Anda di halaman 1dari 9

NOTULENSI

WORKSHOP PENATAAN PEGAWAI BERBASIS URUSAN


BERDASARKAN MANAJEMEN ASN
17 Februari 2016

1. SUPARDIYANA, Deputi Bidang Perencanaan SDM Aparatur


Kementerian PAN & RB
Negara-negara dengan tingkat kesejahteraan yang maju pada
umumnya birokrasinya bagus, sehingga ada korelasi antara kondisi
birokrasi suatu negara dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya
Ada perubahan sistem karir kita dari closed system menjadi open
system
Kondisi Indonesia :
o Efektivitas birokrasinya tidak lebih baik dari Vietnam,
Thailand, Malaysia. Bahkan Timor Leste semakin membaik
o Ada kondisi global perekonomian yang menuntut Indonesia
harus mampu bersaing dengan negara lainnya.
o Indonesia memiliki peluang dengan adanya bonus demograf
(jumlah penduduk usia produktif lebih banyak daripada usia
produktif jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang
lebih banyak penduduk yang berusia tidak produktif)
o Ada desain pengembangan perekonomian secara nasional
yang bersifat regional, seperti koridor-koridor pengembangan
ekonomi, dalam hal ini daerah harus mampu mendukung
arah pembangunan yang didesain secara nasional tersebut
Strategi pengembangan ASN,
o apakah desain pengembangan ASN di daerah berkorelasi
dengan visi/misi pembangunan daerah? Misal Visi / Misi
daerah ingin mengembangkan daerah berbasis agro industri,
maka desain pengembangan setidaknya diarahkan untuk
merencanakan SDM yang dapat mendukung tercapainya visi
tersebut, misalnya SDM dengan basis kompetensi di bidang
pertanian dan agroindustri
o desain pengembangan ASN juga harus menginduk pada
perencanaan pembangunan secara nasional

2. Dr. NURDIN, Ditjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri


Masalah klasik birokrasi adalah pada pelayanan. Ada kesenjangan
yang cukup besar antara pelayanan yang diberikan sektor swasta
dengan pelayanan yang diberikan oleh birokrasi
Perkembangan otonomi daerah dimulai sejak masa Kolonialisme,
kemudian berlanjut pada era kemerdekaan, orde lama, orde baru dan
berlanjut pada era reformasi dan otonomi daerah
Kata kunci dalam membangun efektivitas pemerintahan yang ada
dalam UU 23 / 2014 adalah Menjaga kesinambungan antara pusat
dengan daerah, di mana terdapat 5 hal kunci yang perlu diperhatikan :
o Sinergitas Pusat dan Daerah
o Sinergitas kelembagaan
o Sinergitas SDM
o Sinergitas Perencanaan
o Sinergitas Pertanggungjawaban kepada masyarakat
Dalam konteks tersebut di atas dalam membangun SDM Pemerintahan
Daerah harus memastikan :
o Setiap pegawai harus memahami tugas dan tanggung
jawabnya sehingga harus dilakukan penataan jabatan
o Organisasi / kelembagaan ditata sedemikian rupa agar dapat
menjalankan fungsi pemerintahan daerah secara optimal
o Dalam penataan kelembagaan hendaknya memperhatikan
sektor-sektor yang ada di pusat
Konstruksi pemerintahan :
o Konstruksi pemerintahan di tingkat pusat pada dasarnya
kekuasaan di tangan Presiden, selanjutnya urusan-urusan
pemerintahan didistribusikan kepada Menteri-Menteri, di
mana pada prinsipnya setiap kementerian mengembangkan
urusan-urusan yang didelegasikan oleh Presiden
o Adapun konstruksi pemerintahan daerah pada prinsipnya
merupakan wakil pemerintah pusat di daerah, menjalankan
fungsi pemerintahan yang didelegasikan oleh Presiden
kepada Daerah. Oleh karena itu desain organisasi harus
dikembangkan berdasarkan urusan-urusan pemerintahan
yang didistribusikan oleh Presiden
Strategi dalam meningkatkan efektivitas pemerintahan adalah
optimalisasi Teknologi Informasi yang terintegrasi.
Ditjen Otonomi Daerah mengembangkan aplikasi untuk
mengembangkan desain organisasi. Aplikasi tersebut dapat digunakan
hingga analisa jabatan sampai dengan evaluasi jabatan. Salah satu
goal dari aplikasi ini adalah menyeragamkan kelembagaan berbasis
urusan dari seluruh daerah.

