Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS

UNIVERSITAS PATTIMURA AGUSTUS 2015

ANTEPARTUM HEMORAGIK ec PLASENTA PREVIA TOTALIS


&
ANENSEFALI

Oleh:
Kevin J. F. Noya
NIM. 2009-83-035

Pembimbing:
Dr. Rahmat Saptono Sp. OG.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M. HAULUSSY
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2015
BAB I
ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nomor rekam medik : 10 80 37
Nama : Ny. WS
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 1 Januari 1978
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Desa Wayasel, Seram
Tanggal masuk : 20 November 2016
Tanggal pulang :-
Ruang rawat : Kamar Bersalin

B. ANAMNESIS (Autoanamnesis pada tanggal 21 November 2016)


Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir
Keluhan tambahan : mules mules tidak teratur
Riwayat penyakit :
G8 P7 A0, HPHT : 07/5/2016, UK : 35 minggu 3 hari ; TP : 14/9/2015
; merasa hamil 7 bulan, datang dengan keluhan keluar darah dari
jalan lahir sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Darah yang
keluar berupa darah segar berwarna merah terang dan disertai
dengan gumpalan. Keluar darah tidak di sertai rasa nyeri. Mual (+),
muntah (-), lemas (+)
Gerakan janin masih dirasakan. Keluhan keluar darah dari jalan lahir
pernah dirasakan sebelumnya sejak 4 hari SMRS dan telah berobat
ke dokter. Menurut pasien, dari hasil USG ditemukan adanya
kelainan berupa plasenta letak rendah.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Keluhan yang sama pernah diraskan sebelunya saat 4 mnggu yang
lalu dan 2 mnggu yang lalu, namun pasien telah berobat k dokter.
Riwayat alergi (-).

Riwayat Obstetrik :
Tahun Lamanya hamil Jenis Kelamin Persalinan Berat lahir

Pervaginam SC
1995 9 bulan Perempuan 2700 gr
1996 9 bulan Laki laki Tidak diukur
1997 9 bulan Perempuan Tidak diukur
1999 9 bulan Laki laki Tidak diukur
2002 9 bulan Perempuan Tidak diukur
2004 9 bulan Perempuan Tidak diukur
2009 9 bulan Laki laki Tidak diukur

C. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 20 November 2016)


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis

TANDA VITAL
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 74x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7C

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
Telinga : Otorea -/-
Hidung : Rhinorea -/-
Leher : Pembesaran KGB leher (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Dada : Normochest
Paru : Vesikuler +/+, Ronki - /-, Wheezing - / -

Jantung : BJ I/II murni, reguler,


Perut : (pada pemeriksaan Ginekologi)
Hati : Sulit dievaluasi
Ginjal : Sulit dievaluasi
Limpa : Sulit dievaluasi
Alat genital : Pemeriksaan Ginekologi
Ekstremitas : Dalam batas normal
Refleks : Dalam batas normal
Kulit : Dalam batas normal
Gigi dan mulut : Dalam batas normal
Saraf otak : Dalam batas normal.

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
a. Pemeriksaan Abdomen
Supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, IU, Presentasi kepala, punggung kanan,
kepala belum masuk panggul. TFU = 26 cm TBJ = 2325. DJJ = 150x/m
b. Pemeriksaan genital
Tidak dilakukan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada tanggal 20 November 2016, telah dilakukan pemeriksaan darah terhadap pasien, hasil
pemeriksaan tersebut antara lain :
a. Hemoglobin : 11,2 g/dl
b. Leukosit : 10.700 sel/mm3
c. Trombosit : 196.000 sel/mm3
d. Golongan Darah :A

USG :
Hasil USG tangal 8 Mei 2015, kesan Anensefali.

Hasil USG tanggal 29 Juli 2015 , kesan Anensefali, Plasenta Previa Total

E. DIAGNOSIS KERJA
G8P7A0 hamil 27-28 minggu
Antepartum Hemoragik ec Plasenta Previa

F. TATALAKSANA
IVFD RL 30 tpm
Transamin 500 mg/8 jam/IV
Hystolan 3x1 tab
G. GAMBAR BAYI PASIEN
H. FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
21/11/2016 S : perdarahan jalan lahir (+) IVFD RL 30 tpm
O: Transamin 500 mg/8 jam/IV
TD = 100/70
KU = Baik, CM Hystolan 3x1
mmHg
N = 80x/m Mata = Ca -/-, Si -/-
P = 20x/m
Abd = supel, NT (-),
S = 36,8 C
TFU 2 jari di bawah
umbilicus, kontraksi
baik, BU (+) normal
USG: janin intrauterin
tunggal, letak lintang,
TUK: 30-31 minggu,
TBJ: 1000g, JK: Laki-
laki.
A : G8P7A0
Plasenta Previa
22/11/2016 S : Perdarahan jalan lahir (+) IVFD RL : D5 : NaCl = 1 : 1 :
O: 1 = 30 tpm
TD = 110/70 KU = Baik, CM Cefotaxim 1 gr/12 jam/iv
mmHg
Mata = Ca -/-, Si -/- Drip tramadol 1 amp tiap ganti
N = 80x/m
P = 16x/m Abd = supel, NT (+) cairan
S = 38,4 C
pada luka operasi, luka Ranitidine 1 amp/8 jam /iv
operasi baik, TFU 2 jari Pimpran 1 amp/8 jam/ iv
di bawah umbilicus,
kontraksi baik, BU (+)
normal
Genital = Lokia rubra
A : Post SC Hari II, Anensefali
23/11/2016 S : Nyeri pada luka operasi (+), IVFD RL : D5 : NaCl = 1 : 1 :
06.00 demam (+) 1 = 30 tpm
TD = 110/70
O: Cefotaxim 1 gr/12 jam/iv
mmHg
N = 80x/m KU = Baik, CM Drip tramadol 1 amp tiap ganti
P = 16x/m Mata = Ca -/-, Si -/- cairan
S = 38,0 C
Abd = supel, NT (+) Ranitidine 1 amp/8 jam /iv
pada luka operasi, luka Pimpran 1 amp/8 jam/ iv
operasi baik, TFU 2 jari
di bawah umbilicus,
kontraksi baik, BU (+)
normal
Genital = Lokia rubra
A : Post SC Hari III, Anensefali
24/11/2016 S : (-) Ganti obat oral
06.00 O: Cefadroxil 2 x 500 mg
TD = 100/70
KU = Baik, CM Asam mefenamat 3 x 1 tab
mmHg
N = 72x/m Mata = Ca -/-, Si -/- Vit Ever 2 x 1 tab.
P = 20x/m
Abd = supel, NT (+) Pasien boleh pulang
S = 36,5 C
pada luka operasi, luka
operasi baik, TFU 2 jari
di bawah umbilicus,
kontraksi baik, BU (+)
normal
Genital = Lokia rubra
A : Post SC Hari IV, Anensefali
25/11/2016
26/11/2016
27/11/2016
28/11/2016
29/11/2016

I. RESUME MEDIS
Pasien perempuan usia 32 tahun G3 P2 A0, datang dengan keluhan keluar darah dari vagina
1 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan disertai mules mules tidak teratur sejak 1 hari
yang lalu, dari hasil USG ditemukan ada kelainan pada bayi. Keluhan darah keluar dari
vagina sudah berulang.
Riwayat obstetri, pasien telah memiliki 2 anak, masing masing lahir pada tahun 2007
dan 2008, la hamil masingmasing 9 bulan dan berat lahir 2700 gr, dan 3100 gr.
Pemeriksaan fisik tekanan darah 90/60 mmHg, pada pemeriksaan ginekologi pada
pemeriksaan abdomen ditemukan supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, IU, Presentasi
kepala, punggung kanan, kepala belum masuk panggul. TFU = 24 cm TBJ = 1705. DJJ =
141 147x/m. Pada pemeriksaan genital tidak dilakukan.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan Hb 9,3 gr/dl, hasil USG menunjukan adanya
Plasenta Previa Totalis dan Anensefali. Diagnosis kerja Antepartum Hemoragik ec Plasenta
Previa Totalis dan Anensefali. Tindakan yang dilakukan yaitu SC CITO. Perjalan klinis
penyakit selama perawatan membaik. Terapi yang diberikan IVFD RL : D5 : NaCl = 1 : 1 : 1
= 30 tpm, injeksi cefotaxim 2 x 1 gr/iv (Skin tes dulu), drip tramadol tiap kali ganti cairan,
injeksi ranitidine 2x1 amp/iv, injeksi primpran 3x1amp/iv.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. PLASENTA PREVIA

A. DEFENISI

Plasenta previa adalah komplikasi obstetrik yang menggambarkan suatu perdarahan


vagina biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri, biasanya pada trimester ketiga
sekunder, dengan adanya letak plasenta yang tidak normal pada daerah dekat atau
menutupi daerah serviks.1 Plasenta previa didefenisikan sebagai implantasi plasentas
pada ostium serviks.2,3

B. EPIDEMIOLOGI

Secara umum, kejadian plasenta previa adalah 1 : 200 sampai 1 : 390 kehamilan
diataas usia 20 minggu. Frekuensi bervariasi dengan paritas. Namun, untuk nulipara,
kejadian ini 0,2% sedangkan grand multi para, mungkin setinggi 5%. Dari seluruh
kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang paling
banyak. Oleh karena itu setiap kejadian perdarahan antepartum, placenta previa harus
dipikirkan terlebih dahulu. 4

Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah sebagai berikut5 :


Multiparitas dan umur lanjut (>35 tahun)
Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik dan
inflamatorik.
Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC, Kuret,
dll).
Chorion leave persisten.
Korpus luteum bereaksi lambat, di mana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi
Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis
C. ETIOLOGI1,2
Penyebab plasenta previa sepenunya belum diketahui, tapi terdapat beberapa faktor
resiko yang dapat mencetuskan terjadinya plasenta previa, yaitu :
a) Peningkatan usia maternal (>35 tahun)
b) Multipara, terutama jika jarak antara kehamilanya pendek
c) Mioma uteri
d) Bekas seksio sesarea
e) Merokok atau penggunaan kokain
f) Abortus sebelumnya atau berulang
g) Plasenta previa sebelumnya

D. KLASIFIKASI3,5

Berdasarkan derajat kelainan terbagi atas3 :


a. Plasenta previa totalis. Dimana os serviks tertutup sepenuhnya oleh plasenta.
b. Plasenta previa partial. Dimana os serviks hanya tertutup sebagian oleh plasenta.
c. Plasenta previa marginal. Dimana tepi plasenta pada margin os internal.
d. Plasenta letak rendah. Dimana plasenta tertanam di segmen bawah rahim sehingga
tepi plasenta ( tidak mencapai os internal).

Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 5 cm :


a. Plasenta previs sentralis (totalis), bila pembukaan 4 5 cmn teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
b. Plasenta previa lateralis, bila pembukaan 4 5 cm sebagian pebukaan ditutupi oleh
plasenta. Plasenta previa lateralis terbagi 2 :
Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium bagian
belakang.
Plasenta previa lateralis anterior, ila sebagian menutupi ostium bagian depan.
Plasenta previa marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang
ditutupi plasenta.
E. PATOFISIOLOGI3

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada
triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan
berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin
melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila plasenta terletak
diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim. Pembentukan segmen
bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta pada
tempat perlekatannya.

Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah
sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus menghentikan perdarahan
pada kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin rendah letak plasenta, maka
semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa
totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru
berdarah setelah persalinan mulai.

F. MANIFESITASI KLINIS2,3,4

a) Perdarahan vagina
Tujuh puluh persen sampai 80% dari pasien dengan plasenta previa biasanya
datang dengan perdarahan vagina tanpa adanya rasa nyeri. Paling umum, episode
pertama adalah sekitar 34 mingu kehamilan. Namun, sekitar sepertiga dari pasien
juga datang dengan perdarahan saat sembelum 30 minggu.
Pada sepertiga pasien lain, muncul perdarahan setelah 36 minggu, dan 10% tanpa
ada perdarahan.
Jumlah episode perdarahan tidak berhubungan dengan derajat plasenta previa atau
prognosis untuk bertahan hidup janin.
Perdarahan bisanya terjadi saat istirahat atau kegiatan (70% perdarahan terjadi
selama istirahat)
Perdarahan dapat terjadi setelah trauma, coitus atau setelah pemeriksaan panggul.
Selama persalinan, perdarahan dapat terjadi akibat robeknya plasenta yang berada
di atau dekat dengan ostium serviks internum.
Warna merah segar
b) His tidak ada
c) Denyut jantung janin ada
d) Teraba plasenta saat pemeriksaan vagina
e) Penurunan kepala tidak masuk pintu panggul

G. DIAGNOSIS3,6
Diagnosa dapat ditegakan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang :

a) Anamnesa

Anamnesa yang didapat sesuai dengan gejala klinis, yaitu terjadi perdarahan
spontan dan berulang melalui jalan lahir tanpa ada rasa nyeri.

b) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Terlihat perdarahan pervaginam berwarna merah segar
Palpasi abdomen
Janin belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, sering disetai
kesalahan letak janin, bagian bawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanya masih dapat digoyang atau teraung. Bila pemeriksa sudah cukup
pengalaman dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama
pada ibu yang kurus
Inspekulo
Dengan pemeriksaan inspekulo yang hati hati dapat diketahui asal perdarahan,
apakah dari dalam uterus, vagina, varises yang pecah atau lain lain.
Pemeriksaan dalam
Untuk pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan di meja operasi (PDMO/
Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi) karena dengan pemeriksaan dalam, akan
menyebabkan perdarahan pervaginam yang lebih deras.

c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radio-isotop
Plasentografi jaringan lunak (soft tissue placentography)
Membuat foto dengan sinar rontgent lemah untuk mencoba melokalisir
plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli radiologi yang berpengalaman.
Sitografi
Mula mula kandung kemih dikosongkan dulu, lalu dimasukan 40 cc
larutan NaCl 12,5%, kepala janin ditekan kea rah pintu atas panggul,
lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung kemih lebih dari 1cm,
maka terdapat kemungkinan plasenta previa
Plasentografi indirek
Membuat foto seri lateral dan anteroposterior yaitu ibu dalam posisi
berdiri atau duduk setengah berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi
berpengalaman dengan cara menghitung jarak antar kepala simfisi dan
kepala promontorium.
Arteriografi
Dengan memasukan zat kontras ke dalam arteri femoralis. Karena
plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka plasenta akan banyak
menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat dalam foto dan lokasinya.
Amniografi
Dengan memasukan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu dibuat
foto dan dilihat dimana terdapat daerah kosong (diluar janin) dalam
rongga rahim.
Radio-isotop plasentografi
Dengan menyntikan zt radio aktif, biasanya RIZA (radioiodinate serum
albumin) secara intravena, lalu diikuti dengn detector GMC.

USG abdomen.
Keterangan :
P = Plasenta B = Kandung kemih
Cx = Serviks
F = Fetus
AF = Cairan amnion

H. DIAGNOSIS BANDING1,3,6

a) Solutio plasenta
Solution plasenta merupakan suatu keadaan dimana terlepasnya sebagian atau
seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir.
Berikut merupakan perbandingan plasenta previa dengan solution plasenta. :
Manifestasi Solutio plasenta Plasenta previa
Perdarahan a) Merah tua/ coklat a) Merah segar
kehitaman b) Berulang
b) Terus menerus c) Tidak nyeri
c) Disertai nyeri
Uterus a) Tegang , bagian janin tak a) Tak tegang
teraba b) Tak nyeri tekan
b) Nyeri tekan
Syok/anemia a) Lebih sering a) Jarang
b) Tidak sesuai dengan b) Sesuai dengan jumlah
jumlah darah yang keluar darah yang keluar
Fetus a) 40% fetus sudah mati a) Biasanya fetus hidup
b) Tidak disertai kelainan b) Disertai kelainan letak
letak
Pemeriksaan dalam a) Ketuban menonjol c) Teraba plasenta atau
walaupun tidak his perabaan fornik ada
bantalan antara baian janin
dengan jari pemeriksas

