Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA

KELOMPOK KHUSUS

Makalah Ini Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi
Keperawatan

Disusun Oleh kelompok 5:


DIANA NORMA ISLAMI
YAYUK ANGRIYANI
MOH. IRWAN FAIZAL
ENDANG YULIATIN NINGSIH
MOH. YONI

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVESITAS WIRARAJA SUMENEP
2016

1
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt. Yang dengan rahmat
dan inayah-nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok Khusus adapun tujuan
penyusunan makalah ini sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan komunikasi.
Kami yakin makalah ini masih banyak kekurangannya, makalah ini tampil
bukan tanpa cela. tegur sapa demi perbaikan isi dan bentuknya akan kami sambut
dengan senang hati. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada semua para
pembaca untuk memberikan saran dan kritikan dalam rangka penyempurnaan
makalah ini. untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memenuhi harapan dan memberikan
kemanfaatan yang besar bagi siapa saja yang membacanya, Amiin
Semoga makalah ini tidak hanya di baca namun juga di pahami.

Sumenep, 08 November 2016

Kelompok 5

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR..........................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................ii

BAB I.............................................................................................4

1
PENDAHULUAN.............................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................4

1.2 Rumusan masalah...................................................................4

1.3 Tujuan.................................................................................5

1.4 Manfaat................................................................................5

BAB II............................................................................................6

LANDASAN TEORI.........................................................................6

2.1 Definisi................................................................................6

2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik.........................................6

2.1.2 Definisi Kemarahan.........................................................7

2.1.3 Definisi Agresif/tidak sabar................................................8

2.1.4 Definisi Kecemasan..........................................................8

2.2 Sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Marah.............................9

2.3 Sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Agresif..........................10

2.4 Sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang cemas............................11

BAB III.........................................................................................13

KASUS.........................................................................................13

BAB IV.........................................................................................14

PENUTUP.....................................................................................14

4.1 KESIMPULAN....................................................................14

4.2 SARAN..............................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi menyampaikan informasi, dan merupakan suatu aksi saling
berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor yang paling penting, yang
digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan secara lisan atau verbal
melalui kata-kata. Penyampaikan informasi seperti ini dinamakan berbicara.
Komunikasi lisan akan menjadi lebih efektif apabila diikuti dengan tinggi
rendah, lemah lembut, dan perubahan nada suara yang disesuaikan.
Sangat sering terjadi tenaga kesehatan harus menghadapi pasien yang
marah atau menjengkelkan, sebagian merendahkan diri atau sarkastik,
sedangkan lainnya bersikap menuntut, agresif, dan terang-terangan
memperlihatkan sikap bermusuhan. Terkadang pasien mengucapkan teguran
yang tidak pantas yang bersifat merendahkan pemula atau bahkan dokter
yang sudah berpengalaman. Tenaga kesehatan mungkin merasa sebal, marah,
kewibawaannya terganggu, tidak sabar, atau frustasi.
Tenaga kesehatan harus menyadari bahwa reaksi ini adalah respons
pasien terhadap penyakitnya, dan belum tentu menunjukkan respons terhadap
pewawancara. Tiap pewawancara harus menyadari bahwa emosi yang sama
seperti marah, iri, atau takut ada pada kedua belah pihak, pasien dan tenaga
kesehatan yang menanganinya. Seorang pasien dapat mengungkapkan
perasaannya kepada tenaga kesehatan, yang harus bertindak secara
professional dan obyektif, dan tidak merasa diserang atau menjadi defensif.
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat di rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa definisi komunikasi terapeutik, kemarahan, agresif, dan
kecemasan?
1.2.2 Bagaimana sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Marah?
1.2.3 Bagaimana sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Agresif?
1.2.4 Bagaimana sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Cemas?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada kelompok khusus.

3
b. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami:

1. Konsep Komunikasi Keperawatan


2. Sikap dan cara menghadapi komunikasi terapeutik pada
kelompok khusus

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam makalah ini sebagai berikut:
1.4.1 Dapat mengetahui definisi komunikasi terapeutik, kemarahan,
agresif, dan kecemasan.
1.4.2 Dapat mengetahui sikap dan cara menghadapi pasien yang
marah.
1.4.3 Dapat mengetahui sikap dan cara menghadapi pasien yang
agresif.
1.4.4 Bagaimana sikap dan cara menghadapi pasien yang cemas.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi
2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi
terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat
pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan
khasiat terapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang
perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif
komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat
dipenuhi. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
untuk stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain.
Terciptanya hubungan perawat-pasien merupakan komitmen sadar
dari perawat untuk mengasuh seorang pasien. Hal ini juga melambangkan
persetujuan antara perawat dan pasien untuk bekerja sama demi kebaikan
pasien. Sekalipun perawat menerima tanggung jawab utama dalam
menyusun struktur dan tujuan dari hubungan ini, perawat menggunakan
pendekatan terpusat-pasien untuk mengembangkan hubungan ini dan
memenuhi kebutuhan pasien. Teori Peplau menggerakkan pemikiran
mengenai keperawatan, dari apa yang perawat lakukan kepada pasien
menjadi apa yang perawat lakukan dengan pasien, membuat keperawatan
menjadi proses interaktif dan kolaboratif antara perawat dan pasien.
Peplau mengidentifikasi empat fase hubungan perawat-pasien:
orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi. Dalam Teori Hubungan
Interpersonal Peplau, fase-fase ini bersifat terapeutik dan berfokus pada
interaksi interpersonal (Suryani, 2005).
1. Orientasi: Pasien mencari bantuan, dan perawat membantu pasien
untuk mengidentifikasi masalah dan luasnya bantuan yang diperlukan.
2. Identifikasi: Pasien berhubungan dengan perawat dengan sikap yang
independen, dependen, atau interdependen, dan perawat meyakinkan
pasien bahwa ia memahami makna situasinya.

5
3. Eksploitasi: Pasien menggunakan pelayanan perawat dan sumber-
sumber lain sesuai kebutuhannya.
4. Resolusi: Kebutuhan pasien terdahulu telah terselesaikan, dan muncul
tujuan-tujuan lain yang lebih dewasa.
5. Terminasi: Pasien dan perawat mengevaluasi kemajuan intervensi
terhadap tujuan yang telah ditentukan, meninjau waktu yang mereka
habiskan bersama, dan mengakhiri hubungan.
2.1.2 Definisi Kemarahan
Walaupun ekpresi kemarahan pasien tidak rutin muncul, akan ada
saatnya perawat harus berhadapan dengan situasi ini. Kemarahan adalah
suatu respons terhadap rasa takut, frustasi, kurangnya kontrol, dan/atau
kecemasan. Pasien dapat menjadi marah akibat sejumlah alasan.
Kemarahan mungkin merupakan respons pasien terhadap hilangnya
kontrol atau kebebasan, masalah yang umum pada situasi rumah sakit. Hal
ini dapat menjadi reaksi pasien terhadap permintaan untuk membuka
terlalu banyak informasi pribadinya. Pasien mungkin takut menghadapi
penyakit dan pengobatan atau ketidakpastian masa depan. Kemarahan,
sayangnya juga dapat dilampiaskan kepada perawat; contohnya,
kemarahan diarahkan kepada perawat tetapi timbul dari sebab lain. Di sisi
lain, pasien dapat benar-benar marah mengenai keadaan yang muncul
akibat pengalaman di layanan kesehatan. Karena banyaknya penyebab,
kemarahan harus dipahami sebagai respons unik terhadap situasi penuh
tekanan dan dinilai secara individual untuk memahami perilaku pasien.
Terkadang kita segera merasa benci kepada pasien yang marah-
marah. Tetapi membenci pasien berlawanan dengan segala sesuatu yang
telah diajarkan kepada kita. Karena penyakitnya, pasien mempunyai
perasaan hilang kendali, kewibawaan terganggu, dan takut. Kemarahannya
adalah mekanisme untuk mengatasi perasaan takutnya. Konfrontasi dapat
menjadi teknik yang berguna untuk berbicara atau mewawancarai pasien
seperti itu. Dengan mengatakan Anda kelihatan sangat marah , Anda
membuat pasien dapat melepaskan sebagian ketakutannya. Cara
konfrontasi lainnya adalah dengan mengatakan, Anda jelas merasa marah
mengenai sesuatu hal. Beritahukanlah kepada saya hal yang salah menurut

6
Anda. Anda harus mempertahankan ketenangan hati Anda dan jangan
menjadi defensif. Jika pada awal wawancara Anda mengetahui bahwa
pasien sedang marah, berusahalah untuk menghilangkan perasaan tersebut.
Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan Anda dengan perlahan-lahan
Pasien marah karena berbagai alasan, tapi terutama karena
kebutuhan, gagasan, dan pengharapan mereka tidak terpenuhi. Karena itu
kunci utama meredam kemarahan pasien adalah dengan berusaha
memenuhi kebutuhan, gagasan dan pengharapan mereka.
2.1.3 Definisi Agresif/tidak sabar
Pasien agresif adalah pasien dengan gangguan kepribadian.
Individu ini mudah menjadi jengkel dan sering marah bila berhadapan
dengan stress yang normal dalam kehidupan sehari-hari. Ia secara kuat
mendominasi dan berusaha mengendalikan keadaan. seringkali, pasien
yang agresif mempunyai ketergantungan yang kuat yang tidak dapat
diatasinya secara sadar. Ia menutupi masalah utamanya dengan menjadi
agresif dan bermusuhan untuk menyembunyikan kecemasan dan perasaan
tidak mampu dan rendah diri. Pasien agresif sulit untuk ditangani, kita
harus berhati-hati untuk menjauhi topik-topik yang menimbulkan
kecemasannya. Sewaktu hubungan yang baik dapat dijalin, tenaga
kesehatan dapat berusaha menyelidiki bidang-bidang yang lebih dalam.
Pada umumnya, pasien agresif akan menolak segala macam psikoterapi.
2.1.4 Definisi Kecemasan
Cemas merupakan perasaan takut atau gelisah yang
tidak nyaman, dan sumber perasaan ini bisa diketahui
maupun tidak. Kecemasan dapat timbul dengan tingkat
intensitas yang berbeda. Kecemasan tingkat-rendah malah
dapat meningkatkan fungsi mental dan fisik serta ingatan.
Di sisi lain, sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan,
kesadaran dan interaksi dengan lingkungan menurun,
mengganggu ingatan dan fungsi tubuh.

7
Kecemasan ringan umum didapatkan pada kehidupan
sehari-hari dan dapat bersifat produktif, bahkan
membantu memenuhi tantangan hidup.
Kecemasan sedang dapat menyebabkan penurunan
tingkat kesadaran dan kehilangan kemampuan untuk
memperhatikan.
Kecemasan berat mengakibatkan penurunan yang
signifikan pada kemampuan memusatkan pikiran dan
berinteraksi dengan lingkungan kecuali pada beberapa
hal. (Sheldon, Lisa; hal 103-104)
Perawat seringkali dipanggil untuk mengidentifikasi
dan mengurangi kecemasan pasiennya. Tanda dan gejala
kecemasan dapat mencakup tidak bisa istirahat, gemetar,
meremas tangan, pelupa, sulit tidur, bernapas cepat, dan
palpitasi jantung.
2.2 Sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Marah
Pasien yang marah ingin:
1. Didengarkan
2. Dimengerti.
3. Dihormati
4. Diberi permintaan maaf
5. Diberi penjelasan
6. Ada tindakan perbaikan dalam waktu yang tepat
Berikut ini sikap dan cara meredam kemarahan pasien.
1. Dengarkan.
Biarkan pasien melepas kemarahannya. Cari fakta inti
permasalahannya, jangan lupa bahwa pada tahap ini kita
berurusan dengan perasaan dan emosi, bukan sesuatu yang
rasional. Emosi selalu menutupi maksud pasien yang
sesungguhnya.
Dengarkan dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi
pasien yang lelah, gelisah, sakit, khawatir akan vonis dokter,
dll.
Fokus. Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasi kita
pada pasien (telepon, tamu lain, dll).

8
Ulangi setiap fakta yang dikemukakan pasien, sebagai tanda
kita benar-benar
mendengarkan mereka.
2. Berusaha sependapat dengan pasien.
Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, namun sebagai
salah satu taktik meredakan marahnya pasien, kita mencari
point-point dalam pernyataan pasien yang bisa kita setujui.
Misalnya, Ya Pak, saya sependapat bahwa tidak seharusnya
pasien menunggu lama untuk bisa mendapatkan kamar. Tapi
saat ini kamar perawatan kami memang sedang penuh, kami
berjanji akan mencari jalan keluarnya dan melaporkannya pada
Bapak sesegera mungkin.
Tetap tenang dan kuasai diri.
Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka
yang sedang cemas, gelisah dan khawatir akan kondisi diri atau
keluarganya, sehingga sangat bisa dimengerti bahwa dalam
kondisi seperti itu seseorang cenderung bertindak emosional.
Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif dan
menenangkan. Jangan terbawa oleh nada suara pasien yang
cenderung tinggi dan cepat.
Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan.
Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan, terimakasih
atas masukannya, dan sebut pasien dengan namanya.
2.3 Sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Agresif
Berikut ini sikap dan cara meredam agresif pasien:
1. Cari Pendamping
Ketika Anda takut terhadap pasien yang agresif, carilah teman untuk
menemi Anda ketika menghadapi pasien tersebut. Anda akan lebih tenang
dan ketenangan anda akan memberikan efek positif untuk pasien.
2. Tetap Tenang
Berbicaralah secara pelan dan sopan ke pasien.
Jangan memperlihatkan kemarahan kita karena hal ini akan
memperburuk suasana.
Jangan berdebat dengan mereka dan jangan menyetujui perkataan
mereka jika mereka mempunyai delusi atau ide-ide aneh.
Jangan menginimidasi pasien.

9
3. Sikap Tubuh
Duduklah dengan relaks.
Ketika mengobrol jangan selalu melihat ke mata pasien karena mereka
akan merasa terancam.
2.4 Sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang cemas
Berikut cara menghadapi kecemasan pasien, antara lain:
a. Sadari tanda dan gejala kecemasan.
b. Cobalah memahami perasaan pasien dengan menunjukkan
keinginan yang tulus untuk membantu pasien.
c. Hindari sikap tegang atau defensif jika pasien mulai
mengeluh atau mengekspresikan kemarahan.
d. Berbicara yang lambat dan singkat, hindari kalimat hafalan
seperti, Tenangkan diri Anda atau Anda akan merasa
lebih baik besok.
e. Bantu pasien mengungkapkan perasaannya dan cobalah
untuk mengidentifikasi sumber kecemasan.
f. Jangan mengasumsikan penyebab kecemasan pasien tanpa
memvalidasikannya dengan pasien. Kadang-kadang pasien
tidak dapat mengidentifikasi penyebabnya tetapi
kecemasan itu masih ada.
g. Nilailah sistem pendukung pasien.
h. Identifikasikanlah mekanisme untuk mengatasi masalah
yang sebelumnya bermanfaat bagi pasien.
i. Tawarkan penjelasan atau informasi yang sesuai bagi
pasien dan situasinya.
j. Sesuaikan intervensi untuk mengurangi sumber kecemasan
jika mungkin atau dukunglah pasien melalui situasi
tersebut.
k. Rujuklah pasien dengan kecemasan berat dan/atau tidak
teratasi untuk evaluasi lebih lanjut. (Sheldon, Lisa; hal 105)

10
BAB III
KASUS
Tn. Siro (45 tahun) dirawat di ruangan Penyakit Dalam kelas 1
dengan diagnosa stroke iskemik. Kondisi Tn. Siro sudah cukup membaik,
sehingga Dokter mempunyai rencana untuk memulangkan Tn Siro dan
melanjutkan perawatan dengan rawat jalan.
Suatu saat, seorang mahasiswa praktek keperawatan sedang menjalani
praktek di ruangan dimana Tn. Siro dirawat, bernama Disa. Disa diminta oleh
perawat ruangan untuk membantu mengganti cairan infus Tn. Siro tanpa
pendampingan perawat. Karena pada saat itu ada pasien lain yang sedang
kritis sehingga perawat ruangan tidak memungkinkan untuk mendampingi
Disa.
Pada saat Disa mengganti cairan infus Tn. Siro, tanpa sengaja jari
tangannya mengait pada selang infus Tn Siro sehingga menyebabkan Tn Siro
kesakitan di area invasi kateter infus dan keluar sedikit darah. Disa spontan
merasa kaget dengan teriakan Tn Siro dan langsung meminta maaf atas
ketidaksengajaannya. Akan tetapi Tn. Siro tetap membentak Disa, ditambah
juga dengan istri yang sedang menjaga Tn Siro ikut memarahi Disa. Karena
suaranya terlalu keras, akhirnya perawat ruangan mendengar dan masuk ke
ruangan Tn. Siro.
Tn Siro dan istrinya menjelaskan kronologi kesalahan yang telah
dilakukan oleh Disa. Tn Siro mengatakan bahwa perawat di rumah sakit ini
tidak becus dan tidak seperti dokter yang profesional.

11
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Tenaga kesehatan harus menghadapi pasien yang marah atau
menjengkelkan, sebagian merendahkan diri atau sarkastik, sedangkan lainnya
bersikap menuntut, agresif, dan terang-terangan memperlihatkan sikap
bermusuhan. Terkadang pasien mengucapkan teguran yang tidak pantas yang
bersifat merendahkan pemula atau bahkan dokter yang sudah berpengalaman.
Tenaga kesehatan mungkin merasa sebal, marah, kewibawaannya terganggu,
tidak sabar, atau frustasi.
4.2 SARAN
Saran penulis tunjukan kepada pihak rumah sakit, perawat, teman
sejawat dan profesi untuk bersikap ramah dan tersenyum kepada pasien dan
keluarga pasien. Sikap ramah dan tersenyum yang di tujukan para tenaga
medis di rumah sakit terhadap pasien dan keluarga ketika memberikan
pelayanan dapat memberikan motivasi dan perasaan tenang pada pasien
dalam menghadapi penyakitnya. Bentuk pelayanan ini memotivasi pasien
untuk cepat sembuh dari sakitnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

King, H. V. n.d. Handling Violent or Aggressive Patients : A Plan for Your


Hospital. [Pdf] Available through:
http://www.kznhealth.gov.za/family/pres14.pdf

Pramesti, D. n.d. Mengangani Keluhan Customer (Rumah Sakit). [Pdf]


Jogja: Available through:
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/menangani%20keluhan
%20customer.pdf

Sheldon, Lisa K. 2010. Komunikasi untuk Keperawatan.


Jakarta : EMS.

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik.


Jakarta : EGC
http://jancokan.com

Swartz, M. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai