Andhika Prastyo
Azam Fathurahman
Elisa Frederica S.
Evariani Dwi W.
Yusufa Raditya R.
XI IPA 1
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan rida-
Nya lah kami bisa menyelesaikan tugas karya ilmiah ini. Adapun tujuan penulisan karya
ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) dan juga
untuk memberikan alternatif akan ketergantungan sumber listrik dengan memanfaatkan
Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Sampah (PLTsa).
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
mengarahkan, dan membimbing kami dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah yang kami buat bisa memberikan informasi lebih dan jalan
keluar dalam masalah yang sedang terjadi di sekitar kita.
Hormat Kami
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. I
DAFTAR ISI...................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 2
1.5. Hipotesa..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................................
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................... 14
4.1. Keberadaan TPA Bantargebang Sebagai Solusi Pembuangan Sampah Kota DKI Jakarta,
Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi
4.2. Pro dan Kontra Terkait Keberadaan TPA Bantargebang
4.3. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Bantargebang
4.4. Kontribusi PLTSa dalam Peningkatan Sumber Energi Listrik PLN
4.5. Upaya Pengembangan PLTSa di Kota-kota Besar di Indonesia
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Hingga saat ini sampah masih menjadi masalah serius di berbagai kota besar di
Indonesia. Sampah-sampah tersebut seakan menjadi beban bagi manusia selama masih
tinggal di bumi ini. Semakin banyak jumlah penduduk suatu wilayah, semakin banyak
pula tingkat konsumsi akan barang atau material yang digunakan sehari-hari. Seiring
dengan peningkatan konsumsi, maka volume sampah yang dihasilkan setiap harinya juga
akan bertambah. Sedangkan penanganan sampah kota yang ada sekarang masih
mengandalkan pada Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) sebagai tempat
pembuangan sampah, mulai dari tingkat rumah tangga hingga kecamatan, yang
umumnya memiliki keterbatasan baik lahan maupun daya tampung. Apalagi dengan
kondisi rawan longsor pada musim penghujan.
Persoalan dalam penanganan sampah kota, selain adanya keterbatasan ruang untuk
TPA juga masalah polusi udara dari aroma tidak sedap sampah dan belum optimalnya
pemanfaatan sampah organik dan non organik menjadi sesuatu yang memiliki nilai
positif baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Selain itu tempat pembuangan sampah
yang jauh juga dapat membuat anggaran pengelolaan sampah membengkak, karena
semakin jauh semakin besar pula biaya transportasinya.
Akibat adanya keterbatasan lahan dan berbagai musibah lainnya, maka diperlukan
penerapan teknologi yang dapat mereduksi sampah dengan cara-cara yang efisien, efektif
dan berkesinambungan atau jangka panjang. Upaya yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi hal tersebut adalah pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Sampah
(PLTsa) di Bantar Gebang kota Bekasi. Selain dapat mengurangi volume sampah yang
tertumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), gas yang dihasilkan dari sampah pun
dapat dijadikan sebagai sumber energi dalam hal ini energi listrik.
1. Tercapainya kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di Bantar Gebang kota
Bekasi dan sekitarnya.
2. Tersedianya pasokan listrik dengan harga konsumsi yang mudah di jangkau oleh
lapisan masyarakat yang kurang mampu.
3. Menciptakan suatu kehidupan yang ramah lingkungan dengan pemanfaatan energi
alternatif sampah.
1.5. Hipotesa
a
Pemukiman/rumah tangga
.
Biasanya sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan
makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus,
gelas, kain, sampah/kebun/halaman, dan lain-lain.
b
Pertanian dan Perkebunan
.
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik,
seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang
dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan
untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida
dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak
mencemari lungkungan. Sampah pertanian lainnya adalah
Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta,
biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy,
pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise
film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus
dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya dan
beracun.
e.Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia
serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap
yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang
seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
1. Sampah Anorganik/kering
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya
alam tak terbarui seperti mineral dan minyak
bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari
bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik
dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara
keseluruhan tidak dapat diuraikan
oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup
lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol kaca, botol
plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian.
