung menyebabkan fraktur depressed.
Pendapat ini didukung oleh beberapa hal antara lain:
a) Fraktur pada tabula interna biasanya lebih luas dari pada fraktur
tabula eksterna diatasnya
b) Sering ditemukan adanya fraktur tabula interna walaupun tabula
eksterna utuh
c) Kemungkinan hal ini juga didukung oleh pengamatan banyaknya
kasus epidural hematoma akibat laserasi arteri meningea media,
walaupun pada pemeriksaan awal dengan radiologi dan gambaran
intra operatif tidak tampak adanya fraktur pada tabula eksterna,
tetapi tampak garis fraktur pada tabula interna.
12

7. Tanda Dan Gejala


a. gejala-gejala yang muncul pada cedera local bergantung pada jumlah dan
distribusi cedera otak. Nyeri yang menetap atau setempat, biasanya menunjukan
adanya fraktur.
b. Patomekanisme terjadinya gejala nyeri diatas antara lain: nyeri adalah sensasi
subjektif rasa tidak nyaman yang biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau potensial. Nyeri dapat bersifat protektif, yaitu dengan menyebabkan
individu menjauhi suatu rangsangan yang berbahaya, atau tidak memiliki fungsi,
seperti pada nyeri kronik. Nyeri dirasakan apabila reseptor-reseptor nyeri spesifik
teraktivasi. Nyeri dijelaskan secara subjektif dan objektif berdasarkan lama
(durasi), kecepatan sensasi, dan letak.
c. Fraktur kubah cranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur, dan karena ini
diagnosis yang akurat tidak dapat ditetapkan tanpa pemeriksaan dengan sinar x.
d. Fraktur dasar tengkorak cenderung melintas sinus paranasal pada tulang frontal
atau lokasi tengah telinga tulang temporal, juga sering menimbulkan hemoragi
dari hidung, faring, atau telinga dan darah terlihat dibawah konjungtiva. Suatu
area ekimosis, atau memar mungkin terlihat diatas mastoid (tanda battle). Fraktur
dasar tengkorak dicurigai ketika CSS keuar dari telinga (othorea cairan
serebrospinal) dan hidung (rhinorea serebrospinal). Keluarnya cairan CSS
merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan infeksi seperti
meningitis, jika organisme masuk kedalam isi cranial melalui hidung, telinga atau
sinus melalui robekan pada dura.
8. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien dengan fraktur,
diantranya:

a. Foto rontgen biasanya bisa menunjukkan adanya patah tulang.


b. CT scan atau MRI untuk bisa melihat dengan lebih jelas daerah yang mengalami
kerusakan.
c. Darah lengkap: HT meningkat (hemokonsentrasi), HB menurun (akibat adanya
perdarahan).
d. Arteriografi, bila diduga ada kerusakan pada vaskuler.
e. Kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
13

f. Golongan darah, dilakukan sebagai persiapan transfusi darah jika ada kehilangan
darah yang bermakna akibat cedera atau tindakan pembedahan.

9. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu
kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan
bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen
dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi,
hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam.
Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkmans Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
14

a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan supai darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya
tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan
dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pre Operasi

a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan


a) Kegiatan yang beresiko cidera.
b) Riwayat penyakit yang menyebabkan jatuh.
c) Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan.
b. Pola nutrisi metabolik
a) Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
15

b) Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan warna kulit di


sekitar luka, edema.
c. Pola eliminasi
a) Konstipasi karena imobilisasi
d. Pola aktivitas dan latihan
a) Kesemutan, baal
b) Ada riwayat jatuh atau terbentur ketika sedang beraktivitas
c) Tidak kuat menahan beban berat
d) Keterbatasan mobilisasi
e) Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal injury,
lambatnya kapiler refill tim
e. Pola tidur dan istirahat
a) Tidak bisa tidur karena kesakitan
b) Sering terbangun karena kesakitan

f. Pola persepsi kognitif


a) Nyeri pada daerah fraktur
b) Kesemutan dan baal pada bagian distal fraktur
c) Paresis, penurunan atau kehilangan sensasi
g. Pola persepsi dan konsep diri
a) Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan
sebelumnya
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
a) Merasa tidak ditolong
b) Kecemasan akan tidak melakukan peran seperti biasanya
2. Post Operasi
a. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
a) Kegiatan yang beresiko cidera.
b) Pengetahuan pasien tentang perawatan luka di rumah
b. Pola nutrisi metabolik
a) Adanya gangguan pola nafsu makan karena nyeri.
c. Pola eliminasi
a) Konstipasi karena imobilisasi
d. Pola aktivitas dan latihan
a) Keterbatasan beraktivitas
b) Hilangnya gerakan atau sensasi spasme otot
c) Baal atau kesemutan
d) Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera
e) Perdarahan, perubahan warna
e. Pola tidur dan istirahat
16

a) Tidak bisa tidur karena kesakitan luka operasi


b) Sering terbangun karena kesakitan
f. Pola persepsi kognitif
a) Keluhan lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri
b) Nyeri pada luka operasi
c) Tidak adanya nyeri akibat kerusakan saraf
d) Pembengkakan, perdarahan, perubahan warna
C. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan sekunder pada fraktur,
edema.
b. Koping individu tidak efektif b.d prognosis pembedahan,ancaman,kehilangan
oragan atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan dan ketidakmampuan
menggali koping efektif.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan
jaringan lunak.

