Mind Palace
About
HOME
BUSINESS
DOWNLOADS
PARENT CATEGORY
FEATURED
HEALTH
UNCATEGORIZED
Saat ini tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah
beras disamping sebagai bahan pakan dan industri olahan. Karena hampir 90% digunakan
sebagai bahan pangan maka ketersediaan kedelai menjadi faktor yang cukup penting
(Anonimous, 2004c). Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan
protein yang memiliki arti penting sebagai sumber protein nabati untuk peningkatan gizi dan
mengatasi penyakit kurang gizi seperti busung lapar Perkembangan manfaat kedelai di
samping sebagai sumber protein, makanan berbahan kedelai dapat dipakai juga sebagai
penurun cholesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung. Selain itu, kedelai dapat
berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mencegah penyakit kanker. Oleh karena itu, ke
depan proyeksi kebutuhan kedelai akan meningkat
seiring dengan kesadaran masyarakat tentang makanan sehat. Produk kedelai
sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan industri
kecil menengah bahkan sebagai komoditas ekspor.
Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri
baru mencapai 0,71 juta ton dan kekurangannya diimpor sebesar 1,31 juta ton (Anonimous
2005c) Hanya sekitar 35% dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri
sendiri. Upaya untuk menekan lajuimpor tersebut dapat ditempuh melalui strategi
peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, peningkatan efisiensi produksi, penguatan
kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses
pasar, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infra struktur, serta pengaturan tataniaga
dan insentif usaha (Anonimous, 2004c; 2005c). Mengingat Indonesia dengan jumlah
penduduk yang cukup besar, dan industri pangan berbahan baku kedelai berkembang pesat
maka komoditas kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di dalam negeri untuk
menekan laju impor (Anoniomus, 2005b).
Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan gambaran tentang arah pengembangan
produksi kedelai ke depan dan kebijakan penelitian, sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan arah kebijakan pengembangan komoditas kedelai.
BAB. II
BUDIDAYA TANI KEDELAI
a. Teknik Budidaya
1. Pembibitan
1) Penyiapan Benih
Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam harus dicampur
dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang ditempatkan di media
biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinya (Rhizobium japonicum). Pada
tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau kacang-kacangan lain, berarti sudah
mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat
sebagai pengikat unsur N dari udara.
Cara pemberian legin:
a) sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air sekitar 10 cc;
b) legin dicampur dengan 1 kg benih dan kocok hingga merata (agar seluruh kulit biji
terbungkus dengan inokulum;
c) setelah diinokulasi, benih dibiarkan sekitar 15 menit baru dapat ditanam. Dapat juga benih
diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum ditanam, tetapi tidak lebih dari 6 jam.
Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang baik adalah:
kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun daya
kecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji 13% dan disimpan di
ruangan bersuhu 25 derajat C, dengan kelembaban nisbi ruang 80%.
3) Pemindahan Bibit
Ketika memindah yaitu menunjuk akar tanaman di kebun, perlu memperhatikan cara-cara
yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman,
sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan
bahkan mati.
1) Persiapan
Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpa pengolahan tanah
(ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng dan
persiapan dengan pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah
tegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan.
Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2
sekaligus meratakan, memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari
sisa-sia akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman
sekitar 3 minggu.
2) Pembentukan Bedengan
Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun denga bajak lebar 50-60
cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang satu dengan
lainnya sekitar 3-4 m.
3) Pengapuran
Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus
dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat diberikan
dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah
sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha.
Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah
meningkat sesuai dengan yang diinginkan.
Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagai
sumber kapur dapat digunakan batu kapur atau kapur tembok. Pemberian kapur
tidak harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4 tahun sekali. Dengan
pengapuran, tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan
pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan
Molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan ketela pohon.
4) Waktu Tanam
Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak terkena
banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan berkisar
antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir musim penghujan,
yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup air.
Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai pedoman: bila
ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila
ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim penghujan.
Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai pertengahan musim
kemarau.
2) Penyiangan
Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu.
Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah
tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan
lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan
tangan atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga dengan menggunakan herbisida.
Sebaiknya digunakan herbisida
seperti Lasso untuk gulma berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.
3) Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak
perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.
4) Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondis tanah. Pada tanah
subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak
diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk
secara tepat adalah sebagai berikut:
a) Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
b) Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100
kg/ha.
c) Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100
kg/ha.
d) Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha;
e) Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
7) Pemeliharaan Lain
Kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari maka membutuhkan
tanaman pelindung. Tanaman kedelai yang terlindung akan selalu muda sehingga proses
pembentukan buah kurang baik, dan hasilnya akan sedikit, bahkan tidak berbuah sama sekali.
Tanaman kedelai akan rusak bila tertimpa cabang -cabang kering tanaman pelindung yang
jatuh.
7.2. Penyakit
a) Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum)
Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur 2-3
minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Gejala: layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian:
(1) biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman
dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang
penyakit tersebut. Pemberantasan: belum ada.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena
serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi
kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning
agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang
sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas
berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari
cabangnya.
Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada
varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai
bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada
umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betulbetul sempurna dan merata.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan dan Pengeringan
Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai
dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3
hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga
bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya
dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan
pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji
masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah
cukup kering.
Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Biji tersebut
sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan dipanen tersendiri, kemudian
dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15 %.
Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00 siang.
B. Usahatani
Tanaman kedelai yang merupakan tanaman cash crop dibudidayakan di lahan sawah dan di
lahan kering. Sekitar 60% areal pertanaman kedelai terdapat
di lahan sawah dan 40% lainnya di lahan kering. Areal pertanaman kedelai
tersebar di seluruh Indonesia dengan luas masing-masing seperti disajikan pada
menunjukkan bahwa luas areal tanam mencapai puncaknya tahun 1992, yaitu 1,67 juta ha.
Namun sejak tahun 2000 areal tanam terus menurun menjadi 0,53 juta ha pada tahun 2003.
Penurunan areal tanam ada kaitannya dengan banjirnya kedelai impor sehingga nilai
kompetitif dan komparatif tanaman kedelai merosot. Secara finansial usahatani kedelai di
tingkat petani menguntungkan, di mana pendapatan bersih yang diperoleh sekitar Rp
2.048.500/ha dengan R/C 2,14 (Anonimous, 2005a).
b. Sistem pendukung
Benih bermutu varietas unggul merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas
pertanaman kedelai. Dalam mendukung penyediaan
benih bermutu industri benih di komoditas kedelai belum berkembang dengan
baik. Produsen benih nasional maupun penangkar lokal masih kurang berperan
(Nugraha, 1996, Siregar, 1999) Berbeda dengan komoditas padi dan jagung,
Usaha perbenihan untuk tanaman kedelai masih tertinggal, petani lebih banyak memakai
benih asalan atau turunan dari pertanaman sebelumnya. Pemakaian benih unggul bersertifikat
pada tanaman kedelai kurang dari 10% (Anonimous 2004b). Industri pangan berupa tahu,
tempe dan kecap banyak menyerap biji kedelai. Konsumsi tertinggi adalah untuk bahan
industri tahu dan tempe.
Berdasarkan perhitungan, konsumsi kedelai untuk tahu dan tempe pada tahun 2002 mencapai
1,776 juta ton, atau 88% dari total kebutuhan dalam negeri digunakan sebagai bahan baku
olahan tahu dan tempe (BPS, 2002) Industri pakan ternak (unggas) merupakan kegiatan
agribisnis hilir yang cukup penting dalam agribisnis kedelai. Dalam pembuatan pakan ternak,
bungkil kedelai merupakan bahan terpenting kedua setelah jagung, yaitu sekitar 1520% dari
komposisi pakan. Kedelai juga sebagai bahan baku penting industri lain, di antaranya tepung,
olahan pangan, dan pati. Namun kebutuhan industri lain ini hanya menyerap biji kedelai
sekitar 12% dari total kebutuhan konsumsi kedelai.
BAB. III
POTENSI, DAN ARAH PENGEMBANGAN KEDELAI
1. Potensi Lahan
Potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan kedelai dapat diarahkan ke provinsi-provinsi
yang pernah berhasil menanam kedelai Peta wilayah potensial sumber pertumbuhan baru
produksi kedelai dan Location Quotient (LQ) digunakan sebagai indikator kesesuaian
agroekosistem bagi usaha tani kedelai (Fagi, 2005)
Potensi lahan yang sesuai untuk tanaman kedelai, baik untuk program peningkatan
produktivitas maupun perluasan areal. Namun untuk pengembangan tanaman kedelai masih
banyak kendalanya antara lain nilai komparatif dan kompetitif kedelai paling rendah di antara
komoditas lainnya. Pengembangan areal tanam kedelai dapat dilakukan pada lahan sawah,
lahan kering (tegalan), lahan bukaan baru dan lahan pasang surut yang telah direklamasi.
2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Data statistik dari FAO menunjukkan bahwa selama periode 19901995,
areal panen kedelai masih meningkat dari 1,33 juta ha pada tahun 1990 menjadi
1.48 juta ha pada tahun 1995, atau meningkat rata-rata 2,06 persen per tahun.
Sejak tahun 1995, terjadi penurunan areal panen secara tajam dari sekitar 1,48
juta ha menjadi sekitar 0,83 juta ha pada tahun 2000, atau menurun rata-rata
11,00 persen per tahun. Selama periode 20002004, areal panen kedelai masih
terus menurun rata-rata 9,66 persen per tahun.
Secara keseluruhan, selama periode 15 tahun terakhir (19902004) luas
areal kedelai di Indonesia menurun tajam dari sekitar 1,33 juta ha pada tahun
1990 menjadi 0,55 juta ha pada tahun 2004, atau turun rata-rata 6,14 persen per
tahun, seperti terlihat pada Tabel 4 diatas.
Perkembangan teknologi, baik penggunaan varietas maupun teknologi
budidaya sedikit berhasil meningkatkan produktivitas kedelai dari rata-rata 1,11
ton/ha pada tahun 1990 menjadi rata-rata 1,29 ton/ha pada tahun 2004, atau
meningkat rata-rata 1,03 persen per tahun. Peningkatan produktivitas mencapai
puncaknya pada periode 19952000, yaitu mencapai rata-rata 1,65 persen per
tahun. Meskipun produktivitas meningkat, namun peningkatan tersebut jauh lebih rendah
daripada penurunan luas areal, sehingga total produksi pada periode tersebut turun rata-rata
9,53 persen per tahun.
a. Pemasaran
Seperti telah diungkapkan di atas, bahwa kedelai pada umumnya dikonsumsi dalam bentuk
produk olahan. Oleh karena itu, pemasarannya mulai
dari daerah sentra produksi ke industri pengolahan melalui pedagang, dan bermuara ke
konsumen akhir. Selain dari petani, kedelai di pasar domestik juga
sebagian berasal dari impor. Kedelai impor umumnya dibeli oleh koperasi pengerajin tahu
dan tempe (KOPTI), untuk selanjutnya dipasarkan ke pengerajin tahu dan tempe.
Dalam pemasaran kedelai, petani umumnya berada dalam posisi tawar
yang lemah, sehingga harga kedelai di tingkat petani lebih banyak ditentukan oleh pedagang.
Oleh karena itu, harga riil di tingkat produsen (petani) selama 15 tahun terakhir cenderung
terus menurun. Dalam pengembangan diperlukan perbaikan tataniaga kedelai dari produsen
hingga konsumen.
b. Daya Saing Usahatani
Seperti telah diungkapkan di atas, bahwa secara finansial usahatani kedelai di Indonesia
menguntungkan (Anonimous, 2004b). Namun demikian, keuntungan finansial belum dapat
menggambarkan tingkat efisiensi ekonomi usahatani, karena masih banyak terdapat
komponen subsidi atau proteksi. Oleh karena itu, untuk mengevaluasi daya saing suatu
komoditas diperlukan evaluasi secara ekonomi.
Studi daya saing yang pernah dilakukan oleh Gonzales (1993) menunjukkan bahwa secara
ekonomi usahatani kedelai di Indonesia belum mempunyai keunggulan komparatif dan
kompetitif, baik yang dilakukan secara tradisional maupun secara komersial, untuk ketiga
rezim pemasaran, yaitu perdagangan antar wilayah (IRT), substitusi impor (IS), dan promosi
ekspor (EP).
Padi dan jagung mempunyai keunggulan komparatif jika diproduksi untuk perdagangan antar
wilayah dan substitusi impor. Sedangkan untuk promosi ekspor tidak mempunyai keunggulan
komparatif. Untuk kedelai, tidak mempunyai keunggulan komparatif untuk ketiga regim
pemasaran. Hal ini diperlihatkan oleh nilai RCR yang lebih besar dari 1,00. Artinya ialah
bahwa untuk memperoleh penerimaan US$ 1.00 memerlukan korbanan (biaya) melebihi US$
1.00. Padahal pada tahun 19921993 Indonesia mencapai puncak luas areal tanam kedelai,
yang mencerminkan adanya insentif harga untuk menanam kedelai.
B. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai adalah:
a) Berfungsinya sistem pengelolaan plasma nutfah tanaman kedelai untuk melayani
kebutuhanprodusen, dengan prioritas dapat dilestarikannya.
b) Tersedia dan berfungsinya sistem dan teknik produksi kedelai lahan sawah irigasi dan
tadah hujan serta lahan kering masam.
c) Dihasilkannya, tersedianya dan dimanfatkannya benih penjenis VUB kedelai.
IV. KESIMPULAN
PUSTAKA