Berdasarkan asalnya, kertas koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena
kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya
gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik.
Sampah Organik/basah
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal
dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga atau yang lain.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur,
sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
2.4 Pengelolaan Sampah
Pemilahan
Kegiatan pemilahan sampah merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya
mengurangi timbunan sampah yang akan dibawa ke TPA. Kegiatan pemilahan ini dilakukan
dengan memasukkan sampah ke dalam 3 wadah/tempat berdasarkan jenisnya.
Pengumpulan
Sistem pengumpulan sampah, khususnya sampah rumah tangga yang saat ini dilakukan
berdasarkan kondisi dan kultur masyarakat. Umumnya di kota-kota besar terutama di
wilayah Jakarta pengumpulan sampah dilakukan sebagai berikut :
Pengumpulan
Dipo adalah tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang meliputi satu kelurahan
kurang lebih 30.000 warga, dengan daya tampung sampah sekitar 150 meter kubik.
Pool Container, biasanya terletak di pinggir jalan di sebuah lokasi pemukiman dan memiliki
volume kurang lebih 6-10 meter kubik, berbentuk sebuah bak penampungan besi. Pool
caontainer ini diangkut oleh truk dinas kebersihan dengan sistem hidrolik.
Pengangkutan
Pengangkutan sampah daarti tempat penampungan sementara (TPS) ke tempat pembuangan
akhir (TPA) dilakukan oleh dinas kebersihan. Pengangkutan sampah dilakukan dengan sistem
pembagian lokasi, setiap truk pengangkut sampah mempunyai tugas di wilayah tertentu. Jenis
angkut yang digunakan dalam pengangkutan sampah ke TPA antara lain:
Pengangkutan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) harus memenuhi persyaratan umum antara lain:
1. Sudah tercakup dalam tata ruang kota dan daerah.
2. Jenis tanah harus kedap air, sehingga mencegah tercemarinya air tanah.
3. Daerah yang tidak produktif untuk tanah pertanian.
4. Digunakan minimal 5 sampai 10 tahun.
5. Tidak berpotensi mencemari sumber air.
6. Jarak dengan daerah pusat pelayanan kurang lebih 10 km.
7. Merupakan daerah bebas banjir.
8. Tidak berlokasi di danau, sungai, atau laut.
Sampah dihamparkan pada lokasi cekungan dan permukaannya diratakan serta ditutupi
tanah pada ketebalan tertentu yang dilakukan secara periodik. Cara ini bukan yang ideal
namun untuk saat ini cocok diterapkan di Indonesia.
3. Metode Sanitary Landfill
Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian pada ketebalan tertentu diurug dengan
tanah. Pada bagian atas urugan digunakan lagi untuk menimbun sampah lalu diurug lagi
dengan tenah sehingga berbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar
konstruksisanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa
pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses penguraian
sampah organik. Metode ini merupakan cara yang ideal namun memerlukan biaya
investasi dan operasional yang tinggi.
Pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi
dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga,
seperti PLTU, PLTN, PLTA, dan lain-lain.
Bagian utama dari pembangkit listrik ini adalah generator, yakni mesin berputar yang
mengubah energi mekanis menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip medan
magnet dan penghantar listrik. Mesin generator ini diaktifkan dengan menggunakan
berbagai sumber energi yang sangat bemanfaat dalam suatu pembangkit listrik.2
Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua
yang ada pada populasi, (misalnya karena keterbatasandana, tenaga, dan waktu) maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu.
Untuk sample yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili).
Bila sample tidak representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat
menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat kesimpulan yang salah.
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang
100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri.
Jadi bila populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000
orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan
jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati
populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin
kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi
(diberlakukan umum).
Dalam penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang
mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil.
Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas
populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak
menjadi persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan
pengambil sampel sampel harus memperhatikan hal ini :
Dalam penelitian ini, sampelnya ialah sampah yang ada di wilayah DKI Jakarta,
Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi.
Kualitatif
Dari pengertian kedua jenis penelitian sebagaimana disebutkan di atas, maka di bawah
ini dikemukakan perbedaan-perbedaan mendasar berdasarkan karakteristik
penelitiannya, meskipun beberapa hal juga memiliki persamaan.
a.Kejelasan unsur
1.Kuantitatif: memandang suatu objek penelitian sebagai sesuatu yang konkrit, dapat
diamati dengan panca indera, dapat dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna, tidak
berubah, dapat diukur, dan diverivikasi.
2.Kualitatif: obyek penelitian tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah ke dalam
beberapa variabel, karena obyek itu dinamis dan utuh (holistik) karena setiap aspek dari
objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
b.Hubungan
1.Kuantitatif: menganggap kebenaran itu diluar diri peneliti sehingga hubungan antara
peneliti denga yang diteliti harus dijaga jaraknya sehingga bersifat independen. Karena
menggunakan kueisioner sebagai teknik pengumpulan data, maka peneliti hampir tidak
mengenal siapa yang diteliti atau responden yang memberikan data
2.Kualitatif: karena peneliti adalah human instrumen dimana teknik pengumpulan data
participant observation dan in depth interview, maka peneliti harus berinteraksi dengan
3 http://ta-tugasakhir.blogspot.com/2007/10/populasi-dan-sampel.htmlDiakses pada tanggal
25 Agustus 2012
sumber data secara terintegratif.
c.Jangka Waktu
1.Kuantitatif: pada umumnya jangka waktu penelitian kuantitatif tidak terlalu lama,
karena data yang dikumpulkan menggunakan sistem kueisioner, sehingga bila seluruh
kueisioner telah terkumpul dan dilakukan kegiatan analisis data dan telah didapatkan
hasil untuk disimpulkan maka penelitian telah selesai
2.Kualitatif: pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena
tujuan penelitian kualitatif bersifat penemuan, namun bila telah ditemukan sesuatu dan
datanya sudah jenuh, telah teruji kredibilitasnya, maka tidak menutup kemungkinan
tidak membutuhkan waktu lama penelitian selesai. Dalam hal ini Susan Stainback
dalam Sugiyono (2009) menyatakan bahwa: tidak ada cara yang mudah untuk
menentukan berapa lama penelitian kualitatif dilaksanakan, Pada umumnya penelitian
dilaksanakan dalam tahunan. Tetapi lamanya penelitian akan tergantung pada
keberadaan sumber data, interes, dan tujuan penelitian. Selaian itu juga akan tergantung
cakupan penelitian, dan bagaimana peneliti mengatur waktu yang digunakan dalam
setiap hari atau tiap minggu.4
Dalam penelitian ini, tekhnik pengambilan sampel yang digunakan ialah kualitatif yaitu
menggunakan cara observasi dan interview.
Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
1. Bagaimana keadaan lingkungan di wilayah TPA Bantargebang?
2. Bagaimana mobilisasi truk pengangkut sampah di TPA Bantargebang?
3. Bagaimana lokasi Pabrik PLTSa?
4. Bagaimana prosedur dalam Pabrik PLTSa?
5. Bagaimana keadaan mesin-mesin yang ada di Pabrik PLTSa?
Lembar wawancara
LEMBAR WAWANCARA
4 http://taliabupomai.blogspot.com/2010/10/penelitian-kuantitatif-dan-
kualitatif.htmlDiakses pada tanggal 25 Agustus 2012
PLTSa
IDENTITAS NARASUMBER
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
PERTANYAAN
Pekerja TPA
IDENTITAS NARASUMBER
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
PERTANYAAN
IDENTITAS NARASUMBER
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
PERTANYAAN
Jawaban observasi
PEMBAHASAN
4.1. Keberadaan TPA Bantargebang Sebagai Solusi Pembuangan Sampah Kota DKI
Jakarta, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi