BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar
mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak
dengan kelainan korteks adrenal.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian hormone, fungsi, serta fungsi macam-
macamnya.
2. Mendeskripsikan tentang hormon Adrenal.
3. Mengetahui penyakit atau kelainan korteks adrenal.
4. Mengetahui asuhan keperawatan kepada klien kelainan korteks
adrenal.
2.2 Pengertian
6
2.3 Epidemiologi
1. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing relatif jarang terjadi. Literatur Eropa Lama melaporkan
bahwa terdapatkejadian sebanyak 2-3 kasus per juta per tahunnya.
Namun, penelitian terbaru dari kelompokberisiko tinggi melaporkan
adanya prevalensi yang secara signifikan lebih besar yang bisa
menyebabkan sindrom ini.
Sindrom Cushing karena penyakit adrenal terjadi 4 kali yang lebih umum
pada wanita dibandingkan pada pria. Tidak ada perbedaan etnis yang
berpengaruh terhadap terjadinyasindrom ini walaupun setelah
diidentifikasi/ditelit. Mayoritas orang dewasa yang didiagnosisadalah
antara usia 20 dan 50, meskipun dapat terjadi pada semua usia. Kasus
Pediatri jarang terjadi tetapi didokumentasikan dengan baik.
Paparan kortikosteroid Eksogen adalah penyebab paling umum dari
sindrom Cushing, tetapi belum ada data epidemiologi yang akurat .
9
4. Penyakit Addison
Penyakit addison jarang dijumpai dan memiliki prevalensi 4 dari 100.000
orang. 2/3 pasien adalah perempuan.diagnosis ditegakan antara usia 20 dan
50 tahun. Dahulu, tuberkulosis adalah penyebab utama penyakit addison.
Saat ini dengan kemoterapi yang lebih baik,hanya sedikit pasien
tuberkulosis yang mengalami insufesiensi adrenal.
2.4 Etiologi
1. Sindrom Cushing
Pada sindrom Cushing primer, terlalu banyak produksi kortisol yang
diakibatkan olehadenoma atau karsinoma adrenal.
Pada sindrom Cushing sekunder, terlalu banyak produksi kortisol yang
diakibatkanoleh hyperplasia adrenal karena banyak sekali ACTH. Terlalu
banyak produksi ACTHdapat diakibatkan oleh:a. Hipofisis mengeluarkan
terlalu banyak ACTH karena gangguan hipofisis atauhipotalamus. b.
Keluarnya ACTH yang berasal dari ektopik non hipofisis (produksi
hormon diluar hipofisis) meningkat, misalnya pada karsinoma
bronkogenik, adenoma bronchial, dan karsinoma pancreas.3. Pada
sindrom Cushing iatrogenic, kadar kortisol yang sangat tinggi sebagai
akibatterapi glukokortikoid yang berlangsung lama
3. Sindrom adrenogenital
Kelainan dimana terjadi kekurangan produksi glukokortikoid yang
biasanya akibat kekurangan enzim pembentuk glukokotikoid pada
kelenjar adrenal. Akibatnya kadar ACTH meningkat dan zona
retikularis dirangsang untuk mensekresi androgen yang
menyebabkan timbulnya tanda tanda kelainan sekunder pria pada
seorang wanita yang disebut virilisme.
4. Penyakit Addison
Etiologi dari adrenal insufisiensi primer atau penyakit addison terus
mengalami perubahan sepanjang tahun. Prior 1920, tuberkulosis
merupakan penyebab utama adrenal insufisiensi. Sejak 1950, adrenal
autoimun dengan adrenal atrofi dijumpai pada sekitar 80% dari kasus.
Etiologi dari insufisiensi adrenal primer ditampilkan pada tabel 1.
Autoimun pada penyakit addison semakin meningkat seiring
meningkatnya penyebab autoimun pada penyakit metabolik lainnya.