1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan sekunder pada fraktur, edema.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan skala nyeri pada pasien dapat berkurang,
Nyeri berkurang sampai hilang ditandai dengan:
Intensitas nyeri 2-3
Ekspresi wajah rileks
Tidak merintih
Kriteria hasil:
Pasien menyatakn nyeri berukurang
Pasien mampu perasaan nyerinya
Pasien dapat mengidentifikasi nyerinya
Pasien kooperatif terhadap tindakan
Ekspresi wajah rileks

Intervensi Rasional
Kaji lokasi nyeri dan intensitas nyeri. Mengetahui tindakan yang dilakukan
selanjutnya
Pertahankan imobilisasi pada bagian yang Mengurangi nyeri
sakitnya
Ajarkan teknik relaksasi. Mengurangi nyeri pada saat nyeri timbul.

Jelaskan prosedur sebelum melakukan Mempersiapkan pasien untuk lebih


tindakan kooperatif
Beri posisi yang tepat secara berhati-hati Meminimalkan nyeri, mencegah
17

pada area fraktur. perpindahan tulang.


Beri kesempatan untuk istirahat selama Untuk mengurangi nyeri
nyeri berlangsung.
Kolaborasi dalam pemberian terapi Mengatasi nyeri.
medik: analgetik.

2. Koping individu tidak efektif b.d prognosis pembedahan,ancaman,kehilangan oragan atau


fungsi tubuh dari prosedur pembedahan dan ketidakmampuan menggali koping efektif.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien mampu mengembangkan koping
yang positif
Kriteria hasil:
Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan
Pasien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi
Pasien mampu menyatakan penerimaan driri terhadap situasi
Pasien mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa harga diri negative.
Intervensi Rasional
Mandiri Menetukan bantuan individual dalam menyusun
Kaji perubahan diri gangguan
rencana perawatan atau pemilihan intervensi
persepsi dan hubungan derajat
ketidakmampuan
Identifikasi arti dari kehilangan Beberapa pasien dapat menerima dan mengatur
atau disfungsi pada pasien perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit
penyusuaian diri,sedangkan yang lain
mempunyai kesulitan dalam
membadingkan,mengenal,mengatur kekurangan
Anjurkan pasien untuk Menunjukakan penerimaan,membantu pasien
mengekspresikan perasaan untuk mengenal dan mulai menyusaikan dengan
perasaan tersebut
Catat ketika pasien Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh
menyatakan sekarat atau perasaan negative terhaadap gambaran
mengingkari dan menyatakan tubuh dan kemampuan yang menunjukkan
inilah kemarinan kebutuhan dan intervensi secara dukungan
emosional
18

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak.
Tujuan: Tidak ada tanda-tanda infeksi ditandai dengan:
- Suhu normal 36-37oC
- Tidak ada kemerahan, tidak ada edema, luka bersih.
Intervensi Rasional
Observasi TTV terutama suhu. Peningkatan suhu menunjukkan adanya
infeksi.
Jaga daerah luka tetap bersih dan Luka yang kotor dan basah merupakan
kering. media yang baik untuk
mikroorganisme berkembang biak.
Tutup daerah yang luka dengan kasa Mencegah kuman/mikroorganisme
steril/balutan bersih. masuk
Rawat luka dengan teknik aseptic Mencegah mikroorganisme
berkembang biak.
Kolaborasi dengan medik untuk Menghambat pertumbuhan
pemberian antibiotik. mikroorganisme

D. PEMBAHASAN KASUS
1. Gambaran kasus
Tn. S (45 th) dengan diagnosa defek cranial midfrontal akan dilakukan tindakan
operasi cranioplasty. Klien 3 bulan yang lalu mengalami kecelakan kerja kepala, kepala
klien terkena kayu dibagian frontal. Klien mengalami fraktur depress dilakukan operasi
craniotomy. Klien sebelum operasi mengatakan merasa cemas dengan operasi yang akan
dilakukan,klien juga tampak cemas,skala dilakukan. TTV klien sbeleum operasi TD:
120/80 mmHg, Nadi: 76x/I, RR: 19x/i, S: 36,5 o C . Klien mengatakan setelah operasi
kepalanya pusing dan badannya terasa dingin, klien tampak menggigil. Badan klien
teraba dingin,sesaat sebelum sadar terdengar bunyi napas gurgling. Alderet score 9,TTV
setelah operasi TD: 110/60mmHg,suhu: 35,9oC, nadi: 89x/i, RR: 16x/i.
2. Hasil Pengkajian dan Pemeriksaan fisik
a. Informasi Umum
19

Nama: Tn. S Umur: 45tahun


Tanggal lahir: Jenis kelamin: Laki-Laki
Suku bangsa: Tanggal masuk:
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien sebelum operasi mengeluh merasa cemas dengan operasi yang akan
dilakukan. Klien tmapak cemas, skala ansietas sedang dan klien gelisah. TTV
klien sebelum operasi TD: 120/80 mmHg, Nadi: 76x/i, RR: 19x/i, S: 36,5o C. klien
setelah operasi mengeluh kepalanya terasa pusing dan badan terasa dingin, klien
tampak menggil,terdengar suara gurguling setelah operasi.
c. Pengkajian Primer
Airway
Jalan napas tidak paten,terdapat secret di mulut
Breathing
RR: 16x/i
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Klien 3 bulan yang lalu mengalami kecelakan kerja kepala, kepala klien terkena kayu
dibagian frontal. Klien mengalami fraktur depress dilakukan operasi craniotomy. Klien
tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi,Diabetes Mellitus.
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital:
TD: 110/60 mmHg Suhu: 35,9oC
Nadi: 89x/i Pernafasan: 16x/menit
5. Analisa Data,Diagnosa Keperawatan,Prioritas Masalah,Intervensi dan Rasional
No Data Etiologi Masalah keperawatan
1. Data objektif : Defek cranial Bersihan jalan nafas
- Klien mendapat anastesi
tidak efektif
Tindakan craniotomy 20
umum dengan teknik ET
- Bunyi nafas ronkhi pada
Penurunan kesadaran dan
bagian lobus atas dekat
depress pernapasan
trakea di bagian kanan
- Alderest skors :9 Penumpukkan secret di
- TTV klien 110/60 mmHg,S:
jalan nafas
36 C, N: 89x/i
RR: 16x/i Bersihan jalan nafas tidak
efektif
2. Data Subjektif: Suhu ruangan yang dingin Hipotermi
- Klien mengatakan badan
anastesi umum,infuse
terasa dingin
dengan cairan yang dingin
Data Objektif:
- Klien tampak menggigil
Suhu tubuh menjadi
- Badan klien teraba dingin
- Alderet skore : 9 menurun
- TTV klien 110/60 mmHg,S:
Respon fisiologis tubuh
36 C, N: 89x/i
RR: 16x/i
- Klien mendapat anastesi
Hipotermi
umum dengan teknik ET
- Di ruangan operasi
terpasang ac

3. Data subjektif: Defek cranial Ansietas


- Klien sebelum operasi
Tindakan cranioplasty
mengeluh merasa cemas
dengan yang akan Kurang informasi mengenai
dilakukan tindakan pembedahan yang
Data objektif :
akan dilakukan
- Klien tampak cemas, dan
gelisah
- Skala ansietas sedang Ansietas
- Klien menanyakan tentang
operasi yang akan
dilakukan
- TTV klien 110/60 mmHg,S:
36 C, N: 89x/i
RR: 16x/i
-
21

Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penurunan control kepatenan jalan nafas
(lidah), penurunan control batuk efektif dan muntah sekunder anastesi,efek
depresan dari medikasi dan agens anastesi
2. Hiportemia b.d suhu lingkungan yang dingin dan efek anastesi
3. Ansietas b.d kurang pengetahuan mengenani tindakan kooperatif
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur depress diartikan sebagai fraktur dengan tabula eksterna pada satu atau lebih tepi
fraktur terletak dibawah level anatomic normal dari tabula interna tulang tengkorak
sekitarnya yang masih utuh. Fraktur depress adalah fraktur pada tulang tengkorak dimana
terdapat fragmen yang tertekan di bawah permukaan normal.
Fraktur dapat menyebabkan disfungsi organ tubuh atau bahkan dapat menyebabkan
kecacatan atau kehilangan fungsi ekstrimitas permanen,selain itu komplikasi awal yang
berupa infeksi dan tromboemboli (emboli fraktur) juga dapat menyebabkan kematian
beberapa minggu setelah cedera. Sedangkan fraktur depress adalah fraktur pada tulang
tengkorak dimana terdapat fragmen yang tertekan di bawah permukaan normal (Brunner
& Suddarth, 2002).

B. Saran
Oleh karena itu peran perawat sangan penting dalam memberikan materi bagaimana
mencegah terjadinya kecelakaan dengan senantiasa berhati-hati dalam melakukan aktifitas
sehari-hari, serta memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada penderita fraktur dan
memberi penyuluhan tentang pentingnya asupan karbohidrat, protein dan kalsium yang
cukup untuk proses penyembuhan dan pembentukan tulang baru.
22

Anda mungkin juga menyukai