Anda di halaman 1dari 28

PEMANFAATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH

UNTUK MEMINIMALISIR PENCEMARAN LINGKUNGAN


DI BANTAR GEBANG KOTA BEKASI

Diajukan Sebagai Tugas Karya Tulis PLH kelas XII Semester 1

Andhika Prastyo
Azam Fathurahman
Elisa Frederica S.
Evariani Dwi W.
Yusufa Raditya R.

XI IPA 1

SMAN 1 Tambun Selatan


Jalan.Kebon Kelapa no.2 Tlp. (021) 88325613-88325543
Tambun Selatan , Bekasi 17520
Website : www.smantas.sch.id Email: Info@smantas.sch.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan rida-
Nya lah kami bisa menyelesaikan tugas karya ilmiah ini. Adapun tujuan penulisan karya
ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) dan juga
untuk memberikan alternatif akan ketergantungan sumber listrik dengan memanfaatkan
Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Sampah (PLTsa).
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
mengarahkan, dan membimbing kami dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah yang kami buat bisa memberikan informasi lebih dan jalan
keluar dalam masalah yang sedang terjadi di sekitar kita.

Hormat Kami

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. I
DAFTAR ISI...................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 2
1.5. Hipotesa..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................................
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................... 14
4.1. Keberadaan TPA Bantargebang Sebagai Solusi Pembuangan Sampah Kota DKI Jakarta,
Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi
4.2. Pro dan Kontra Terkait Keberadaan TPA Bantargebang
4.3. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Bantargebang
4.4. Kontribusi PLTSa dalam Peningkatan Sumber Energi Listrik PLN
4.5. Upaya Pengembangan PLTSa di Kota-kota Besar di Indonesia
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hingga saat ini sampah masih menjadi masalah serius di berbagai kota besar di
Indonesia. Sampah-sampah tersebut seakan menjadi beban bagi manusia selama masih
tinggal di bumi ini. Semakin banyak jumlah penduduk suatu wilayah, semakin banyak
pula tingkat konsumsi akan barang atau material yang digunakan sehari-hari. Seiring
dengan peningkatan konsumsi, maka volume sampah yang dihasilkan setiap harinya juga
akan bertambah. Sedangkan penanganan sampah kota yang ada sekarang masih
mengandalkan pada Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) sebagai tempat
pembuangan sampah, mulai dari tingkat rumah tangga hingga kecamatan, yang
umumnya memiliki keterbatasan baik lahan maupun daya tampung. Apalagi dengan
kondisi rawan longsor pada musim penghujan.
Persoalan dalam penanganan sampah kota, selain adanya keterbatasan ruang untuk
TPA juga masalah polusi udara dari aroma tidak sedap sampah dan belum optimalnya
pemanfaatan sampah organik dan non organik menjadi sesuatu yang memiliki nilai
positif baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Selain itu tempat pembuangan sampah
yang jauh juga dapat membuat anggaran pengelolaan sampah membengkak, karena
semakin jauh semakin besar pula biaya transportasinya.
Akibat adanya keterbatasan lahan dan berbagai musibah lainnya, maka diperlukan
penerapan teknologi yang dapat mereduksi sampah dengan cara-cara yang efisien, efektif
dan berkesinambungan atau jangka panjang. Upaya yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi hal tersebut adalah pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Sampah
(PLTsa) di Bantar Gebang kota Bekasi. Selain dapat mengurangi volume sampah yang
tertumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), gas yang dihasilkan dari sampah pun
dapat dijadikan sebagai sumber energi dalam hal ini energi listrik.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pemanfaatan sampah menjadi energi alternatif pembangkit listrik


di Bantar Gebang kota Bekasi?
2. Bagaimana mekanisme kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Bantar
Gebang kota Bekasi?
3. Bagaimana kelebihan/keuntungan sampah menjadi energi alternatif pembangkit
listrik di Bantar Gebang kota Bekasi?
4. Upaya apa yang dilakukan ketika menghadapi kendala dalam pemanfaatan
sampah menjadi energi alternatif pembangkit listrik di Bantar Gebang kota
Bekasi?

1.3. Tujuan penulisan

1. Mendiskripsikan pengetahuan dan pengenalan kepada masyarakat bahwa


sampah dapat dimanfaatkan menjadi energi pembangkit listrik di Bantar Gebang
kota Bekasi.
2. Menyampaikan berbagai keuntungan dari pemanfaatan sampah menjadi energi
alternatif pembangkit listrik.
3. Untuk memanfaatkan sampah yang biasanya dibuang dan dibakar
begitu saja sebagai energi alternatif pembangkit listrik di Bantar Gebang kota
Bekasi.
4. Terbentuknya keyakinan untuk memanfaatkan sampah sebagai energi alternatif
pembangkit tenaga listrik di Bantar Gebang kota Bekasi.

1.4. Manfaat Penulisan

1. Tercapainya kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di Bantar Gebang kota
Bekasi dan sekitarnya.
2. Tersedianya pasokan listrik dengan harga konsumsi yang mudah di jangkau oleh
lapisan masyarakat yang kurang mampu.
3. Menciptakan suatu kehidupan yang ramah lingkungan dengan pemanfaatan energi
alternatif sampah.

1.5. Hipotesa

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah merupakan Pembangkit Listrik yang


menggunakan sampah sebagai sumber utamanya. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
sangatlah membantu dalam menanggulangi masalah lingkungan hidup khususnya di
Bantargebang Bekasi sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah dari beberapa
kota besar. PLTSa dapat memanfaatkan sesuatu yang tidak berguna menjadi sesuatu
yang sangat berguna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sampah


"Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat
dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan".
(Kamus Istilah Lingkungan, 1994).
"Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemilikya atau
pemakai semula". (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982)
"Sampah adalah sumberdaya yang tidak siap pakai". (Radyastuti, W. Prof. , Ir,
1996).
"Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis." (Istilah
Lingkungan untuk Manajeman, Ecolink, 1996).1

2.2 Sumber-sumber sampah

a
Pemukiman/rumah tangga
.
Biasanya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan
makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus,
gelas, kain, sampah/kebun/halaman, dan lain-lain.

b
Pertanian dan Perkebunan
.
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik,
seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang
dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan
untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida
dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak
mencemari lungkungan. Sampah pertanian lainnya adalah

1http://jakartahijau.blogspot.com/2008/06/sampah-adalah.html Diakses pada tanggal 25


Agustus 2012
lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang
berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat
pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulang.

c. Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung


Sampah yang berasal dari
kegiatan pembangunan dan
pemugaran gedung ini bisa
berupa bahan organik maupun
anorganik. Sampah organik,
misalnya : kayu, bambu,
triplek. Sampah Anorganik,
misalnya : semen, pasir, spesi,
batu bata, ubin, besi dan baja,
kaca, dan kaleng.

d. Perdagangan dan Perkantoran


Sampah yang berasal dari
daerah perdagangan seperti :
toko, pasar tradisional,
warung, pasar swalayan ini
terdiri dari kardus,
pembungkus, kertas, dan
bahan organik termasuk
sampah makanan dari
restoran.

Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta,
biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy,
pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise
film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus
dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan
beracun.

e.Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia
serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap
yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang
seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.

2.3. Jenis-jenis Sampah

1. Sampah Anorganik/kering
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya
alam tak terbarui seperti mineral dan minyak
bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari
bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik
dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara
keseluruhan tidak dapat diuraikan
oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup
lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol kaca, botol
plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian.
Berdasarkan asalnya, kertas koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena
kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya
gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik.
Sampah Organik/basah

Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal
dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga atau yang lain.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur,
sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
2.4 Pengelolaan Sampah
Pemilahan
Kegiatan pemilahan sampah merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya
mengurangi timbunan sampah yang akan dibawa ke TPA. Kegiatan pemilahan ini dilakukan
dengan memasukkan sampah ke dalam 3 wadah/tempat berdasarkan jenisnya.

Sampah-sampah organik, seperti sisa


makanan, sayuran, buah-buahan, dan daun-
daunan. Sampah jenis ini dapat
dimanfaatkan untuk diolah menjdai kompos.

Sampah-sampah anorganik yang


bermanfaat, seperti kertas bekas, plastik,
gelas/kaca. Sampah keras dapat dimanfaatkan
kembali menjadi kertas daur dan memiliki nilai
ekonomis.
Sampah plastik dapat digunakan kembali atau
dapat dijual. Sampah gelas/kaca dapat
dimanfaatkan kembali atau dijual.

Sampah-sampah anorganik yang tidak


bermanfaat, seperti logam kecil, puntung
rokok. Sampah ini ditampung, dikumpulkan
untuk kemudian diangkut oleh petugas
kebersihan.

Pengumpulan
Sistem pengumpulan sampah, khususnya sampah rumah tangga yang saat ini dilakukan
berdasarkan kondisi dan kultur masyarakat. Umumnya di kota-kota besar terutama di
wilayah Jakarta pengumpulan sampah dilakukan sebagai berikut :

Tiap Rumah Tangga menyediakan tempat atau


wadah sampah tertutup yang dilapisi kantong
plastik, untuk menampung sampah yang tidak
dapat dimanfaatkan.

Pengumpulan dari pintu ke pintu (door


to door service), dilakukan atas swadaya
masyarakat atau dilakukan petugas dinas
kebersihan kota. Sampah diangkut dengan
grobak sampah dari setiap kepala keluarga
di tingkat RT/RW oleh petugas setiap hari
dan dikumpulkan di dipo sampah

Pengumpulan
Dipo adalah tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang meliputi satu kelurahan
kurang lebih 30.000 warga, dengan daya tampung sampah sekitar 150 meter kubik.

Pool Container, biasanya terletak di pinggir jalan di sebuah lokasi pemukiman dan memiliki
volume kurang lebih 6-10 meter kubik, berbentuk sebuah bak penampungan besi. Pool
caontainer ini diangkut oleh truk dinas kebersihan dengan sistem hidrolik.
Pengangkutan
Pengangkutan sampah daarti tempat penampungan sementara (TPS) ke tempat pembuangan
akhir (TPA) dilakukan oleh dinas kebersihan. Pengangkutan sampah dilakukan dengan sistem
pembagian lokasi, setiap truk pengangkut sampah mempunyai tugas di wilayah tertentu. Jenis
angkut yang digunakan dalam pengangkutan sampah ke TPA antara lain:

Truk Terbuka, memiliki kapasitas cukup besaruntuk


mengangkut sampah dari TPS ke TPA dengan menutup
bagian atas dengan jaring atau terpal.

Truk Kompaktor, mengangkut sampah dari pemukiman


sebagai tempat pembuangan sampah sementara.

Pengangkutan

Truk Tripper, mengangkut sampah dari


TPS ke TPA.

Truk Hidrolik Kontainer, bertugas mengangkut


kontainer yang sudah penuh ke TPA.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) harus memenuhi persyaratan umum antara lain:
1. Sudah tercakup dalam tata ruang kota dan daerah.
2. Jenis tanah harus kedap air, sehingga mencegah tercemarinya air tanah.
3. Daerah yang tidak produktif untuk tanah pertanian.
4. Digunakan minimal 5 sampai 10 tahun.
5. Tidak berpotensi mencemari sumber air.
6. Jarak dengan daerah pusat pelayanan kurang lebih 10 km.
7. Merupakan daerah bebas banjir.
8. Tidak berlokasi di danau, sungai, atau laut.

2.5. Metode Pembuangan

1. Metode Open Dumping


Cara pembuangan yang umum dilakukan di Indonesia dan dilakukan secara sederhana
dimana sampah dihamparkan di suatu tempat terbuka tanpa penutupan dan pengolahan.
Cara ini tidak dianjurkan karena memiliki dampak negatif yang tinggi terhadap
kesehatan lingkungan.

2. Metode Controlled Landfill

Sampah dihamparkan pada lokasi cekungan dan permukaannya diratakan serta ditutupi
tanah pada ketebalan tertentu yang dilakukan secara periodik. Cara ini bukan yang ideal
namun untuk saat ini cocok diterapkan di Indonesia.
3. Metode Sanitary Landfill

Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian pada ketebalan tertentu diurug dengan
tanah. Pada bagian atas urugan digunakan lagi untuk menimbun sampah lalu diurug lagi
dengan tenah sehingga berbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar
konstruksisanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa
pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses penguraian
sampah organik. Metode ini merupakan cara yang ideal namun memerlukan biaya
investasi dan operasional yang tinggi.

2.6. Pemusnahan Sampah


Pemusnahan dilakukan dengan insenator. Sampah
dibakar secara terkendali sehingga berubah menjadi
gas, asap dan abu. Teknologi ini harus mampu
menghasilkan limbah gas yang sesuai standar baku
mutu udara, memerlukan biaya tinggi dan diperlukan
perencanaan yang matang.
Insenator di Indonesia tidak ada yang baik, karena 3 hal: 1) kelayakan teknis tidak
terpenuhi; 2) kelayakan finansial tidak terpenuhi; 3) efektifitas pengelolaan sampah kota
lebih diutamakan (100% terangkut).

