Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting, pemeriksaan penunjang sangat berguna


dalam menentukan penyebab penyakit maupun mengontrol perkembangan proses penyembuhan.

Pemeriksaan penunjang selain bertujuan membantu para klinisi dalam memantau atau
mengikuti perjalanan penyakit dan evaluasi tindakan medis juga merupakan salah satu faktor
penunjang yang sangat penting dalam membantu diagnosis suatu penyakit.

Tujuan dari pemeriksaan penunjang ialah suatu pemeriksaan medis yang dilakukan atas
indikasi medis tertentu guna memperoleh keterangan-keterangan yang lebih lengkap. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan

a. Terapeutik yaitu untuk pengobatan tertentu


b. Diagnostik yaitu untuk membantu menegakan diagnosis tertentu.
Pemeriksaan penujang dilakukan ketika data media yang mendukung dalam pemeriksaan
fisik dirasakan kurang.

1
BAB II

PEMERIKSAAN PENUNJANG DI BIDANG DERMATOLOGI

1. Pemeriksaan Lampu Wood


a. Alat dan Bahan1 :
- Lampu woods
- Kamar gelap
b. Persiapan Pasien1 :
- Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah mungkin
- Obat topical, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan terlebih dahulu
karena dapat memberikan hasil positif palsu
c. Teknik Pemeriksaan1 :
- lampu sebaiknya dipanaskan dahulu selama lima menit.
- Ruangan pemeriksaan harus sepenuhnya gelap (ruangan tanpa jendela)
- Lampu woods diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling besar / jelas
- Pemeriksa harus beradaptasi pada kegelapan agar dapat melihat kontras dengan jelas.
- Sumber cahaya berjarak 4 5 cm dari lesi.
d. Interpretasi1 :

Penyakit Warna Fluoresens

Tinea Capitits Biru-hijau


Tinea versicolor

Pytirosporum orbiculare Kuning keemasan

Erythrasma

Corynebacterium minutissium Merah terang

Pigmentasi
- Dermal : ( Mongolian spot )
- Epidermal : Lesi tidak bertambah kontras

- ( Freckles, Vitiligo, melasma ) Lesi lebih kontras

2
gambar 1. Lampu wood
2. Pemeriksaan KOH
a. Sarana dan prasarana2
- Scalpel
- Pinset
- Lampu spiritus
- Objek glass
- Dek gelas
- Gunting kuku steril
- Pulpen
- Mikroskop
b. Bahan2
- Kapas alcohol
- Larutan KOH

3
c. Pengambilan Sampel2

Kuku

- Dibersihkan kuku dengan kapas beralkohol, dibiarkan kering.


- Sementara kuku mengering, disiapkan media yang digunakan.
- Ditulis no.lab., nama pasien, dan tanggal pengambilan sampel.
- Digunakan cawan petri steril untuk menampung potongan dan kerokan kuku.
- Dipotong kuku dengan gunting kuku. Diusahakan potongan kuku agak besar, untuk
direndam dalam KOH 20%.
- Sisa potongan kuku dikerok dengan pisau scalpel untuk ditanam dalam media yang
sudah disiapkan.

Kulit

- Dibersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas beralkohol, dibiarkan mengering.
- Sementara kulit mengering, disiapkan media yang akan digunakan.
- Ditulis no.lab., nama pasien, dan tanggal pengambilan sampel.
- Dikerok bagian kulit yang terinfeksi.
- Kerokan yang sudah terkumpul sebagian ditabur (ditanam) dalam media yang sudah
disiapkan, sebagian dibuat preparat KOH.

Rambut

- Cara pengambilan sampel dari kepala sama dengan pengambilan sampel dari kulit.
Hanya ditambah dengan akar rambut, karena biasanya terdapat spora pada akar
rambut (endotriks ataupun eksotriks).
d. Pemeriksaan Sampel2
Preparat KOH
- Kuku
Disiapkan object glass, diberi nomor lab. dipinggirnya.
Diambil 1-2 Ose sampel kuku yang telah direndam dalam KOH 20% dan oleskan
di atas object glass. Diusahakan agar mendapatkan kuku yang berbentuk seperti
bubur.
Ditutup dengan cover glass. Ditekan sedikit agar didapat preparat yang cukup
tipis.
Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa
objektif 10x atau dengan lensa objektif 40x.
- Kulit

4
Disiapkan object glass, diberi nomor lab. dipinggirnya.
Kerokan kulit dikumpulkan dibagian tengah object glass.
Diteteskan 1 tetes larutan KOH 10% dipinggirnya.
Dengan menggunakan cover glass, dicampurkan kerokan kulit dengan larutan tadi
dengan ditutup dengan cover glass tadi.
Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa
objektif 10x atau dengan lensa objektif 40x.
- Rambut
Disiapkan object glass, diberi nomor lab. dipinggirnya.
Rambut dan kerokan kulit kepala dikumpulkan dibagian tengah object glass.
Diteteskan 1 tetes larutan KOH 10% dipinggirnya.
Dengan menggunakan cover glass, dicampurkan rambut dan kerokan kulit dengan
larutan tadi dengan ditutup dengan cover glass tadi.
Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa
objektif 10x atau dengan lensa objektif 40x

