Anda di halaman 1dari 31

Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Laporan Kasus


Universitas Muslim Indonesia September 2016

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA REPONIBLE

Oleh :

Nur Qalbi Ramadhani 111 2015 0020

Pembimbing :

dr. Budiman Siri, Sp.B

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2016

1
LAPORAN KASUS

A. Identitas
Nama : Tn.M
Usia : 38 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Suku : Bugis
Alamat : Jl. Ahmad Yani No.17 Kel. Lapadde Kec. Ujung

Parepare

No. Rekam Medik : 115430

Perawatan : anggrek

B. Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan pada lipatan paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan benjolan pada lipatan paha kiri

yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan muncul saat pasien duduk, batuk,

berdiri, dan mengedan. Benjolan menghilang jika pasien berbaring, dan benjolan

dapat didorong ke dalam perut, tidak ada nyeri, demam, mual, muntah, buang air

kecil lancar, dan buang air besar dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Dahulu :


1. Riwayat penyakit hipertensi tidak ada
2. Riwayat penyakit jantung tidak ada
3. Riwayat penyakit diabetes melitus tidak ada
4. Riwayat batuk lama tidak ada
5. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada
Riwayat Keluarga :
Riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama tidak ada
Riwayat Pekerjaan :
Pasien seorang pedagang yang memiliki kebiasaan angkat barang berat
Pemeriksaan fisis :
Status generalis : Keadaan umum : sakit sedang / gizi cukup / compos mentis
Tanda vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/i

2
Pernapasan : 20 x/i
Suhu : 36,5 C
Kepala :
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
Hidung : tidak ada sekret/perdarahan
Telinga : tidak ada sekret/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat

Leher :
Dalam batas normal
Thorax :
Jantung :
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba di intercostal IV midclavicularis left sternal
P : batas jantung instercostal IV parasternal dekstra sampai intercostal V

midclavicularis sinistra
A : S1 S2 tunggal
Paru-paru :
I : simetris, tidak ada retraksi
P : fremitus raba normal
P : sonor
A : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
I : datar
A : bising usus (+) normal
P : timpani
P : supel, hepar/lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas :

Akral hangat :+/+, edema -/-

Status lokalis :

Regio inguinal sinistra :

3
Inspeksi : terdapat benjolan di lipatan paha kiri berbentuk lonjong dengan

diameter 6 cm x 3 cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak

kemerahan

Palpasi : benjolan kenyal, batas jelas, dapat dimasukkan, tidak nyeri

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah Rutin :
1. Hb : 15,3 g/dl
2. Leukosit : 10 ribu/uL
3. Trombosit : 214 ribu/uL
4. Hematokrit : 47,2 %
5. Eritrosit : 4.91 juta/uL
b. Kimia Darah :
1. GDS : 74 mg/dl
D. Diagnosis
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel
E. Penatalaksanaan
Operatif : Herniorafi
Prosedur operasi :
1. Informed consent (+), profilaksis (+)
2. Posis supine
3. Desinfeksi lapangan operasi
4. Insisi inguinal sinistra sampai ke fasia
5. Buka fasia, identifikasi funikulus spermaticus dan kantong hernia, buka

kantong hernia
6. Tampak isi kantong usus (+), cairang kuning bening, kembalikan organ ke

intraabdomen, lakukan herniotomi, lanjut hernioplasti dan herniorafi dengan

mesh
7. Jahit lapis demi lapis
8. Operasi selesai
F. Follow Up

Tanggal Perjalanan penyakit Tindakan


08/08/2016 S : keluhan (-) - IVFD RL 28 tpm
O : KU : baik,sadar - Cefobactam 1 gr/12 jam/iv
TD : 120/80 mmHg - Ranitidin 50 mg/8 jam/iv
N : 84 x/i - Ketorolac 30 mg/8 jam/iv

4
P : 20 x/i - Tirah baring
S : 36,6 C
A : POH 0 post herniorafi

09/08/2016 S : nyeri luka operasi (-) - IVFD RL 28 tpm


O : ku : baik, sadar - Cefobactam 1 gr/12 jam/iv
TD : 110/80 mmHg - Ranitidin 50 mg/8 jam/iv
N : 88 x/menit - Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
P : 20 x/menit Mobilisasi
S : 36,8 C Diet Lunak
Abdomen : supel
peris
A : POH 1 post herniorafi

10/8/2016 S : tidak ada keluhan - IVFD RL 28 tpm


O : ku : baik, sadar - Cefobactam 1 gr/12 jam/iv
TD : 110/70 mmHg - Ranitidin 50 mg/8 jam/iv
N : 82 x/i - Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
P : 20 x/i - Diet Lunak
S : 36,7 C - Mobilisasi
A : POH II post herniorafi
11/08/2016 S : tidak ada keluhan - Aff infus
- Cefixime 200 mg 2x1
O : ku : baik, sadar - Asam Mefenamat 500 mg

TD : 120/70 mmHg 3x1


- Ranitidin 150 mg 2x1
N : 84 x/menit
Boleh Rawat Jalan
P : 22 x/menit

S : 36,5 C

A : POH III post herniorafi

G. Resume

Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan benjolan pada lipatan paha kiri

yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan muncul saat pasien duduk, batuk,

berdiri, dan mengedan. Benjolan menghilang jika pasien berbaring dan benjolan

5
dapat didorong masuk, nyeri (-), demam, mual, muntah tidak ada, buang air kecil

lancar, dan buang air besar dalam batas normal.

Pada pemeriksaan fisis ditemukan keadaan umum : sakit sedang, gizi cukup,

compos mentis. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg, nadi : 88 x/menit, pernafasan : 20

x/menit, suhu : 36,5 C.

Pada regio inguinal sinistra didapatkan pada inspeksi : terdapat benjolan di

lipatan paha kiri, diameter 6 cm x 3 cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit,

tidak kemerahan. Pada palpasi : tidak teraba hangat, kenyal, batas jelas, dapat

dimasukkan, tidak nyeri.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil dalam batas normal. Dari

anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan

diagnosis hernia inguinalis lateralis sinistra reponibel.

DISKUSI

Pada kasus ini pasien masuk dengan keluhan benjolan pada lipatan paha kiri

yang dialami sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan muncul saat pasien duduk, batuk,

berdiri, dan mengedan. Benjolan menghilang jika pasien berbaring dan benjolan

6
dapat didorong masuk, nyeri (-), demam, mual, muntah tidak ada, buang air kecil

lancar, dan buang air besar dalam batas normal.

Pada teori didapatkan keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha

yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan

menghilang waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang hilang

timbul di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan

anak atau bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang perut kembung, harus

dipikirkan kemungkinan hernia strangulata

Pada kasus ini, pemeriksaan fisis yang didapatkan yaitu pada regio inguinal

sinistra didapatkan pada inspeksi : terdapat benjolan di lipatan paha kiri, diameter 6

cm x 3 cm, permukaan rata, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan. Pada

palpasi : benjolan teraba kenyal, batas jelas, dapat dimasukkan, tidak nyeri.

Pada teori didapatkan inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi

lipat paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta

mengedan atau batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dlihat. Palpasi

dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba

mendorong apakah benjolan dapat direposisi.

BAB I

Pendahuluan

7
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari

dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan

atau kongenital dan hernia dapat atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama

sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,

femoralis, dan lain-lain.

Sekitar 75 % hernia terjadi disekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,

indirek, serta hernia femoralis; hernia insisional 10 %, hernia ventralis 10 %, hernia

umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 %. Pada hernia di abdomen, isi perut

menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding

perut.

Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Menurut sifatnya, hernia

disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar-masuk. Usus halus ketika berdiri

atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong masuk perut.

Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila

isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia

ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada peritoneum

kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Masih tidak ada keluhan nyeri, tidak

juga tanda sumbatan usus.

Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh

cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam

rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis,

istilah hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang disertai

8
gangguan pasase, sedangkan hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia

ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi. Pada keadaan sebenarnya, gangguan

vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan

mulai dari bendungan sampai nekrosis. Nama yang lazim dipakai ialah hernia

strangulata, walaupun tidak ada gejala dan tanda strangulata.

Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia

Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia tidak

ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparotomi. Komplikasi hernia Richter

adalah strangulasi sampai sampai terjadi perforasi usus; pada hernia femoralis,

komplikasi ini tampak seperti abses sampai terjadi fistel enterokutaneus daerah inguinal.

Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol ke luar melalui dinding perut,

pinggang, atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia

melalui suatu lubang dalam rongga perut, seperti foramen Winslow, resesus retrosekalis

atau defek dapatan pada mesenterium umpamanya setelah operasi anastomosis usus. (1)

Hernia insipiens atau hernia yang membalut merupakan hernia indirek pada

kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus. Hernia yang

kantongnya menjorok ke dalam celah antara lapisan dinding perut dinamakan hernia

interparietalis atau hernia interstisialis.

Pada hernia inguinalis lateralis, ujung kantong hernia mungkin terletak di dalam

kanalis inguinalis di antara lapisan otot.

9
Hernia yang sebagian dinding kantongnya terbentuk dari organ isi hernia,

misalnya sekum, kolon desenden atau kandung kemih, disebut hernia gelincir atau

sliding hernia.

Hernia epigastrika menonjol melalui defek di linea alba, kranial dari umbilikus.

Yang jarang terjadi ialah hernia Spieghel yang muncul melalui tempat lemah diantara

tepi lateral otot rektus abdominis dengan linea semisirkularis. Hernia Spieghel

merupakan hernia interstisial yang terletak antara m.transversus abdominis dan

m.oblikus abdominis internus.

Hernia lumbalis menempati dinding perut bagian lateral, contohnya hernia

sikatriks pada bekas luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbale inferior Petit, dan

trigonum lumbale superior Grijnfelt. Hernia di trigonum lumbale jarang ditemukan.

Hernia sikatriks atau hernia insisional terjadi pada bekas luka laparatomi.

Bentuk hernia lain yang juga jarang dijumpai ialah hernia obturatoria melalui foramen

obturatorium dan hernia diafragmatika melalui foramen Bochdalek di diafragma. Hernia

Littre adalah hernia yang berisi divertikulum Meckel.(1)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

10
Hernia inguinalis terjadi ketika bagian dari abdomen biasanya jaringan lemak

atau bagian dari usus halus yang menonjol keluar pada area yang lemah dari

dinding abdomen bawah. Hernia inguinal terjadi pada inguinal yaitu area antara

abdomen dan pinggul. Area dari dinding abdomen bawah disebut juga regio

inguinal.(2)

B. Anatomi

Regio Inguinalis

Merupakan daerah yang penting dalam klinik karena merupakan tempat

terjadinya hernia inguinalis pada laki-laki dan wanita, dengan frekuensi yang lebih

banyak pada laki-laki. Daerah ini merupakan daerah yang lemah terutama pada

laki-laki akibat proses descensus testis yaitu testis bersama selubungnya serta

lapisan-lapisan dinding abdomen turun ke dalam kantong testis. Dengan

terbawahnya lapisan-lapisan dinding abdomen, pada kantong testis juga dapat

ditemukan persamaan dengan lapisan dinding abdomen.

11
Lapisan dinding abdomen yang turun bersama pembuluh darah dan nervi

kemudian menyelubungi ductus deferens sehingga membentuk funiculus

spermaticus (spermatic cord) yang terdiri dari :

1. Ductus deferens yang merupakan saluran dari testis


2. Arteriae, yaitu arteria testicularis (arteri spermatica interna) yang

memperdarahi pada testis, arteriae deferentiales yang memperdarahi pada

ductus deferens dan arteriae cremasterica.


3. Venae yang meninggalkan testis membentuk plexus pampiniformis
4. Nervi, terdiri dari serabut-serabut simpatis dan parasimpatis yang mengurus

pembuluh darah dan ductus deferens merupakan persarafan sensorik otonom

yang memberikan kesan nyeri dari gangguan pada testis. Disamping itu, ada

ramus genitalis nervus genitofemoralis menuju musculus cremaster.


5. Saluran limfe berasal dari testis
6. Sisa processus vaginalis peritonei.
a. Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis merupakan saluran yang arahnya miring (oblique) kurang

lebih 1,5 cm di atas setengah bagian medial ligamentum inguinale. Saluran ini

panjangnya 4 cm, terbentang di antara annulus inguinalis profundus, annulus

abdominalis, deep inguinal ring dan annulus inguinalis superficialis , annulus

inguinalis subcutaneus, superficial inguinal ring. Annulus inguinalis profundus

terletak 1,3 cm di atas pertengahan ligamentum inguinale. Disisi medial dari cincin

ini terdapat vasa epigastrica inferior (cabang dari vasa iliaca externa); pinggirnya

merupakan tempat melekat fascia spermatica interna pada laki-laki dan pada wanita

lapisan dalam dari ligamentum teres uteri.(3)

12
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang

merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot transversus

abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh

anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis otot oblikus eksternus

abdominis. Atapnya adalah aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis dan di

dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanalis inguinalis berisi funikulus

spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan.

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar

dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari

pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis

dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila

hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum sehingga disebut hernia

skrotalis. Kantong hernia berada di dalam otot kremaster, terletak anteromedial

terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funikulus spermatikus.

Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol

langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh

ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian

lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga Hesselbach dibentuk

oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis otot transversus

abdominis yang kadang tidak sempurna sehingga daerah ini berpotensi melemah.

Hernia medialis karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke

skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.(1)

13
b. Kanalis Femoralis

Kanalis femoralis terletak medial dari vena femoralis di dalam lakuna vasorum,

dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara dalam vena

14
femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas

kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os

pubis dari ligamentum iliopektineale (ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh

sarung vena femoralis, dan di sebelah medial oleh ligamentum lakunare

Gumbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari

ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi

hernia femoralis.(1)

C. Epidemiologi

Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan terjadi

hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %. Kejadian hernia

bilateral pada anak perempuan dibandingkan laki-laki kir-kira sama (10%) walaupun

frekuensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan.

Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai

kemungkinan 16 % menderita hernia kontralateral pada usia dewasa. Insiden hernia

inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2 %. Kemungkinan kejadian hernia bilateral dari

insiden tersebut mendekati 10 %.

Insiden hernia yang meningkat dengan bertambahnya umur mungkin disebabkan

oleh meningkatnya penyakit yang membuat tekanan intraabdomen meninggi dan

berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.(1)

D. Etiologi

15
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat

dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan.

Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus

internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu,

diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah

terbuka cukup lebar itu.

Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia

inguinalis, yaitu (1) kanalis inguinalis yang berjalan miring, (2) struktur otot oblikus

internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, (3)

fasia tranversa kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tida

berotot. Gangguan mekanisme ini menyebabkan terjadinya hernia. Faktor yang

dipandang berperan adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan

di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia.

Testis turun mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus, kurang lebih 90 %

prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun, sekitar 30 %

prosesus vaginalis belum tertutup.(1)

Penyebab dari hernia inguinal tergantung pada jenis hernia inguinal :

a. Hernia inguinal indirek

Defek pada dinding abdomen yang muncul saat lahir yang menyebabkan terjadinya

hernia inguinal indirek

Selama perkembangan fetus dalam rahim, terjadi pembentukan lapisan kavum

abdomen dan pemanjangan dari kanalis ingunal. Pada laki-laki, terjadi penurunan testis

16
dan funiculus spermaticus dari dalam abdomen dan turun ke skrotum melalui kanalis

inguinalis. Selanjutnya, lapisan abdomen biasanya menutup pintu kanalis inguinal

beberapa minggu sebelum atau setelah lahir. Pada perempuan, ovarium tidak turun dari

dalam abdomen, dan lapisan abdomen biasanya menutup beberapa bulan sebelum lahir.

Kadang-kadang dari lapisan abdomen tidak menutup sebagaimana mestinya,

meninggalkan sebuah lubang di dinding abdomen di bagian atas kanalis inguinalis.

b. Hernia inguinal direk

Hernia inguinal direk biasanya terjadi hanya pada lelaki dewasa sebagai penuaan

dan serta atau kelemahan dari otot-otot abdomen di sekitar kanalis inguinalis. Riwayat

operasi sebelumnya pada abdomen bawah dapat juga melemahkan otot-otot abdomen.

Pada perempuan jarang terjadi hernia inguinal tipe ini. Pada perempuan, ligamentum

yang luas dari rahim yang bertindak sebagai penyokong di belakang lapisan otot dinding

abdomen bagian bawah.(4)

E. Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan terjadinya :

1. Hernia kongenital :
a. Hernia kongenital sempurna : karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu
b. Hernia kongenital tak sempurna : bayi dilahirkan normal (kelainan belum

tampak) tetapi mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu dan beberapa

17
bulan setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi

oleh kenaikan tekanan intra abdominal.


2. Hernia akuisita

Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi :

1. Hernia reponibel : bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau

mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada

keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.


2. Hernia ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga

perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong

hernia.
3. Hernia inkarserata atau strangulata : bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga

isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,

terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk

menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.

Klasifikasi hernia berdasarkan regionya :

1. Hernia inguinalis yaitu kondisi prostusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke

rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin

inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga

merupakan suatu jaringan lemak atau omentum.


2. Hernia femoralis yaitu suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis

femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.

Penyebab hernia femoralis sama dengan hernia inguinalis.


3. Hernia umbilikus yaitu suatu penonjolan ketika isi suatu organ abdominal masuk

melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh fasia umbilicus,

18
dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding abdomen di

area umbilikus mengalami kelemahan.


4. Hernia skrotalis yaitu hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam

skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel.

Berdasarkan arah hernia :

1. Hernia eksterna

Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena menonjolnya ke arah luar,

misalnya :

a. Hernia inguinalis medialis dan lateralis


b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilicalis
d. Hernia epigastrika
e. Hernia lumbalis
f. Hernia obturatoria
g. Hernia semilunaris
h. Hernia parietalis
i. Hernia ischiadica
2. Hernia interna

Jika isi hernia masuk ke dalam organ lain, misalnya ke cavum thorax, bursa

omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam cavum abdomen.(5)

F. Patomekanisme

Defek pada dinding abdomen dapat kongenital (misalnya hernia umbilikalis, kanalis

femoralis) atau didapat (misalnya akibat suatu insisi) dan dibatasi oleh peritoneum

(kantong).

Peningkatan tekanan intraabdomen lebih lanjut membuat defek semakin lemah dan

menyebabkan beberapa isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.

19
Isi usus yang terjebak di dalam kantong menyebabkan inkarserasi (ketidakmampuan

untuk mengurangi isi) dan kemungkinan strangulasi (terhambatnya aliran darah ke

daerah yang mengalami inkerserasi).

Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari

kehamilan, terjadi desensus vesikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan

menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang

disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah

obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.

Bila prosesus terbuka sebagian, maka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,

karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral

kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bertambahnya

umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis

tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance,

maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti

batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan.

Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis

karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya

menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertrofi prostat, asites,

kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.

Potensial komplikasi terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong

hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap

cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit

20
dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis.

Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,

konstipasi. Bila inkaserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga

terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. (6)

G. Gambaran Klinis

Pasien datang dengan benjolan di tempat lokasi hernia. Hernia femoralis berada di

bawah dan lateral dari tuberkulum pubikum. Biasanya hernia ini mendatarkan garis-

garis kulit di lipatan paha dan 10 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan

pria . 50 % kasus merupakan kasus kegawatdaruratan bedah akibat terobstruksinya isi

hernia dan 50 % dari kasus ini membutuhkan reseksi usus halus. Hernia femoralis tidak

dapat dikembalikan ke tempat semula.

Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial terhadap tuberkulum

pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar, biasanya mempertegas garis-

garis lipatan paha. Sebagian besar ringan dan jarang mengalami komplikasi. Hernia

inguinalis indirek dapat dimasukkan dengan tekanan oleh jari-jari disekitar cincin

inguinalis interna, mungkin seperti leher yang sempit dan banyak terjadi pada pria usia

muda. Hernia inguinalis direk biasanya memiliki leher yang lebar, sulit dimasukkan

dengan penekanan jari-jari tangan dan lebih sering pada usia tua.

Tonjolan hernia insisional, biasanya berleher lebar, sulit dikontrol oleh tekanan dan

diperjelas dengan menegangkan rektum. Hernia insisional yang besar dan kronis dapat

berisi sejumlah besar usus halus dan dapat irreducible atau tidak dapat diperbaiki akibat

hilangnya isi perut bagian kanan.

21
Hernia umbilikalis sejati timbul sejak lahir dan mempunyai defek simetris pada

umbilikus karena kegagalan menutup.

Hernia para-umbilikalis terjadi karena defek didapat pada fasia periumbilikalis.(1)

Gejala dari hernia inguinal terdiri dari :

1. Tonjolan kecil di satu atau kedua sisi pangkal paha yang dapat meningkatkan ukuran

dan hilang pada waktu berbaring. Pada laki-laki dapat ditemukan skrotum

membesar.
2. Rasa nyeri terutama ketika mengedan, mengangkat, atau olahraga yang meningkat

ketika istirahat
3. Perasaan lemah atau penekanan pada inguinal.
4. Rasa terbakar, nyeri pada tonjolan(2)
H. Diagnosis
1. Anamnesis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada

hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang

muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah

berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah

epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri daerah epigastrium atau paraumbilikal

berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus

masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul

kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren.(1)

2. Pemeriksaan Fisis

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia :

a. Inspeksi :

22
1. Bengkak pada regio inguinalis atau inguinoscrotalis, pembengkakan bisa

unilateral atau lateral


2. Meluas jika impuls batuk muncul. Ini diagnosis dari hernia
3. Adanya skar merupakan indikasi dari hernia rekuren. Skar yang kasar

indikasi infeksi.
4. Hernia direk muncul segera jika pasien berdiri
5. Saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis yang muncul

sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke

medial bawah.
b. Palpasi :
1. Pasien disuruh batuk maka terjadi perluasan impuls ke akar skrotum
2. Didapatkan pembengkakan yang tidak mungkin berbeda dengan

pembengkakan skrotum
3.
Reducibility

Pasien disuruh berbaring. Semua hernia dapat direduksi kecuali yang

komplikasi. Hernia direk biasanya berkurang secara perlahan dan spontan tetapi

hernia indirek mungkin memerlukan manipulasi.(7)

4. Pemeriksaan finger test

Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui

anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh batuk. Bila impuls diujung

jari berarti hernia inguinalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia

inguinalis medialis

5. Pemeriksaan Zieman tes (tes tiga jari)

Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu, hernia kanan diperiksa

tangan kanan, penderita disuruh batuk bila rangsangan pada jari ke -2 hernia

23
inguinalis lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis medialis, jari ke-4 hernia

femoralis.

a. Jari telunjuk tetap di cincin internal


b. Jari tengah pada cincin eksternal
c. Jari manis pada fossa ovalis
6. Pemeriksaan thumb test

Anulus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar

benjolan berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak keluar benjolan berarti

hernia inguinalis lateralis.(7,8)

Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus

spermaticus dengan cara menggesek dua lapis kantong yang memberikan sensasi

gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera,

tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ ,

bergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus , omentum, atau ovarium.

Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada pasien anak, dapat dicoba

mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus

sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Jika

hernia tersebut dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus

eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti

hernia inguinalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti

hernia inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi perempuan, yang teraba seperti

sebuah massa padat, biasanya terdiri atas ovarium.

24
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika

tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya batas yang jelas di sebelah kranial

dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.(1)

a. Hernia Inguinalis Medialis


Hernia inguinalis medialis atau hernia direk hampir selalu disebabkan oleh

peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum

Hasselbach. Oleh sebab itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada

lelaki tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan

strangulasi. Mungkin terjadi hernia gelincir yang mengandung sebagian dinding

kandung kemih atau kolon. Kadang ditemukan defek kecil di otot oblikus internus

abdominis, pada segala usia, dengan cincin yang kaku dan tajam yang sering

menyebabkan strangulasi.

b. Hernia Inguinalis Lateralis

25
Hernia disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrik

inferior, dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus

dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol

melalui segitiga Hasselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada pemeriksaan

hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis

berbentuk tonjolan bulat.

Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa

tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses turunnya

testis ke skrotum. Hernia gelincir dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia

yang dikanan biasanya berisi sekum dan sebagian kolon asendens, sedangkan yang di

kiri berisi sebagian kolon desendens.

Pada umumnya, keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang

timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang

waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang hilang timbul di

lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau

bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang perut kembung, harus dipikirkan

kemungkinan hernia strangulata.

Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,

skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan

atau batuk sehingga benjolan atau keadaan asimetri dapat dlihat. Palpasi dilakukan

dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong

apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk

26
atau jari kelingking pada anak, cincin hernia, berupa anulus inguinalis yang melebar,

kadang dapat diraba.

Pada hernia insipien, tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di

dalam kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak, kadang

tidak terlihat adanya benjolan sewaktu menangis, batuk, atau mengedan. Dalam hal

ini, perlu dilakukan palpasi funikulus spermatikus, dengan membandingkan sisi kiri

dan kanan. Kadang didapatkan tanda sarung tangan sutera.(1)

3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
b. Elektrokardiogram (EKG) hanya jika memiliki risiko tinggi dari masalah

jantung
c. Ultrasonografi berguna untuk membedakan hernia incerserata dari suatu nodus

limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal
d. CT-scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya

hernia obturator.(9)
I. Diagnosis Banding

27
1. Undesensus testis
Tanda dan gejala :
a. Massa inguinal
b. Belum berkembangnya scrotum dengan tidak adanya testis pada daerah yang

terkena
c. Tidak berhubungan dengan batuk
2. Pembesaran kelenjar limfe
a. Dapat dihubungkan dengan infeksi, trauma, atau malignan
b. Saat palpasi ditemukan massa dan dapat digerakkan
c. Tidak berhubungan dengan impuls batuk
3. Psoas abses
a. Tonjolan lebih lunak, batas tidak jelas
b. Sering disertai nyeri pada punggung dan bokong
c. Demam, berat badan menurun, berkeringat banyak, batuk
d. Riwayat kontak dengan penderita yang terinfeksi
4. Hidrokel
a. Benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri
b. Pemeriksaan fisis didapatkan benjolan di kantong skrotum dengan

konsistensi kistus
c. Pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi
5. Hernia femoralis
a. Isi melalui kanalis femoralis
b. Sulit untuk membedakan dari hernia inguinal(10)
J. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif

Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat

dilakukan pada hernia umbilikalis sebelum anak berumur dua tahun. Terapi konservatif

berupa penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,

misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis

pemakaian korset tidak dianjurkan karena selain tidak dapat menyembuhkan, alat ini

dapat melemahkan otot dinding perut.

Terapi konservatif : Sedatif, kompres es, posisi Trendelenberg : hernia anak yang

inkarserasi.

28
Tereposisi : operasi elektif. Gagal tereposisi : operasi emergensi

2. Pembedahan : indikasi operasi ada, begitu diagnosis ditegakkan

Dewasa : Herniorrhapy : herniotomi + hernioplasti, Anak : herniotomi

a. Herniotomi : kantong dibuka, isi didorong ke rongga abdomen, kantong

proksimal dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Insisi 1-2 cm diatas

ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka sepanjang kanalis

inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester secara hati-

hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya

dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong.


b. Hernioplasti : memperkecil anulus internus dan memperkuat dinding belakang

kanalis inguinalis. Jenis hernioplasti : Bassini, Halstedt, McVay, Shouldice,

Fergusson, Tension Free Hernioplasty.

Daerah anulus internus, segitiga Hasselbach, dan lakuna vasorum, artinya pintu

masuk hernia indirek, hernia direk, dan hernia femoralis. Daerah tersebut ditutup

dengan mesh yang diletakkan di belakang pembuluh epigastrika inferior yang

dipancang dengan klip di sebelah kaudal ligamentum Cooper. Peritoneum ditutup

kembali dan dipancang dengan klip.(1)

29
K. Komplikasi

Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis,

nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia gelincir.

Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat terjadi, berupa hematoma,

infeksi luka, bendungan vena femoralis, fistel urin atau feses, dan hernia residif.

Komplikasi lanjut berupa atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan

pleksus pampiniformis dan hernia residif.(1)

Daftar Pustaka

30
1. Syamsuhidajat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. 2010.
2. NIDDK. Inguinal Hernia. U.S. Departement of Health and Human Services.

2008. Hal 1-6


3. Widjaja, H. Anatomi Abdomen. Jakarta : EGC. 2008
4. Michael . G, Sarr, M. D. Inguinal Hernia. National Instute of Diabetes and

Digestive and Kidney Disease. 2014.


5. Brunicardi, F. C. Schwartzs Manual of Surgary. United Stase of America : The

McGraw-Hill Companies. 2006


6. Townsend, Courtney M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th edition.

Philadelphia Elsevier Saunders. 1199-1217. 2008


7. Roy, H. Short Textbook of Surgery with Focus on Clinical Skills. India : Jaypee

Brothers Medical Publishers (P) Ltd. 2011


8. Inguinal Hernia : Anatomy and Management.

http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
9. Fitzgibbons. R, Mark. M, Kathleen. Inguinale/Femoral Hernia. Chicago :

American College of Surgeons. 2009


10. Rather, A. Abdominal Hernias [online]. Tersedia :

http://www.emedicine.medscape.com/article/189563-overview. [diakses, 15

september 2016]

31

Anda mungkin juga menyukai