3. JANRY HAPOSAN, Deputi Bidang Pembinaan Manajemen


Kepegawaian BKN
Kompas, 17-2-2016 tentang Rasionalisasi Pegawai Negeri
http://print.kompas.com/baca/2016/02/17/Rasionalisasi-Pegawai-Negeri
Proporsi PNS Pusat hanya sekitar 21 %, sisanya berada di daerah.
Sehingga fokus penataan lebih dominan di Pemerintah Daerah.
Sistem merit pada prinsipnya mencakup kompetensi, kualifkasi dan
kinerja
DISKUSI
WORKSHOP PENATAAN PEGAWAI BERBASIS URUSAN
BERDASARKAN MANAJEMEN ASN
17 Februari 2016

Penanya Pertanyaan Respon Nara Sumber


Ditjen Otoda : Supardiyana, Kemenpan :
Terkait rumusan dalam UU 23 / 2014, dalam Terkait SKP, BKD dapat membangun sistem yang memungkinkan adanya
desain kelembagaan di bidang ke-PU-an, laporan secara berkala, bisa harian atau mingguan. Perlu juga dibangun
utamanya terkait Bina Marga dan Cipta sistem kontrol pekerjaan bawahan oleh atasan, misalnya pada akhir jam
Karya ada ketidaksinkronan antara dasar kerja atasan mengecek pekerjaan yang didelegasikan
desain kelembagaan yang diatur di UU Terkait moratorium, belum ada rencana untuk merekrut
23/2014, mengapa hanya didasarkan pada Untuk menjaga kualitas pengembangan pegawai (dalam konteks alih
panjang jalan? fungsi ke guru) melalui pendidikan formal, baik melalui Tugas Belajar
maupun Izin Belajar maka dibatasi melalui akreditasi. Utamanya yang
BKN : melalui Tugas Belajar karena pembiayaannya dibebankan kepada negara.
Sebagai PNS di level JPT kompetensi yang Adapun pembatasan usia, dimaksudkan untuk mengoptimalkan
dikuasai bukan hanya kompetensi bidang pemanfaatan yang bersangkutan
saja, namun titik tekannya lebih pada RPP Manajemen ASN (gabungan dari 11 RPP) sudah diajukan ke Presiden,
kompetensi manajerial. Bagaimana model namun saat ini masih ada masukan-masukan sehingga masih tertunda
penataannya? Terkait metode pemenuhan kebutuhan pegawai dari sisi jumlah, dapat
Lilik Kemenpan :
mengisi kekurangan pegawai dengan mereview kelebihan dari SKPD lain.
Widiawati, Bagaimana metode mengimplementasikan
Atau dengan adanya e-formasi bisa juga dengan meminta pemenuhan
UPT perencanaan SDM secara efektif di unit
pegawai ke daerah/Kabupaten lain. Apabila mekanisme ini sudah dilalui
Latkesmas kerja? Mengingat pengelola kepegawaian
maka dapat diajukan formasinya kepada MenPan
Murnajati harus berhadapan dengan manusia yang
nota bene memiliki kemauan, keinginan,
sikap yang berbeda

Ditjen Otoda :
Usul bagaimana apabila dikembangkan pula
sistem penilaian kinerja yang dapat
Penanya Pertanyaan Respon Nara Sumber
memberikan umpan balik secara realtime? Nurdin, Ditjen Otoda :
Misalnya setiap 3 bulan ada umpan balik Terdapat formulasi tertentu di mana ketika suatu standar telah terlampaui
bagi yang bersangkutan maka urusan dapat dipecah dalam beberapa lembaga atau cukup
ditangani satu lembaga (jawaban atas urusan ke-PU-an)
BKN : SKPD dapat membentuk UPT, di mana UPT-UPT dimaksud memiliki
Bagaimana teknis pengusulan tenaga klasifkasi tertentu yang nantinya diatur melalui peraturan mendagri
fungsional umum menjadi fungsional Terkait revisi PP 41, sudah fnal pembahasannya, terkait
tertentu? Apakah harus didahului dengan penandatangannya tergantung Presiden
Diklat? Meskipun yang bersangkutan telah Tipe A, B, C hanya berpengaruh terhadap desain lembaganya. Misalnya
memiliki kemampuan pada bidang jumlah penduduk Jatim sekian puluh juta, sedangkan Kaltara hanya sekian
tersebut? juta. Maka kelembagaanya tidak bisa disamakan. Apabila disamakan maka
Ngawi Terkait moratorium, ada pembatasan bisa jadi banyak pejabat yang menganggur
rekrutmen kecuali untuk tenaga kesehatan Kemendagri bersama Kemenpan dan BKN tengah membahas langkah-
dan guru langkah percepatan pengisian jabatan fungsional
Terkait Produksi Pertanian yang tidak masuk dalam urusan, sebaiknya
Kasus di Kab. Ngawi, kekurangan tenaga
fungsi produksi diserahkan kepada masyarakat kita sebagai pemerintah
guru disiasati dengan mengembangkan
lebih menjalankan fungsi sebagai regulator dan membimbing masyarakat
tenaga fungsional umum melalui
agar produksi meningkat
pendidikan formal. Namun ada hambatan
keharusan akreditasi minimal B

Dirjen Otoda :
Kapan kepastian revisi PP 41?

BKN :
- SKP pada prakteknya tidak berbeda
dengan DP3. Karena penilaiannya
dalam masa setahun sehingga kurang
efektif. Lebih efektif daerah yang
menerapkan aplikasi karena penilaian
dapat dilakukan setiap bulan
- Kapan RPP Manajemen Kepegawaian
disahkan?
Penanya Pertanyaan Respon Nara Sumber
Janry Haposan, BKN :
Prinsip mendasar dari kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki
Hasbullah, Dirjen Otoda : seseorang agar dapat mengelola pekerjaanya secara efektif. Terdapat 2
BKD Kab. Kepastian desain kelembagaan? kompetensi, yaitu kompetensi manajerial dan kompetensi teknis. Dari
Pasuruan berbagai kemampuan yang dibutuhkan tersebut kita harus dapat
BKN : memformulasikan kompetensi yang ada dari kondisi riil yang ada di
- Korelasi Kompetensi (latar belakang lapangan. Salah permasalahan yang menyulitkan analisa kompetensi
pendidikan) dengan kebutuhan adalah uraian jabatan yang tertuang dalam analisa jabatan tidak cukup
pekerjaan / urusan perlu dievaluasi menggambarkan tupoksi pengemban jabatan, sehingga perlu ada
- Banyak JFT-JFT yang dialihkan ke JFU, pengecekan di lapangan terkait kondisi pekerjaan yang sebenarnya
karena tidak segera didiklatkan Terkait alih fungsi JFU ke JFT, langkah awal yang harus dilakukan adalah
Aris, Kemenpan : mengidentifkasi instansi pembinanya, misal peneliti dengan LIPI, dokter
Kota Blitar Terkait implementasi moratorium, dengan Kemenkes
bagaimana cara memenuhi jumlah pegawai
secara kuantitas? Di sisi lain tidak boleh
mengangkat PTT, sedangkan Outsourcing
terbatas kompetensinya

Dirjen Otoda :
Jika mengacu pada desain kelembagaan
kepegawaian Urusan Kepegawaian Kota
Blitar berpeluang hanya ditangani oleh
selevel Bidang, bukan lagi BKD, padahal
beban kerjanya cukup tinggi

BKN :
Terkait rasionalisasi kelembagaan, ada
sekitar 170 jabatan struktural yang
kehilangan jabatan? Bagaimana mengatasi
dampak psikologis tersebut? Adakah desain
penanggulangannya, misalnya inpassing
Bagaimana menentukan kompetensi
seorang PNS, apakah dari ijazah atau dari
Penanya Pertanyaan Respon Nara Sumber
kemampuannya?

PNS angkatan 80-90 memiliki penyakit TBC


(Tidak Bisa Computer) sehingga tidak
mampu melaksanakan tugas secara
optimal, padahal dikatakan apabila seorang
PNS tidak kompetitif maka dipensiunkan
dini. Apa mekanismenya ?
Dinas Terdapat item-item yang masuk dalam
Pertanian urusan pertanian, yaitu :
- Pengawasan
- Penerbitan sertifkasi
- Penataan prasarana pertanian
- Penerbitan usaha pertanian
Pertanian masuk urusan pilihan, padahal
pertanian menjadi tulang punggung
kesejahteraan rakyat, namun karena
menjadi urusan pilihan di daerah
berpeluang tidak ada yang menangani,
bagaimana tanggapannya?
http://print.kompas.com/baca/2016/02/17/Rasionalisasi-Pegawai-Negeri
POLITIK > RASIONALISASI PEGAWAI NEGERI

Rasionalisasi Pegawai Negeri


Pensiun Dini untuk PNS yang Tidak Kompeten
Cetak | 17 Februari 2016 95 dibaca 0 komentar

JAKARTA, KOMPAS Rencana pemerintah merasionalisasi jumlah pegawai negeri sipil untuk menata birokrasi
terus dimatangkan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyusun format
penilaian untuk pegawai negeri sipil dengan jabatan fungsional umum.
Pegawai yang tidak kompeten dan kualifkasinya tidak sesuai dengan bidang kerjanya menjadi sasaran rasionalisasi.

"Format penilaian sedang dirumuskan bersama Badan Kepegawaian Negara. Kami targetkan akhir bulan ini selesai," ujar
Deputi Sumber Daya Manusia Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan
RB) Setiawan Wangsaatmadja di Jakarta, Selasa (16/2).

Dari pembahasan sementara, format penilaian bisa melalui serangkaian tes, mulai dari aplikasi komputer untuk mengolah
data dan menulis dokumen, kemampuan berbahasa dan memberikan pelayanan, hingga tes kompetensi teknis sesuai bidang
pegawai jabatan fungsional umum (JFU).

Setelah format penilaian selesai dirumuskan, Kemenpan RB meminta setiap kementerian/lembaga dan pemerintah daerah
(pemda) menilai setiap pegawai JFU di lingkungan kerja masing-masing dengan mengacu pada format itu. Masa penilaian
ditargetkan hingga Mei 2016.

Dengan dasar penilaian itu, pegawai JFU nantinya akan dipetakan ke dalam empat kelompok. Pertama, pegawai JFU yang
kompeten dan kualifkasinya sesuai dengan tempat kerjanya. Kedua, pegawai JFU yang kompeten, tetapi kualifkasinya tidak
sesuai. Ketiga, pegawai JFU yang kualifkasinya sesuai, tetapi tidak kompeten. Terakhir, pegawai JFU yang tidak kompeten dan
kualifkasinya tidak sesuai.
Perlakuan terhadap tiap kelompok itu berbeda. Untuk kelompok pertama, pegawai JFU harus dipertahankan dan terus
ditingkatkan kompetensinya. Untuk kelompok kedua, pegawai JFU bisa diikutkan pendidikan dan pelatihan (diklat) agar
kompetensinya sesuai dengan kualifkasi tempatnya bekerja atau mutasi ke bagian yang cocok dengan kompetensinya.
Untuk kelompok ketiga, pegawai JFU bisa diikutsertakan diklat agar kompetensinya meningkat.

"Pegawai JFU yang berada di kelompok empat bisa terkena kebijakan rasionalisasi. Caranya bisa dengan mengajukan pensiun
dini," katanya. Pensiun dini disertai pemberian kompensasi. Besaran kompensasi dan cara menghitungnya masih perlu
dirumuskan.

Lulusan SD

Berdasarkan data Kemenpan RB, ada 1.391.233 pegawai JFU dari total jumlah PNS 4.517.136 orang. Sebanyak 554.319
pegawai di antaranya bekerja di instansi pusat, sedangkan 920.308 lainnya di instansi pemda. Pegawai JFU ini seperti
pegawai administrasi, operator komputer, dan petugas pengirim surat.

Setiawan sadar seharusnya semua PNS dinilai tidak hanya pegawai JFU. Namun untuk tahap awal, JFU didahulukan karena
menurut pengamatan Kemenpan RB, tidak sedikit pegawai JFU yang tidak kompeten, kualifkasinya tidak sesuai bidang.
Selain itu, tidak sedikit JFU yang hanya lulusan SD sampai SMA. PNS lulusan SMA atau lebih rendah mencapai 30 persen dari
total jumlah PNS.

Kemenpan RB menjadwalkan kebijakan rasionalisasi pegawai mulai Maret 2017. Menpan RB Yuddy Chrisnandi mengatakan,
penataan kepegawaian pemerintah mendesak dilakukan. Dia merujuk sejumlah laporan kinerja Pemerintahan Indonesia,
seperti The Global Competitiveness Report 2015-2016 dan The Worldwide Governance Indicators, yang menilai buruk
birokrasi karena inefsien, efektivitas rendah, dan tidak memiliki daya saing dengan negara lain.
Indonesia tertinggal dibandingkan negara lain, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. "Jika tidak ada upaya penataan
birokrasi, Indonesia akan semakin tertinggal," kata Yuddy.
Ditambah lagi, beban anggaran negara terbebani oleh belanja pegawai. Di tingkat pusat, belanja pegawai menyedot sekitar
33 persen dari APBN. Di daerah, kondisinya lebih parah lagi. Ada 244 daerah dari total 542 daerah, yang belanja pegawainya
mencapai 50 persen dari APBD, bahkan ada pula yang mencapai 80 persen dari APBD. (APA)

Anda mungkin juga menyukai