3. Pemeriksaan BTA
a. Alat yang digunakan3 :
- Ose
- Kaca preparat
- Bunsen
- Pipet tetes
- Mikroskop
b. Bahan bahan3 :
- Sputum
- Larutan basic fuchsin
- Asam alcohol
- Methylen blue
- Oil imersi
c. Cara kerja3 :
- Sputum di ambil dengan ose dan dibuat sediaan dengan bentuk sesuai pola dengan
ukuran 2x3
- Buat kuil kuil kecil mengelilingi olesan agar dahak menyebar secara merata
- Preparat dikeringkan
- Letakkan sediaan diatas rak pewarnaan
- Genangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin
- Panasi sediaan dengan api bunsen disetiap sediaan sampai keluar uap jangan sampai
mendidih
- Diamkan 5 menit
- Bilas sediaan dengan hati-hati menggunakan air mengalir
- Genangi dengan asam alkohol sampai tidak tampak warna merah carbol fuchsin
- Genangi permukaan sediaan dengan methylen blue selama 20-30 detik

5
- Bilas sediaan dengan air mengalir
- Keringkan sediaan di udara
- Nyalakan Mikroskop
- Sediaan diberi oil imersi
- Baca hasil dengan lensa objecktif 100 x.
d. Interpretasi3 :

Jumlah Basil Hasil yang dilaporkan

(-) BTA / 100 LP 0 (-)

1-9 BTA / 100 LP 1-9 BTA / 100 LP (tulis jumlah)

10-99 BTA / LP 1+ (+ / positif 1 )

1-10 BTA / LP 2+ ( ++/ positif 2 )

> 10 BTA / LP 3+ (+++/positif 3)

4. Pemeriksaan Tzanck

Tzanck test disebut juga tzanck smear atau chickenpox skin test atau hepers skin test.
Tzacnk smear ini adalah suatu test dengan cara men scraping dasar dari ulcer untuk melihat
tzanck cell (multinucleated cell) atau pemeriksaaan sitologi pada bula yang intact untuk
melihat acantholytic cells. Tzanck cell ini biasanya pada4 :

6
Herpes Zoster
Herpes simplex
Varicella
Pemhigus vulgaris
Cytomegalovirus
Tzanck smear ini mengambil bahan dari kerokan dasar vesikel dan akan didapatkan
sel datia berinti banyak. Tzanck smear ini mahal, membutuhkan waktu yang lama, dan
merupakan suatu prosedur yang invasive. Indikasi diakukannya tzanck smear ini adalah
untuk mendeteksi proses inflamasi/proses infeksi kulit, khususnya infeksi hepes.
Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.

a. Bahan dan alat4 :


- Scalpel
- Gunting
- Mikroskop
- Pengecatan wright atau multiple stain
b. Prosedur Apusan Tzanck4 :
- Dibutuhkan 2 atau lebih objek glass yang bersih fixative (95% ethyl alcohol), skin
scraping, spatula, lembaran formulir cytology.
- Slide/glass object yang telah disediakan diberi label nama, tanggal lahir, asal
specimen dengan menggunakan pensil, letakan ke dalam container yang berisi larutan
ethanol 95%
- Ambil specimen, scraping di daerah dasar bula, jika lesi kulit itu vesikel, hancurkan
dan scrap semua dasar vesikel.
- Pindahkan salah satu slide dari larutan fixative, dan fiksasi.lakukan secara cepat dan
smear dilakukan pada satu glass object.
- Celupkan kembali slide pada larutan fixative, ulangi proses ini pada slides yang
kedua. Jika ingin memperoleh hasil diagnostic yang baik.

7
- Setelah pengkoleksian specimen, tinggalkan slides pada larutan alcohol 95% selama
10 menit dan tunggu hingga kering.
- Menyerahkan specimen dan mengisi lembaran formulir ke laboratorium
cytopathology.
c. Teknik prosedur tindakan medik4
- Cara pemeriksaan tersebut diatas dapat mengidentifikasi sel epidermis, sel
achantolytic (Tzank), sel inflamasi, multinucleated giant cell (sel raksasa berinti
banyak) dan sel mast.

Sel epidermis

Sel ini mempunyai ukuran 2-3 kali lebih besar dari PMN. Biasanya polygonal, inti
ditengah, mengandung granula halus dan sering melekat satu dengan yang lainnya
membentuk kelompok

Sel- sel achantolytic (Tzank)

Sel-sel ini adalah epidermis yang terbentuk bulat dengan pengecatan berwarna gelap.
Cytoplasma di bagian tepi yang tampak padat dan sel ini hampir tidak pernah
dijumpai berkelompok, biasanya soliter, intinya terlihat gelap dibagian tepinya dan
intinya relative berukuran besar dibandingkan dengan kelompok cytoplasma.

8
Sel inflamasi terdiri dari PMN monocyte

Multinucleated giant cells ( sel raksasa berinti banyak)

Sel- sel ini jauh lebih besar dibandingkan dengan sel epidermis dengan mengandung
inti terbanyak didalam suatu sel.

9
Sel mast

Bentuk selnya bulat dengan ukuran lebih besar dibandingkan dengan PMN dan
mempunyai inti bertengah serta mengandung banyak granula dalam cytoplasma.
5. Uji Tempel
a. Indikasi7 :
- Dermatitis kontak alergi
- Dermatitis kontak iritan dengan diagnosis banding dermatitis kontak alergi
- Dermatitis kronik dengan penyebab yang belum diketahui
- Erupsi obat
b. Alat bahan6
- Allergen :
Kosmetik atau pelembab yang dapat digunakan langsung.
Bahan yang secara rutin dipakai dengan air untuk membilas (seperti sampo atau
pasta gigi), harus diencerkan terlebih dahulu. Bila tidak larut air maka dilarutkan
dalam vaselin atau minyak mineral.
Bahan iritan, hanya boleh diuji bila diduga menjadi penyebab alergi.
Bahan pakaian, sepatu atau sarung tangan, dipotong kecil dan direndam dengan
air garam
- Finn chamber
c. Persiapan

10
- Dermatitis harus sudah tenang (sembuh). Bila masih dalam keadaan akut atau berat
dapat terjadi reaksi angry back atau excited skin reaksi positif palsu, dapat juga
menyebabkan penyakit yang sedang dideritanya semakin memburuk.6,7
- Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian kortikosteroid
sistemik dihentikan (walaupun dikatakan bahwa uji tempel dapat dilakukan pada
pemakaian prednison kurang dari 20 mg/hari atau dosis ekuivalen kortikosteroid
lain), sebab dapat menghasilkan reaksi negatif palsu. Sedangkan antihistamin
sistemik tidak mempengaruhi hasil tes, kecuali diduga karena urtikaria kontak.6,7
- Uji tempel dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca; pembacaan kedua dilakukan
pada hari ke-3 sampai ke-7 setelah aplikasi.6
- Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel menjadi
longgar (tidak menempel dengan baik), karena memberikan hasil negatif palsu.
Penderita juga dilarang mandi sekurang-kurangnya dalam 48 jam, dan menjaga agar
punggung selalu kering setelah dibuka uji tempelnya sampai pembacaan terakhir
selesai.6
- Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan terhadap penderita yang
mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan (immediate urticaria type), karena dapat
menimbulkan urtikaria generalisata bahkan reaksi anafilaksis. Pada penderita
semacam ini dilakukan tes dengan prosedur khusus.6
d. Prosedur pemeriksaan7
- Bahan yang akan diujikan diisikan pada unit tes temple dan diberi tanda
- Tes tempel dapat dilaksanakan dengan posisi pasien duduk atau telungkup
- Dilakukan pembersihan daerah punggung dengan kapas alcohol
- Unit tes tempel ditempelkan di punggung dan diberi perekat tambahan berupa plester
hipoalergik
- Pasien diizinkan pulang dengan pesan agar lokasi tes tidak basah terkena air
- Pada deretan bahan yang dibawa pasien (diluar standar), apabila terasa sangat
perih/nyeri (reaksi iritan) dapat dibuka sendiri
- Pembacaan dilakukan pada jam ke-48, 72 dan 96 (bila diperlukan dapat ditambahkan
pembacaan hari ke 7)
- Hasil tes tempel yang positif bermakna dinilai relevansinya dengan anamnesis dan
gambaran klinis. Hasil relevansi positif dianggap sebagai penyebab
- Pasien diberi catatan tentang hasil tes tempel yang positif bermakna
e. Tes tempel terbuka7
- Untuk bahan-bahan yang mudah menguap (kosmetika)
- Bahan ditempatkan di belakang telinga (daerah yang tidak mudah terhapus)
- Dihapus 24 jam kemudian dan dibaca

11
- Pembacaan diulang 48 jam
f. Tes tempel tertutup7
- Bahan ditempelkan di punggung/lengan atas
- Dengan bahan standar Eropa (Chemotech/Hal)
- Untuk bahan di luar standar dilakukan pengenceran 1/1000, 1/100, 1/10 atau as is
- Dibaca pada jam 48, 72, 96 setelah penempelan dengan memberi tanda setelah tes
tempel dibuka
g. Tes tempel dengan sinar7
- Untuk bahan yang bersifat photosensinitizer
- Dilakukan di ruang gelap/temaram
- Ditempelkan di punggung
- Bahan ditempelkan secara duplo (2 baris sama)
- Setelah penempelan 24 jam, dibuka satu baris, dibaca, kemudian disinari dengan
lampu UV dalam jarak 20 30 cm selama 5 menit
- Dibaca dalam 48, 72, 96 jam setelah penempelan pertama dengan membandingkan
kedua baris
h. Gambaran

Persiapan uji tempel5

12
Aplikasi Patch Test (Uji Tempel) pada pasien5

Hasil Patch Tes/Uji Tempel5


i. Interpretasi pemeriksaan5,7
Menggunakan kriteria ICDRG (international contact dermatitis research group)
Negative tidak bereaksi
+ eritem ringan
++ eritem dan vesikel
+++ bula
NT not tested, tidak dilakukan

6. Uji Tusuk
a. Indikasi
- Subjek atopik, untuk menunjukkan alergi inhalansi (misalnya tungau debu rumah) atau
makanan (misalnya telur ayam atau kacang)5,8
b. Alat bahan5
- Antigen solusio
- Jarum steril no. 26G
c. Persiapan5

13
- Pasien tidak boleh mengkonsumsi antihistamin, antihistamin long acting harus
dihentikan selama lima hari, antihistamin short acting dapat dihentikan 48 jam
sebelumnya
- Dua sampel kontrol disertakan untuk memastikan bahwa tes telah bekerja; salah satu
kontrol akan menyebabkan reaksi pada semua orang, dan yang lainnya tidak
menyebabkan reaksi pada siapa pun
d. Prosedur pemeriksaan8
- SPT biasanya dilakukan pada lengan bagian dalam, tetapi dalam beberapa keadaan
dapat dilakukan pada bagian lain dari tubuh, seperti punggung atau paha. Misalnya,
ada daerah yang lebih besar di bagian belakang atau paha untuk melakukan pengujian
pada bayi dan pasien dengan eksim dapat dilakukan pada kulit yang sehat.
- Alergen uji dipilih setelah diskusi dengan dokter dan berdasarkan riwayat alergi
pasien
- Sedikitnya 3 atau 4 atau hingga sekitar 25 alergen dapat diuji
- Kulit ditandai dengan spidol untuk mengidentifikasi alergen yang akan diuji
- Setetes alergen (ekstrak) solusio ditempatkan pada kulit
- Kulit kemudian ditusuk melalui drop menggunakan ujung pisau bedah - ini bisa
merasa sedikit tajam tapi seharusnya tidak menyakitkan dan tidak harus berdarah.
e. Gambaran

14
Prick tes/tes tusuk positif terhadap latex terlihat pada subjek alergi latek5
f. Interpretasi pemeriksaan5
- Kulit bisa menjadi gatal dalam beberapa menit dan menjadi merah dan bengkak
dengan urtikaria, memiliki tepi meninggi yang perlahan-lahan mengembang untuk
mencapai ukuran maksimum dalam waktu sekitar 15 menit, pada kebanyakan orang
dalam waktu satu jam menjadi jelas.
- Tidak ada reaksi terhadap SPT (respon negatif) mungkin menunjukkan bahwa pasien
tidak sensitif terhadap alergen tersebut.

BAB III

PEMERIKSAAN PENUNJANG DI BIDANG VENEREOLOGI

1. Pemeriksaan pH
a. Indikasi9
- Fluor albus
b. Alat dan bahan9 :

15
- Kapas lidi steril
- Kertas pH
c. Cara pemeriksaan9 :

- Ambilah kapas lidih steril kemudian masukan ke dalam vagina perlahan tanpa
menyentuh daerah vulva.

- Putarlah kapas lidi dan tekan sekitar 10 sampai 30 detik untuk memastikan discharge
meresap pada kapas lidi dan keluarkan perlahan.

- Ambilah kertas pH kemudian apuskan vaginal discharge yang ada pada kapas di lidi
atas permukaan kertas pH.

- Lakukan pengamatan terhadap perubahan warna sesegera mungkindengan


membandingkan pada color chart untuk menentukan pH sampel tersebut.

- Lakukan pencatatan hasil pada lembaran hasil pemeriksaan laboratorium atau pada
rekam medik pasien.

d. Interpretasi
Warna kertas dibandingkan dengan warna standar. pH vagina normal 3,8 - 4,2. Pada 80-90% bakterial vaginosis
ditemukan pH > 4,5.

2. Tes Amin
- Indikasi10
Indikasi pemeriksaan Amin tes adalah untuk membantu menegakan diagnosis
bakterial vaginalis.
- Alat dan Bahan10

- Kaca objek
- Kaca penutup
- Mikroskop
- KOH 10%
- Bahan sediaan

- Cara Kerja10

- Siapkan kaca objek dan kaca penutup


- Ambil bahan sediaan dan ratakan pada kaca objek
- Teteskan 1-2 tetes larutan KOH 10% ke kaca objek
- Campur KOH 10% dan bahan sediaan

16
- Gelas objek didekatkan kehidung
- Hasil dinyatakan positif bila tercium bau amoniak

- Hasil10

Tes amin dinyatakan positif (+) jika pada saat spesimen diteteskan KOH 10%
tercium bau amoniak.

Gambaran Clue Cell

3. Sediaan Langsung
a. Prinsip

Infeksi Trichomonas vaginalis diawali dengan terdeteksinya flagel hidup yang motil
dari pewarnaaan sediaan basah menggunakan normal saline (NaCl 0,9%). Slide mikroskop
dibuat dari spesimen pasien yang akan diperiksa untuk kehadiran dari organisme yang
bergerak aktif.11

b. Tujuan
Pemeriksaan sediaan basah dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi peneyebab
terjadinya vaginitis, infeksi vagina dan vulva antara lain: Candida albican, Trichomonas
vaginalis, Clamydia dan lain sebagainya.12

c. Alat
Sebagaimana pemeriksaan pemeriksaan penunjang yang lain, pada pemeriksaan ini
diperlukan beberapa alat, diantaranya11 :
17
- Normal Salin
- Kaca slip (object glass)
- Cover Slip (cover glass)
- Pipet
- Sarung tangan
- Mikroskop
d. Bahan

Spesimen tidak diuji segera (oleh orang mengumpulkan spesimen) diberi label
dengan dua bentuk identifikasi pasien.11

- Vaginal Discharge
- Discharge saluran kemih bagian luar
- Discharge Penil
- Kerokan mukosa uretra
- Urin porsi tengan dengan atau tanpa pijat prostat

e. Cara pengambilan specimen13


Laki-laki
- Gunakan sarung tangan
- Duh tubuh uretra diambil dengan sengkelit steril
- Masukan sengkelit melalui orifisium uretra eksternum sedalam 1-2 cm
- Kemudian spesimen dioleskan pada kaca objek

Perempuan
- Pasien dalam posisi litotomi
- Gunakan sarung tangan
- Bersihkan genitalia eksterna dengan larutan antiseptik
- Bila sudah menikah, gunakan spekulum dengan ukuran yang sesuai
- Bila belum menikah, gunakan kapas lidi untuk mengambil duh tubuh
- Masukan spekulum steril, lihat posisi porsio, bersihkan dengan kassa steril, masukkan
sengkelit sampai endoserviks, ambil duh dan letakkan spesimen pada kaca objek
- Masukkan sengkelit atau kapaas lidi yang berbeda untuk mengambil sekret atau duh
tubuh di forniks posterior, kemudian letakan spesimen pada kaca objek
- Masukan sengkelit ukuran terkecil untuk mengambil sediaan dari uretra, letakkan
spesimen pada kaca objek
f. Kualitas kontrol

18
Periksa cairan NaCl. Cairan harus terlihat jernih unntuk menyingkirkan kontaminasi.

g. Prosedur11
- Letakkan sampel pasien pada area kecil di slide mikroskop yang bersih.
- Tambahkan 1 atau 2 tetes cairan NaCl dengan pipet. Campurkan dengan ujung pipet.
Segera sebelum spesimen kering.
- Tutup spesimen menggunakan cover slip.
- Periksa spesimen dengan objektif daya renddah (10x) dan pencahayaan yang rendah.
- Periksa keseluruhan cover slip untuk melihat clue cell dan flagel motil. Objek yang
suspek dapat diperiksa dengan objektif daya tinggi (40x).
- Organisme biasanya lebih besar daripada PMIN, dan harus terlihat pergerakn flagel.
h. Hasil11
- Jika flagel motil (axostyle dan membran bergelombang) terlihat, kemudian laporkan
keberadaan organisme di dalam catatan medis
- Jika flagel motil tidak terlihat, kemudian laporkan ketidakberadaan organisme.

- Laporkan keberadaan dan absennya clue cell.

- Laporan ragi jika dilihat.

19
4. Pemeriksaan Gram
Pewarnaan Gram merupakan salah satu teknik pewarnaan diferensial yang paling
penting dan paling luas digunakan untuk bakteri ialah pewarnaan gram. Bakteri yang
diwarnai dengan metode gram ini dibagi menjadi dua kelompok, salah satu diantaranya
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.14
a. Prinsip14
Saat bakteri diwarnai dengan zat pewarna primer (Kristal violet), bakteri gram positif
akan menyerap zat warna tersebut sehingga berwarna ungu. Sedangkan bakteri gram
negative akan melepas zat warna (Kristal violet) setelah dicuci dengan alkhol dan
kemudian akan menyerap zat warna terakhir yang diberikan yaitu safranin atau fuchsin
sehingga berwarna merah.
b. Indikasi14
Indikasi Pewarnaan gram digunakan untuk membedakan bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif berdasarkan sifat fisik dan kimia dinding sel bakteri.

20
c. Alat dan Bahan14

- Jarum ose
- Pembakar spirtus
- Kaca preparat
- Pipet
- Mikroskop
- Gelas kimia
- Kaca objek
- Tabung reaksi
- Sediaan bakteri

d. Cara Kerja14

- Kaca preparat dibersihka dengan alkohol 70%


- Jarum ose dipijarkan kemudian ditunggu hingga dingin, lalu bakteri diambil dari
media lalu diratakan di atas preparat glass
- Kaca preparat dipijarkan hingga kering
- Larutan zat warna Kristal violet diteteskan sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan selama
1 menit
- Preparat diberikan akuades mengalir dan dikeringkan
- Larutan lugol diteteskan dan dibiarkan selama 1 menit lalu dicuci dengan air mengalir
dan keringkan
- Larutan alkohol asam diberikan selama 30 detik, lalu dicuci dengan air mengalir dan
dikeringkan
- Larutan safranin diberikan selama 20 detik
- Dicuci dengan air mengalir dan keringkan
- Minyak imersi diberikan diatas kaca preparat bakteri
- Kaca preparat diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10x 100x

21
e. Interpretasi14
Gram Positif : Berwaran Ungu
Gram Negatif : berwarna merah

Contoh Bakteri :

Gram Positif : Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Actinomyces, Bacillus,


Enterococcus, Gardnerella, Lactobacillus, Listeria, Mycoplasma, Nocardia, dll.

Gram Negatif : Escherichia coli, Salmonela, Shigella, Enterobacteriaceae yang lainnya,


Pseudomonas, Moraxella, Helicobacter, Bdellovibrio, Acetic acid bacteria, dll

22
5. Tes Serologi Sifilis

Uji treponemal merupakan uji yang spesifik terhadap sifilis, karena mendeteksi
langsung Antibodi terhadap Antigen Treponema pallidum. Misalnya, Treponema Pallidum
Hemagglutination Assay (TPHA),Treponema Pallidum Particle Assay (TPPA), dan
Treponema Pallidum Immunobilization (TPI).15

Uji non-treponemal adalah uji yang mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap
materi-materi lipid yang dilepaskan dari sel-sel rusak dan terhadap antigen-mirip-lipid
(lipoidal like antigen) Treponema pallidum. Karena uji ini tidak langsung mendeteksi
terhadap keberadaan Treponema pallidum itu sendiri, maka uji ini bersifat non-spesifik. Uji
ini akan menjadi negatif 1-4 minggu setelah pertama kali memberi hasil positif (seiring
dengan pengobatan atau menyembuhnya lesi), sehingga hanya digunakan untuk melihat
keberhasilan pengobatan terhadap penyakit sifilis.15

23
Uji non-treponemal meliputi VDRL (Venereal disease research laboratory), USR
(unheated serum reagin), RPR (rapid plasma reagin), dan TRUST (toluidine red unheated
serum test).15

a. Tes kualitatif15
1) Dipipet DILUENT sebanyak 190 l kedalam well 1, dan 25 l masing-masing well 2 dan well 3
2) Tambahkan 10 l serum kedalam w1, campur dan pindahkan 25 l ke W2 (control well). Campur dan
pindahkan 25 l ke w2 dan 25 l ke w3.
3) Tambahkan 75 l suspense Control Cel(CC) ke W2 dan 75 l ke suspense Test Cell (TC) ke W3.
Goyangkan plate dan campur dengan baik.
4) Letakkan plate diatas permukaan warna putih, jauhkan dari getaran dan sinar matahari langsung.
b. Tes kuantitatif15
1) Dipipet sebanyak 50 l lalu dipindahkan pada lubang Adan B masing 25 l dari W1
2) Diambil sebanyak 25l dari lubang B, campur lalu pindahkan ke C sebanyak 25 l, begitu seterusnya
hingga ke lubang H dan 25 l terakhir disisihkan.
3) Tambahkan DILUENT dari B hingga H sebanyak 25 l dan Test Cell 75 l.

Inkubasi selama 45 60 menit.

24
Cara pemeriksaan sifilis dengan tes cepat (rapid test)9

6. Rapid Test
a. Prinsip16
Spesimen yang di teteskan pada ruang membrane bereaksi dengan partikel yang
telah dilapisi dengan protein A yang terdapat pada bantalan spesimen. Selanjutnya akan
brgerak secara kromatografi dan bereaksi dengan antigen HIV rekombinan yang terdapat
pada garis test. Jika spesimen mengandung antibodi HIV maka akan timbul garis warna.

b. Indikasi16
Rapid Test dapat digunakan untuk mendeteksi HIV dengan sangat cepat karena
hanya diperlukan waktu kurang dari 20 menit. Penggunaan alat ini sangat sederhana dan
hampir mirip dengan cara penggunaan tes kehamilan pada umumnya, hanya saja untuk
tes kehamilan spesimen yang digunakan adalah urin sedangkan untuk mendeteksi HIV
diperlukan spesimen yang dapat berupa darah (Whole Blood), serum ataupun plasma.

25
c. Cara pemeriksaan16
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Dimasukkan 3 tetes serum pada sumur sampel
- Ditambahkan 1 tetes larutan buffer
- Didiamkan selama beberapa menit
- Dibaca reaksi yang terjadi.

d. Interpretasi Rapid Test16 :


- Positif : Terbentuk dua atau tiga garis berwarna , satu pada zona garis test 1 atau 2
dan satu pada zona garis control. Hal ini berarti pada serum terdapat antibody HIV.
- Negatif : Terbentuk satu garis warna pada zona garis control saja, ini berarti pada
serum dan plasma dan darah tidak ada antibody HIV.
- Invalid/gagal : Jika tidak timbul garis warna zona Control maka tes di nyatakan
gagal,ulangi test dengan alat yang baru.

e. Tindakan Pencegahan16
Untuk diagnosa in vitro profesional. Jangan digunakan setelah tanggal kadaluarsa.
Jangan makan, minum atau merokok di area dimana spesimen atau kit sedang
digunakan.
Perlakukan semua spesimen seperti bahan infeksius. Amati tindakan pencegahan
terhadap resiko bahaya mikrobiologi seluruh pengujian dan ikuti prosedur standar
untuk pembuangan spesimen
Gunakan pakaian pelindung seperti jas laboratorium, sarung tangan disposable dan
pelindung mata ketika spesimen sedang diperiksa.
Kelembaban dan suhu dapat mempengaruhi hasil.

f. Penyimpanan dan Stabilitas16


Kit dapat disimpan pada temperature kamar atau pendingin (2-30 oC). Tes strip
tetap stabil sampai tanggal kadaluarsa yang tertera pada kemasan, Tes strip harus tetap
dalam kantong tertutup sampai digunakan. Jangan dibekukan. Jangan digunakan melebihi
tanggal kadaluarsa.

26
BAB IV

PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja tidak
selalu dapat mmberikan informasi yang cukup. Beberapa kelainan kulit hampir selalu
membutuhkan pemeriksaan penunjang lebih lanjut baik untuk memastikan suatu diagnosis atau
yang menyangkut terapi atau untuk mencari kelainan sistemik yang mendasarinya. Oleh karena
itu, tindakan dermatologik juga harus dikuasai agar penegakan iagnosis dapat dilakukan dengan
baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Gupta K L, Singhi M K. Woods Lamp. Indian Journal Dermatology, Venereology,


Leprology. [Internet] 2004 [Cited 2016 Mar 22]. Avaible from :
http://www.ijdvl.com/text.asp?2004/70/2/131/6915
2. Budimulja, Unandar. Mikosis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. editors. Ilmu
penyakit kulit dan kelami edisi keenam. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2013. p. 96 97.
3. Hendro. Pewarnaan BTA (Bakteri Tahan Asam) (internet). 2012. (cited 2016 maret 21).
Available from : http://analisbantul.blogspot.com/2012/09/pewarnaan-bta-bakteri-tahan-
asam.html.
4. Standar Pelayanan Medis Diagnosis dan Terapi Pemeriksaan dan Tindakan Penyakit Kulit
dan Kelamin RSUD Dr. Syaiful Anwar, Malang : FK UNIBRAW; 1995.
5. Gawkrodger, David J. Dermatology an Illustrated Colour Text 3rd edition. Sheffield,
UK : Churchill Livingstone; 2003. p. 118.
6. Sri Adi Sularsito, Suria Djuanda. Dermatitis. In: Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti
Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2011. p. 136138.
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Pemeriksaan
Uji Tempel. Jakarta: Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.
Jakarta; 2011.
8. Allergy UK is the operational name of the British Allergy Foundation [Internet]. England
and Wales: Allergy UK is the operational name of the British Allergy Foundation; 1998

28
[cited 2016 Maret 20]. Available from: https://www.allergyuk.org/diagnosis--testing-of-
allergy/skin-testing
9. Fahmi Daili Sjaiful., 2011., Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual.
Balai Penerbit Kementrian Kesehatan RI. Jakarta .
10. Sweet, R.L., Gibbs, R.P., Infectious Diseases of the Female Genital Tract. In : Williams &
Wilkins, editor. 3rd edition: Philadelphia: Baltimore : Chapter 12.
11. Direct Saline Wet Mount. [internet]. [place unknown] UCSF Medical Center. 2013. [cited
2016 Maret 27]. Available from : https://www.pathology.ucsf.edu/labmanual/mftlng-
mtzn/dnld/poct-SalineWetMountMicroscopy.pdf
12. Vaginal Wet Mount [internet]. [place unknown]. WebMD; [date unknown]. [cited 2016
Maret 27]. Available from : http://www.webmd.com/women/vaginal-wet-mount#1
13. Menaldi, Sri Linuwih, Sandra Widaty, Hanny Nilasari. Pemeriksaan Penunjang Infeksi
Kulit dan Genitalia Eksterna, dalam Menaldi, Sri Linuwih SW, Kusmarinah Bramono,
Wresti Indriatmi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2015. Hal. 64-64.
14. Fitria, Bayu. 2009. Pewarnaan Gram (Gram positif dan Gram Negatif).2009-(cited 2016
maret 22). Available from : http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-
gram-gram-positif-dan-gram-negatif.
15. Yoni O. Pemeriksaan Treponema Pallidum Hemaglutination Assay [Internet]. Ode Yoni;
2013 [cited 15 Maret 2016]. Available from:
http://odeyoni.blogspot.co.id/2013/05/tpha.html
16. Hardjoeno. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Edisi 5. Makassar:
Hasanudin University Press; 2007.

29

Anda mungkin juga menyukai

  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen2 halaman
    Latar Belakang
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Analisa Putusan
    Analisa Putusan
    Dokumen36 halaman
    Analisa Putusan
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Analisa Putusan
    Analisa Putusan
    Dokumen120 halaman
    Analisa Putusan
    oktaglory
    Belum ada peringkat
  • Agra Ria
    Agra Ria
    Dokumen6 halaman
    Agra Ria
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Hukum Perkawinan
    Hukum Perkawinan
    Dokumen3 halaman
    Hukum Perkawinan
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen3 halaman
    1
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Perawatan Luka Episiotomi
    Perawatan Luka Episiotomi
    Dokumen16 halaman
    Perawatan Luka Episiotomi
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen2 halaman
    Latar Belakang
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Case Psikiatri
    Case Psikiatri
    Dokumen24 halaman
    Case Psikiatri
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Agra Ria
    Agra Ria
    Dokumen6 halaman
    Agra Ria
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Aging Process
    Aging Process
    Dokumen1 halaman
    Aging Process
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Tipoid
    Tipoid
    Dokumen3 halaman
    Tipoid
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • DERMATOFITOSIS
    DERMATOFITOSIS
    Dokumen17 halaman
    DERMATOFITOSIS
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Hukum Perkawinan
    Hukum Perkawinan
    Dokumen3 halaman
    Hukum Perkawinan
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Refreshing Cairan & Elektrolit
    Refreshing Cairan & Elektrolit
    Dokumen23 halaman
    Refreshing Cairan & Elektrolit
    marianymelati
    Belum ada peringkat
  • Wawancara Psikiatri
    Wawancara Psikiatri
    Dokumen16 halaman
    Wawancara Psikiatri
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN KASUS - Identitas
    LAPORAN KASUS - Identitas
    Dokumen20 halaman
    LAPORAN KASUS - Identitas
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Cover Fix
    Cover Fix
    Dokumen1 halaman
    Cover Fix
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Ca Colon
    Ca Colon
    Dokumen2 halaman
    Ca Colon
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Isk
    Isk
    Dokumen3 halaman
    Isk
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Gastropati
    Gastropati
    Dokumen2 halaman
    Gastropati
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Fix
    Kata Pengantar Fix
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar Fix
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Tika Hars
    Tika Hars
    Dokumen11 halaman
    Tika Hars
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan Demam Derdarah Dengue: Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman ..... /....
    Penatalaksanaan Demam Derdarah Dengue: Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman ..... /....
    Dokumen3 halaman
    Penatalaksanaan Demam Derdarah Dengue: Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman ..... /....
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • Klasifikasi Hipertensi JNC 8
    Klasifikasi Hipertensi JNC 8
    Dokumen4 halaman
    Klasifikasi Hipertensi JNC 8
    Hidayad
    100% (1)
  • SOP Hipertensi
    SOP Hipertensi
    Dokumen9 halaman
    SOP Hipertensi
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat
  • 11.DEMAM TIFOID, Tetanus, DBD
    11.DEMAM TIFOID, Tetanus, DBD
    Dokumen125 halaman
    11.DEMAM TIFOID, Tetanus, DBD
    Kharisma Akhmad
    Belum ada peringkat
  • Decom
    Decom
    Dokumen3 halaman
    Decom
    Andi Muhammad Faidzin
    Belum ada peringkat