b) Vasa previa
Vasa previa merupakan keadaan di mana pembulh darah janin berada di dalam
selaput ketuban dan melewati ostium uteri internum untuk kemudian sampai ke
dalam insersinya di tali pusat. Perdarahan pada vasa previa terjadi bila selaput
ketuban yang melewati pembukaan serviks robek atau pecah dan vascular janin
itupun ikut terputus.
Perbandingan dengan plasenta previa yaitu, pada vasa previa biasanya terajdi
perdarahan akibat robeknya selaput ketuban, di mana ada pembuluh darah abnormal
yang ada pada selaput ketuban, perdarahan yang terjadi berhubungan erat dengan
perubahan cepat pola dan kecepatan denyut jantung janin (dapat terjadi takikaradi
dan diikuti dengan bradikardia). Sedangkan pada plasenta previa, perdarahan terjadi
tidak berhubungan dengan pecahnya ketuban dan tidak berhubungan dengan denyut
jantung janin.
I. TERAPI2,5,6
Penanganan tergantung pada usia kehamilan, jumlah perdarahan vagina, status
hemodinamik ibu, dan kondisi janin.
a) Manajemen kehamilan
Pendekatan ini dibenarkan jika janin premature (kurang dari 37 minggu) dan bias
mendapat keuntungan dari pembangunan intrauterine lanjut. Manajemen kehamilan
dilaksanakan sebagai berikut :
Rawat inap sampai perdarahan reda. Pasien dapat dipulangkan setelah
perdarahan berkurang dan keadaan janin sehat.
Pemantauan harian janin
Pemberian steroid untuk kematangan paru janin jika usia kehailan kurang dari
34 minggu..
Tokolisis dapat dengan aman diberikan pada pasien dengan plasenta previa
sebelum 34 minggu. Agen pilihan yaitu magnesium sulfat karena terkait dengan
perubahan hemodinamik.
b) Rujukan.
Keputusan untuk dirujuk dibuat berdasarkan usia kehamilan, jumlah perdarahan
vagina dan stsus hemodinamik ibu. Indikasi untuk operasi Caesar antara lain :
Elektif :
Ketika usia kehamilan adalah 37 minggu
Ketika kematangan paru janin ditunjukan oleh amniosentesis
Cito :
Ketika jumlah perdarahan menghadirkan ancaman ke ibu tanpa memandang
usia kehamilan atau ukuran janin.
Denyut jantung bayi melemah atau tidak terdengar.
c) Partus Pervaginam

Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak
sudah meninggal atau prematur.
Cara persalinan pervaginam terbagi 3 :

1) Pemecahan Ketuban
Pemecahan selaput ketuban merupakan cara pilihan untuk melangsungkan
persalinan pervaginam, karena bagian terbawah janin akan menekan plasenta
dan bagian plasenta yang berdarah, dan bagian plasenta yangberdarah dapat
bebas mengikuti regangan segmen bawah uterus, sehingga pelepasan plasenta
dari segmen bawah uterus lebih lanjut dapat dihindarkan. Apabila pemecahan
selaput ketuban tidak berhasil menghentikan perdarahan, maka dapat dilakukan
pemasangan cunam willet dan versi Braxton-Hicks.

2) Versi Braxton Hick


Cara ini bertujuan untuk melahirkan salah satu kaki janin kemudian menarik
kaki tersebut dengan beban secukupnya, agar paha dan bokong janin dapat
menekan plasenta. Cara ini sangat sukar, dan hanya dapat dulakukan bila telah
ada pembukaan lebih dari 4 cm. baru setelah pembukaan lengkap janin dapat
dilahirkan. Cara ini dilakukan pada janin yang sudah meninggal.

3) Cunam Willet-Gauss
Cunam Willet dipasang pada kulit kepala janin kemudian diterik terus
menerus dengan jalan mengikat cunam itu dengan seuts tali dibebani 500 gr
untuk menambah tekanan pada plasenta. Apabila pemasangannya berlangsung
lama atau bebannya ditambah lagi maka dapat menyebabkan kerusakan kulit
kepala janin. Tindakan ini dilakukan pada janin yang sudah meniggal.

J. KOMPLIKASI2

a) Komplikasi maternal
Syok maternal dapat terjadi akibat kehilangan darah akut.
Perdarahan postpartum berat (PPH) dapat terjadi setelah melahirkan karena
implantasi plasenta di segmen bawah rahim, yang mengakibatkan penurunan
kekuatan otot rahim. Dengan demikian kontraksi otot menjadi kurang efektif
untuk mengontrol perdarahan. Perdarahan postpartum dapat terjadi akibat :
Kerusakan ginjal (sindrom Sheehan) dan panhipopituetarism.
Kerusakan ginjal (Nekrosis tubular akut), akibat hipotensi yang
berkepanjangan.
Disseminated intravascular coagulation (DIC) akibat kehilangan darah yang
berlebihan dan kemungkinan kematian.
Plasenta akreta (pertumbuhan plasenta ke miometrium) atau variasi lain akibat
tidak adanya desidua basalis. Plasenta akreta harus selalu dipertimbangkan
dengan adanya plasenta previa
Insiden plasenta akreta pada plasenta previa adalah 4%. Insiden plasenta
akreta meningkat menjadi 16% sampai 25% setelah operasi Caesar
sebelumnya.
Kehadiran plasenta akreta mungkin memerlukan histerektomi sesar untuk
mengontrol kehilangan darah. Ada 3 jenis plasenta previa :
Plasenta akreta
Plasenta melekat langsung ke miometrium
Plasenta inkreta
Plasenta menyerang miometrium
Plasenta percreta
Plasenta menembus sepenuhnya melalui miometrium
b) Komplikasi janin
Kelahiran pramatur mungkin dapat menjadi penyebab sekunder untuk perdarahan
maternal, dan bayi pun dapat mengalami komplikasi prematuritas.

K. PROGNOSIS5

Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu akibat plasenta rendah
sekali atau tidak ada sama sekali. Sejak di perkenalkan penanganan pasif pada tahun
1945, kematian perinatal berangsur angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian,
hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan
utama.
BAB III

PEMBAHASAN

Plasenta previa merupakan suatu komplikasi obstetrik yang menggambarkan suatu


perdarahan vagina yang biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri, biasanya pada trimester ketiga
sekunder, dengan adanya letak plasenta yang tidak normal pada daerah dekat atau menutupi
daerah serviks.

Anensefali merupakan suatu keadaan dimana tidak terbentuknya tengkorak dan hemisfer otak
yang tidak sempurna.

Pada kasus ini pasien usia 32 tahun dengan G 3 P2 A0, HPHT : 07/12/2014, usia kehamilan 35
minggu 3 hari, tafsiran partus 14/09/2015 didiagnosa dengan Plasenta Previa Totalis dan
Anensefali. Didiagnosis dengan Plasenta Previa Totalis berdasarkan gejala klinis saat pasien
datang dimana terjadi perdarahan dari jalan lahir yang tanpa disertai nyeri hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa pasien dengan plasenta previa datang dengan perdarahan tanpa
adanya rasa nyeri. Sesuai dengan teori bahwa pada kasus plasenta previa etiologinya masih
belum pasti, namun pada kasus ini pasien memiliki riwayat obstetrik yang begitu dekat, yang
mana anak pertama lahir pada tahun 2007 dan yang kedua pada tahun 2008, hal ini sesuai dengan
teori yang mengenai faktor resiko yang menyatakan bahwa pasien yang multipara dengan jarak
kehamilan yang dekat dapat mencetus terjadinya plasenta previa.

Pada pemeriksaan abdomen dalam batas normal, namun di temukan kepala janin belum
masuk panggul, hal ini sesuai dengan teori bahwa ada manifestasi dari plasenta previa selain
pasien pasien datang dengan keluhan perdarahan tanpa ada rasa nyeri, dapat juga ditemukan pada
pemeriksaan dimana kepala janin tidak bisa masuk pintu panggul, hal ini terjadi akibat plasenta
yang sudah berada di daerah ostium serviks internum yang menghalangi kepala bayi untuk
masuk pintu panggul. Pada pemeriksaan genital tidak dilakukan, hal ini sesuai dengan teori
dimana jika dilakukan pemeriksaan dalam dapat mencetis terjadinya perdarahan, dan lebih baik
pemeriksaan genital dilakukan pada meja operasi agar jika terjadi keadaan yang tidak diinginkan
dapat diatasi dengan segera.

Pada pemeriksaan penunjang ditemukan Hb 9,3 gr/dl, hal ini akibat perdarahan yang terjadi.
Untuk mediagnosis suatu plasenta previa dapat dilakukan dengan USG, hal ini dilakukan dan
sesuai dengan teori hasilnya pada USG tersebut menunjukan adanya gambaran plasenta previa.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini yaitu dengan operasi SC, hal ini sesuai
dengan teori mengingat dengan adanya tindakan ini maka ancaman untuk ibu dan janin pun
dapat diatasi.

Pada kasus ini juga didiagnosis anensefali, hal ini dikemukakan oleh pasien terlebih dahulu
dari hasil USG, yang mana hasil USG dari pasien menunjukan adanya anensefali.

Saat pasien datang pasien juga mengeluh selama hamil pasien batuk batuk dan kurang
nafsu makan, hal ini diduga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor resiko dari
anensefali yaitu kekurangan asam folat, bias juga akibat penggunaan obat obatan pada janin,
dan penyakit infeksi. Namun, pada kasus ini etiologinya tidak diketahui dengan pasti karena
belum ada pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk memastikan etiologi dari kasus
ini.

Bayi ini lahir dengan anensefali, dilakukan penanganan sama dengan bayi yang lain namun
tidak dapat bertahan lama, hal ini sesuai dengan yang dinyatakan pada teori bahwa anak dengan
anesefali tidak mampu bertahan hidup lama.
Daftar Pustaka

1. J Saju et all. Placenta previa. [upload Mar 23, 2015] ; [Download Aug 13, 2015] : 4 sheet

Avaiable from :

URL : http://emedicine.medscape.com/article/262063-overview

2. Burkland D. Antepartum bleeding : Placenta previa ; in NMS Obstetrics and gynecology,


6th ed. 2008. Lippincott Williams & Wilkins. p. 90 -92.
3. Cunningham GF. Placenta previa in Williams Obstetrics. 22 ed. 2005. McGraw-Hill.
4. Fortner KB et all. Placenta Previa in The Johns Hopkins Manual Of Gynecology and
Obstetrics. 3rd. 2007 ; Lippincontt Williams & Wilkins. p.131-133.
5. Hanafiah TM. Plasenta Previa. [upload 2004] ; [download 2015]. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara.

Avaiable from :

URL : http://repository_usu.co.id.

6. Wiknjosastro , Rachimhadhi. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat.2009 ; PT Bina Pustaka


Prawiroharjo. Jakarta.
7. Anonim. The Infant with Anencephaly in the New England Journal of Medicine. [upload
march 8, 19990] : [download Aug 14, 2015].

Avaiable from :

URL : http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM199003083221006

8. Anderson, K. Cephalic disorders. [upload 2012] ; [download Aug 14, 2015].

Avaiable from :

URL : http://iheartautopsy.com/wp-content/2012/02/anencephaly1.
9. Cunningham F. Obstertric Williams ed 21 vol 2. Jakarta. EGC;2002. Hal 1066-1068
10. Pelizzari et all. Characteristic of fetuses evaluated due too suspected anenchepaly : a
population-based cohort study in southern Brazil. In : Sao Paulo Medical Journal. [upload
march 17, 2015] ; [download Aug 14, 2015].

Aviable form :

URL:http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S151631802015000200101

11. Anonim. Anencephaly. [upload 2013] ; [download 14 Aug 2015].

Avaiable from :

URL : http://emedicine.medscape.com.

Anda mungkin juga menyukai