Anda di halaman 1dari 6

MODUL TAMBAHAN TB-HIV UNTUK KADER KOMUNITAS

o Tugas Kader Komunitas terkait TB-HIV:


1. Mengajak penderita TB untuk memeriksakan diri ke Klinik Konseling
dan Testing HIV (KTS/VCT)
2. Melapor kepada Tim SSR jika berhasil merujuk pasien ke klinik VCT
3. Melakukan pengecekan di Klinik apkah hasil testing sudah selesai
4. Memastikan penderita TB yg sudah di test menerima hasil test
tersebut
5. Melapor ke Tim SSR jika hasil test sudah diterima penderita TB
6. Mendampingi penderita TB dengan hasil test HIV + untuk menjalani
pengobatan TB hingga sembuh
7. Melakukan rujukan pendampingan pasien HIV+ kepada kelompok
dukungan sebaya HIV/AIDS jika diminta oleh pasien TB dengan HIV
+
8. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat kaitan TB dengan HIV

o Mengapa HIV/AIDS jadi penting dalam program TB sekarang?


HIV (Human Immunodeficiency Virus) menyebabkan kerusakan luas
terhadap daya tahan tubuh manusia
Penderita TB memiliki daya tahan tubuh yg rendah sehingga
mudah terkena HIV dan HIV akan memperburuk daya tahan tubuh
pasien TB lingkaran setan TB-HIV
Indonesia sekarang menempati posisi tertinggi di Asia dalam hal
kecepatan munculnya kasus HIV HIV/Aids
HIV adalah penyakit infeksi pembunuh no I di dunia HIV
meningkatkan angka kematian pada pasien TB
TB dan HIV bukan penyakit keturunan dan kutukan
TB dapat disembuhkan dengan berobat secara teratur dan tuntas
HIV dapat dikendalikan dengan obat ARV (Anti Retro Viral) secara
teratur.

Karena hal-hal tersebut di atas, sangat penting kita mengetahui sesegera


mungkin ada/tidak HIV pada pasien TB.
Jika ternyata ada HIV maka dapat segera dilakukan pengobatan untuk
HIV-nya agar pengobatan TB dapat terus berjalan dengan sukses.

o Bagaimana cara melaksanakan tugas Kader terkait TB-HIV?


1. Mengajak penderita TB untuk memeriksakan diri ke Klinik Konseling
dan Testing HIV (KTS/VCT)
Caranya: amati, ketahui dan berikan motivasi
Lakukan langkah-langkah berikut:
Perhatikan dan amati adanya faktor resiko
berikan informasi perlunya pemeriksaan HIV untuk
kelancaran pengobatan TB
dampingi pasien ke klinik VCT

Kader dapat menghubungi (sebelum mengantar pasien dan jika


menemui kesulitan dalam memotivasi pasien untuk datang ke
klinik VCT): petugas klinik VCT (SSR mempunyai daftar klinik VCT
terdekat beserta nama&no tlp petugas yang bertanggung jawab)

2. Melapor kepada Tim SSR jika berhasil merujuk pasien ke klinik


VCT
Kader menghubungi ME SSR dengan menyebutkan identitas pasien
yang berhasil dirujuk (Nama lengkap, Usia, Alamat) dan juga Nama
dan Alamat Klinik VCT.

3. Melakukan pengecekan di Klinik apkah hasil testing sudah


selesai
Kader dapat menghubungi petugas penanggung jawab klinik VCT dan
menanyakan apakah hasil skrining sudah ada.

4. Memastikan penderita TB yg sudah di test menerima hasil test


tersebut
Kader dapat menanyakan kepada petugas penanggung jawab klinik
VCT apakah hasil skrining sudah diterima oleh pasien. ME SSR dapat
membantu hal ini jika kader mengalami kendala.

5. Melapor ke Tim SSR jika hasil test sudah diterima penderita TB


Kader menghubungi ME SSR apabila mengetahui hasil skrining sudah
diterima oleh pasien.
Atau ME SSR dapat menanyakan kepada petugas VCT apakah
berdasarkan hasil skrining pasien dirujuk untuk mendapatkan terapi
ARV.

6. Mendampingi penderita TB dengan hasil test HIV + untuk


menjalani pengobatan TB hingga sembuh
Kader hanya mendampingi dan mengawasi pengobatan TB sampai
selesai.

7. Melakukan rujukan pendampingan pasien HIV+ kepada


kelompok dukungan sebaya HIV/AIDS jika diminta oleh pasien
TB dengan HIV +
Jika di puskesmas tidak menyediakan pengobatan ARV, kader dapat
mendampingi pasien HIV + ke kelompok dukungan sebaya HIV/AIDS
(SSR memilik daftar kelompok dukungan sebaya HIV/AIDS dan petugas
yang bisa dihubungi )
Kader dapat menghubungi SSR jika membutuhkan bantuan.

8. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat kaitan TB dengan


HIV.
Setelah memberikan penyuluhan tentang TB, berikan info
tambahan tentang TB HIV seperti yang terdapat dalam modul
Memotivasi masyarakakat yang diberi penyuluhan untuk
melaporkan jika mengetahui ada suspek TB

INGAT: TB dapat disembuhkan dan HIV dapat dikendalikan

o Cara mengetahui kemungkinan adanya HIV pada pasien TB?


Kader dapat mencari tahu dengan mengamati beberapa ciri-ciri
DAN mengajukan berbagai pertanyaan berikut.

Beberapa ciri adanya kemungkinan terkena HIV:

1. Pengguna narkoba suntik (penasun)


2. Pekerja Seks (wanita, pria termasuk waria)
3. Berganti ganti pasangan
4. Pernah sakit Infeksi Menular Seksual
5. Jenis pekerjaan beresiko tinggi : orang yang
pekerjaannya berpindah-pindah tempat (supir,
pelaut, ojek), migran, tuna wisma, pekerja bar/salon
6. Riwayat transfuse darah dan produk darah
7. Adanya tattoo/tindikan/bekas penggunaan jarum
suntik pada tubuh

Berikut adalah beberapa pertanyaan lanjutan untuk memastikan


bahwa ciri-ciri yang terlihat memang terkait dengan kemungkinan
tertular penyakit HIV.

INGAT: sebelum mengajukan pertanyaan, Kader HARUS


melakukan pendekatan pribadi terlebih dahulu kepada
penderita TB tersebut sehingga pasien percaya dan terbuka
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
1. Riwayat kerja penderita (saat ini dan sebelumnya)

2. Riwayat kerja pasangan/teman hidup (saat ini dan


sebelumnya)
Riwayat kerja yang banyak terkait dengan penularan HIV
adalah sopir antar kota, pelaut, tentara, pedagang
keliling/salesman, petugas yang sering bertugas keluar kota

3. Riwayat pernikahan/teman hidup


Riwayat pernikahan yang banyak terkait dengan penularan
HIV adalah pernikahan ber-ulang-ulang atau sering berganti
pasangan

4. Apakah pernah mendapat transfusi darah atau mungkin


pernah menggunakan obat2an dengan suntikan sendiri

5. Apakah pernah mengalami atau mendapat pengobatan


terhadap organ kelamin (keputihan, dll)

6. Amati: apakah pada tubuh pasien terdapat tattoo, banyak


tindikan, ataupun bekas tanda penggunaan jarum suntik
(perhatikan pada lipatan siku lengan dalam)

INGAT:
1. Sebagian penularan HIV tidak diketahui asalnya.
2. Siapapun bisa tertular HIV, dan TIDAK hanya orang yang
berprilaku seksual/pengguna jarum suntik saja.
3. Semua orang dengan daya tahan tubuh rendah mempunyai
kemungkinan tertular HIV.
4. Penurunan daya tahan tubuh pada pasien TB memudahkan
untuk terkena HIV.

o Bagaimana sikap kader jika menemukan penderita dengan faktor


resiko HIV?
Mengajak pasien untuk memeriksakan diri ke klinik VCT
Melapor kepada SR/SSR untuk memantau perkembangan hasil
pemeriksaan
MODUL TAMBAHAN TB-MDR UNTUK KADER KOMUNITAS

o Tugas Kader Komunitas terkait TB-MDR:


1. Membantu SSR memastikan pasien rujukan TB-MDR sampai di
puskesmas rujukan
2. Memastikan pasien TB-MDR menjalankan secara rutin dan tuntas
pengobatan dan pemeriksaan berkala perkembangan pengobatan
TB-MDR
3. Melaporkan kepada petugas kesehatan jika ada efek samping
ataupun pasien tidak mau melanjutkan pengobatan
4. Memberikan motivasi kepada pasien TB-MDR jika tidak mau
melakukan pengobatan/tidak mau melanjutkan pengobatan

o Bagaimana cara melaksanakan tugas Kader terkait TB-MDR?


1. Membantu SSR memastikan pasien rujukan TB-MDR sampai
di puskesmas rujukan
SSR akan menghubungi kader jika ada pasien rujukan TB-MDR
dari RS Rujukan ke puskesmas di daerah wilayah kerja kader
Bersama dengan SSR mendatangi puskesmas, bertemu
dengan petugas yang bertanggung jawab, memastikan pasien
TB-MDR melanjutkan pengobatan di puskesmas tersebut

2. Memastikan pasien TB-MDR menjalankan secara rutin dan


tuntas pengobatan dan pemeriksaan berkala perkembangan
pengobatan TB-MDR
Kader melakukan komunikasi dengan petugas kesehatan
puskesmas untuk mengetahui rencana pengobatan dan
pemeriksaan terhadap pasien.
Kader secara rutin memastikan dan mencatat keteraturan
pasien menjalankan pengobatan dan pemeriksaan sesuai
aturan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

Jadwal Pengobatan:
Tahap awal: 0 s/d 6 bulan
Obat oral ditelan setiap hari (7 hari dalam seminggu),
dan
Suntikan 5 (lima) hari dalam seminggu (senin-jumat)
Tahap Lanjutan:7 s/d 18/24 bulan
Obat oral ditelan selama 6 (enam) hari dalam seminggu
(hari minggu pasien tidak minum obat)

Jadwal Pemeriksaan/Pemantauan:
Tahap awal: 1x/bulan
Tahap Lanjutan: 1x/2 bulan

3. Melaporkan kepada petugas kesehatan jika ada efek


samping ataupun pasien tidak mau melanjutkan
pengobatan
Jika pasien mengeluhkan adanya efek samping, ajak
pasien untuk memeriksakan diri ke puskesmas.
Jika pasien tidak mau melanjutkan pengobatan, lapor
kepada petugas kesehatan puskesmas dan SSR (SSR
dapat segera menindaklanjuti laporan kepada wasor)

4. Memberikan motivasi kepada pasien TB-MDR jika tidak mau


melakukan pengobatan/tidak mau melanjutkan pengobatan
kader menggali informasi alasan pasien tidak mau
melakukan pengobatan/tidak mau melanjutkan
pengobatan
berikan dorongan/ semangat untuk meneruskan
pengobatan
lakukan pendekatan kepada orang terdekat pasien/orang
yang berpengaruh kepada pasien untuk ikut memberikan
motivasi dan semangat untuk melanjutkan dan
menuntaskan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai