Perkebunan kelapa sawit dikenal sebagai perkebunan yang merusak lingkungan.
Namun anggapan itu masih bisa disangkal dengan meminimalisasi dampak yang diakibatkan perkebunan kelapa sawit. Untuk meminimalisasi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh perkebunan kelapa sawit, maka diperlukan perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: pemilihan pupuk yang sesuai, pengelolaan dan pemanfaatan limbah, dan pengoptimalan penggunaan air. Sistem manajemen lingkungan yang baik akan memerhatikan keselamatan lingkungan serta mendidik SDM untuk lebih peka pada kelestarian alam. Dimulai dari pemilihan pupuk yang tidak mengandung senyawa kimia yang berbahaya. Dari beberapa kasus yang terjadi di lapangan, kesalahan pengolahan dan penggunaan pupuk kimia berakibat menimbulkan penyakit serius seperti Parkinson, autis, serta cacat mental yang dialami oleh bayi dalam kandungan pada ibu hamil yang tinggal di sekitar area kebun. Pada proses pemupukan, pengusaha kelapa sawit harus menggunakan rumusan pupuk yang disesuaikan dengan kebutuhan tanah. Jadi tidak sembarang mengaplikasikan tetapi dengan mempertimbangkan dosis serta SDM internal yang sudah terlatih menghitung dosis pupuk yang akan dipakai. Menggunakan tenaga SDM yang tidak ahli akan menyebabkan kerusakan lingkungan serta kerusakan tanaman serta tercemarnya lingkungan sekitar. Pada proses produksi minyak sawit, limbah menjadi masalah serius dan memerlukan pengelolaan yang baik sehingga tidak merusak lingkungan. Beberapa perusahaan bisanya menerapkan prinsip pengelolaan limbah untuk mengurangi pencemaran serta mengoptimalkan fungsi limbah. Selain dimodifikasi menjadi pupuk organik, biasanya limbah sawit bisa dijadikan bahan bakar biodiesel yang ramah lingkungan. Pengelolaan limbah yang berkelanjutan juga dapat menghasilkan energi yang dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan tenaga listrik. Proses pengelolaan kelapa sawit juga tidak terlepas dari limbah beracun seperti pelumas bekas, wadah bekas pestisida, pemakaian lampu TL juga aki bekas. Beberapa perusahaan menjaga agar limbah beracun ini tidak tersebar. Penanganannya sudah dilakukan dengan cara mengganti lampu TL dengan led, menerapkan pengendalian hama sehingga penggunaan pestisida dapat ditekan, selain itu juga menggunakan oil food grade yang dapat mengurangi pelumas bekas. Air merupakan sarana yang penting dalam proses produksi sawit. Air untuk perkebunan diperoleh dari air permukaan, biasanya sungai sedangkan untuk pengairan pada perkebunan kelapa sawit lebih mengandalkan air hujan. Diperlukan konservasi sumber air dalam rangka mengupayakan efisiensi penggunaan air. Untuk menjamin simpanan air, biasanya akan didirikan waduk dengan menerapkan manajemen pengairan yang dilengkapi dengan pintu air yang dapat mengendalikan debit air dan mengatur level air pada permukaan kebun. Secanggih itu ya ternyata. Ya, karena pada dasarnya setiap tanaman memerlukan suplai air untuk bisa tumbuh dan menghasilkan buah.