Terdapat dua perbedaan autoimun sindrom pada adrenal insufisiensi
primer. Karakteristik yang paling baik yang telah diketahui pada autoimun
polyendocrinopaty-candidiasis-ectodermal syndrome (APCED), atau
autoimun poliglandular disease tipe I. Ini merupakan kelainan autosomal
resesif yang dijumpai pada anak anak dan selalu disertai dengan
hipoparatiroidea, gagal ginjal dan mukokutaneus candidiasis. APCED
berasal dari mutasi dari autoimmune regulator gene (AIRE), yang
berlokasi pada kromosom 21q22.3. pasien tersebut mengalami defek pada
T cell-mediated immunit, terutama pada antigen candida.
Tampilan yang paling sering pada autoimun adrenokortikal inssufisiensi
ialah berhubungan dengan kerusakan pada HLA (human leukocyte
antigen) termasuk diabetes melitus tipe I, penyakit tiroid autoimun,
alopecia areata dan vitiligo (Gardner DG et all 2007). Bilateral adrenal
hemoragik saat ini relativ sering dijumpai sebagai penyabab adrenal
12
3. Sindrom adrenogenital
Pada pria di bawah umur timbul pubertas perkoks, yaitu timbulnya
tanda tanda kelamin sekunder di bawah umur. Pada pria dewasa gejala
gejala diatas tertutup oleh tanda tanda kelamin sekunder normal yang
disebabkan oleh testosterone. Tetapi bila timbul sekresi berlebihan dari
estrogen dan progesterone timbul tanda tanda kelamin sekunder wanita
antara lain yaitu ginaekomastia (payudara membesar seperti pada wanita).
4. Penyakit Addison
a. Berkurangnya volume dan tekanan darah karena turunnya kadar Na+ dan
volume air dari cairan tubuh.
b. Hipoglikemia dan turunnya daya tahan tubuh terhadap stress, sehingga
penderita mudah menjadi shock dan terjadi kematian hanya karena stress
kecil saja misalnya flu atau kelaparan.
c. Lesu mental dan fisik.
2.6 Patofisiologi
1. Sindrom Cushing
Pada-penyakit Cushing, hipersersekresi ACTH berlangsung secara episodik
dan acak serta menyebabkan hipersekresi kortisol dan tidak terdapat irama
sirkadian yang normal. Inhibisi umpan balik ACTH (yang disekresi dari
adenoma hipofisis) oleh kadar glukokor tikoid y ang fisiologis tidak ada;
jadi, hipersekresi ACTH terus menetap walaupun terdapat peningkatan
sekresi kortisol dan menyebabkan berlebihan glukokortikoid kronis. Sekresi
15
3. Sindrom adrenogenital
16
4. Penyakit Addison
Defisit produksi glukokortikoid atau mineralkortikoid pada glandula adrenal
menghasilkan adrenokortikal insufisiensi, yang mana disebabkan oleh salah
satu konsekuensi dari destruksi atau disfungsi dari korteks adrenal
(insufisiensi adrenokortikal primer, atau penyakit addisons) atau akibat
sekunder dari defisit sekresi adrenocorticotropin (ACTH) pituitary
(insufisiensi adrenokortikal sekunder).
Kehilangan fungsi lebih dari 90% pada kedua korteks andrenal
menghasilkan manifestasi klinis insufisiensi adrenokortikal. Destruksi dari
glandula, seperti terdapat pada kondisi idiopatik dan kondisi invasif dari
suatu penyakit, hal ini menyebabkan terjadinya kronisitas dari adrenal
insufisiensi. Bagaimanapun juga, desrtuksi yang berlangsung cepat terjadi
pada beberapa kasus; sekitar 25% dari pasien berada pada tahap krisis atau
impending krisis pada saat di diagnosis. Fase awal dari destruksi pada
glandula adrenakortikal terjadi pengurangan dari cadangan adrenal;
meskipun demikian basal sekresi steroid masih normal, namun demikian
sekresi tersebut tidak meningkat pada respon stres. Jadi, akut adrenal krisis
dapat terjadi pada kondisi stress akibat pembedahan, trauma, atau infeksi,
yang mana memerlukan peningkatan sekresi kortikosteroid. Kehilangan
17
1. Diabetes
2. Pembesaran tumor hipofisis
3. Patah tulang karena osteoporosis
4. Tekanan darah tinggi
5. Batu ginjal
6. Infeksi berat
Prognosis Chussing
3. Penyakit Addison
Komplikasi Addison
2. Kolaps sirkulasi
3. Dehidrasi
4. Hiperkalemiae
5. Sepsis
6. Ca. Paru
7. Diabetes melitus
Prognosis addison
2.8 Pengobatan
20
1. Sindrom Cushing
Tujuan terapi sindroma Cushing adalah untuk mengangkat atau
menghancurkan lesi dasar sehingga dapat mengoreksi hiper -sekresi
hormon-hormon adrenal tanpa menyebabkan induksi terjadinya kerusakan
adrenal ata u hipofisis, yang membutuhkan terapi pengganti permanen terh
adap defisiensi hormon-hormon yang timbul. Terapi penyakit Cushing pada
m asa kini ditu jukan untuk mengontrol hipersekresi ACTH oleh hipofisis;
metode-metode melakukan hal tersebut yang dapat dikerjakan pada masa
sekarang ada lah pembedahan mikro, berbagai bentuk terapi radiasi dan
inhibisi sekresi ACTH secara farmakologis.
3. Sindrom adrenogenital
Sabiston (2010:456) menyatakan bahwa terapi sindrom adrenogenital
melibatkan pemberian kortisol dan rekonstruksi genitalia dalam wanita
terpilih. Pada bayi dengan defisiensi enzim lengkap dan insufisiensi
adrenalis, harus diberikan mineralokortikoid (fludrokortison asetat [Florinef
acetate]) dan glukokortikoid (kortisol).
21
a. Glukokortiroid
Pada pasien anak diberikan hidrokortison dengan dosis 10-20 mg per
hari, jika pada pasien dewasa dapat diberikan prednison dosis rendah 5-7
mg per hari atau deksametason dosis rendah 1,25-1,5 mg per hari.
Pemberian pengobatan ini bertujuan untuk menekan sekresi CRH dari
hipotalamus dan ACTH dari hipofisis yang berlebihan dan mengurangi
kadar steroid seksual.
b. Mineralokortikoid
Pemberian fludrokortison pada bayi dengan dosis 0,1-0,2 mg per hari
dengan tambahan suplemen natrium klorida 1-2 mg per hari dan tiap
gram natrium klorida mengandung mEq natrium.
c. Adrenalektomi
Jika terapi glukokortikoid dan mineralokotikoid tidak adekuat dapat
dilakukuan adrenalektomi dengan laparoskopi
d. Pembedahan Korektif
Hal ini dapat dilakukan jika pasien merasa yakin akan gender atau jenis
kelamin yang dipilihnya dan pasien merasa nyaman. Anak ditakutkan
akan mengalami trauma psikologis karena orang tua yang mungkin tidak
dapat menerima membesarkan anak dengan gender yang belum pasti.
4. Penyakit Addison
Glukokortikoid pengganti
1. Berikan kortisol (dalam bentuk hidrokortison fosfat atau homosuksinat),
100 mg intravena setiap 6 jam untuk 24 jam.
2. Bila keadaan pasien stabil, dosis dikurangi menjadi 50 mg setiap 6 jam.
3. Turunkan berangsur-angsur sampai terapi rumatan pada hari ke 4 atau ke 5
dan tambahkan terapi mineralokortikoid sesuai kebutuhan.
4. Pertahankan atau tingkatkan dosis sampai 200-400 mg/hari jika
komplikasi timbul atau menetap.
Terapi Rumatan
Pasien-pasien penyakit Addison memerlukan terapi di seluruh sisa
hidupnya, biasanya dengan glukokortikoid dan mineralokortikoid, kortisol
(hidrokortisol) adalah preparat gluko kortikoid yang paling sering
digunakan. Dosis total biasanya 25-30 mg/hari per oral, diberikan 15-20 mg
di pagi hari pada waktu bangun 10 mg pada jam 4-5 sore. Glukokortikoid
lain seperti kortison asetat per oral (37,5 mg/hari), yang akan cepat
diabsorpsi dan dikonversi menjadi kortisol, atau sintetik-sintetik steroid
dalam dosis ekuivalen (misal, prednison atau prednisolon) dapat pula
digunakan.
2.9 Pencegahan
1. Sindrom Cushing
Upaya Preventif adalah upaya untuk mencegah timbulnya penyakit atau
kondisi yang memperberat penyakit Cushings Sindrom yang meliputi
Pencegahan Primer dan Pencegahan Sekunder. Pencegahan Primer
merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah timbulnya penyakit
pada individu-individu yang sehat. Pencegahan sekunder adalah
pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control), antara lain : 1.
Pendidikan kesehatan : gaya hidup, gizi , faktor lingkungan, cara
pengobatan dll.
3. Penyakit Addison
Berkembangnya insufisiensi adrenal pada pasien yang telah didiagnosis
dan diterapi sebelumnya hampir seluruhnya dapat dicegah pada individu
yang kooperatif. Elemen penting ialah pendidikan pasien dan meningkatkan
dosis glukokortikoid selama sakit. Pasien harus diberitahukan pentingnya
untuk melakukan terapi sepanjang hidupnya, kemungkinan-kemungkinan
akibat-akibat dari penyakit akut, dan kebutuhan meningkatkan terapi dan
bantuan medis selama penyakit akut. Suatu kartu atau gelang identifikasi
harus dibawa atau dipakai setiap waktu.
Dosis kortisol harus ditingkatkan oleh pasien sampai 60-80 mg/hari
dengan berkembangnya penyakit-penyakit minor; dosis rumatan umum
yang diberikan dalam 24-48 jam jika kemajuan terjadi. Peningkatan dosis
mineralokortikoid tidak dibutuhkan. Bila gejala-gejala menetap atau
memburuk, pasien harus meningkatkan dosis kortisol dan pergi ke dokter.
Muntah-muntah yang dapat timbul berakibat kortisol oral tidak dapat ditelan
atau diabsorpsi, diare pada pasien-pasien Addison dapat menimbulkan krisis
karena kehilangan cairan dan elektrolit dengan cepat. Pasien harus mengerti
bahwa jika gejala-gejala ini terjadi, mereka harus segera mencari bantuan
medis sehingga terapi glukokortikoid parenteral dapat diberikan.
24
3.1 PENGKAJIAN
n Pengkajian September
2014
Alamat : Jember Sumber : Keluarga
Informasi dan Pasien
bentuk dada simetris kanan kiri, tidak ada lesi atau benjolan
abnormal, terlihat adanya bantuan otot pernafasan, RR: 25 x/
menit.
P: retraksi dada tidak simetris kanan kiri, fokal fremitus teraba
lemah pada dada kanan, tidak ada massa teraba, ada nyeri
tekan.
P: redup pada dada bagian kanan, nyeri terasa menyebar hingga
punggung.
A: suara ronkhi pada dada bagian kanan atas dan wheezing.
7 Abdomen: terasa keras pada bagian epigastrium, ada nyeri tekan terlebih
pada epigastrium, terasa ada tahanan pada abdomen
8 Urogenital: frekuensi kencing pasien sering
9 Ekstremitas: pasien mengalami edema anasarka, dengan pitting edema
pada ekstremitas bawah ++/++
10 Kulit dan kuku:
kulit berwarna pucat, kuku sianosis, tidak ada lesi pada kulit, akral
hangat, tidak ada nyeri tekan, CRT >2 detik, turgor kulit menurun.
11 Keadaan lokal: lemah, sesak di setiap waktu, wajah tampak pucat.
1. B1 (Breathing)
Terdapat gangguan pola nafas yaitu frekuensi nafas meningkat,
sesak nafas (RR 25x/menit), suara nafas vesikuler dan dalam.
2. B2 (Blood)
penurunan tekanan darah TD 95/80 mmHg, nadi 100x/menit.
pasien mengalami edema anasarka, dengan pitting edema pada
ekstremitas bawah ++/++. CRT > 2 detik
3. B3 (Brain)
GCS 4-5-6, keadaan composmentis
4. B4 (Bladder)
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, pasien mengalami poliuri,
warna urin kuning pekat.
5. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah sehingga sering didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
6. B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder.
29
3.1.5 Terapi
Prinsip Terapi :
a. Terapi kausal tergantung penyebab:
b. Operatif
c. Medikamentosa
d. Kombinasi
e. Kadang diberi simptomatik
Penunjang penting terapi :
a. Diet
b. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Pengobatan terhadap komplikasi
2.1.7. Pathway
30
Peningkatan produksi
aldosteron
Kelebihan
Poliuria volume
cairan
Gangguan rasa
nyaman: nyeri akut
31
Insufisiensi korteks
adrenal
DS : pasien tampak
Intoleransi aktivitas
pucat
Konjunctiva anemis
3 DO : pasien Peningkatan reabsorpsi natrium dan Poliuria
mengatakan nyeri saar air
Nyeri Abdomen
PERENCANAAN
DX.KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
TUJUAN JANGKA TUJUAN JANGKA
PENDEK PANJANG
1. Kelebihan 1. Kadar natrium 1. Menunjukkan 1. Ukur 1. Menunjukkan status
volume cairan normal (135 volume cairan masukan volume sirkulasi,
tubuh 145 mmol/L) stabil, dengan dan terjadinya/perbaikan
2. Tanda vital dalam
berhubungan keseimbangan haluaran, perpindahan cairan,
rentang normal
dengan pemasukan dan catat dan respon terhadap
3. Tak ada edema.
hipersekresi pengeluaran keseimbang terapi.
2. Berat badan
aldosteron an positif Keseimbangan
stabil
ditandai dengan (pemasuka positif/peningkatan
nocturia, edema n melebihi berat badan sering
anasarka, kadar pengeluara menunjukkan
natrium 167 n). Timbang retensi cairan
mEg/L, output berat badan lanjut. Catatan: pen
urin 1500 tiap hari, urunan volume
ml/hari. dan catat sirkulasi
35
(asites) diakibatkan
oleh kehilangan
protein
plasma/cairan
kedalam area
6. Dorong peritoneal. Catatan:
untuk Akumulasi kelebihan
istirahat cairan dapat
baring bila menurunkan volume
ada asites sirkulasi
7. Berikan
menyebabkan defisit
perawatan
(tanda dehidrasi)
mulut 6. Dapat meningkatkan
sering; posisi rekumben
kadang- untuk diuresis
kadang beri
7. Menurunkan rasa
es batu
haus
(bila
puasa)
38
gizi membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan
oksigen
7. Merencanakan
makanan untuk
meningkatkan
asupan makanan
yang tinggi energy
relaksasi,
distraksi,
massage, guided
imagery)
43
BAB 4. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E., Khegman, Robert M., Arvin, Ann M. 2000. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson Volume 3. Jakarta: EGC.
Gotore & Mariadi. 2007. Insufisiensi Adrenanl Pada Pasien Kritis. Jurnal.
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud / RSUP Sanglah,
Denpasar.
Rubenstein, David, Wayne, David, dan Bradley, John. 2005. Lecture Notes:
Kedokteran Klinis. Surabaya: Erlangga.