Ditjen Otoda :
Usul bagaimana apabila dikembangkan pula
sistem penilaian kinerja yang dapat
Penanya Pertanyaan Respon Nara Sumber
memberikan umpan balik secara realtime? Nurdin, Ditjen Otoda :
Misalnya setiap 3 bulan ada umpan balik Terdapat formulasi tertentu di mana ketika suatu standar telah terlampaui
bagi yang bersangkutan maka urusan dapat dipecah dalam beberapa lembaga atau cukup
ditangani satu lembaga (jawaban atas urusan ke-PU-an)
BKN : SKPD dapat membentuk UPT, di mana UPT-UPT dimaksud memiliki
Bagaimana teknis pengusulan tenaga klasifkasi tertentu yang nantinya diatur melalui peraturan mendagri
fungsional umum menjadi fungsional Terkait revisi PP 41, sudah fnal pembahasannya, terkait
tertentu? Apakah harus didahului dengan penandatangannya tergantung Presiden
Diklat? Meskipun yang bersangkutan telah Tipe A, B, C hanya berpengaruh terhadap desain lembaganya. Misalnya
memiliki kemampuan pada bidang jumlah penduduk Jatim sekian puluh juta, sedangkan Kaltara hanya sekian
tersebut? juta. Maka kelembagaanya tidak bisa disamakan. Apabila disamakan maka
Ngawi Terkait moratorium, ada pembatasan bisa jadi banyak pejabat yang menganggur
rekrutmen kecuali untuk tenaga kesehatan Kemendagri bersama Kemenpan dan BKN tengah membahas langkah-
dan guru langkah percepatan pengisian jabatan fungsional
Terkait Produksi Pertanian yang tidak masuk dalam urusan, sebaiknya
Kasus di Kab. Ngawi, kekurangan tenaga
fungsi produksi diserahkan kepada masyarakat kita sebagai pemerintah
guru disiasati dengan mengembangkan
lebih menjalankan fungsi sebagai regulator dan membimbing masyarakat
tenaga fungsional umum melalui
agar produksi meningkat
pendidikan formal. Namun ada hambatan
keharusan akreditasi minimal B
Dirjen Otoda :
Kapan kepastian revisi PP 41?
BKN :
- SKP pada prakteknya tidak berbeda
dengan DP3. Karena penilaiannya
dalam masa setahun sehingga kurang
efektif. Lebih efektif daerah yang
menerapkan aplikasi karena penilaian
dapat dilakukan setiap bulan
- Kapan RPP Manajemen Kepegawaian
disahkan?
Penanya Pertanyaan Respon Nara Sumber
Janry Haposan, BKN :
Prinsip mendasar dari kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki
Hasbullah, Dirjen Otoda : seseorang agar dapat mengelola pekerjaanya secara efektif. Terdapat 2
BKD Kab. Kepastian desain kelembagaan? kompetensi, yaitu kompetensi manajerial dan kompetensi teknis. Dari
Pasuruan berbagai kemampuan yang dibutuhkan tersebut kita harus dapat
BKN : memformulasikan kompetensi yang ada dari kondisi riil yang ada di
- Korelasi Kompetensi (latar belakang lapangan. Salah permasalahan yang menyulitkan analisa kompetensi
pendidikan) dengan kebutuhan adalah uraian jabatan yang tertuang dalam analisa jabatan tidak cukup
pekerjaan / urusan perlu dievaluasi menggambarkan tupoksi pengemban jabatan, sehingga perlu ada
- Banyak JFT-JFT yang dialihkan ke JFU, pengecekan di lapangan terkait kondisi pekerjaan yang sebenarnya
karena tidak segera didiklatkan Terkait alih fungsi JFU ke JFT, langkah awal yang harus dilakukan adalah
Aris, Kemenpan : mengidentifkasi instansi pembinanya, misal peneliti dengan LIPI, dokter
Kota Blitar Terkait implementasi moratorium, dengan Kemenkes
bagaimana cara memenuhi jumlah pegawai
secara kuantitas? Di sisi lain tidak boleh
mengangkat PTT, sedangkan Outsourcing
terbatas kompetensinya
Dirjen Otoda :
Jika mengacu pada desain kelembagaan
kepegawaian Urusan Kepegawaian Kota
Blitar berpeluang hanya ditangani oleh
selevel Bidang, bukan lagi BKD, padahal
beban kerjanya cukup tinggi
BKN :
Terkait rasionalisasi kelembagaan, ada
sekitar 170 jabatan struktural yang
kehilangan jabatan? Bagaimana mengatasi
dampak psikologis tersebut? Adakah desain
penanggulangannya, misalnya inpassing
Bagaimana menentukan kompetensi
seorang PNS, apakah dari ijazah atau dari
Penanya Pertanyaan Respon Nara Sumber
kemampuannya?
JAKARTA, KOMPAS Rencana pemerintah merasionalisasi jumlah pegawai negeri sipil untuk menata birokrasi
terus dimatangkan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyusun format
penilaian untuk pegawai negeri sipil dengan jabatan fungsional umum.
Pegawai yang tidak kompeten dan kualifkasinya tidak sesuai dengan bidang kerjanya menjadi sasaran rasionalisasi.
"Format penilaian sedang dirumuskan bersama Badan Kepegawaian Negara. Kami targetkan akhir bulan ini selesai," ujar
Deputi Sumber Daya Manusia Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan
RB) Setiawan Wangsaatmadja di Jakarta, Selasa (16/2).
Dari pembahasan sementara, format penilaian bisa melalui serangkaian tes, mulai dari aplikasi komputer untuk mengolah
data dan menulis dokumen, kemampuan berbahasa dan memberikan pelayanan, hingga tes kompetensi teknis sesuai bidang
pegawai jabatan fungsional umum (JFU).
Setelah format penilaian selesai dirumuskan, Kemenpan RB meminta setiap kementerian/lembaga dan pemerintah daerah
(pemda) menilai setiap pegawai JFU di lingkungan kerja masing-masing dengan mengacu pada format itu. Masa penilaian
ditargetkan hingga Mei 2016.
Dengan dasar penilaian itu, pegawai JFU nantinya akan dipetakan ke dalam empat kelompok. Pertama, pegawai JFU yang
kompeten dan kualifkasinya sesuai dengan tempat kerjanya. Kedua, pegawai JFU yang kompeten, tetapi kualifkasinya tidak
sesuai. Ketiga, pegawai JFU yang kualifkasinya sesuai, tetapi tidak kompeten. Terakhir, pegawai JFU yang tidak kompeten dan
kualifkasinya tidak sesuai.
Perlakuan terhadap tiap kelompok itu berbeda. Untuk kelompok pertama, pegawai JFU harus dipertahankan dan terus
ditingkatkan kompetensinya. Untuk kelompok kedua, pegawai JFU bisa diikutkan pendidikan dan pelatihan (diklat) agar
kompetensinya sesuai dengan kualifkasi tempatnya bekerja atau mutasi ke bagian yang cocok dengan kompetensinya.
Untuk kelompok ketiga, pegawai JFU bisa diikutsertakan diklat agar kompetensinya meningkat.
"Pegawai JFU yang berada di kelompok empat bisa terkena kebijakan rasionalisasi. Caranya bisa dengan mengajukan pensiun
dini," katanya. Pensiun dini disertai pemberian kompensasi. Besaran kompensasi dan cara menghitungnya masih perlu
dirumuskan.
Lulusan SD
Berdasarkan data Kemenpan RB, ada 1.391.233 pegawai JFU dari total jumlah PNS 4.517.136 orang. Sebanyak 554.319
pegawai di antaranya bekerja di instansi pusat, sedangkan 920.308 lainnya di instansi pemda. Pegawai JFU ini seperti
pegawai administrasi, operator komputer, dan petugas pengirim surat.
Setiawan sadar seharusnya semua PNS dinilai tidak hanya pegawai JFU. Namun untuk tahap awal, JFU didahulukan karena
menurut pengamatan Kemenpan RB, tidak sedikit pegawai JFU yang tidak kompeten, kualifkasinya tidak sesuai bidang.
Selain itu, tidak sedikit JFU yang hanya lulusan SD sampai SMA. PNS lulusan SMA atau lebih rendah mencapai 30 persen dari
total jumlah PNS.
Kemenpan RB menjadwalkan kebijakan rasionalisasi pegawai mulai Maret 2017. Menpan RB Yuddy Chrisnandi mengatakan,
penataan kepegawaian pemerintah mendesak dilakukan. Dia merujuk sejumlah laporan kinerja Pemerintahan Indonesia,
seperti The Global Competitiveness Report 2015-2016 dan The Worldwide Governance Indicators, yang menilai buruk
birokrasi karena inefsien, efektivitas rendah, dan tidak memiliki daya saing dengan negara lain.
Indonesia tertinggal dibandingkan negara lain, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. "Jika tidak ada upaya penataan
birokrasi, Indonesia akan semakin tertinggal," kata Yuddy.
Ditambah lagi, beban anggaran negara terbebani oleh belanja pegawai. Di tingkat pusat, belanja pegawai menyedot sekitar
33 persen dari APBN. Di daerah, kondisinya lebih parah lagi. Ada 244 daerah dari total 542 daerah, yang belanja pegawainya
mencapai 50 persen dari APBD, bahkan ada pula yang mencapai 80 persen dari APBD. (APA)