2.7. Pembangkit Listrik

Pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi
dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga,
seperti PLTU, PLTN, PLTA, dan lain-lain.

Bagian utama dari pembangkit listrik ini adalah generator, yakni mesin berputar yang
mengubah energi mekanis menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip medan
magnet dan penghantar listrik. Mesin generator ini diaktifkan dengan menggunakan
berbagai sumber energi yang sangat bemanfaat dalam suatu pembangkit listrik.2

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik Diakses pada tanggal 25 Agustus 2012


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel


Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. (Sugiyono). Populasi mencakup segala hal,
termasuk benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang ada pada objek.
Dalam penelitian ini, populasinya ialah sampah yang ada di Indonesia.

Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua
yang ada pada populasi, (misalnya karena keterbatasandana, tenaga, dan waktu) maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu.
Untuk sample yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili).
Bila sample tidak representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat
menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat kesimpulan yang salah.
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang
100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri.
Jadi bila populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000
orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan
jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati
populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin
kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi
(diberlakukan umum).
Dalam penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang
mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil.
Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas
populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak
menjadi persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan
pengambil sampel sampel harus memperhatikan hal ini :

1. harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas


2. besarnya populasi3

Dalam penelitian ini, sampelnya ialah sampah yang ada di wilayah DKI Jakarta,
Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi.

3.2. Tekhnik Pengambilan Sampel

Kualitatif
Dari pengertian kedua jenis penelitian sebagaimana disebutkan di atas, maka di bawah
ini dikemukakan perbedaan-perbedaan mendasar berdasarkan karakteristik
penelitiannya, meskipun beberapa hal juga memiliki persamaan.

a.Kejelasan unsur

1.Kuantitatif: memandang suatu objek penelitian sebagai sesuatu yang konkrit, dapat
diamati dengan panca indera, dapat dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna, tidak
berubah, dapat diukur, dan diverivikasi.

2.Kualitatif: obyek penelitian tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah ke dalam
beberapa variabel, karena obyek itu dinamis dan utuh (holistik) karena setiap aspek dari
objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

b.Hubungan

1.Kuantitatif: menganggap kebenaran itu diluar diri peneliti sehingga hubungan antara
peneliti denga yang diteliti harus dijaga jaraknya sehingga bersifat independen. Karena
menggunakan kueisioner sebagai teknik pengumpulan data, maka peneliti hampir tidak
mengenal siapa yang diteliti atau responden yang memberikan data

2.Kualitatif: karena peneliti adalah human instrumen dimana teknik pengumpulan data
participant observation dan in depth interview, maka peneliti harus berinteraksi dengan
3 http://ta-tugasakhir.blogspot.com/2007/10/populasi-dan-sampel.htmlDiakses pada tanggal
25 Agustus 2012
sumber data secara terintegratif.

c.Jangka Waktu

1.Kuantitatif: pada umumnya jangka waktu penelitian kuantitatif tidak terlalu lama,
karena data yang dikumpulkan menggunakan sistem kueisioner, sehingga bila seluruh
kueisioner telah terkumpul dan dilakukan kegiatan analisis data dan telah didapatkan
hasil untuk disimpulkan maka penelitian telah selesai

2.Kualitatif: pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena
tujuan penelitian kualitatif bersifat penemuan, namun bila telah ditemukan sesuatu dan
datanya sudah jenuh, telah teruji kredibilitasnya, maka tidak menutup kemungkinan
tidak membutuhkan waktu lama penelitian selesai. Dalam hal ini Susan Stainback
dalam Sugiyono (2009) menyatakan bahwa: tidak ada cara yang mudah untuk
menentukan berapa lama penelitian kualitatif dilaksanakan, Pada umumnya penelitian
dilaksanakan dalam tahunan. Tetapi lamanya penelitian akan tergantung pada
keberadaan sumber data, interes, dan tujuan penelitian. Selaian itu juga akan tergantung
cakupan penelitian, dan bagaimana peneliti mengatur waktu yang digunakan dalam
setiap hari atau tiap minggu.4

Dalam penelitian ini, tekhnik pengambilan sampel yang digunakan ialah kualitatif yaitu
menggunakan cara observasi dan interview.

3.2. Instrumen Penelitian

Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
1. Bagaimana keadaan lingkungan di wilayah TPA Bantargebang?
2. Bagaimana mobilisasi truk pengangkut sampah di TPA Bantargebang?
3. Bagaimana lokasi Pabrik PLTSa?
4. Bagaimana prosedur dalam Pabrik PLTSa?
5. Bagaimana keadaan mesin-mesin yang ada di Pabrik PLTSa?

Lembar wawancara
LEMBAR WAWANCARA

4 http://taliabupomai.blogspot.com/2010/10/penelitian-kuantitatif-dan-
kualitatif.htmlDiakses pada tanggal 25 Agustus 2012
PLTSa

IDENTITAS NARASUMBER

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

PERTANYAAN

1. Bagaimana Anda mendeskripsikan PLTSa secara singkat?


2. Sejak kapan PLTSa Bantargebang berdiri?
3. Apa yang menjadi kelebihan dari PLTSa dibanding PLT lainnya?
4. Apakah visi dan misi dari PLTSa Bantargebang?
5. Bagaimana peranan pemerintah setempat terhadap PLTSa Bantargebang?
6. Sampah apa saja yang digunakan dalam PLTSa?Mengapa?
7. Berapa banyak sampah yang dibutuhkan dalam sehari?
8. Berapa banyak energi yang dihasilkan dalam sehari?
9. Bagaimana pengaruh energi yang dihasilkan terhadap kebutuhan energi secara total?
10. Bagaimana cara kerja dari PLTSa?
11. Bagaimana penerapan PLTSa dalam rumah tangga?
12. Mengapa di Indonesia PLTSa kurang berkembang?
13. Apa yang menjadi kendala sehari-hari dalam proses PLTSa?
14. Bagaimana respon warga setempat dengan adanya PLTSa?
15. Bagaimana cara mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi PLTSa?
LEMBAR WAWANCARA

Pekerja TPA

IDENTITAS NARASUMBER

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

PERTANYAAN

1. Sejak kapan Anda bekerja?


2. Bagaimana dampak lingkungan yang Anda rasakan dengan adanya TPA?
3. Bagaimana menurut Anda pengelolaan sampah di TPA Bantargebang?
4. Apa yang Anda ketahui tentang PLTSa?
5. Bagaimana pengaruh PLTSa terhadap pekerjaan Anda?
6. Apa harapan Anda untuk TPA Bantargebang?
LEMBAR WAWANCARA

Warga Sekitar TPA

IDENTITAS NARASUMBER

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

PERTANYAAN

1. Sejak kapan Anda tinggal di area sekitar TPA?


2. Bagaimana dampak lingkungan yang Anda rasakan dengan adanya TPA?
3. Bagaimana menurut Anda pengelolaan sampah di TPA Bantargebang?
4. Apa yang Anda ketahui tentang PLTSa?
5. Bagaimana pengaruh PLTSa terhadap warga sekitar TPA?
6. Apa harapan Anda untuk TPA Bantargebang?

3.3. Tekhnik Pengolahan dan Analisa Data

Jawaban observasi

1. Keadaan lingkungan di lokasi TPA Bantargebang tidak merata kerapiannya. Di


sebagian lokasi yaitu di area pabrik sangat tertata rapi meskipun bau sampah tidak
dapat dihindari, dan di sebagian lokasi yaitu di tempat antrean truk dan di jalan
menuju lahan pembuangan sampah masih banyak sampah yang berserakan.
2. Mobilisasi truk dari dan ke TPA Bantargebang sangatlah padat, antrean truk yang
ingin masuk dapat mencapai lima sampai enam truk.
3. Lokasi Pabrik PLTSa yang dikelola PT. NOEI (Navigate Organic Energy Indonesia)
terletak di sebelah kanan jalan setelah pintu masuk. Pabrik ini terletak di seberang
gunung sampah dan terdapat pipa-pipa besar yang melintang di atas jalan.
4. Prosedur memasuki pabrik PLTSa apabila dilihat dari aturan yang ada di pintu masuk
pabrik sangat ketat dapat dilihat dari gambar aturan atau petunjuk yang ada seperti
memakai pakaian khusus, memakai penutup telinga, kacamata, dan lain-lain, namun
kenyataannya di dalam pabrik, para karyawan bebas keluar masuk ruangan mesin
tanpa memerhatikan ketentuan yang ada.
5. Keadaan mesin-mesin yang ada di dalam pabrik sangat bagus. Dengan teknologi
impor yang sangat canggih, yaitu dari Jerman dan Austria, mesin-mesin yang ada
terus bekerja mengkonversi gas dari sampah menjadi listrik yang pengontrolannya
terdapat di mesin khusus di luar ruangan mesin-mesin besar. Di mesin pengontrol,
dapat terlihat jelas proses yang dilakukan mesin-mesin besar, seperti dapat diketahui
nya jumlah daya yang dihasilkan, dan lain-lain.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Keberadaan TPA Bantargebang Sebagai Solusi Pembuangan Sampah Kota DKI
Jakarta, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi

Menurut Agus Rusyana Hoetman, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT)


Laboratorium Sumber Daya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT,
Indonesia bisa memanfaatkan biomass dari sampah perkotaan, tandan kelapa sawit,
sekam padi, ampas tebu, dan potongan kayu yang jumlahnya melimpah untuk mengatasi
defisit energi listrik di masa mendatang. Potensi sumber listrik dari biomass itu bisa
mencapai 50 ribu megawatt. Pemanfaatan biomass sebagi sumber listrik saat ini sudah
tidak mengalami kendala, karena sudah muncul banyak teknologi pembangkit listrik
yang mampu mengubah biomass menjadi sumber listrik. Kapasitas pembangkit listrik
biomass juga sudah banyak yang mencapai di atas satu megawatt sehingga bisa menjadi
sumber listrik bagi pabrik dan ribuan rumah. Menurut Agus Rusyana Hoetman,
pemanfaatan energi biomass sebagai sumber listrik jauh lebih ramah lingkungan
dibandingkan pemanfaatan bahan baker fosil, seperti solar dan batu bara. (Media
Indonesia edisi 14 januari 2004).
Indonesia sangat potensial memanfaatkan biomass sebagai sumber energi listrik
yang selama ini kurang dimanfaatkan. Sampah perkotaan, tandan kosong kelapa sawit,
sekam padi, ampas tebu, dan potongan kayu sangat melimpah, tetapi karena tidak
dimanfaatkan justru sering menjadi problem, sebab hanya dipandang sebagai sampah.
Menurut Jusri Jusuf pakar bioenergi dari Yayasan Pengembangan Keterampilan dan
Mutu Kehidupan Nusantara, sampah ternyata bukan hanya dapat diolah menjadi pupuk
kompos atau semacamnya, tetapi juga bisa diolah untuk menghasilkan tenaga listrik.
Bahkan, sampah di Jakarta yang diproduksi rata-rata 20.000 ton per hari tersebut dapat
memproduksi energi listrik berdaya 100 megawatt dan memberikan pendapatan rata-rata
Rp 320 miliar per tahun. (www.energi.lipi.go.id edisi 6 Desember 2004).
Sampah perkotaan yang organik pada dasarnya ialah biomass (senyawa organik) yang
dapat dikonversi menjadi energi melalui sejumlah proses pengolahan, baik dengan
maupun tanpa oksigen yang bertemperatur tinggi. Energi yang dihasilkan berbentuk
energi listrik, gas, energi panas dan dingin yang banyak dibutuhkan industri, seperti cool
storage, gedung perkantoran, dan hotel. Termasuk pupuk untuk pertanian dan
perkebunan.
Menurut DR. Ir. Tusy Agustin Adibroto (Republika edisi 18 Agustus 2004),
dalam konsep pengelolaan sampah terpadu di kota besar seperti Jakarta, sampah yang
jumlahnya 6.000 ton per hari itu dipilih menjadi organik (4080 ton) yang dikomposkan
serta anorganik (1920 ton) yang di daur ulang. Sisa proses tersebut (1080 ton) dapat
diangkut ke TPA/sanitary landfill atau diolah dalam incinerator. Dengan incinerator,
sampah tersebut dibakar sehingga sisanya tinggal 215 ton (3,6 persen) saja. Sisa
pembakaran tersebut dapat digunakan sebagai bahan bangunan atau dikirim ke TPA.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA), seperti Bantargebang, akan diubah menjadi reusable
sanitary landfill. Dengan perubahan itu, TPA hanya akan menampung 10 sampai 20
persen saja (sekitar 1000 ton sampah) residu sampah.

Cara kerja PLTSa :

4.2. Pro dan Kontra Terkait Keberadaan TPA Bantargebang

4.3. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Bantargebang


4.4. Kontribusi PLTSa dalam Peningkatan Sumber Energi Listrik PLN

4.5. Upaya Pengembangan PLTSa di Kota-kota Besar di Indonesia


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai