Anda di halaman 1dari 9

Hari, tanggal : Senin, 13 Februari 2017

Nama/ NIM : Ruri Indarti/ 150341600730


Kelas :A
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Tema : Teori Belajar Konstruktivisme dan Penerapannya
dalam Pembelajaran
Tujuan : untuk memahami teori belajar konstruktivisme &
Penerapannya dalam pembelajaran

Teori Belajar Konstruktivisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan


bahwa pengetahuan adalah bentukan (Konstruksi) kita sendiri. Pengetahuan
merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan
membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk
membentuk pengetahuan tersebut. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan member makna melalui pengalaman nyata.

Pandangan konstruktivistik dilandasi oleh teori Piaget tentang skema, asimilasi,


akomodasi, dan equilibration, konsep Zone of Proximal Development (ZPD) dari
Vygotsky, teori Bruner tentang discovery learning, dan teori Asusubel tentang
belajar bermakna. Berikut adalah deskripsi dari teori-teori tersebut.

1. Skema
Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang
secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema
akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan mental anak. Skema
bukanlah benda nyata yang dapat dilihat, melainkan suatu rangkaian proses dalam
system kesadaran orang, maka tidak memiliki bentuk fisik. Skema adalah hasil
kesimpulan atau bentukan mental, konstruksi hipotesis, kreativitas, kemampuan,
dan naluri
2. Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada
dalam pikirannya. Asimilasi merupakan salah satu proses individu dalam
mengadaptasi dan mengorgnisasikan diri dengan lingkungan baru sehingga
pengertian orang itu berkembang.
3. Akomodasi
Seorang anak dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru,
tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah
ia punyai karena bisa jadi sama sekali tidak cocok. Dalam keadaan seperti itu,
anak akan mengadakan akomodasi, yaitu (1) membentuk skema baru yang dapat
cocok dengan rangsangan yang baru , atau (2) memodifikasi skema yang ada
sehingga cocok dengan rangsangan.
4. Equilibration
Proses asimilasi dan akomodasi perlu untuk perkembangan kognitif seseorang.
Dalam perkembangan intelek seseorang diperlukan keseimbangan antara asimilasi
dengan akomodasi. Proses ini disebut equilibrium, yaitu pengaturan diri secara
mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Equilibration membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan
struktur dalamnya (skema).
5. Zone of proximal development
Menurut konsep ini, perkembangan psikologi bergantung pada kekuatan social
luar sekaligus pada kekuatan batin (inner resources). Vygotsky mendefinisikan
ZPD sebagai jarak antara tingkat perkembangan actual anak sebagaimana
ditentukan oleh kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat
perkembangan potensial sebagaimana ditentukan oleh pemecahan masalah di
bawah bimbingan orang dewasa atau kerjasama dengan sebaya yang mampu.
Konsep sentral lain dalam karya Vugotsky adalah pembicaraan batin (inner
speech).
6. Discovery learning
Brunner membedakan 2 tipe mengajar, yaitu model expository dan model
hypothetical (discovery learning). Discovery learning adalah sebuah pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan informasi untuk
mengkostruksi pemehamannya sendiri. Manfaat yang diperoleh siswa dengan
metode ini antara lain : (1) meningkatkan potensi intelektual, (2) mengubah dari
reward ekstrinsik ke reward instrinsik, (3) mempelajari secara heuristic atau
pengerjaan strategi guna melakukan penemuan di masa yang akan datang, dan (4)
membantu dalam melakukan retensi dan retrival (memperoleh kembali informasi).
Ada dua tipe discovery, yaitu unstructured discovery (siswa mengkonstruksi
pemahaman sendiri) dan guided discovery (timbul saat guru memberikan
gambaran tentang tujuan yang hendak dicapai).
7. Belajar bermakna
Menurut Ausubel, Novak, and Hanesian (1978), belajar dapat diklasifikasikan
ke dalam 2 dimensi. Pertama, berhubungan dengan cara informasi atau materi
pelajaran pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua,
menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi itu pada struktur
kognitif yang telah ada. Struktur kognitif dalam hal ini ialah fakta, konsep, dan
generalisasi yang telah dimiliki oleh siswa.

Gambar 1 Bentuk-bentuk Belajar (menurut Ratna Wilis Dahar, 1999)


Gambar 2 Dua Kontinum Belajar (menurut Novak and Gowin, 2002)

Tujuan teori konstruktivisme

1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu
sendiri
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep
secara lengkap
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana pelajar itu

Ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme

1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui


penglibatan dalam dunia sebenarnya
2. Menggalakkan ide oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan
merancang pengajaran
3. Menyokong pembelajaran secara kooperatif
4. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan guru
5. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama pentingnya
dengan hasil pembelajaran
6. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen

Prinsip-prinsip konstruktivisme

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri


2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
3. Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi
berjalan lancer
5. Manghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7. Mencari dan menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa

Prinsip pokok dalam teori ini adalah guru tidak boleh hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di
dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara
mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan relevan bagi
siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menyadari dan
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat
memberikan tangga kepada siswa yang nantinya dimaksudkan dapat membantu
mereka mencapai tingkat penemuan.

Implikasi dari pembelajaran model konstruktivisme meliputi 4 tahapan,


diantaranya adalah :

1. Apersepsi, siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya


tentang konsep yang dibahas
2. Eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan
konsep melalui pengumpulan data dalam suatu kegiatan yang dirancang oleh
guru
3. Diskusi, siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil
obervasinya ditambah dengan penjelasan guru sehingga siswa memperoleh
keyakinan atas konsepnya
4. Pengembangan dan aplikasi, guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran
yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptualnya.

Kelebihan teori belajar konstruktivisme

1. Murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjalani ide dan membuat


keputusan
2. Murid akan lebih paham karena terlibat langsung dalam membina
pengetahuan baru
3. Oleh karena murid terlibat langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih
lama semua konsep
4. Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam
membina pengetahuan baru
5. Oleh karena mereka terlibat secara terus menerus, mereka paham, ingat, yakin
dan akan merasa senang belajar

Kelemahan teori belajar konstruktivisme

1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang hasil onstruksi


tidak cocok dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan
miskonsepsi
2. Konstruktivisme membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda
3. Situasi dan kondisi sekolah tidak sama dalam memfasilitasi keaktifan dan
kekreatifan siswa
4. Meskipun guru hanya menjadi motivator dan memediasi jalannya proses
belajar, tetapi guru harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit
bagi siswa sehingga dibutuhkan pengajaran yang mengapresiasi nilai-nilai
kemanusiaan

Proses belajar menurut teori konstruktivisme

1. Kegiatan belajar dipandang dari segi proses dari pada hasil


2. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Siswa yang paling
menentukan gejala dan niat belajar.
3. Guru berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan berjalan
lancer. Guru tidak mentransferkan pengetahuannya melainkan membantu
siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri
4. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lain
disediakan untuk membantu pengkonstruksian pengetahuan siswa.
5. Evaluasi tidak dimaksudkan untuk mengetahui kualitas siswa dalam
memahami materi guru, akan tetapi menjadi sarana untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.

Pertanyaan

1. Salah satu kelemahan dari penerapan teori belajar konstruktivisme adalah


lamanya waktu yang dibutuhkan siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan
dan kemampuan itu berbeda untuk setiap siswa. Bagaimana peran guru dalam
menyikapi hal tersebut ?
2. Pemahaman siswa yang belajar dengan cara menghafal dan menemukan
konsep melalui pengalaman nyata tentu akan berbeda. Bagaimana cara
membiasakan siswa supaya berpikir kritis ketika siswa terbiasa belajar dengan
cara menghafal saja ?

Referensi

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
David P, Ausubel, Joseph D.Novak, and Hanesian. 1978. Educational Psychology.
New York : Halt, Renehart and Winston.
Solso, Robert L.2004. Cognitive Psychology. New York: Pearson Educational.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
KRITERIA PENILAIAN RESUME
MATAKULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
SEMESTER GENAP 2016-2017

No. Elemen Skor Penilaian


Diri Teman Dosen
Maks
I. Identitas Resume
1 Judul resume 5
2 Keperluan ditulisnya resume 2
3 Nama penulis resume 2
4 Tempat dan waktu penulisan resume 1

II. Bagian Teks Utama Resume


5 Topik-topik Bahasan pada bagian inti:
Relevan dengan topik bahasan yang dipaparkan pada RPS 15
Berisi point-point penting yang berkaitan dengan topik 20
bahasan
Beragam konsep dieksplor dari banyak sumber (> 5 sumber bu- 15
ku atau artikel)
Menyajikan hasil eksplorasi berupa konsep yang relevan 15
dengan konsep yang dipelajari
Gambar/diagram/foto yang disertakan 10
Memunculkan pertanyaan-pertanyaan penting dari hasil resume 15

Jumlah Skor Maksimal 100

Anda mungkin juga menyukai