Anda di halaman 1dari 3

Motivator Indonesia Terkenal , Motivator Indonesia Muda , Motivator Indonesia

Sebagai motivator Indonesia saya berusaha memberikan motivasi terbaik, termasuk


untuk penjualan.

Benarkah jualan itu sulit? Tak sedikit orang yang menganggap jualan itu sulit.
Jangan-jangan Anda juga termasuk. Hehehe.

Begini. Cobalah berpikir soal jualan itu dengan sudut pandang yang berbeda. Kalau
sudut pandang ini Anda ubah, maka semangat jualan Anda akan menyala dan
membara kembali, seperti saat gembiranya Anda mendapat closingan pertama kali.
Wow!!!

Yang bilang jualan itu susah, yah memang iya. Kalau mau dibuat susah. Padahal
bisa dibawa mudah dan menyenangkan. Bukankan jualan itu sebenarnya
membantu urusan orang dan memudahkan urusan orang. Ini paradigma yang perlu
diluruskan.

Membantu. Memudahkan. Lho kok bisa? Ya, bisa. Bukankah orang lapar dan butuh
makan pagi, kemudian dibantu dengan adanya penjual nasi uduk? Ada orang haus
di pinggir jalan, kemudian dibantu dengan adanya penjual teh botol.

Ada orang letih dan lelah, kemudian dibantu dengan adanya tukang pijat dan jasa
refleksi. Macam-macamlah contohnya. Intinya jualan itu membantu orang.
Mensolusikan. Mulia sekali tho?

Mari maknai penjual sebagai pembawa solusi. Siap?

Sebagai motivator Indonesia, saya sering mengajak peserta di seminar motivasi


atau training motivasi saya agar memiliki mental kaya.

Beberapa waktu yang lalu, saya diajak talkshow bareng Aa Gym, Sandiaga Uno, dan
Mas Mono. Setelah itu, kami langsung lunch bersama. Alhamdulillah, sebagai tuan
rumah, Aa Gym yang mengambilkan nasi untuk saya, persis 10 tahun yang lalu.
Demikian pula Sandiaga Uno, walaupun bukan tuan rumah, menambahkan nasi
untuk saya. Masya Allah, inilah dua guru sejati, karena benar-benar rendah hati.
Saya sebagai murid sampai malu sendiri.

Suatu ketika, mungkin tahun 2011 atau 2012, saya melihat Pak Sandiaga (dan dia
tidak melihat saya) naik pesawat biasa. Bukan Garuda Indonesia. Bukan business
class. Ada seorang asisten di sampingnya, tapi dia tetap menenteng barangnya
sendiri. Ah, itu kan biasa. Ya, memang biasa. Menjadi luar biasa karena saat itu ia
termasuk dalam 30 orang terkaya di Indonesia!

Pernah juga saya diundang sarapan sama Tung Desem Waringin, pelatih kondang di
Indonesia, di sebuah restoran di lapangan golf. Awalnya cuma sarapan, tahu-tahu
kami ngobrol lebih dari 5 jam! Tidak terasa! Cuaca yang panas dan tidak ber-AC,
sama sekali tidak berhasil mengusik dan mengusir kami. Ketika saya mau
membayar, eh ternyata Pak Tung sudah duluan membayar. Rupanya dia telah
meletakkan kartu kreditnya di kasir sejak awal.

Inilah yang disebut mental kaya. Gemar melayani, gemar mentraktir. Betapa
banyak orang di sekitar kita yang bersikap sebaliknya. Ngarep-ngarep ditraktir.
Nggak heran, semakin nyungsep hidupnya. Saran saya, setiap kali ada kesempatan,
usahakan untuk mentraktir. Walaupun dia yang jadi atasan, walaupun dia yang lebih
kaya. Lagi-lagi, ini soal mental kaya. Seperti kemarin, saya ditraktir sate kambing
sama mantan staf saya, Gerry. Zaman saya susah dulu, saya sudah terbiasa
mentraktir. Apalagi sekarang, yang insya Allah nggak susah lagi. Btw, mentraktir itu
bagian dari sedekah. Siap?

Dalam seminar motivasi, saya sebagai motivator Indonesia berusaha


mempersembahkan yang terbaik.

Di berbagai in-house seminar, banyak yang meminta saya sharing soal kegagalan.
Lantas, apa respons saya?

Gagal itu wajar.

Sukses juga wajar.

Tak perlu disikapi berlebihan.

Lalu, ada yang bertanya, Sudah antusias, sudah optimis, kok masih gagal? Yah,
apalagi kalau tidak antusias dan tidak optimis! Pasti lebih gagal!

- Karier merosot! Bisnis turun! Produk ditolak! Harus bagaimana nih? Tetap
tenang. Jangan panik. Tarikan nafas saja turun-naik. Gerakan sholat juga turun-naik.
Mestinya ini melatih kita dan menguatkan kita.
- "Barusan jatuh Mas, habis semua. Gimana ya?" Anak SD yang lagi demam juga
tahu, kalau jatuh, yah segera bangkit! Gagal itu wajar. Berlarut-larut dalam
kegagalan, nah itu yang tidak wajar. Emang garam, pakai larut segala, hehehe. Yang
sebenarnya tidak ada yang abadi di muka bumi ini, termasuk kegagalan. Yah, coba
saja lagi. Lama-lama, si gagal itu akan bosan pada Anda, hehehe.

- Tapi, saya gagalnya sudah lima kali nih! Regina saja, ikut Indonesia Idol
sampai tujuh kali, barulah terpilih sebagai pemenang. Bahkan istrinya Nabi Ibrahim
(Abraham), bolak-balik tujuh kali, barulah dipertemukan dengan air. Anda?

Begitulah, kegagalan dan penolakan itu biasa. Malah ada baiknya juga. Bagaimana
mungkin? Yah, mungkin saja. Menurut Sharon Kim, seorang peneliti dari Sekolah
Bisnis John Hopkins Carey, Amerika, mereka yang mendapat penolakan sosial
umumnya justru memperoleh keuntungan tersendiri.

Apa untungnya? Yah, berupa pikiran yang lebih independen dan lebih intuitif.
Tampaknya, penolakan mendorong mereka untuk berpikir lebih kreatif, ujar
Sharon Kim seperti yang dimuat di Journal of Experimental Psychology. Ini juga
sering saya singgung dalam training motivasi.

Sekali lagi.

Gagal itu wajar.

Sukses juga wajar.

Tak perlu disikapi berlebihan. Sekian dari saya, Ippho Santosa.

Anda mungkin juga menyukai